Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusian adalah makhluk individu dan makhluk sosial dalam
hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosian terkandung suatu
maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari
individu yang bersama. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi
dan komunikasi baik dengan alam lingkungan dengan sesamanya maupun
dengan Tuhannya.
Dalam proses interaksi dan komunikasai diperlukan keterampilan
berbahasa aktif, kreatif, produktif, dan resetif apresiatif yang mana salah
satu u surnya adalah keterampilan menyimak yang bertujuan untuk
menangkap dan memahami pesan ide serta gagasan yang terdapat pada
materi atau bahasa simakan.
Dengan demikian menyimak sangat penting dalam proses blajar
mengajar, oleh karena itu kami akan mencoba menysun konstribusi ilmu
menyimak peningkatan mutu KBM di sekolah .
B. Perumusan Masalah
1. Penyusunan bahan simakan.
2. Duolog dan Dialog.
3. Hakikat Perhatian.
4. Faktor yang mempengaruhi perhatian menyimak.
5. Mengapa kita menyimak
6. Bahan simakan yang menarik perhatian
C. Batasan Masalah
Dalam batasan masalah ini kami akan membatasi masalah Memilih
Bahan Simakan yang menarik perhatian.
D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara
pemilihan bahan simakan yang menarik perhati

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENYUSUNAN BAHAN MENYIMAK


Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan memberikan pengetahuan
kebahasaan agar murid mampu menguasai bahasa Indonesia sebaik-
baiknya. Untuk mencapai tujuan ini makan, pada dasarnya ada empat
ketrampilan berbahasa yang harus dikuasaai oleh mired secara baik dan
benar sebagaimana tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ( KTSP ), yaitu keterampilan menyimak (listening skill),
keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan membaca (reading
skill), keterampilan menulis (writing skill).
Dari keempat keterampilan berbahasa (language skill) yang di
kemukakan di atas , hanya keterampilan menyimak yang akan menjadi
perhatian dalam materi ini karena pada umumnya pengetahuan diperoleh
melalui keterampilan menyimak. Setiap orang mendengar berita-berita
melalui media massa maupun informasi melaui tatap muka, saat itu telah
berlangsung pula kegiatan menyimak peranan yang sangat penting dalam
proses pembelajaran di sekolah dasar sebab kemampuan menyimak yang
baik adalah kondisi awal untuk menghasikan prestasi bejara yang baik.
Berbagai pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran bahasa
Indonesia mengindikasikan bahwa kemampuan menyimak murid sekolah
dasar belum optimal. Hal ini dapat di ketahui dari hasil penelitian
Muhaimin (2006) yang dicapai murid dalam proses belajar mengajar di
mana murid yang terlibat dalam kegiatan, yang mampu menyimak secara
baik dan benar mempunyai persentase yang masih rendah. Indikasi ini
menandakan masih rendahnya kemampuan menyimak murid tersebut
terlihat pula hasil yang diperoleh dalam ulangan semester misalnya. Daya
serap murid pada semua mata pelajaran dari seluruh murid dalam suatu
kelas masih banyak nilai di bawah nilai standar 7,5. Ini berarti penguasaan
murid terhadap mta pelajaran juga masih rendah.
Setelah ditelusuri lebih jauh, hal tersebut di atas ternyata (salah satu)
disebabkan oleh kurangnya kemampuan murid menyimak materi
pelajaran. Dengan demikian, dapat dikatan bahwa ada kesenjangan antara
ideal, yaitu tercapainya kemapuan optimal murid dalam menyimak.

B. DUOLOG DAN DIALOG


Sering kita beranggapan bahwa kegiatan menyimak tidak perlu
dipelajari, kegiatan itu akan muncul secara alamiah karena memang begitu
banyak mempergunakan waktu kita dalam “aneka situasi menyimak” dalam
kehidupan sehari-hari; misalnya: berbicara dengan teman-teman, mengikuti
kuliah, mendengarkan siaran radio. Ada lagi orang beranggapan bahwa
kalau struktur telinga seseorang normal dan kapasitas pendengarannya baik,
mau tidak mau orang itu secara otomatis dapat menyimak dengan baik.
Belum tentu! Walaupun telinga seseorang baik secara anatomis yang
memungkinkannya dapat menyimak, belum tentu secara otomatis pasti
efisien. Menyimak baik, seperti keterampilan lainnya perlu bagi komunikasi
lisan yang efektif, haruslah dikembangkan dan ditingkatkan. Pendeknya:
menyimak efektif itu harus di pelajari.
Untuk melukiskan atau mengilustrasikan kurangnya keterampilan
yang baik dalam bidang menyimak dalam masyarakat modern agaknya
dapat kita pergunakan konsep Abraham Kaplan mengenai duolog. Sebagai
lawan dari duolog, duolog merupakan suatu situasi kelompok dua orang
atau kelompok kecil yang masing-masing memperoleh giliran berbicara,
tetapi tidak seorangpun menyimaknya . kita dapat menemui contoh-contoh
duolog sekolah, gereja, masjid, dan pemerintahan. Walaupun orang-orang
dapat terlihat seolah-olah menyimak satu sama lsin, tetapi dalam
kenyataannya mereka hanya menunggu waktu sampai tiba giliran bicara.
Sementara satu orang berbicara, yang lainnya sibuk berpikir atau merenung,
bukan mengenai suatu yang akan menjadi response mereka nantinya.
Menurut pendapat Kaplan, suatu dulog dapat dibandingkan secara baik
dengan dua perangkat televise yang dipasang dalam saluran-saluran yang
berbeda dan keduanya saling berhadapan
Sebaliknya, dialog yang sejati melibatkan penyimakan kepada orang
lain seperti halnya pada diri sendiri. Dialog menurut rancangan atau
pendekatan terbuka, suatu kesudian menaruh perhatian kepada orang lain
dan member response secara sopan kepada mereka tanpa latihan dan
ulangan. Menyimak merupakan suatu sarana penting dan berguna bagi
hubungamn-hubungan antarpribadi yang bermakna. Kegunaan dialog ini
sangat terasa dalam kehidupan modern, terlebih dalam bidang politik
antarnegara (adikuasa; seperti antara Amerika Serikat dan Soviet-Rusia).
Dalam dialog ini dibutuhkan benar-benar keterampilan menyimak yang
bermutu tinggi. Salah simak dapat menggagalkan maksud dan tujuan kedua
belah pihak. Oleh karena itu, kedua belah pihak pun menyimak secara kritis
dan gcermat (Webb;1975 : 126-8).
Kerap kali pula orang branggapan bahwa dialog, pembicaralah yang
memegang peranan penting , paling bertanggung jawab bagi komunikasi
lisan yang efektif. Mereka lupa atau tidak memahami sama sekali bahwa
komunikasi lisan merupakan kegiatan atau transaksi dua arah antara
pembicara dan penyimak; bukan merupakan serangan lisan satu arah yang di
lakukan pembicara kepada penyimak. Perlu diingat dan disadari benar
bahwa tanpa menyimak yang baik, dan penyimak yang baik, tidak ada
umpan balik; dan tanpa umpan balik, para pembicara akan dipaksa
menyuarakan atau mendengungkan pesan-pesan mereka tanpa tujuan dan
tanpa maksud, sia-sia belaka. Oleh karena itu, kalau kita berada pada pihak
penyimak, jadikanlah diri kita penyimak yang terpuji: tahu bagaimna cara
menyimak dan tahu apa yang harus disimak. Kalau berapa pada pihak
pembicara, kita harus tahu menarik minat dan perhatian para penyimak.
Ingat bahwa pembicara membutuhkan penyimak dan penyimak
membutuhkan pembicara. Pendek kata: menyimak adalah interaksi
pembicara dan pemirsa (Ehninger [et all], 2978:21).
C. HAKIKAT PERHATIAN
Perlu kita camkan benar bahwa menyimak adalah suatu penerimaan
yang aktif terhadap informasi lisan. Lebih dari sekedar penerimaan stimulus
atau suatu tindakan yang refleksif, menyimak juga merupakan suatu perilaku
yang dapat dianalisis dan dimodifikasi; merupakan sesuatu yang dapat kita
pilih untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan sama sekali; kita dapat
menentukan apakah perlu diberi wadah atau tidak; kita dapat menentukan
tingkat keefektifannya; dan kita dapat mengganti bahkan meningkatkan atau
mengembangkannya.
Kalau menyimak merupakan suatu tindakan elektif atau perbuatan
fakultatif, perhatian yang sangat perlu bagi penyimakan yang baik, merupakan
suatu perilaku selektif atau kelakuan terpilih. Contohnya pada suatu ketika,
kita memilih untuk menyimak lagu-lagu ciptaan Rinto Harahap pada waktu
senggang; kemudian dari sekian banyak lagu ciptaannya, kita menyeleksi lagu
pujaan kita lalu kita menyimaknya dengan penuh perhatian. Demikianlah
dapat kita simpulkan bahwa perhatian adalah suatu proses penyelesaian dari
berbagai ragam stimuli sebuah stimulus yang penting bagi seseorang pada
saat-saat tertentu. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa perhatian
bersinonim dengan persepsi selektif (Webb, 1975: 130).
Ada orang yang akan berkata bahwa mungkin saja seseorang menaruh
perhatian pada sesuatu tanpa menyimaknya, atau ada orang yang beranggapan
bahwa mungkin saja seseorang memproses secara stimulasi awal atau
perangsang lisan tanpa menyimaknya secara aktual. Tetapi pada umumnya,
tidak mungkin seseorang menyimak sesuatu tanpa menaruh perhatian
padanya.
Pengertian perhatian itu sendiri tidak sesederhana anggapan
kebanyakan orang; justru sangat rumit dan kita belum mengetahui banyak
mengenai itu. Yang jelas kita ketahui ialah bahwa perhatian itu beroperasi
pada situasi, sikap dan rasa. Perhatian yang diberikan terhadap suatu
percakapan pada suatu pesta berbeda tipe dan intensitasnya dari perhatian
yang kita berikan pada saat ujian lisan. Perhatian yang kita berikan kepada
tukang minyak berbeda dengan perhatian yang kita berikan kepada tukang
jamu. Perhatian yang diberikan oleh para siswa kepada mata pelajaran sejarah
berbeda dari perhatian yang mereka berikan pada mata pelajaran agama.
Ada seorang pakar yang menyarankan bahwa konsep perhatian itu mencakup
berbagai faktor, antara lain:
1. Konsentrasi mental
mengonsentrasikan diri pada tugas mental dan mencakup stimulus yang
akan berbaur dengan performansi atau penampilan, seperti halnya pada
saat kita belajar di perpustakaan dan menghilangkan/ meniadakan bunyi-
bunyi yang tidak perlu.
2. Kewaspadaan
melihat jam atau waktu, walaupun sebenarnya tiada terjadi apa-apa; sama
halnya dengan polisi lalu lintas yang harus siap bertugas, walaupun di
jalanan tiada kendaraan atau orang berjalan; biar sepi polisi siap berdiri di
persimpangan jalan.
3. Selektivitas
mampu memilih; menerima beberapa pesan sekaligus, serentak; dan
menyeleksi satu saja untuk diterima dan diberi jawaban, seperti halnya
pada sebuah pesta, para pelayan menawarkan berbagai minuman dan
atraksi kepada kita.
4. Mencari dan memeriksa
memburu suatu tanda tertentu di antara seperankat tanda-tanda, seperti
halnya dalam mengidentifikasikan tema sepenggal musik atau pesan dalam
suatu ceramah atau khotbah.
5. Aktif dan giat
selalu siap sedia, terus siaga menjawab apa saja yang akan muncul,
memberi responsi terhadap segala ucapan, seperti pada saat seseorang
berkata, "para hadirin yang terhormat, kami meminta perhatian Anda
bahwa Bapak Menteri yang kita nanti-nantikan telah datang dan akan
memberi ceramah sebentar lagi."
6. Penataan diri
menata atau mempersiapkan diri baik-baik untuk memberikan reaksi atau
sambutan dengan cara tertentu baik secara mental maupun secara secara
fisik, seperti halnya dalam suatu perdebatan ataupun pada panggung
pembuatan film. (Horay, 1970 : 5-6).
Setelah mengetahui serta mendalami faktor-faktor yang tersirat dalam
konsep perhatian di atas, jelas bagi kita betapa rumitnya masalah itu, dan
betapa besarnya upaya yang harus dilakukan untuk menarik perhatian
orang lain, khususnya dalam bidang menyimak
Nah, kalau kita menerima daftar di atas sebagai suatu penjelasan
mengenai apa perhatian itu, toh kita masih juga menyampingkan masalah-
masalah mengenai bagaimana terjadinya perhatian itu. Dengan kata lain,
kita telah membatasi konsepnya dan kita telah pula menjelaskan cabang-
cabangnya yang beraneka ragam, tetapi kita belum mengetahui bagaimana
cara kerjanya.
Memang ada berbagai teori mengenai perhatian. Berbagai teori telah
dirumuskan, telah diformulasikan untuk menjelaskan proses perhatian, apa
yang terjadi dalam otak dan pikiran kita pada saat kita sedang beraksi.
Berikut ini teori-teori yang berkenaan dengan perhatian itu:
1) Teori Seleksi Responsi
Teori ini adalah buah pikiran Anthoni Deutsch dan Diana
Deutch. Dalam teori ini, seleksi dikaitkan lansung dengan
kepentingan stimulus. Semakin penting stimulus kepada penerima,
semakin kuat juga reaksinya, dan kekuatan reksi terhadap suatu
stimulus menentukan seleksi.
2) Teori Saringan
Teori ini dikembangkan oleh Donald Broadbent. Cara kerja teori
ini adalah informasi memasuki system melalui sejumlah saluran
parallel. Informasi itu disimpan dalam waktu terbatas didalam
sebagian ingatan yang dikenal sebagai bank ingatan jangka pendek.
Disana suatu system saringan mengambil alih dan menyeleksi satu
dari stimulus- stimulus itu, yang kemudian diijikan berjalan masuk
ke saluran kapasitas terbatas.
3) Teori Seleksi Masukan
Teori ini dikembangkan oleh Anne M. Treisman, agak
bersamaan dengan teori filter Broadbent, tetapi jauh lebih eksplisit
mengenai kaidah- kaidah yang mengendalikan tindakan saringan
itu. Seperti juga halnya Broadbent, Treisman melihat garis- garis
stimulus yang sejajar, atau masukan, menglir kedalam pribadi
seseorang. Masukan itu (pesan, informasi dan data) kemudian
dianalisis berdasarkan sifat- sifat fisiknya (kenyaringan, tekanan,
warna, luas, dan ukuran).
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERHATIAN MENYIMAK
Kalau kita sepakat bahwa keterampilan menyimak yang baik
sangat penting bagi komunikasi lisan yang efektif, kita harus mulai sedini
mungkin menentukan cara-cara khusus untuk meningkatkan keterampilan
ini. Akan tetapi, sebelum kita melakukan hal ini, kita harus mencoba
memahami factor-faktor yang dapat mempengaruhi perhatian kita untuk
menyimak. Kita harus memperhitungkan pengalaman, pembawaan, sikap
dan motivasi yang dapat menunjang penyimakan yang baik sebelum kita
menelaah aneka metode bagi peningkatan keterampilan ini.
1. Faktor Fisik
Kondisi fisik seseorang penyimak merupakan faktor penting yang
turut menetukan keefektifan serta kualitas keaktifannya dalam
menyimak. Lingkungan fisik juga mungkin sekali turut bertanggung
jawab atas ketidakefektifan menyimak seseorang.
2. Faktor Psikologis
Factor ini antara lain mencakup masalah-masalah :
a. Prasangka dan kurangnya simpati terhadap pembicara.
b. Keegosentrisan dan kewajiban terhadap minat-minat pribadi
serta masalah-masalah pribadi.
c. Kepicikan kurang luas pandangan
d. Kebosanan atau tidak ada perhatian pada subjek
e. Sikap yang tidak layak terhadap sekolah, guru, subjek.
3. Faktor pengalaman
sangat menentukan besar atau tidaknya perhatian seseorang untuk
menyimak sesuatu. Pengalaman yang dimaksudkan dapat berasal dari
pembicara ataupun dari penyimak. Setiap irang tentu menaruh
perhatian terhadap pembicaraan yang disajikan oleh orang yang
banyak pengalaman dan banyak pengetahuan. Orang ingin
mengetahui masalah baru apa yang akan diceritakan oleh pembicara.
Rasa ingin tahu merupakan akar dari perhatian yang besar. Sekarang,
pengalaman dari pihak penyimak. Pernah seseorang menyesal karena
tidak mau menyimak suatu informasi yang dikemukakan oleh seorang
pembicara, padahal informasi itu sangat penting baginya. Pengalaman
masa lalu itu mengajar dia untuk tidak dua kali kehilangan tongkat.
Oleh sebab itu, kalau ada pembicara yang akan menyampaikan suatu
pesan, dia selalu member perhatian besar.

4. Faktor pembawaan
Seseorang pun turut berperan, apakah perhatiannya untuk
menyimak sesuatu itu besar atau tidak. Ada orang yang
berpembawaan baik dan ada pula yang jelek. Orang yang
berpembawaan baik dapat menyesuaikan diri pada situasi dan kondisi,
sedangkan orang yang berpembawaan jelek justru sebaliknya. Baik
pembawaan pembicara maupun pembicaraan penyimak turut
menentukan taraf perhatian seseorang untuk menyimak.
5. Faktor sikap
Tidak boleh kita abaikan terhadatp perhatian menyimak. Sikap
terbuka memang sangat dibutuhkan dalam kegiatan menyimak.
Sebaliknya, sikap tertutup atau sikap cutiga akan mengurangi minat
atau perhatian seseorang untuk menyimak pembicaraan seseorang.
6. Faktor motivasi,
Dorongan atau alasan sangat menentukan besar atau tidaknya
perhatian seseorang untuk menyimak ceramah, kuliah, khotbah, atau
pembicaraan yang dibawakan oleh seorang pembicara. Biarpun
seandainya terdapat banyak gangguan atau kendala fisik atau mental,
tetapi kalau ada motivasi besar, perhatian menyimak sesuatu tetap
besar.
7. Faktor jenis kelamin
Dapat menentukan kadar perhatian untuk menyimak. Minat dan
perhatian pria dan wanita memperlihatkan perbedaan, walaupun tidak
dapat disangkal adanya persamaan. Ada hal-hal khusus yang menarik
perhatian wanita. Ada hal-hal khusus yang lebih menarik perhatian
pria. Pembicara yang berpengalaman tentu mempertimbangkan hal ini.
Tema bahan pembicaraan dapat berbeda kalau para penyimak terdiri
dari kaum wanita saja, atau terdiri dari pria saja, ataupun campuran.
Memang harus diingat bahwa ada hal-hal yang tidak pantas disimak
oleh kaum pria dan ada pula hal yang tidak sesuai bagi kaum wanita.
Jadi dengan singkat dapat kita katakana bahwa factor kelayakan ini
tidak boleh diabaikan.
8. Faktor Lingkungan
Lingkungan Fisik yaitu agar siswa dapat mendengar dan menyimak
dengan baik tanpa ketegangan dan gangguan. Lingkungan Sosial yaitu
agar siswa dapat mengekpresikan ide-ide mereka.
9. Faktor Peranan dalam Masyarakat
Peranan dalam masyarakat yaitu sangat penting dalam menyampaikan
informasi kita harus mendengarkan ceramah/pidato yang disampaikan.
E. MENGAPA KITA MENYIMAK
1.Menyimak demi Kenikmatan
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali bahan simakan yang dapat
memberi kesenangan, kegembiraan, kenikmatan kepada kita. Ada pakar
yang mengatakan bahwa menyimak akan terasa menguntungkan bila :
a. Duduklah secara menyenangkan
b. Usahakanlah adanya suatu sikap yang reseptif
c. Gunakanlah imajinasi dan empati
d. Periksalah secara kritis reaksi-reaksi diri sendiri
2.Menyimak demi Pemahaman
Menyimak pemahaman menuntut suatu pemetikan tema atau pesan
tertentu dan terarah, suatu perasaan mengenai keseluruhan strukturnya,
pemahaman pengertian-pengertian istilah pengenalan atas jenis-jenis
materi penunjang, suatu perasaan untuk membedakan yang lebih penting
dalam pembicaraan itu, dan juga suatu penafsiran bagaimana caranya sang
pembicara menyesuaikan ide, sikap, keyakinan, dan nilainya
dengan/terhadap penyimak. Ada beberapa langkah-langkah pencegahan
dalam menyimak pemahaman, antara lain:
a. Kenalilah ide-ide utama atau gagasan pokok sang pembicara
b. Kenalilah struktur atau susunan butir-butir pokok yang dominan.
c. Periksalah secara kritis perincian-perincian yang dipakai untuk
mengembangkan serta menunjang ide-ide pokok
d. Hubungkanlah ide-ide pokok pembicara dengan kepercayaan,
sikap, nilai-nilai, dan perilaku Anda/perilaku diri sendiri
3. Menyimak demi Penilaian
Dalam kegiatan menyimak evaluatif ini, kita selaku penyimak harus
mampu memberikan penilaian, pendapat, keputusan, dan komentar yang
kritis terhadap materi pembicaraan.
F. BAHAN SIMAKAN YANG MENARIK PERHATIAN
Agar presentasi dapat menarik perhatian para penyimak, maka
haruslah memenuhi butir-butir berikut ini:
1. Tema Harus up-to-date.
Bahan-bahan mutakhir yang terbaru, yang muncul dalam kehidupan
biasanya menarik perhatian. Oleh sebab itu sang pembicara harus pandai
memilih salah satu topik masalah yang masih menjadi buah pembicaraan
dalam masyarakat. Kalau hal ini dapat diseleksi dengan baik, tentu
pembicaraan yang disajikan pasti menarik perhatian, sebab semua orang
ingin tahu akan masalah itu dan bagaimana cara pemecahannya atau
penyelesaiannya.
2. Tema Terarah dan Sederhana.
Tema pembicaraan jangan terlalu luas. Cakupan pembicaraan yang
terlalu luas takkan terjangkau oleh para penyimak. Pilihlah salah satu
topik yang sederhana, jangan terlalu rumit dan sukar, yang muncul dari
kehidupan sehari-hari. Bahan pembicaraan yang terlalu mengambang
serta rumit tidak akan menarik perhatian, malahan membosankan dan
membingungkan para penyimak. Harus diingat bahwa yang "sederhana"
tidak harus diidentikkan dengan "jelek" dan "tidak berguna"
3. Tema dapat menambah pengalaman dan pemahaman.
Dari pembicaraan seseorang, biasanya kita mengharapkan adanya hal-
hal yang dapat menambah pengetahuan. Topik atau tema yang disajikan
dapat memperkaya pengalaman dan mempertajam pemahaman serta
penguasaan para penyimak akan masalah itu. Nah, baik topik, maupun
cara penyajiannya harus mampu memenuhi tuntutan itu. Siapa yang mau
membuang-buang waktu dan tenaga justru untuk menyimak hal-hal yang
tidak berguna, bukan?
4. Tema bersifat sugestif dan evaluatif.
Tema atau topik pembicarran haruslah dipilih sedemikian rupa
sehingga merangsang penyimak untuk berbuat dengan tepat serta dapat
memberi penilaian tepat tidaknya, baik buruknya tindakan yang akan
dilaksanakan. Pokok pembicaraan harus dapat menggugah serta
merangsang para penyimak untuk berbuat, bertindak, dan berkata dalam
hatinya: "Sayapun pasti dapat dan berhasil mengerjakan hal serupa itu".
5. Tema bersifat motivatif.
Topik atau tema pembicaraan seyogyanya dapat memberikan
dorongan kuat untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Dapat memotivasi
par apenyimak untuk bekerja lebih tekun untuk mencapai hasil yang
lebih baik. Tentunya sang pembicara tidak mengharapkan kurangnya
motivasi berbuat dan bertindak para penyimak setelah menyimak
ceramah atau ujarannya.
6. Pembicara harus dapat menghibur.
Manusia hidup membutuhkan hiburan, apalagi setelah bekerja berat
seharian. Dengan menyimak sesuatu, maunya orang bisa melupakan
kesusahan atau masalah hidup, paling sedikit buat sementara, pada saat
menyimak itu. Oleh sebab itu sang pembicara harus pandai berkelakar,
membuat humor yang dapat membuat para penyimak tertawa, kalau perlu
sampai terbahak-bahak.
7. Bahasa sederhana mudah dimengerti.
Banyak orang beranggapan bahwa suatu ceramah, kuliah, atau
pembicaraan yang bermutu harus diiringi oleh kata-kata yang pelik,
istilah-istilah baru, dan kalimat-kalimat yang panjang serta rumit.
Anggapan itu keliru. Dengan bahsa yang "sederhana" pun pesan dapat
disampaikan kepada para penyimak. Justru dengan bahasa yang
sederhana, tema atau topik pembicaraan lebih mudah dipahami, lebih
cepat dimengerti, komunikasi berjalan lasncar tanpa kendala kebahsaan.
Oleh karena itu sang pembicara harus dapat mempergunakan bahasa
yang sederhana, yang mudah dimengerti, serta diselang-seling dengan
humor dan petatah-petitih.
8. Komunikasi dua arah.
Alangkah baiknya jika suatu ceramah memberi kesempatan bertanya
atau mengemukakan pendapat kepada para penyimak. Jadikanlah forum
komunikasi itu menjadi komunikasi dua arah. Sang pembicara harus
mengusahakan timbulnya dialog dia dengan partisipan, walaupun hal ini
menuntut pengetahuan umum yang luas. Komunikasi itu jangan
dibicarakan menjadi ajang duolog melulu, yang membuat perhatian
penyimak pudar atau hilang sama sekali. Beri kesempatan berbicara juga
kepada penyimak, saling berganti agar komunikasi hidup, bersifat dua
arah, merupakan dialog.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat kita simpulkan bahwa :
1. kita hendaknya menyadari benar benar bahwa komunikasi lisan yang
tepat guna tergantung kepada pengirim, penerima, dan tanggapan
terhadap pesan-pesan lisan. Selanjutnya penerimaan dan response
tergantung pada perhatian. Jadi, tidak mungkin memisahkan perhatian
dari komunikasi efektif
2. Perhatian adalah suatu proses penyeleksian dari berbagai ragam stimuli
sebuah stimulus yang penting bagi sesorang pada saat tertentu.
3. Keterampilan menyimak yang baik sangat sangat penting bagi
komunikasi lisan yang efektif, kita harus mulai sedini mungkin
menentukan cara khusus untuk meningkatkan keterampilan ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://cintailahbahasaindonesia.blogspot.co.id/2012/08/makalah-penyusunan-
bahan-menyimak.html?m=1

http://fozi89.blogspot.co.id/2011/01/memilih-bahan-simakan-yang-
menarik.html

http://turunanilmu.blogspot.co.id/2010/12/bahan-simakan-yang-dapat-
menarik.html?m=1

Вам также может понравиться