Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman modern kini yang beberapa orang bahwa ini adalah zaman jahiliyah
modern. Dimana keadaan zaman sekarang ini moral sudah mengikis dalam masing-
masing individu. Hal itu bisa terjadi karena kurangnya keimanan pada diri seseorang.
Dasar iman orang-orang islam adalah ada enam iman yang harus selalu
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan harus diyakini. Suatu akidah yang bersih
lagi hak, jika telah melekat dengan mantap pada seseorang, pastilah membuat segala
perilaku kehidupannya menjadi istiqamah. Dan, jika aqidah yang bersih lagi hak telah
menaungi suatu masyarakat, maka akan tegaklah masyarakat tadi dan sanggup
mencapai kesempurnaan puncak kemanusiaan.
Beragama adalah suata bentuk keyakinan manusia terhadap berbagai hal yang
yang diajarkan oleh agama yang dianutnya. Beragama berarti meyakini secara bulat
terhadap pokok-pokok ajaran dan keyakinan sebuah agama. Oleha keran itu, tidak ada
manusia yang mengaku beragama tanpa ia meyakini apa-apa yang ditetapkan oleh
agama tersebut.
Dalam agama Islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun
Iman, terdiri dari enam pilar. Enam pilar keimanan umat Islam tersebut merupakan
sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap muslim. Tanpa mempercayai salah satunya
maka gugurlah keimanannya, sehingga mengimani ke enam rukun iman tersebut
merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan iman
2. Apa saja rukun iman
3. Bagaiamana cara memperdalam masuknya iman
C. Tujuan
1. memahami tentang iman
2. mengerti tentang rukun iman
3. menganalisa cara memperdalam masuknya iman
BAB II
PEMBAHASAN
Im
an secara
etimologi
s berarti
'percaya'.
Perkataan iman. Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara
istilah syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan
anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat".
Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa
bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini
adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin
Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya. Dengan demikian
definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan, dan amal perbuatan,
bisa bertambah dan bisa berkurang.
artinya : Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin
supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).
Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Fath: 4)
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan
dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan
dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka
yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang
beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip.
atau juga pandangan dan sikap hidup. Jadi,dapat di simpukan,seseorang dapat
dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi unsur
unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan
Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan,
maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab,
unsur unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan.
Keim
anan adalah
hal yang
paling
mendasar
yang harus
dimiliki
seseorang.
Allah
memerintahk
an agar
ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah :
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan
RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada
RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka
sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.”
(Q.S. An Nisa : 136)
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan
mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan
dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk
kebaikan manusia.Maka pegang teguhlah keimanan yang sudah anda miliki.
B. Pengertian Rukun Iman
Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan
seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam
ajaran Islam.
Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan
dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka
itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah:177)
Ditinjau dari segi yang umum dan yang khusus ada dua cara beriman kepada Allah
SWT :
a. Bersifat Ijmali
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat ijmali maksudnya adalah, bahwa
kita mepercayai Allah SWT secara umum atau secara garis besar. Al-Qur’an sebagai
suber ajaran pokok Islam telah memberikan pedoman kepada kita dalam mengenal
Allah SWT. Diterangkan, bahwa Allah adalah dzat yang Maha Esa, Maha Suci. Dia
Maha Pencipta, Maha Mendengar, Maha Kuasa, dan Maha Sempurna.
b. Bersifat Tafshili
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat tafsili, maksudnya adalah
mempercayai Allah secara rinci. Kita wajib percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah
SWT memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan sifat-sifat makhluk Nya. Sebagai bukti
adalah adanya “Asmaul Husna” yang kita dianjurkan untuk berdoa dengan Asmaul
Husna serta menghafal dan juga meresapi dalam hati dengan menghayati makna.
2. Iman Kepada Para Malaikat-Nya
Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah memiliki malaikat -
malaikat, yang diciptakan dari cahaya. Mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh
Allah, adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Adapun yang diperintahkan
kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam tanpa berhenti.
Mereka melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan yang diperintahkan oleh
Allah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat mutawatir dari nash-nash Al-
Qur’an maupun As-Sunnah. Jadi, setiap gerakan di langit dan di bumi, berasal dari para
malaikat yang ditugasi di sana, sebagai pelaksanaan perintah Allah Azza wa Jalla.
Maka, wajib mengimani secara tafshil (terperinci), para malaikat yang namanya
disebutkan oleh Allah, adapun yang belum disebutkan namanya, wajib mengimani
mereka secara ijmal (global).
3. Iman Kepada Kitab-Kitab
Maksudnya adalah, meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah memiliki kitab-
kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya, yang benar-benar
merupakanKalam (firman, ucapan)-Nya. Ia adalah cahaya dan petunjuk. Apa yang
dikandungnya adalah benar. Tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah. Wajib
beriman secaraijmal, kecuali yang telah disebutkan namanya oleh Allah, maka wajib
baginya mengimaninya secara tafshil, yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Selain
wajib mengimani bahwa Al-Qur’an diturunkan dari sisi Allah, wajib pula mengimani
bahwa Allah telah mengucapkannya sebagaimana Dia telah mengucapkan seluruh kitab
lain yang diturunkan. Wajib pula melaksanakan berbagai perintah dan kewajiban serta
menjauhi berbagai larangan yang terdapat di dalamnya. Al-Qur’an merupakan tolok
ukur kebenaran kitab-kitab terdahulu. Hanya Al-Qur’anlah yang dijaga oleh Allah dari
pergantian dan perubahan. Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang diturunkan, dan bukan
makhluk, yang berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
4. Iman Kepada Rasul-rasul
Iman kepada rasul-rasul adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah telah
mengutus para rasul untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya.
Kebijaksanaan-Nya telah menetapkan bahwa Dia mengutus para rasul itu kepada
manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman kepada mereka. Maka, wajib
beriman kepada semua rasul secara ijmal sebagaimana wajib pula beriman
secara tafshilkepada siapa di antara mereka yang disebut namanya oleh Allah, yaitu 25
diantara mereka yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Wajib pula beriman
bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi selain mereka, yang jumlahnya
tidak diketahui oleh selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui nama-nama mereka
selain Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Wajib pula beriman bahwa
Muhammad shalalallahu alaihi wa salam adalah yang paling mulia dan penutup para
nabi dan rasul, risalahnya meliputi bangsa jin dan manusia, serta tidak ada nabi
setelahnya.
Kecuali mesti beriman terhadap Nabi Muhammad, yang merupakan bagian kedua pada
Syahadatain, maka setiap Muslim diwajibkan pula mempercayai Rasul-Rasul Allah
pada masa-masa sebelumnya dan memuliakannya. Di dalam kitab suci Al-Qur'an
terdapat nama dua puluh lima Rasul Allah, yang satu persatunya disebutkan dengan
nyata, yaitu:
Adam, Idris,Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishak, Yaakub, Yusuf,Ayub, Zul
kifli,Syu'aib, Musa, Harun, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakharia, Yahya,Isa,
5. Iman Kepada Kebangkitan Setelah Mati
Iman kepada kebangkitan setelah mati adalah keyakinan yang kuat tentang
adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah akan membalas kebaikan orang-orang yang
berbuat baik dan kejahatan orang-orang yang berbuat jahat. Allah mengampuni dosa
apapun selain syirik, jika Dia menghendaki. Pengertian alba’ts (kebangkitan) menurut
syar’i adalah dipulihkannya badan dan dimasukkannya kembali nyawa ke dalamnya,
sehingga manusia keluar dari kubur seperti belalang-belalang yang bertebaran dalam
keadaan hidup dan bersegera mendatangi penyeru. Kita memohon ampunan dan
kesejahteraan kepada Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
6. Iman Kepada Takdir Yang Baik Maupun Yang Buruk Dari Allah Ta’ala.
Iman kepada takdir adalah
meyakini secara sungguh-sungguh
bahwa segala kebaikan dan
keburukan itu terjadi karena takdir Allah. Allah ta’ala telah mengetahui kadar dan
waktu terjadinya segala sesuatu sejak zaman azali, sebelum menciptakan dan
mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan apa yang telah
diketahui-Nya itu. Allah telah menulisnya pula di dalam Lauh Mahfuzh sebelum
menciptakannya. Allah berfirman :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan
seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam
ajaran Islam, yaitu:man kepadaAllah, Iman kepada Malaikat-malaikat Allah, Iman
kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hariKiamat,
Iman kepada Qada dan Qadar,
Iman kepada Allah serta iman kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi
perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan
pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, Maha
Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya akan senantiasa berhati-hati
dan waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati tidak ada seorang manusiapun di
sekitarnya.
Keyakinan terhadap adanya malaikatakan berpengaruh terhadap perilaku
manusia. Jika kita yakin ada malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk kita,
maka seorang muslim akan senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia
akan menyadari bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat.
DAFTAR PUSTAKA
Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara