Вы находитесь на странице: 1из 12

ASUHAN KEPERAWATAN

“HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

NAMA KELOMPOK 5 :

FREDERIKA PANAUHE
OLIVIA FRISCA MALENSANG
WIDIA SAMPE POLAN
EKLESIA BEHUKU

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
TAHUN 2014 /2015
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER “HIPERTENSI”

# KONSEP DASAR MEDIS


A. DEFINISI
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90
mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
Klasifikasi sesuai WHO/ISH

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normotensi
K < 140 < 90
Hipertensi
l ringan 140-180 90-105
Hipertensi
a perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi
s sedang dan berat > 180 > 105
Hipertensi
i sistolik terisolasi > 140 < 90
Hipertensi
f sistolik perbatasan 140-160 < 90

klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan The sixth Report of the Joint National
Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure,
1997

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Rekomendasi


Normal < 130 < 85 Periksa ulang dalam 2 tahun
Perbatasan 130-139 85-89 Periksa ulang dalam 1 tahun
Hipertensi tingkat 140-159 90-99 Konfirmasi dalam 1 / 2 bulan
Anjurkan modifikasi gaya
hidup
Hipertensi tingkat II 160-179 100-109 Evaluasi atau rujuk dalam 1
bulan
Hipertensi tingkat III ≥ 180 ≥ 110 Evaluasi atau rujuk segera
dalam 1 minggu berdasarkan
kondisi klinis

B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial terjadi sebagai fenomena primer yang tidak diketahui
penyebabnya. Biasanya terjadi setelah usia 40 tahuan, dengan insidensi familian yang
mengesankan pewarisan poligenik yang mengungguli berbagai faktor lingkungan. Faktor
lainnya yaitu hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek
dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang
meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal
Disebabkan oleh proses penyakit sebelumnya. Hipertensi sekunder harus diduga
kuat pada pasien hipertensi berusia kurang dari 40 tahun. Penyebab spesifikasi diketahui,
seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma, koorktasia aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dll.

C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengantrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpotis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasamotor
dihantarkan dalam impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pad titik ini, neuron pre ganglian melepaskan asetikolin, yang akan
merangsang serabut saraf, pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabknan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasikonstriktor yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensi I yang kemudian diubah menjadi angiontensi II,
suatu vasokonstriktor, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetuskan keadan hipertensi.
* Pertimbangan Gerotologis
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pda usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembulih darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung, mengakibatkan pe↓ curah jantung dan p↑ tahanan perifer.

D. MANIFESTASI KLINIS
- Peninggian tekanan darah
- Gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung.
- Sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur,
mata berkunang-kunang dan pusing.

E. DIAGNOSIS
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya
dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda,
kecuali terdapat kenaikan-kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat
dan gejala penyakit-penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal
jantung, penyakit serebrovaskuler, dll. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga,
gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/ kebiasaan
(seperti merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek
samping terapi antihipertensi sebelumnya bila ada dan faktor psikososial lingkungan
(leluarga, pekerjaan,dsb).

F. PENATALAKSANAAN
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular dan mortolitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah
mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan
diastolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor resiko. Hal ini dapat dicapai melalui
modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi.

* Kelompok risiko dikategorikan menjadi:


A : Pasien dengan TD perbatasan, atau tingkat 1,2 dan 3 tanpa gejala penyakit
kardiovaskular, kerusakan organ atau faktor risiko lainnya.
B : Pasien tanpa penyakit kardiovaskular/ kerusakan organ lainnya, tapi memiliki satu/
lebih faktor risikoyang tertera di atas, namun bukan diabeters melitus.
C : Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler/ kerusakan organ yang jelas.
Faktor resiko: usia > 60 tahun, merokok, dislipidemia, diabetes melitus, jenis kelamin
(pria dan wanita menopause), riwayat penyakit kerdiovaskular dalam keluarga.

* Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi risiko:


Tekanan darah Kelompok Risiko A Kelompok Risiko B Kelompok Risiko C
130-139/85-89 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan Obat
140-159/90-99 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan Obat
≥ 160/≥100 Dengan Obat Dengan Obat Dengan Obat
Medifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan risiko kardiovaskular dengan
biaya sedikit dan risiko minimal. Tatalaksana ini tetap dianjurkan meski harus disertai
obat antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah
yang dianjurka untuk :
- Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh ≥ 27)
- Membatasi alkohol
- Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit/hari)
- Mengurangi asupan natrium (< 100mmol Na/ .4 g Na/6 gNaCL/hari)
- Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam
makanan.

G. KOMPLIKASI
- Gagal jantung
- Angina pectoris
- Infrak miokardium
- Obstruksi/ ruptura pembuluh darah otak
- Gagal ginjal

# KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
a. Aktivitas/ Istirahat
- Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup menoton
- Tanda : Frekuensi jantung meningkat

b. Sirkulasi
- Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/kutub dan
penyakit serebrovaskular
- Tanda : Kenaikan TD

c. Integritas
- Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi
- Tanda : Letupan suasana hati, gelisah
d. Eliminasi
- Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau lalu (seperti infeksi/ obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal masa lalu)

e. Makanan / Cairan
- Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori, mual, muntah. Perubahan berat badan
akhir-akhir ini. Riwayat penggunaan diuretic
- Tanda : Berat badan normal/ obesitas.
Adanya edema (mungkin umum/ tertentu), kongesti vena, DVJ, glikosuria

f. Neurosensori
- Gejala :Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital, episode
kebas dan atau kelemahan sisi tubuh, gangguan penglihatan, episode
epistaksis
- Tanda : Status mental : Perubahan keterjagaan, orientasi, pola/ isi , bicara afek,
proses pikir/ memoti (ingatan).
- Respon motorik : Penurunan kekuatan genggaman tangan dan atau
refleksi tendon dalam.

Perubahan-perubahan retinal optik


g. Nyeri/ Ketidaknyamanan
- Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), nyeri hilang timbul
pada tungkai/ klaudikasi, sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya, nyeri abdomen.

h. Pernapasan
- Gejala : Dispenia yang berkaitan dengan aktivitas/ kerja, takipenia, ortopenia,
dispenia nokturnal paroksismal, batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
- Tanda : Distres respirasi/ penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas
tambahan, sianosis.
i. Keamanan
- Keluhan / gangguan koordinasi/ cara berjalan
- Gejala : Episode parestesia uniteral transien dan hipotensi posturnal.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleeran Aktivitas b/d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2.
- Kemungkinan dibuktikan oleh:

- Laporan verbal tentang keletihan dan kelemahan


- Frekuensi jantung atau respon TD terhadap aktivitas abnormal
- Rasa tidak nyaman saat bergerak atau dispnea
- Perubahan-perubahan EKG mencerminkan iskemia: disritmia.
- Hasil yang diharapkan / kriteria/ evaluasi:

- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan, melaporkan peningkatan dalam


toleransi aktivitas yang dapat diukur
Pasien akan : menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
≈ Intervensi
1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 x/ menit
diatas frekuensi istirahat; peningkatan TD yang nyata selama/sesudah
aktivitas;dispenia atau nyeri dada; keletihan dan kelemahan berlebihan; diaforesis;
pusing atau pingsang.
- Rasional : Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon
fisiologi terhadap stres aktivitas dan bila ada merupakan
indikator dan kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat
aktivitas.

2) Instruksikan pasien tentang teknik oenghematan energi


- Misalnya : Menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut,
melakukan aktivitas dengan perlahan.
- Rasional : Teknik menghemat energi mengurangi pengguanaan energi, juga
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/ perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
- Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung
tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan
mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.

2. Nyeri, sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskular serebral


Kemungkinan dibuktikan oleh:
- Melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada region, terjadi pada saat
bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu berdiri.
- Segan untuk menggerakkan kepala, mengjindari sinar terang dan keributan,
mengerutkan kening, menggenggam tangan
- Melaporkan kekakuan leher, pusing, penglihatan kabur, mual dan muntah.
Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi: Pasien akan:
- Melaporkan ketidaknyamanan/nyeri hilang/ terkontrol
- Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
- Mengurangi regimen farmakologi yang diresepkan
≈ Intervensi
1) tirah baring selama fase akut
- Rasional : Meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi

2) Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, mis: kompres


dingin pada dahi
- Rasional : Tindakan yang memperlambat respon simpatis efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasi.

3) Hilangkan / meminimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit


kepala
- Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala karena adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.

4) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.


- Rasional : Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit
kepala pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural

5) Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur


- Rasional : Meningkatkan kenyamanan umum.

3. Nutrisi, Perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan sehubungan
dengan kebutuhan metabolik, pola hidup monoton, keyakinan budaya.
 Kemungkinan dibuktikan oleh:

- Berat badan 10 % - 20 %
 Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi/ pasien akan:

- Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan


- Menunjukkan perubahan pada makan
- Melakukan/ mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual.
≈ Intervensi
1) Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan
- Rasional :Kegemukan adalah risiko tambahan pada TD tinggi karena
disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah
jantung berkaitan dengan peningkatan massa tubuh.

2) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet


- Rasional :Mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dalam program diit
terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan individu
untuk penyesuaian.

3) Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan BB


- Rasional : Motivasi untuk p↓ BB adalah internal individu harus
berkeinginan untuk m↓ BB, bila tidak maka program sama
sekali tidak berhasil.

4) Tetapkan rencana penurunan BB yang realistik dengan pasien, mis: P↓ BB 0.5


kg/minggu
- Rasional : p↓ masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori/hari secara
teori dapat m↓kan BB 0.5 kg/minggu. p↓ BB yang lambat
mengidentifikasi kehilangan lemak melalui kerja otot dan
umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan.

5) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi maukan lemak dan
kegemukan dan gula sesuai indikasi.
- Rasional : Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadi aterosklerosis dan
kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya. Mis: stroke, penyakit ginjal, gagal jantung.
Kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan
intravaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih
memperburuk hipertensi.

6) Dorongan pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan


dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan
dimakan.
- Rasional : Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang
dimakan dan kondisi emosi saat makan. Membantu untuk
memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah dapat
mengontrol perubahan.

7) Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepay, hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging) dan kolesterol (daging
berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan)
- Rasional : menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol dalam
mencegah perkembangan aterogenesis.
PATOFLOW
Neuron preganglian melepaskan asetilkolin

Kecemasan & ketakutan Merangsang serabut saraf pasca gonglion


Ke pembuluh darah & melepaskan norepinefrin

Vasokonstriksi pembuluh darah

Penurunan aliran darah ke ginjal

Pelepasan renin

Merangsang pembentukan angiotensin I

Proses penyakit Menjadi angiotensin II

Keterbatasan Merangsang sekresi aldosteron oleh


kognitif korteks adernal

Pasien bertanya- Retensi Na & H2O


Tanya tentang
Penyakitnya Peningkatan volume intravaskuler

Peningkatan TD (Hipertensi)
NDx. Kurang
pengetahuan Perubahan struktural & fungsional pada
sistem pembuluh darah

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat &


penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah

Vasokonstriksi menurunnya kemampuan distensi & vasokonstriksi


Pembuluh darah daya regang pembuluh darah pembuluh darah

Jantung harus aorta & arteri besar berkurang kemampuannya Peningkatan


Memompa lebih dalam mengakomodasikan volume darah tekanan vaskular
Kuat yang dipompa oleh jantung cerebral

Menghasilkan tekanan
Yang lebih besar untuk NDx. Penurunan curah NDx. Nyeri
Melintasi pembuluh darah jantung
Yang menyempit Peningkatan tekanan perifer

Peningkatan afterload jantung Peningkatan beban kerja jantung

Gangguan sirkulasi darah


NDx.
Kelemahan umum Ketidakseimbangan antara
Intoleransi
suplai & kebutuhan O2.
Aktivitas

Вам также может понравиться