Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Visi
Misi
PEMBAHASAN
Pada wilayah kerja KKP Semarang, pada setiap ruangan mempunyai potensi
bahaya yang berbeda-beda pada masing-masing ruangan. Sumber potensi yang
dimiliki mempunyai potensi pada segi fisik, kimia, dan ergonomic. Pada setiap
sumber potensi bahaya mempunyai analisis dengan dampak pada orang-orang yang
terpapar dengan sumber tersebut. Banyak rekomendasi yang dapat dilakukan pada
sumber potensi bahaya dengan mengacu pada peraturan yang menganjurkan tindakan
agar tidak menimbulkan resiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
Pada sumber potensi bahaya segi sifat fisik kebisingan yang mempunyai
analis dampak dapat Menurunya ketajaman pendengaran dengan rekomendasi Kerja
Secara shift dengan acuan peratuan Keputusan MENLH Nomor KEP-
48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, kemudian debu dapat
menimbulkan Penyakit Pneumokoniosis, iritasi mata dengan rekomendasi
Menggunakan Masker berdasarkan acuan PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA, asap dapat menimbulkan Penyakit
kanker paru-paru dengan rekomendasi Menggunakan Masker dengan acuan Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 2009 tentang Ambang Batas
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan untuk main traffic dengan
berdampak Menimpa pengguna dengan rekomendasi Menggunakan
APD,menggunakan pada jalurnya dengan acuan pada KEPUTUSAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1405/MENKES/SK/XI/2002
TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA
PERKANTORAN DAN INDUSTRI.
Pada segi sifat kimia seperti halnya Desinfektan pel lantai, Semprotan anti
serangga berdampak keracunan dengan rekomendasi Menggunakan bahan
desinfektan yang aman, dan menggunakan masker dengan acuan KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
13141MENKESISWIX/2010 TENTANG PEDOMAN STANDARDISASI
SUMBER DAYA MANUSIA, SARANA, DAN PRASARANA Dl LINGKUNGAN
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN.
Sifat biologi seperti lalat dan kecoa yang berdampak penyakit leptosprosis
dengan rekomendasi pengendalian vektor dengan tidak membiarkan makanan
terbuka, memakai lem kemudia pada tikus yang berdampak penyakit leptospirosis
dengan rekomendasi Pengendalian vektor dengan perangkap tikus, menutup lubang
tikus dan kutu busuk berdampak dermatitis. Nilai ambang batas vector di pelabuhan
dapat mengacu pada KMK Nomor 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja, dan yang terakhir menurut faktor ergonomi dapat
mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
53/Permen-KP/2017 tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada wilayah kerja KKP Semarang, pada setiap ruangan mempunyai potensi
segi fisik, kimia, dan ergonomic serta menimbulkan bahaya yang berbeda-beda
pada masing-masing ruangan.
2. Pada sumber potensi bahaya segi fisik, kebisingan yang mempunyai analis
dampak dapat Menurunya ketajaman pendengaran dengan acuan peratuan
KepMENLH No KEP-48/MENLH/11/1996, kemudian debu dapat
menimbulkan Penyakit Pneumokoniosis, iritasi mata, berdasarkan acuan
PERATURAN PEMERINTAH RI NO 41 Th 1999, asap dapat menimbulkan
Penyakit kanker paru-paru dengan acuan Per Men Negara Lingkungan Hidup
No 4 Th 2009 dan untuk main traffic dengan berdampak Menimpa pengguna
dengan acuan pada KEPMEnKES RI NO 1405/MENKES/SK/XI/2002.
3. Pada segi kimia seperti halnya Desinfektan pel lantai, Semprotan anti serangga
berdampak keracunan dengan acuan KEPMENKES RI NO
13141MENKESISWIX/2010 TENTANG PEDOMAN STANDARDISASI
SUMBER DAYA MANUSIA, SARANA, DAN PRASARANA Dl
LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN.
4. Sifat biologi seperti lalat dan kecoa yang berdampak penyakit leptosprosis
dapat mengacu pada KMK Nomor 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang :
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja, dan yang terakhir menurut faktor
ergonomi dapat mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor 53/Permen-KP/2017 tentang keselamatan dan
kesehatan kerja.
B. Saran
1. Sumber potensi bahaya dalam ruang atau luar ruang sesuai dengan baku mutu
dalam peraturan, agar pekerja yang terpapar tidak menerima dampak yang
tinggi atau bahaya.
2. Sebaiknya pekerja yang bertugas dalam ruangan menggunkan APD yang sesuai
dan benar.
3. Dalam menerapkan sanitasi lingkungan kerja, dalam ruangan atau luar ruangan
sebaiknya menggunakan bahan yang aman atau tidak menimbukan dampak
untuk pekerja atau hal yang ada disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://kespelsemarang.id/page.php?hal=3
http://kespel.depkes.go.id/portal/profil/visi_misi
http://eprints.dinus.ac.id/19088/10/bab2_18425.pdf