Вы находитесь на странице: 1из 34

BAB III.

KOMPONEN SIKLUS AIR DI ATMOSFER

Air di atmosfer merupakan hasil distribusi dan


transportasi uap air melalui proses transpirasi,
evaporasi dan sublimasi. Banyak daerah yang
mengandalkan air hujan sebagai sumber air mereka.
A. KONDENSASI DAN PRESIPITASI

Kondensasi adalah perubahan air dari bentuk uap


menjadi bentuk padat. Kondensasi dibutuhkan
untuk membentuk presipitasi. Presipitasi
merupakan faktor penting dalam mengendalikan
siklus hidrologi. Jenis2 presipitasi yaitu hujan, hujan
es dan salju. Waktu turunnya, jumlahnya, letaknya
belum bisa diprediksi secara pasti dengan
metodologi yang digunakan saat ini.
 Terbentuknya Hujan
 Hujan memainkan peranan penting dalam
siklus hidrologi. Lembaban dari laut
menguap, berubah menjadi awan,
terkumpul menjadi awan mendung, lalu
turun kembali ke bumi, dan akhirnya
kembali ke laut melalui sungai dan anak
sungai untuk mengulangi daur ulang itu
semula.
 Terjadinya sangat dipengaruhi oleh konveksi di
atmosfer bumi dan lautan. Konveksi adalah
proses pemindahan panas oleh gerak massa
suatu fluida dari suatu daerah ke daerah
lainnya. Air-air yang terdiri dari air laut, air
sungai, air limbah, dan sebagainya tersebut
umumnya mengalami proses penguapan atau
evaporasi akibat adanya bantuan dari panas
sinar matahari. Air tersebut kemudian menjadi
uap melayang ke udara dan akhirnya terus
bergerak menuju langit yang tinggi bersama
uap-uap air yang lain.
 Sesampai di atas, uap-uap mengalami proses
pemadatan atau biasa disebut juga kondensasi
sehingga terbentuklah awan. Akibat terbawa angin
yang bergerak, awan-awan tersebut saling bertemu
dan membesar dan kemudian menuju ke atmosfir
bumi yang suhunya lebih rendah atau dingin dan
akhirnya membentuk butiran es dan air. Karena terlalu
berat dan tidak mampu lagi ditopang angin akhirnya
butiran-butiran air atau es tersebut jatuh ke
permukaan bumi, proses ini disebut juga proses
presipitasi. Karena semakin rendah, mengakibatkan
suhu semakin naik maka es/salju akan mencair,
namun jika suhuny
1. Pengukuran Curah Hujan

Yang paling sederhana yt dengan gelas ukur (GU).


GU diletakan di tempat terbuka. Jumlah curah hujan
yang jatuh disebut tebal hujan, dalam satuan cm
dan mm atau inci/satuan waktu. Umumnya GU
dihitung setiap hari dan cara ini umumnya
digunakan di daerah2 terpencil yang belum ada
stasiun meteorologinya. Pengukuran yang lebih
baik menggunakan penakar hujan rain gauge.
Penakar hujan ada yang analog dan ada yang digital.
TUGAS

DIBAGI DALAM 9 KELOMPOK

TERDAPAT 9 JENIS ALAT PENGUKUR CURAH HUJAN


Alat Pengukur Curah Hujan (Ombrometer, Rain
Gauge)
 Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, alat
pengukur hujan ada 2 macam yaitu alat pengukur
hujan manual dan alat pengukur hujan
otomatik.Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
pada saat menempatkan alat pengukur hujan yaitu :
 Harus diletakkan di tempat yang bebas halangan atau
pada jarak 4 kali tinggi obyek penghalang.
 Alat harus tegak lurus dan tinggi permukaan penakar
antara 90-120 cm di atas permukaan tanah.
 Bebas dari angin balik
 Alat harus dilindungi baik dari gangguan binatang
maupun manusia.
 Secara teknis alat harus standart.
 Dekat dengan lokasi pengamat.
 Air hujan sering digambarkan sebagai berbentuk
“lonjong”, lebar di bawah dan menciut di atas, tetapi
ini tidaklah tepat. Air hujan kecil hampir bulat. Air
hujan yang besar menjadi semakin leper, seperti roti
hamburger; air hujan yang lebih besar berbentuk
payung terjun. Air hujan yang besar jatuh lebih
cepat berbanding air hujan yang lebih kecil.
 Banyak orang juga lebih gemar tinggal di dalam
rumah pada hari hujan. Biasanya hujan memiliki
kadar asam pH 6. Air hujan dengan pH di bawah
5,6 dianggap hujan asam. Banyak orang
menganggap bahwa bau yang tercium pada saat
hujan dianggap wangi atau menyenangkan.
Sumber dari bau ini adalah petrichor, minyak
atsiri yang diproduksi oleh tumbuhan, kemudian
diserap oleh batuan dan tanah, dan kemudian
dilepas ke udara pada saat hujan.
 Hujan buatan Sering kali kebutuhan air tidak
dapat dipenuhi dari hujan alami. Maka orang
menciptakan suatu teknik untuk menambah
curah hujan dengan memberikan perlakuan pada
awan. Perlakuan ini dinamakan hujan buatan
(rain-making), atau sering pula dinamakan
penyemaian awan (cloud-seeding).
 Hujan buatan merupakan inovasi terbaru yang
berguna agar proses jatuhnya hujan semakin
banyak dan cepat.
 Agar hujan buatan bisa terbentuk, maka
dibutuhkan awan-awan yang memiliki kadar air
yang banyak dan kecepatan angin yang lambat.
Apakah hanya itu saja yang dibutuhkan? Tidak
hanya itu, masih banyak lagi yang harus
dibutuhkan. Hujan buatan ini dibuat dengan cara
menyemai awan dengan menggunakan bahan
yang bersifat higroskopik sehingga proses
pertumbuhan butir-butir hujan di dalam awan
akan meningkat dan selanjutnya akan
mempercepat terjadinya hujan.
 Jenis awan Cumulus adalah jenis awan yang sangat
bagus untuk digunakan sebagai media membuat
hujan buatan. Setelah lokasi pemilihan awan-awan
yang masuk dalam kriteria ditemukan, langkah
selanjutnya adalah proses penyemaian. Proses ini
membutuhkan media pesawat yang berfungsi
untuk mengangkut bubuk-bubuk yang sudah
disiapkan untuk disebar di awan-awan tersebut.
 Bubuk khusus tersebut terdiri dari glasiogenik
berupa Perak Iodida yang berfungsi untuk
membentuk es.
Di dalam bubuk tersebut, dicampur pula garam
dapur atau Natrium Chlorida dan urea, bahan-
bahan tersebut digunakan karena seperti
kandungan yang terdapat di awan. Untuk dapat
membentuk hujan yang lebat, biasanya dibutuhkan
bubuk khusus yang sudah diterangkan di atas
sebanyak 3 ton yang disemai menggunakan pesawat
terbang ke awan Cumulus selama 30 hari. Proses
pembuatan hujan buatan ini juga belum mesti
berhasil. Yang terpenting adalah penyebaran bibit
hujan harus memperhatikan arah angin,
kelembaban dan tekanan udara.
2. Perhitungan hujan Wilayah
Penakar hujan hanya mengukur hujan yang jatuh
pada lokasi tertentu (pengukuran titik), seluas 100
s/d 400 cm2.
Tugas bagi Mahasiswa :
Jelaskan Apa yang dimaksudkan dengan:
1. Metode Rerata Aritmatika
2. Poligon Thiessen
3. Isohyetal
4. Inverse Distance
5. Perhitungan dengan radar
Bagaimana cara Perhitungannya
3. EVAPORASI

Evaporasi (Evaporation) adalah perubahan air dari


bentuk cair menjadi bentuk uap, kebalikan dari proses
kondensasi. Pada daerah kering, penguapan dapat
mencapai 2000 mm/tahun, hal ini dapat menyebabkan
kekeringan yang panjang.
Ada beberapa metode untuk mengukur evaporasi yt :
Dengan panci evaporasi, lisimeter dan pengukuran
meteorologis. Masing-masing mempunyai kelebihan
dan kelemahannya.
1. Pengukuran dengan Panci Evaporasi

Cara ini yang paling sederhana. Penurunan


tinggi muka air menunjukkan evaporasi dari
permukaan air di dalam panci. Hal ini juga
dapat digunakan untuk mengukur penurunan
air bebas seperti di danau, waduk dan
embung.
2. Pengukuran dengan Lisimeter

Alat ini diletakan di bawah permukaan untuk mengoleksi air


tanah dari sekitarnya dan mengukur kehilangan massa air
dari volume tanah yang diketahui. Ada 3 jenis Lisimeter yt
Lisimeter Weighing, Zero Tension dan Tension.
Weighing : Mengukur perubahan berat dalam volume tanah
Zero-Tension : mengukur air yang turun melalui perkolasi
melalui lapisan tanah.
Tension : mempunyai pompa vakum untuk menarik secara
perlahan-lahan air di dalam lapisan tanah.
3. Estimasi Melalui Pengukuran Iklim

Evaporasi dapat diperkirakan dari


pengukuran meteorologi. Beberapa sifat fisik
iklim seperti suhu udara, suhu air, udara yang
mengalir di atas permukaan air, dan
berkurangnya tekanan uap air mempengaruhi
proses evaporasi. Suhu udara yang tinggi
atau kelebaban yang rendah menyebabkan
Evaporasi bertambah besar dan sebaliknya
C. TRANSPIRASI
Proses pemompaan air dari dalam tanah melalui akar
dan selanjutnya diuapkan. Kombinasi Evaporasi dan
Transpirasi disebut Evapotranspirasi (ET) yang
menyatakan tingkat kehilangan air pada sistem
perakaran tanaman. Jenis vegetasi, kerapatan
penutupan, dan penutupan tanaman berpengaruh
secara langsung terhadap jumlah air pada permukaan
tanah di dalam DAS yang teruapkan melalui transpirasi.
Laju transpirasi dipengaruhi oleh iklim, jenis tanaman,
umur tanaman , luas permukaan daun, dan jenis daun.
 Peran Transpirasi bagi Tumbuhan
 Transpirasi bermanfaat bagi tumbuhan karena :
 Menyebabkan terbentuknya daya isap daun,
hingga terjadi transport air di batang.
 Membantu penyerapan air dan zat hara oleh akar.
 Mengurangi air yang terserap berlebihan.
 Dapat mempertahankan temperatur yang sesuai
untuk daun.
 Berperan pada fotosintesis dan respirasi karena
membuka / menutupnya stomata.
D. Sublimasi
Sublimasi : Proses konversi langsung dari es
dan salju menjadi uap air. Sublimasi
memerlukan 680 kalori /gr es, untuk
pencairan membutuhkan 8- kalori/gr es. Jadi
energi yang diperlukan untuk sublimasi 1 gr
es sama dengan pencairan 8.5 gr es.
Sublimasi meningkat saat kelembaban yang
rendah
 Contoh dari sublimasi adalah pada proses
pembuatan kapur barus. Pada campuran
kapur barus dan juga arang akan di
panaskan sehingga kapur tersebut dapat
menyumblin dan selanjutnya menguap.
Setelah menguap maka akan di lakukan
proses pendinginan yang akan membut zat
gas tersebut menjadi padat kembali.
Perubahan wujud zat digolongkan menjadi enam
peristiwa sebagai berikut:
Membeku: Peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi
padat. Dalam peristiwa ini zat melepaskan energi panas.
Contoh peristiwa mencair yaitu air yang dimasukkan
dalam freezer akan menjadi es batu, lilin cair yang
didinginkan.
Mencair : Peristiwa perubahan wujud zat dari padat
menjadi cair. Dalam peristiwa ini zat memerlukan energi
panas. Contoh peristiwa mencair yaitu pada batu es yang
berubah menjadi air, lilin yang dipanaskan.


 Menguap : Peristiwa perubahan wujud dari cair
menjadi gas. Dalam peristiwa ini zat memerlukan
energi panas. Contohnya air yang direbus jika
dibiarkan lama-kelamaan akan habis, bensin yang
dibiarkan berada pada tempat terbuka lama-lama juga
akan habis berubah menjadi gas.
 Mengembun :Peristiwa perubahan wujud dari gas
menjadi cair. Dalam peristiwa ini zat melepaskan
energi panas. Contoh mengembun adalah ketika kita
menyimpan es batu dalam sebuah gelas maka bagian
luar gelas akan basah, atau rumput di lapangan pada
pagi hari menjadi basah padahal sore harinya tidak
hujan


Menyublim : Peristiwa perubahan wujud dari padat
menjadi gas. Dalam peristiwa ini zat memerlukan energi
panas. Contoh menyublim yaitu pada kapur barus
(kamper) yang disimpan pada lemari pakaian lama-lama
akan habis.

Mengkristal : Peristiwa perubahan wujud dari gas


menjadi padat. Dalam peristiwa ini zat melepaskan
energi panas. Contoh mengkristal adalah pada peristiwa
berubahnya uap menjadi salju.
PERUBAHAN WUJUD BAHAN

Dari Ke
Padat Cair Gas

Padat N/A Mencair Menyublin

Cair Membeku N/A Menguap

Gas Mengkristal Mengembun N/A


SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Вам также может понравиться