PEMANFAATAN AKAR KUNING (Fibraurea chloroleuca Miers) SUKU DAYAK
UNTUK MENGOBATI HEPATITIS B
Penyakit infeksi masih menjadi masalah di dunia, terutama di negara-negara berkembang karena tingkat kesadaran dan pengetahuan penduduk akan pentingnya kesehatan masih sangat rendah (Anonim 2006). Saat ini di dunia diperkirakan terdapat kira-kira 350 juta orang pengidap (carier) HbsAg dan 220 juta (78 %) di antaranya terdapat di Asia termasuk Indonesia. Berdasarkan data WHO (2008), penyakit Hepatitis B menjadi pembunuh nomor 10 di dunia dan endemis di Cina dan bagian lain di Asia termasuk Indonesia (Sulaiman,2010). Angka kejadian (prevalensi) hepatitis B kronik di Indonesia mencapai 5 hingga 10 persen dari total penduduk, atau setara dengan 13,5 juta penderita. Jumlah ini membuat Indonesia menjadi negara ke 3 di Asia yang penderita hepatitis B kroniknya paling banyak. "Penyandang hepatitis B kronik di Indonesia mencapai 13,5 juta orang, di bawah China yang berjumlah 123,7 juta dan India 30 hingga 50 juta (Prof LA Lesmana dalam detiknews.com). Sedangkan di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2008-2009 terjadi 309 kasus, tahun 2009 sebanyak 61 kasus, 2011 sebanyak 14 kasus dan mengalami peningkatan tajam pada tahun menjadi 545 kasus (Profil Dinkes Kalteng,2013). Akar kuning (F. chloroleuca) telah dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat Indonesia terutama suku dayak sekitar bukit Baka, Kalimantan Tengah, untuk mengobati diare, sakit mata, dan penyakit kuning. Akar kuning merupakan tanaman tropis yang tumbuh hampir di seluruh hutan hujan tropis di dunia, dari mulai Hutan Amazon Brazil hingga hutan tropis di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan (Wahyuono et al., 2003). Berdasarkan Isolasi senyawa aktif dengan metoda Bioassay Guided Isolation di BBPT UGM didapatkan struktur kimiawi senyawa bioaktif yang terkandung dalam akar kuning yakni 8-oksoprotoberberine (wahyuono subagus dkk, 2006) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh suparto irma dkk dan dipublikasikan dalam jurnal penelitian yang berjudul ekstrak sapogenin akar kuning (F. chloroleuca) pada mencit yang diinduksi paracetamol sebagai hepaprotektor membuktikan bahwa ekstrak saponin akar kuning (F. chloroleuca) yang diuji secara empirik dan preklinik berpengaruh memperbaiki fungsi hati atau sering disebut dengan hepatoprotektor atau melindungi hati dari kerusakan (SIMNAS KBA,2012). Penelitian tersebut dilakukan oleh pakar gabungan dari IPB dengan hasil berdasarkan analisis kualitatif secara fitokimia menyatakan bahwa akar kuning mengandung kadar alkaloid. Dijelaskan bahwa kandungan saponinnya sangat tinggi, tetapi hasil uji flavanoid dan steroid negatif, sehingga untuk memudahkan ekstraksi akibat dari kadar saponin yang tinggi, diperlukan tambahan n-butanol dalam media ekstraksi. Dari hasi uji toksisitas atau tingkat keracunan akut terhadap mencit atau tikus putih diketahui bahwa ekstrak air menunjukan pada dosis 1122 mg/100g mampu mematikan 50 persen dari jumlah mencit yang ada (LD50 1122 mg/100g) dengan kisaran 638-1972 mg/100 g, sedangkan toksisitas ekstrak etanol hanya setengahnya. "Ini mengindikasikan kemampuan akar Kuning sebagai hepatoprotektor,"(Suparto Irma dkk dalam harian umum PELITA, 2015) PEMANFAATAN AKAR KUNING (Fibraurea chloroleuca Miers) SUKU DAYAK UNTUK MENGOBATI HEPATITIS B