Вы находитесь на странице: 1из 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman modern kini yang beberapa orang bahwa ini adalah zaman jahiliyah
modern. Dimana keadaan zaman sekarang ini moral sudah mengikis dalam masing-
masing individu. Hal itu bisa terjadi karena kurangnya keimanan pada diri seseorang.
Dasar iman orang-orang islam adalah ada enam iman yang harus selalu
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan harus diyakini. Suatu akidah yang bersih
lagi hak, jika telah melekat dengan mantap pada seseorang, pastilah membuat segala
perilaku kehidupannya menjadi istiqamah. Dan, jika aqidah yang bersih lagi hak telah
menaungi suatu masyarakat, maka akan tegaklah masyarakat tadi dan sanggup
mencapai kesempurnaan puncak kemanusiaan.
Beragama adalah suata bentuk keyakinan manusia terhadap berbagai hal yang
yang diajarkan oleh agama yang dianutnya. Beragama berarti meyakini secara bulat
terhadap pokok-pokok ajaran dan keyakinan sebuah agama. Oleha keran itu, tidak ada
manusia yang mengaku beragama tanpa ia meyakini apa-apa yang ditetapkan oleh
agama tersebut.
Dalam agama Islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun
Iman, terdiri dari enam pilar. Enam pilar keimanan umat Islam tersebut merupakan
sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap muslim. Tanpa mempercayai salah satunya
maka gugurlah keimanannya, sehingga mengimani ke enam rukun iman tersebut
merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan iman
2. Apa saja rukun iman
3. Bagaiamana cara memperdalam masuknya iman
C. Tujuan
1. memahami tentang iman
2. mengerti tentang rukun iman
3. menganalisa cara memperdalam masuknya iman
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman Dalam Agama Islam

Im
an secara
etimologi
s berarti
'percaya'.
Perkataan iman. Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara
istilah syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan
anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat".
Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa
bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini
adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin
Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya. Dengan demikian
definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan, dan amal perbuatan,
bisa bertambah dan bisa berkurang.

artinya : Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin
supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).
Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Fath: 4)
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan
dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan
dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka
yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang
beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip.
atau juga pandangan dan sikap hidup. Jadi,dapat di simpukan,seseorang dapat
dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi unsur
unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan
Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan,
maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab,
unsur unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan.
Keim
anan adalah
hal yang
paling
mendasar
yang harus
dimiliki
seseorang.
Allah
memerintahk
an agar
ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah :

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan
RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada
RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka
sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.”
(Q.S. An Nisa : 136)

Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan
mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan
dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk
kebaikan manusia.Maka pegang teguhlah keimanan yang sudah anda miliki.
B. Pengertian Rukun Iman
Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan
seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam
ajaran Islam.
Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan
dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka
itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah:177)

1. Iman Kepada Allah Ta’ala


Iman kepada Allah adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah adalah Rabb dan
Raja segala sesuatu, Dialah Yang Mencipta, Yang Memberi Rizki, Yang
Menghidupkan, dan Yang Mematikan, hanya Dia yang berhak diibadahi. Kepasrahan,
kerendahan diri, ketundukan, dan segala jenis ibadah tidak boleh diberikan kepada
selain-Nya, Dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan, keagungan, dan kemuliaan, serta
Dia bersih dari segala cacat dan kekurangan.
Mempercayai bahwa Allah itu adalah Zat (essensi) dan Ada (eksistensi) pada
Allah Maha Esa itu merupakan satuan, Ada pada Allah itu bersifat mutlak, berbeda
dengan eksistensi manusia bersifat nisbi. Aliran Sunni menambahkan beberapa Sifat-
Ilah yang merupakan suatu kemestian, yaitu Azali (al-Qidam), kekal tanpa batas (al-
Baqa), berbeda dengan setiap kebaharuan (Mukhâlafat lil Hawâdits), keberadaannya itu
pada zat-Nya sendiri (Qiyâmuhu bi Nafsihi), maha esa (al-Wahdâniyat),
berkemampuan tanpa batas (al-Qudrat), berkemauan tanpa hambatan (al-Irâdat), tahu
atas setiap sesuatu (al-u), hidup (al-Hayt), mendengar (al-Samak), menyaksikan (al-
Bashar), berbicara menurut zat-Nya (al-Kalam).
Iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari seluruh iman yang tergabung
dalam rukun iman. Karena iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari keimanan
yang lain, maka keimanan kepada Allah SWT harus tertanam dengan benar kepada diri
seseorang. Sebab jika iman kepada Allah SWT tidak tertanam dengan benar, maka
ketidak-benaran ini akan berlanjut kepada keimanan yang lain, seperti iman kepada
malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul Nya, hari kiamat, serta qadha dan
qadar Nya. Dan pada akhirnya akan merusak ibadah seseorang secara keseluruhan. Di
masyarakat tidak jarang kita jumpai cara-cara beribadah seorang yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam, padahal orang tersebut mengaku beragama Islam.

Ditinjau dari segi yang umum dan yang khusus ada dua cara beriman kepada Allah
SWT :
a. Bersifat Ijmali
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat ijmali maksudnya adalah, bahwa
kita mepercayai Allah SWT secara umum atau secara garis besar. Al-Qur’an sebagai
suber ajaran pokok Islam telah memberikan pedoman kepada kita dalam mengenal
Allah SWT. Diterangkan, bahwa Allah adalah dzat yang Maha Esa, Maha Suci. Dia
Maha Pencipta, Maha Mendengar, Maha Kuasa, dan Maha Sempurna.
b. Bersifat Tafshili
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat tafsili, maksudnya adalah
mempercayai Allah secara rinci. Kita wajib percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah
SWT memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan sifat-sifat makhluk Nya. Sebagai bukti
adalah adanya “Asmaul Husna” yang kita dianjurkan untuk berdoa dengan Asmaul
Husna serta menghafal dan juga meresapi dalam hati dengan menghayati makna.
2. Iman Kepada Para Malaikat-Nya
Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah memiliki malaikat -
malaikat, yang diciptakan dari cahaya. Mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh
Allah, adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Adapun yang diperintahkan
kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam tanpa berhenti.
Mereka melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan yang diperintahkan oleh
Allah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat mutawatir dari nash-nash Al-
Qur’an maupun As-Sunnah. Jadi, setiap gerakan di langit dan di bumi, berasal dari para
malaikat yang ditugasi di sana, sebagai pelaksanaan perintah Allah Azza wa Jalla.
Maka, wajib mengimani secara tafshil (terperinci), para malaikat yang namanya
disebutkan oleh Allah, adapun yang belum disebutkan namanya, wajib mengimani
mereka secara ijmal (global).
3. Iman Kepada Kitab-Kitab
Maksudnya adalah, meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah memiliki kitab-
kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya, yang benar-benar
merupakanKalam (firman, ucapan)-Nya. Ia adalah cahaya dan petunjuk. Apa yang
dikandungnya adalah benar. Tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah. Wajib
beriman secaraijmal, kecuali yang telah disebutkan namanya oleh Allah, maka wajib
baginya mengimaninya secara tafshil, yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Selain
wajib mengimani bahwa Al-Qur’an diturunkan dari sisi Allah, wajib pula mengimani
bahwa Allah telah mengucapkannya sebagaimana Dia telah mengucapkan seluruh kitab
lain yang diturunkan. Wajib pula melaksanakan berbagai perintah dan kewajiban serta
menjauhi berbagai larangan yang terdapat di dalamnya. Al-Qur’an merupakan tolok
ukur kebenaran kitab-kitab terdahulu. Hanya Al-Qur’anlah yang dijaga oleh Allah dari
pergantian dan perubahan. Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang diturunkan, dan bukan
makhluk, yang berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
4. Iman Kepada Rasul-rasul
Iman kepada rasul-rasul adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah telah
mengutus para rasul untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya.
Kebijaksanaan-Nya telah menetapkan bahwa Dia mengutus para rasul itu kepada
manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman kepada mereka. Maka, wajib
beriman kepada semua rasul secara ijmal sebagaimana wajib pula beriman
secara tafshilkepada siapa di antara mereka yang disebut namanya oleh Allah, yaitu 25
diantara mereka yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Wajib pula beriman
bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi selain mereka, yang jumlahnya
tidak diketahui oleh selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui nama-nama mereka
selain Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Wajib pula beriman bahwa
Muhammad shalalallahu alaihi wa salam adalah yang paling mulia dan penutup para
nabi dan rasul, risalahnya meliputi bangsa jin dan manusia, serta tidak ada nabi
setelahnya.
Kecuali mesti beriman terhadap Nabi Muhammad, yang merupakan bagian kedua pada
Syahadatain, maka setiap Muslim diwajibkan pula mempercayai Rasul-Rasul Allah
pada masa-masa sebelumnya dan memuliakannya. Di dalam kitab suci Al-Qur'an
terdapat nama dua puluh lima Rasul Allah, yang satu persatunya disebutkan dengan
nyata, yaitu:
Adam, Idris,Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishak, Yaakub, Yusuf,Ayub, Zul
kifli,Syu'aib, Musa, Harun, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakharia, Yahya,Isa,
5. Iman Kepada Kebangkitan Setelah Mati
Iman kepada kebangkitan setelah mati adalah keyakinan yang kuat tentang
adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah akan membalas kebaikan orang-orang yang
berbuat baik dan kejahatan orang-orang yang berbuat jahat. Allah mengampuni dosa
apapun selain syirik, jika Dia menghendaki. Pengertian alba’ts (kebangkitan) menurut
syar’i adalah dipulihkannya badan dan dimasukkannya kembali nyawa ke dalamnya,
sehingga manusia keluar dari kubur seperti belalang-belalang yang bertebaran dalam
keadaan hidup dan bersegera mendatangi penyeru. Kita memohon ampunan dan
kesejahteraan kepada Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
6. Iman Kepada Takdir Yang Baik Maupun Yang Buruk Dari Allah Ta’ala.
Iman kepada takdir adalah
meyakini secara sungguh-sungguh
bahwa segala kebaikan dan
keburukan itu terjadi karena takdir Allah. Allah ta’ala telah mengetahui kadar dan
waktu terjadinya segala sesuatu sejak zaman azali, sebelum menciptakan dan
mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan apa yang telah
diketahui-Nya itu. Allah telah menulisnya pula di dalam Lauh Mahfuzh sebelum
menciptakannya. Allah berfirman :

Artinya :”Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar


(ukuran).” (Al-Qomar: 49).
C. Cara Memperdalam Iman
Sungguh banyak cara yang bisa dilakukan seorang muslim untuk meningkatkan
keimanannya. Diantara cara tersebut adalah berikut ini:
1. Mentadabburi Al-Quran
Tadabbur (mengkaji) Al-Quran merupakan salah satu cara yang utama untuk
memperkuat keimanan. Semakin dalam seseorang mengkaji Al-Quran, dan semakin
banyak ilmu dan ma’rifat yang dia dapatkan di dalamnya, niscaya akan semakin
bertambah keimanannya. Demikian pula ketika ia mengamati keteraturan dan ketepatan
susunan ayat-ayatnya, niscaya dia akan mendapati bahwa keseluruhan ayat Al-Quran
saling membenarkan antara satu dan lainnya, tidak ada pertentangan di antaranya.
Apabila seseorang membaca Al-Quran dengan penuh tadabbur, memahami makna dan
maksudnya-layaknya buku yang dihafal oleh seseorang lalu ia menerangkannya-
niscaya dia akan dapat memahami maksud Allah Swt. yang telah menurunkan Al-
Quran tersebut. Dan ini merupakan salah satu penguat iman yang paling besar.
2. Mengenal Hadits Nabi
Demikian juga mengenal hadits Nabi Saw. dan hal yang dapat menyampaikan
kepadanya berupa ilmu-ilmu tentang iman dan amal. Semua itu termasuk perkara-
perkara yang akan melahirkan iman dan memperkuatnya. Apabila ma’rifat seorang
hamba tentang Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw. bertambah, niscaya bertambah
pula iman dan keyakinannya hingga ilmu dan imannya telah sampai kepada derajat
yakin.
3. Mengenal Pribadi Nabi
Cara lainnya untuk menghadirkan benih-benih iman adalah ma’rifat kepada
Nabi Saw. serta mengenal akhlaknya yang tinggi dan sifatnya yang mulia. Siapa yang
benar-benar mengenal beliau niscaya dia tidak akan pernah meragukan kebenarannya
dan kebenaran al-Kitab, as-Sunnah, dan agama yang dibawanya.
4. Tafakkur
Sebab lain yang akan menumbuhkan keimanan adalah tafakkur terhadap alam
semesta berupa penciptaan langit, bumi, dan berbagai jenis makhluk yang ada padanya.
Demikian juga memikirkan segala apa yang ada pada diri manusia dan sifat yang ada
padanya. Semua itu adalah pendorong yang kuat bagi iman. Karena segala sesuatu yang
ada merupakan keagungan ciptaan yang menunjukkan qudrat dan kebesaran Yang
Maha Pencipta. Selain itu, keindahan dan keteraturan alam yang menakjubkan ini juga
menunjukkan ilmu Allah Ta’ala yang luas dan hikmah (kebijaksanaan)-Nya yang
mencakup segala hal.
Demikian pula memikirkan faqirnya semua makhluk dan berhajatnya mereka
kepada Rabbnya dari semua sisi. Makhluk tak bisa terlepas dari Allah sekejap mata pun.
Hal itu mengharuskan hamba untuk tunduk secara sempurna, banyak berdo’a, dan
bermunajat kepada Allah guna meraih apa yang dibutuhkannya untuk kebaikan agama
dan dunianya serta menolak segala yang akan melahirkan kemudharatan bagi
keduanyanya. Lebih dari itu, ia juga akan melahirkan sikap tawakkal sepenuhnya
kepada Allah, keinginan yang kuat untuk mendapatkan kebaikan dan ihsan-Nya, serta
keyakinan yang sempurna terhadap janji Allah Swt. Dengan ini, iman menjadi mantap
dan kuat. Demikian pula dengan tafakkur terhadap banyaknya nikmat Allah yang selalu
dibutuhkan oleh semua makhluk setiap pada saat.
5. Banyak Berdzikir
Sebab lain yang dapat memperkuat keimanan adalah memperbanyak dzikir dan
berdo’a kepada Allah . Yaitu dzikir yang dilakukan setiap saat, baik dengan lisan, hati,
amal (perbuatan), maupun sikap. Perlu diingat bahwa kadar keimanan seseorang
tergantung pada banyaknya ia berdzikir.

6. Mengenal Kebaikan-kebaikan Islam


Menyadari kebaikan-kebaikan yang ada pada ajaran Islam merupakan salah satu
faktor penguat keimanan. Sesungguhnya semua ajaran Islam baik. ‘Aqidahnya adalah
yang paling benar dan paling bermanfaat. Akhlaknya adalah yang paling bagus. Segala
hukum dan amalan yang ada di dalamnya adalah yang terbaik dan teradil. Dengan cara
pandang seperti ini, Allah Ta’ala akan menghiasi hati hamba dengan keimanan dan
menjadikannya cinta kepada-Nya.
7. Beribadah Dengan Optimal
Faktor penting lainnya yang dapat menguatkan keimanan adalah beribadah
kepada Allah dengan ihsan (optimal) dan berbuat baik kepada makhluk-Nya. Ihsan
dalam beribadah terwujud dengan bersungguh-sungguh ketika beribadah kepada Allah
seakan-akan ia melihat-Nya. Jika ia tak mampu melakukan hal itu, maka ia
menghadirkan dalam hatinya satu keyakinan bahwa Allah menyaksikan dan melihatnya.
Hal ini akan membuat seorang hamba bersungguh-sungguh dalam beramal dan
melakukannya dengan sangat baik. Ia senantiasa berjuang melawan nafsunya sehingga
iman dan keyakinannya kuat dan sampai kepada derajat haqqul yaqin yang merupakan
martabat keimanan yang paling tinggi. Itulah saat ketika ia merasakan manisnya
berbuat taat.
8. Berdakwah
Berdakwah mengajak kepada Allah dan agama-Nya, serta saling menasihati
dengan kebenaran dan kesabaran merupakan faktor lain yang dapat mempertebal
keimanan. Dengan berdakwah seorang hamba berarti menyempurnakan (keimanan)
dirinya dan keimanan orang lain.
9. Menjauhi Perbuatan Dosa
Hal lain yang akan mengokohkan keimanan adalah menjauhkan diri dari segala
yang mengantarkan kepada kekufuran, nifak, fasik, dan maksiat.

10. Mengerjakan Ibadah Sunnah


Termasuk sebab penguat iman juga adalah mendekatkan diri kepada Allah
dengan melaksanakan ibadah sunnah setelah yang fardhu dan mendahulukan apa yang
dicintai Allah atas segala yang lainnya ketika melawan hawa nafsu.
11. Berkhalwat
Di antaranya juga adalah berkhalwat (menyendiri) bersama Allah ketika Dia
turun (ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir) untuk munajat kepada-Nya dan
membaca Kalam-Nya (Al-Quran), dengan menghadapkan hati penuh penghambaan di
hadapan-Nya, kemudian menutupnya dengan istighfar dan taubat.
12. Dekat Dengan Ulama dan Orang Shalih
Penguat iman lainnya adalah duduk (di satu majelis) dengan para ulama yang
benar dan ikhlas guna memetik buah yang baik dari perkataan mereka, seperti
dipilihnya buah yang baik (dari pohon).
13. Menjaga Hati
Hal lain yang akan menguatkan keimanan adalah menjauhkan diri dari segala
sesuatu yang dapat membatasi dan memisahkan antara hati seorang hamba dan Allah
Ta’ala.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan
seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam
ajaran Islam, yaitu:man kepadaAllah, Iman kepada Malaikat-malaikat Allah, Iman
kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hariKiamat,
Iman kepada Qada dan Qadar,
Iman kepada Allah serta iman kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi
perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan
pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, Maha
Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya akan senantiasa berhati-hati
dan waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati tidak ada seorang manusiapun di
sekitarnya.
Keyakinan terhadap adanya malaikatakan berpengaruh terhadap perilaku
manusia. Jika kita yakin ada malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk kita,
maka seorang muslim akan senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia
akan menyadari bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Bahjat,Mengenal Allah,pustaka hidayah,Bandung;1986

Abdurrahman Habanakah,pokok-pokok aqidah islam,gema insani,Jakarta;1986

Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.

Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka

Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosdakarya.

Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara

Вам также может понравиться