Вы находитесь на странице: 1из 20

TERAPI SUPORTIF DINAMIS

TUGAS KELOMPOK
KEPERAWATAN KRONIS

OLEH KELOMPOK 3 :
Kelas B SAP Keperawatan
YOHANES VIANEY SALMUN N 185070209111021
RIZKY TAUFIKUR R 185070209111028
CHAIRUNISSA PERMATA SARI 185070209111012
VENTY APRILIA PUTRI 185070209111030
SAGUNG MANIK DWI PURNAMA D 185070209111033
CHRISTINE IVANA DELPIAN 185070209111031
FERDIAN WAHONO EFENDI 185070209111016
JAYA DWI PUTRANTO 185070209111019
MOHAMMAD IRWAN A 185070209111005
ANDIK PAMBUDI 185070209111025
EMA DRAKEL 185070209111042
VINSENSIUS JOKO 185070209111008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN PROGRAM ALIH JENJANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Keprawatan Kronis dengan judul “Terapi
Suportif Dinamis”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Efris Kartika,
S.Kep., M.Kep yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini. Penulis tentu
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima
kasih.

Malang, 2 Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................................. 2
D. Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................................... 3
A. Pengertian Teknik Suportif Dinamis ............................................................... 3
B. Strategi yang Ada Pada Terapi Dinamis ......................................................... 3
C. Tahap Pengobatan ......................................................................................... 15
D. Indikasi dan Kontraindikasi ............................................................................ 15
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 16
B. Saran............................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Terapi suportif merupakan psikoterapi yang ditujukan untuk klien baik secara
individu maupun secara kelompok yang ingin mengevaluasi diri, melihat kembali cara
menjalani hidup, mengeksplorasi pilihan-pilihan yang tersedia bagi individu maupun
kelompok dan bertanya kepada diri sendiri hal yang diingini di masa depan (Palmer,
2011).
Terapi suportif biasanya diberikan dalam jangka pendek atau jangka panjang
tergantung pada individu dalam keadaan tertentu. Terapis membantu klien dalam
membuat keputusan atau perubahan yang mungkin diperlukan untuk beradaptasi,
baik pada perubahan lingkungan seperti kehilangan orang yang dicintai atau
kekecewaan yang parah, atau situasi yang kronis, seperti penyakit yang sedang
berlangsung. Sebelum hal ini dapat dicapai klien perlu diberi kesempatan untuk
mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka tentang isu-isu, dan ini merupakan
bagian penting dari psikoterapi suportif. Adapun bentuk hubungan dalam terapi
suportif adalah rasa saling percaya antara terapis dengan klien begitu pula
sebaliknya. Selain terapis berusaha untuk memahami perasaan putus asa atau rasa
marah klien, tugas terapis adalah juga untuk mempertahankan kepercayaan dalam
kemampuan klien untuk pulih. (Mutiara, 2017).
Terapi suportif ada 2 jenis yaitu Dinamis dan Ekspresive. Terapi suportif
ekspresif adalah terapi yang digunakan untuk mengatasi kesulitan konflik psikologis
dan keluhan jangka panjang pasien dengan penyakit kronis dengan menggunakan
kombinasi dari terapi suportif ekspesif kognitif behavior interpersonal dan psiko
edukasi sedangkan terapi suportif dinamis aadalah eksplorasi bertahap yang serupa
dengan pemikiean dan konflik pasien yang sebelumnya tidak secara langsung dapat
diakses oleh pikiran yang sadar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian terapi suportif dinamis?
2. Bagaimana strategi pada terapi suportif dinamis ?
3. Bagaimana tahapan pengobatan pada terapi suportif dinamis ?

1
4. Apa kontra indikasi pada terapi suportif dinamis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian terapi suportif dinamis .
2. Untuk mengetahui strategi terapi suportif dinamis .
3. Untuk mengetahui tahapan pengobatan pada terapi suportif dinamis
4. Untuk mengetahui kontra indikasi pada terapi suportif dinamis.

D. Manfaat
Untuk dijadikan acuan perawat Indonesia juga untuk pengetahuan kepada
mahasiswa keperawatan dalam menerapkan terapi suportif dinamis terutama pada
pasien dengan penyakit kronis.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
TERAPI SUPORTIF DINAMIS

A. Pengertian
Terapi suportif dinamis merupakan eksplorasi bertahap yang serupa dengan
pemikiran dan konflik pasien yang sebelumnya tidak secara langsung dapat diakses
oleh pikiran sadar.

B. Strategi yang Ada Pada Terapi Dinamis


Strategi yang ada pada terapi suportif dinamis yaitu
1. Merumuskan kasus
Dimana menetukan kasus sama artinya dengan menentukan asal usul suatu
history. Istilah yang biasa digunakan dalam merumuskan kasus yaitu kasus
konseptualisasi. Konsep konseptualisasi menunjukkan berbagai macam etiologi
biopsikososial dan sebagai peta dalam menentukan intervensi teraupetik.
Dalam pemahaman ini, akan menggunakan kata “mengapa” dalam merumuskan
kasus.
2. Jadilah orang tua yang baik
Pada pasien jiwa, pasien cenderung berpikir, merasa, atau berperilaku seperti
anak-anak, dimana pasien memerlukan bantuan dalam menyelesaikan
permasalahannya. Terapis berfungsi dalam mendukung peran orang tua
terhadap anaknya. Dalam kontek ini terapis juga berfungsi sebagai
penyemangat, pendorong, pemelihara, memvalidasi, memuji, atau memberi
ucapan selamat pasien. Terapis menjalankan intervensi dengan keterbukaan
diri, berbagi pikiran, perasaan, atau pengalaman yang akan membantu pasien
mengelola masalah yang dialaminya. Dalam hal ini kata yang sering digunakan
adalah “Apa”, contohnya “Apakah saya mendorong terlalu keras, atau aku
bukan meminta cukup pasien?”.
3. Foster dan Melindungi Terapi Alliance
Terapi suportif yang tidak berjalan dikarenakan hubungan terapeutik dengan
sedikit kepercayaan, harapan yang tidak realistis, dan kurangnya toleransi.
Terapis mendukung semua pikiran, keyakinan, perasaan, atau perilaku pasien.

3
Terapis harus bekerjasama dengan pasien untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Sikap personal yang dimiliki oleh terapi yaitu ramah, fleksibelitis,
kreatif, memiliki humor dalam batas tertentu. Terapis dinamis harus bersifat
down to earth atau tidak sombong.
4. Mengelola Tranferensi
Perasaan atau penilai tentang terapis dari awal ia bertemu sampai dengan akhir
disebut tranferensi. Ada dua pemikiran mengenai tranferensi yaitu
a. Tranferensi Positif
Dimana terapis bukan yang paling tau, paling menggurui tetapi terapis
menginginkan pasien untuk memberikan kepercayaan penuh untuk
mencapai tujuan dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
terapis, dan mengikuti saran yang diberikan oleh terapis, bukan
mempersepsikan bahwa terapis adalah orang yang paling benar dan maha
mengerti dalam terapi yang akan dijalani, tetapi pasien bersama dengan
terapis dalam menyusun intervensi.
b. Tranferensi Negatif
Pasien memiliki pemikiran negative terhadap terapis, tetapi sikap terapis
dalam menghadapi permasalahan ini adalah dengan tenang dan
memberitahu alasan yang tepat, agar pasien bisa memahami tindakan yang
akan dilakukan. Manajemen transferensi negatif sering membutuhkan
terapis secara terbuka, eksplisit, dan tidak banyak membahas apa yang dia
lakukan dan mengapa tindakan tersebut sedang diambil. Terapis dalam
situasi seperti ini harus memiliki sifat yang empati, pengertian, dan
menenangkan secara verbal. Pada situasi seperti ini biar pasien
mengekspresikannya atau pikiran, fantasi, atau perasaannya.
5. Menahan dan mengontrol pasien
Disini yang dimaksud adalah seorang terapis harus bersikap seperti orang tua
terhadap anaknya, diharapkan pasien bisa berpikir seperti terapis, dalam
melaksanakan intervensi untuk mencapai tujuannya. Pasien diharapkan bisa
membedakan antara realitas dan fantasi, karena kebanyakan pasien jiwa susah
dalam membedakan antara kedua hal tersebut. Jika sudah bisa membedakan
kedua hal tersebut, ini akan menguntungkan pasien dalam menganalisis
masalah yang ia alami dan mencari pemecahan masalahnya.

4
6. Memberi Struktur Psikis
Pasien bisa menggunakan ego yang dimiliki oleh terapis, untuk meningkatkan
rasionalisme dan pertahanan yang lebih adapatif, contohnya jika pasien
mengalami stress, pasien bisa bertanya kepada perawat, apa manajemen stress
yang bisa digunakan, dan pasien bisa langsung menerapkannya.
7. Memaksimalkan mekanisme koping adaptif
Dalam meningkatkan keterampilan koping pasien dan penggunaan mekanisme
pertahanan adaptif. Mekanisme pertahanan adaptif termasuk intelektualisasi,
rationame, humor, antisipasi, altruisme, dan sublimasi. Pendekatan yang
digunakan adalah pelatihan keterampilan misalnya kesadaran, efektivitas
interpersonal, regulasi emosi, dan toleransi distress keterampilan.
8. Menggunakan role model dalam mengidentifikasi
Terapis harus sebagai role model untuk pasien. Pasien tidak dianjurkan untuk
menjalani kehidupan identik dengan terapis (misalnya, untuk mengadopsi
pandangan politik terapis atau mengambil hobi yang sama). Sebaliknya, pasien
ditawarkan kesempatan untuk mengidentifikasi dengan struktur psikologis yang
sehat dari terapis, terutama berkenaan dengan pengujian realitas, pemecahan
masalah, dan interaksi interpersonal.
Menyediakan Model Peran untuk Identifikasi
Sebuah konsekuensi dari strategi terapis pinjaman struktur psikis kepada pasien
mungkin tampak jelas, tetapi itu sangat berharga menggaris bawahi karena
pentingnya dalam terapi suportif: terapis mendukung harus rela memberikan
sendirilah sebagai rolemodel sehat dengan yang pasien dapat mengidentifikasi.
Pasien tidak dianjurkan untuk menjalani kehidupan identik dengan terapis
(misalnya, untuk mengadopsi pandangan politik terapis atau mengambil hobi
yang sama). Sebaliknya, pasien ditawarkan kesempatan untuk mengidentifikasi
dengan struktur psikologis yang sehat dan fungsi terapis, terutama berkenaan
dengan pengujian realitas, mempengaruhi modulasi, kontrol impuls,
pemecahan masalah, dan interaksi interpersonal.
Untuk tujuan ini, dan berlawanan dengan pendekatan psikoanalitik klasik,
terapis pengungkapan diri dapat memainkan peran penting dalam terapi
suportif. selfdisclosure tersebut harus bijaksana dipekerjakan dengan yang
terbaik misch : kepentingan pasien dalam pikiran; terapis tidak perlu, dan tidak

5
seharusnya, mengungkapkan setiap detail pribadi. Namun demikian, sampai-
sampai seorang pasien terapi suportif dapat meraih keuntungan dari contoh-
contoh konkret dari howothers telah ditangani situasi yang spesifik, terapis
dapat menawarkan sendirilah sebagai contoh ilustratif. Dengan demikian,
terapis tidak hanya memberikan kesempatan untuk belajar perwakilan berharga
pada bagian dari pasien, tetapi juga dapat mendorong aliansi terapeutik.
9. Penurunan Alexythymia
Konsep alexithymia telah menghasilkan kontroversi. 61-67 Memang, istilah
alexithymia -secara harfiah, “tidak ada kata-kata untuk suasana hati” telah
digunakan dalam beberapa cara dalam literatur psikoterapi. Untuk beberapa
penulis, istilah ini mengacu pada ketidak mampuan untuk menyadari, atau
mengenali, apa yang satu adalah perasaan; untuk orang lain, istilah
menunjukkan ketidakmampuan individu untuk secara lisan label apa yang dia
rasakan.
Ketidak mampuan untuk mengenali perasaan, dan / atau kurangnya
kapasitas untuk nama perasaan itu sangat melumpuhkan. Tindakan penamaan
perasaan memberikan individu rasa pemahaman dan kontrol atas emosi, analog
dengan belajar spesifik diagnosis dari penyakit medis fromwhich satu telah
menderita akhirnya. (Hal ini berlaku bahkan jika penyakit adalah salah satu yang
tidak ada obatnya.) Hal ini jauh lebih menakutkan merasa diserang oleh sesuatu
yang tidak diketahui dari dikenal, dan bagi banyak pasien gangguan psikologis
dari tak dikenal mampu mempengaruhi Selain itu, kemampuan untuk
mengidentifikasi dan perasaan nama membuatnya lebih mudah untuk
merefleksikan perasaan itu serta membicarakannya dengan orang lain.
Akhirnya, signifikan alexithymia membuatnya sangat sulit untuk terlibat dalam
strategi dasar berikutnya diuraikan di bawah: seseorang tidak dapat membuat
hubungan antara perasaan dan pikiran, perilaku, atau peristiwa jika tidak
mampu mengenali dan label perasaan itu. Dengan demikian, alexithymia
merupakan sasaran yang tepat untuk intervensi psikoterapi suportif. Tujuannya
adalah untuk membantu pasien mengenali, mengakui, mengidentifikasi, dan
label emosi.
Pada beberapa pasien manfaat dari daftar tertulis dari perasaan (tersedia
di banyak teks-teks) sehingga mereka dapat meninjau daftar dalam situasi c

6
spesifik dan berusaha untuk menemukan kata atau kata-kata yang paling
menggambarkan mereka mempengaruhi. Banyak pasien mulai mengenali dan
label perasaan mereka dengan berkonsentrasi pada sensasi somatik terkait
dengan tertentu mempengaruhi: “Rasanya seperti perut saya datang ke
tenggorokan” untuk “takut,” atau “Kepala saya merasa seperti itu akan
meledak” untuk “ . kemarahan”dalam cara yang terkait, beberapa pasien
menemukannya membantu untuk menggambarkan emosi mereka dalam hal
metafora yang relevan dengan pengalaman hidup mereka atau kepentingan,
baik dalam musik, seni, olahraga, atau daerah lain:“aku merasa seperti
gelandang sebuah mengamuk, ”atau‘saya merasa seperti malam musim dingin
dengan salju yang lembut jatuh.’deskripsi metaforis seperti kemudian dapat
diberi label yang spesifik untuk referensi nyaman dan komunikasi.
10. Membuat Koneksi
Sangat mudah untuk meremehkan individu secara psikologis terganggu
mungkin memiliki dalam membuat koneksi yang orang sehat buat dalam
kehidupan sehari-hari. Dan koneksi-antara pikiran-pikiran dan perasaan, antara
peristiwa dan pikiran berikutnya atau perasaan, dan antara perilaku individu dan
respon orang lain-sangat penting untuk kemampuan untuk bernegosiasi dan
fungsi di dunia nyata. Kemampuan terapis untuk meningkatkan kompetensi
pasien dalam membuat koneksi ini sering akan menghasilkan manfaat
substansial dalam pasien secara keseluruhan fungsi dan kepuasan hidup.
Ada banyak pasien, lebih sangat terganggu, yang tidak mampu untuk
membuat hubungan antara suatu peristiwa atau situasi di dunia nyata dan
perasaan mereka berikutnya. Untuk orang-orang, perasaan sering tampaknya
datang entah dari mana. Tergenang mempengaruhi mereka tidak dapat
memahami atau menemukan dalam konteks tertentu, mereka merasa afektif
tak berdaya dan di luar kendali. kesadaran bahwa “saya merasa sedih karena
teman saya tidak menelepon saya hari ini seperti yang saya harapkan” atau
“Saya cemas karena terapis saya akan berangkat berlibur” membantu pasien
untuk mengenali sumber mempengaruhi dan Speci wilayah sasaran fi Cally
untuk intervensi (misalnya, “mungkin Anda bisa menghubungi teman Anda,”
atau “mungkin kita harus berbicara tentang bagaimana Anda akan menangani
sendiri saat I'mon liburan”).

7
Demikian pula, gagasan dasar, sekarang diabadikan dalam terapi kognitif,
bahwa pikiran dan perasaan yang terhubung, sering asing, bagi parah pasien
yang psikologisnya terganggu. Hubungan ini bekerja dua arah dalam arti bahwa
baik pikiran atau perasaan mungkin diidentifikasi oleh pasien pertama. Namun
demikian, pendekatan kognitif langsung 16 di mana pasien diperlihatkan cara
mengidentifikasi pikiran-pikiran otomatis yang mendasari dan keyakinan inti
yang menyebabkan tidak menyenangkan mempengaruhi tidak hanya
memberikan pasien rasa yang lebih besar dari kontrol, tetapi juga
memungkinkan untuk menargetkan intervensi kognitif yang dapat dibuat dalam
hubungannya dengan terapis atau pasien sendiri.
11. Naikkan Harga Diri
a. Foster Kompetensi: Semua psikoterapi berusaha untuk menaikkan pasien
harga diri, meskipun banyak pendekatan yang berbeda (misalnya, self-talk,
koreksi distorsi kognitif, mengungkap rasa bersalah bawah sadar) dapat
diambil dalam rangka untuk mencapai tujuan ini. Namun demikian,
mungkin cara yang paling sering dengan membanggakan diri adalah
dengan meningkatkan kompetensi individu dalam keterampilan nyata.
Memang, tidak ada yang lebih efektif dalam membantu pasien merasa
lebih baik tentang dirinya sendiri daripada demonstrasi sebenarnya untuk
diri dan orang lain bahwa dia benar-benar kompeten. Terapis memandu
pasien melalui langkah-langkah individu dari ukuran yang sesuai dan
memanipulasi variabel untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan
pada setiap langkah. Sebagai contoh, seorang pasien wanita telah mampu
untuk mendapatkan pekerjaan selama beberapa tahun. Bukan hanya
mengirimnya pada wawancara kerja dengan harapan bahwa ia akan
berhasil, terapis mungkin terlibat dalam latihan perilaku dengan pasien.
Melalui bermain peran, pasien mungkin mengurangi beberapa kecemasan,
dan bersama-sama dia dan terapis masalah dapat memecahkan potensi
kesulitan-kesulitan (misalnya, “Bagaimana saya merespon jika saya ditanya
mengapa saya belum bekerja selama dua tahun terakhir? “). Pasien dan
terapis mungkin setuju untuk terlibat dalam “wawancara praktek” dengan
majikan di mana pasien tidak sangat tertarik, menggunakan pengalaman
untuk mempersiapkan wawancara masa depan untuk pekerjaan yang

8
diinginkan. Pada setiap langkah penting bagi terapis dan pasien untuk
memperhatikan detail kunci. Terapis dapat secara khusus menyarankan
pasien sehubungan dengan pakaiannya, penempatan tangan, penggunaan
bahasa secara umum, atau kalimat tanggapan tertentu.Terapis berupaya
mengoptimalkan kemungkinan bahwa pasien akan berhasil di tugas
tertentu. Pada saat yang sama, bagaimanapun, terapis siap mendukung
dan menghibur pasien jika dia tidak berhasil; lagi, seperti orang tua yang
baik, terapis berfungsi sebagai pemandu sorak dan mendorong pasien
untuk mencoba lagi.Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan
fungsional, sehat, perilaku adaptif pasien melalui penguasaan keterampilan
kunci, terutama keterampilan interpersonal dan sosial, pemecahan
masalah, dan strategi koping. Terapis berupaya memberikan pasien dengan
spesifik, alat beton konsisten dengan kemampuan bawaan yang terakhir
dan fungsi saat ini. Mungkin sulit bagi terapis mendukung untuk
menentukan di mana garis antara dorongan yang tepat dan mendorong
terlalu keras atau menyerah pada pasien terlalu dini. Seperti orang tua yang
baik, terapis tidak harus puas terlalu sedikit dari pasien, tetapi juga harus
berhati-hati untuk tidak tidak mendorong pasien di luar nya kemampuan
sehingga pembelajaran, kegiatan selfesteemenhancing menjadi salah satu
traumatis sebagai gantinya.
b. Mendorong Pekerjaan: Meskipun hal ini tidak berlaku untuk semua individu
secara psikologis terganggu atau sakit mental, sebagian besar pasien
psikiatri akan manfaat dari memiliki pekerjaan, bahkan jika itu adalah
belum dibayar, posisi relawan. Untuk pasien psikiatri terutama, pekerjaan
menyajikan fungsi penting lainnya selain memberikan penghasilan. struktur
itu waktu individu, memberikan rasa identitas, meningkatkan harga diri,
dan melengkapi rasa milik komunitas yang lebih besar. Untuk pasien
dengan kehidupan interpersonal tandus, kerja memberikan pengalaman
sosialisasi siap pakai yang memungkinkan mereka untuk mengamati dan
menggabungkan keterampilan sosial dari orang lain dan melatih
keterampilan mereka dalam pengaturan dunia nyata. Dengan demikian,
sebagai aturan umum terapis mendukung mendorong pasien untuk bekerja

9
dalam kapasitas atau pengaturan apa pun yang konsisten dengan tingkat
keseluruhan pasien berfungsi.
c. Menormalkan Pikiran, Perasaan, dan Perilaku: Mungkin dengan
pengecualian pasien parah kepribadian-teratur, paling mental individu
yang sakit percaya bahwa mereka “tidak normal.” Apakah itu pemikiran
tertentu, perasaan tertentu, atau spesifik perilaku fi c, pasien tersebut
menduga bahwa mereka dalam beberapa cara mendasar berbeda dari yang
sehat, efektif, dan bahagia orang. Seringkali pada beberapa tingkat mereka
mengakui bahwa mereka tidak berfungsi serta orang di sekitar mereka.
12. Memperbaiki Putus Asa
Keputusasaan pada individu sakit mental sering berhubungan dengan
penyempitan kognitif, rasa pasien memiliki beberapa pilihan. Dalam hal itu,
pasien perlu belajar bahwa ada lebih banyak pilihan yang tersedia dari dia
bayangkan. Sebuah pendekatan yang berguna untuk masalah ini adalah bahwa
terapi kognitif-perilaku, dengan spesifik pembahasan distorsi kognitif negatif
yang menyebabkan keputusasaan, serta praktek perilaku untuk memperkuat
cara berpikir yang baru.
Dalam cara yang sama, penggunaan reframing sebagai taktik psikoterapi
dapat memerangi perasaan putus asa. Pasien dibantu untuk melihat “lapisan
perak” dalam keadaannya. Salah satu contoh dari teknik reframing telah
dijelaskan di atas sehubungan dengan normalisasi perilaku destruktif. Demikian
juga, seorang terapis mendukung mungkin membingkai perjuangan pahit pasien
berusia 25 tahun dengan orangtuanya sebagai upaya, mungkin salah arah dalam
taktik, untuk memperoleh tujuan sepenuhnya otonomi dewasa: “Saya pikir apa
yang Anda coba lakukan, untuk mengambil tanggung jawab dan mengendalikan
hidup Anda sendiri, sangat tepat; mungkin bersama-sama kita dapat
menemukan beberapa cara untuk melakukan hal ini yang tidak menyebabkan
kemarahan seperti antara Anda dan orang tua Anda.”Dalam terapi suportif
terapis dapat mengambil aktiflangkah-langkah untuk memerangi keputusasaan
melalui manipulasi lingkungan langsung. Membantu pasien memperoleh status
kecacatan, mendapatkan apartemen baru, mempertahankan pekerjaan, find
transportasi-semua ini spesifisitas sehari-hari bisa sangat penting untuk pasien,

10
dan negosiasi sukses mereka menyebabkan peningkatan optimisme tentang
masa depan.
Keputusasaan juga dapat terbantu dengan ketinggian harga diri pasien;
seperti yang dibahas sebelumnya, cara yang paling efektif untuk melakukan ini
adalah melalui pengembangan kompetensi atau penguasaan keterampilan yang
spesifik benar.
13. Fokus pada Here and Now
Psikoterapi suportif bukan klasik “psikologi mendalam” di mana terapis
mencoba untuk mengeksplorasi pengalaman masa kecil pasien untuk
memahami efek dari pengalaman-pengalaman pada pikiran masa kini,
perasaan, dan perilaku. Ini bukan untuk mengatakan bahwa eksplorasi tersebut
mungkin tidak tepat dan berguna dalam terapi suportif, hanya itu fokus utama
harus pada “di sini dan sekarang” daripada “di sana dan kemudian.”masalah di
sini-dan-sekarang yang harus menjadi fokus utama dari terapi suportif adalah
yang menyangkut fungsi sehari-hari. Bagaimana pasien merasa? Bagaimana
pasien bergaul di tempat kerja, dengan keluarga, dengan teman-teman? Apakah
pasien mampu membayar sewa? Apakah dia mengalami kesulitan transportasi
perintisan ke dan dari tempat kerja? Apakah terapi kelompok manfaat resmi?
Apakah pasien mengkonsumsi nya obat, dan telah pernah terjadi efek samping?
Ini adalah melalui ini rincian sehari-hari yang terapis telah SUF Data fiensien
untuk menilai bagaimana pasien lakukan dan apa yang harus menjadi fokus dari
pekerjaan mereka bersama-sama. Setelah suasana hati saat ini dan gejala serta
masalah logistik menyangkut sewa, transportasi, obat-obatan, dan sejenisnya
telah memuaskan ditinjau atau ditangani, di sini-dan-sekarang fokus harus
berkonsentrasi pada area penting bagi pasien yang paling psikologis terganggu:
hubungan interpersonal dan keterampilan sosial. Semakin terapis dapat
membantu pasien meningkatkan nya antarpribadi kesadaran dan realitas
pengujian serta mengembangkan keterampilan sosial yang tepat, baik pasien
akan berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.Terapis harus bekerja sama dengan
pasien untuk mengatur agenda yang tepat untuk setiap sesi. Namun demikian,
itu adalah tanggung jawab utama terapis untuk memastikan bahwa isu- isu yang
paling penting yang dihadapi pasien atau terapi ditangani secara tepat waktu.
Dengan demikian, seringkali membantu bagi terapis “hirarki prioritas tematik”

11
29 atau “hirarki sasaran utama” yang dapat digunakan untuk menentukan
peringkat signifikansi dari berbagai masalah yang akan dibahas dalam sesi
tertentu. Sebagai aturan umum, di bagian atas daftar tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Ancaman terhadap keselamatan fisik dari pasien atau orang lain, seperti
pikiran atau perilaku bunuh diri atau membunuh.
b. Terapi-campur perilaku, seperti permintaan untuk mengurangi frekuensi
sesi atau untuk mengakhiri terapi, berencana untuk meninggalkan wilayah
geografis, kegagalan untuk membayar untuk terapi, penghancuran dari ce
propertifi, intrusi batas yang melibatkan terapis.
c. Peristiwa Future-penyitaan atau rencana, 54 seperti precipitously
meninggalkan pekerjaan atau pindah keluar dari rumah seseorang tanpa
pengaturan hidup alternatif.
d. Pengobatan ketidakpatuhan, seperti kegagalan untuk mengambil obat
yang diperlukan atau untuk melihat terapis tambahan atau psikiater.
e. transferensi negatif.
14. Mendorong Kegiatan Pasien
Sangat penting bahwa terapis membantu pasien untuk menjadi aktif, untuk
“melakukan” bukan hanya “mengatakan” atau “berbicara tentang.” Apakah di
kantor dengan terapis atau di dunia sehari-hari, pasien didorong untuk
bereksperimen dengan newways berpikir, merasa, dan berperilaku. Berbicara
tentang masalah sering sangat beneficial dalam terapi suportif, tetapi dalam
jangka panjang, diskusi saja ada pengganti untuk tindakan.
Hal ini juga membantu untuk melihat kemajuan kondiri pasien “Saya ingin
bahagia” atau “Aku ingin menjadi orang yang lebih baik” adalah tujuan yang sah,
tetapi mereka begitu luas serta sulit untuk mengoperasionalkan; di samping itu,
tujuan umum seperti membuat penilaian kemajuan sulit, sering mengakibatkan
pasien mengalami rasa demikian, “Saya ingin menjadi orang yang lebih baik”
mungkin diwujudkan dalam tujuan perilaku spesifik sebagai berikut “ke mana-
mana.”: “Saya ingin meminta maaf kepada keluarga saya ketika saya menjadi
tidak masuk akal marah dengan mereka, dan saya ingin kembali panggilan
telepon dari teman dalam waktu 24 jam.”

12
Dengan pasien terapi suportif khas, pendekatan perilaku-perilaku latihan,
bermain peran, relaksasi, paparan dinilai, visualisasi dan citra, dan sebagainya-
sering yang paling berguna dalam membantu pasien untuk mencapai nya
tujuan. Banyak dari teknik - tehnik yang disebutkan dan rinci. Pasien mungkin
juga didorong untuk menjadi aktif melalui penugasan pekerjaan rumah yang
harus diselesaikan antara sesi. JS Beck 16 memberikan pedoman yang masuk
akal dalam hal ini, menekankan pentingnya bekerja secara kolaboratif dengan
pasien untuk mengatur pekerjaan rumah; mulai tugas di kantor; meninjau
pekerjaan rumah pada sesi berikutnya; mengantisipasi dan mengatasi masalah
potensi kesulitan-kesulitan; dan, lebih umum, menghadiri kegiatan monitoring
dan penjadwalan.
Dalam hal mendorong pasien untuk aktif dan bereksperimen dengan cara
berpikir yang baru, perasaan, atau berperilaku, akan sangat membantu untuk
menekankan kesabaran ( “Segala sesuatu di waktu dan tempat” atau “Roma
tidak dibangun dalam sehari”), ketekunan ( “Pemenang tidak pernah berhenti
dan yang berhenti tidak pernah menang”), dan praktek ( “Practice makes
perfect”). Di sini, sekali lagi, terapis mendukung berfungsi sebagai pemandu
sorak untuk usaha pasien, bahkan jika upaya tersebut awalnya tidak berhasil
atau bahkan bencana.
15. Mendidik Pasien dan Keluarga
Pendidikan adalah selalu bagian besar dan penting dari pekerjaan terapis
mendukung ini. Menggunakan dimengerti, bahasa non-teknis dan
mempekerjakan kepekaan terhadap apa yang pasien bisa dan tidak bisa
mentolerir pendengaran pada waktu tertentu, terapis mencoba untuk
membantu pasien belajar tentang penyakitnya (misalnya, depresi). Penyakit ini
gejala, tentu saja, dan prognosis yang dibahas. Perhatian khusus harus
diarahkan precipitants dekompensasi (misalnya, situasi tertentu, kali tahun,
keadaan stres, alkohol atau penggunaan narkoba) serta gejala pertanda
(misalnya, penurunan tidur, perubahan nafsu makan) yang menandai
dekompensasi yang akan datang. Berbekal pengetahuan tentang precipitants
dan gejala peringatan spesifik untuk penyakit tertentu dalam kasus tertentu nya,
pasien dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah, atau paling tidak
memperbaiki, gangguan psikologis. Jika pasien diresepkan obat psikotropika, ia

13
harus dididik sehubungan dengan indikasi untuk intervensi farmakologis,
diharapkan tentu saja waktu dan manfaat, dan risiko dan efek samping. Selama
proses berkelanjutan pendidikan tersebut, adalah penting bahwa terapis
mendukung melestarikan harapan pada pasien, menyeimbangkan realitas
keadaan pasien dengan optimisme yang tepat untuk masa depan.
Apalagi dengan semakin parah atau kronissakit mental, mungkin ada yang
besar manfaat bagi sama mendidik keluarga pasien, signifikan lain, teman-
teman kunci, majikan, atau berbagai instansi sosial. orang tersebut dapat
melayani, jika mereka bersedia dan mampu, sebagai tambahan “mengamati
ego” dan “ego tambahan” bagi pasien. Pada saat yang sama, bagaimanapun,
pasien keinginan, otonomi, dan kerahasiaan harus dihormati. Kecuali dalam
kasus-kasus darurat (misalnya, risiko besar akan bahaya fisik untuk diri sendiri
atau orang lain), terapis harus meminta izin eksplisit pasien untuk berbicara
dengan orang lain tentang kasusnya.
Pada masing-masing contoh di atas, pengetahuan memberdayakan pasien,
yang mengarah ke kompetensi aktual dan peningkatan harga diri.
16. Memanipulasi Lingkungan
Beberapa perbedaan antara terapi suportif dan psikodinamik, psikoanalitik,
atau psikoterapi yang berorientasi pada pemahaman 8 telah disorot.
Pertimbangan fi nal dalam hal ini berkaitan dengan kesediaan terapis untuk
memanipulasi lingkungan sekitar pasien.
Terapis mendukung, tidak seperti psikoanalis yang khas, mungkin ikut
campur dengan orang atau lembaga lain untuk membantu pasien, lagi dengan
memperhatikan independensi pasien dan privasi. Oleh karena itu, terapis
mendukung mungkin mencoba untuk memaksimalkan dukungan keluarga
dengan bekerja sama dengan anggota keluarga kunci. Terapis dapat meminta
bantuan dari berbagai lembaga pelayanan sosial, berbicara dengan majikan
untuk menjelaskan kondisi pasien, berkomunikasi dengan sistem pengadilan,
bahkan mungkin menemani pasien ke Jaminan Sosial kantor jika diperlukan.
Peran mendukung terapis sekali lebih mirip dengan yang dari orangtua yang
baik. Dia memberikan bantuan yang diperlukan (yaitu, pencapaian tugas-tugas
penting yang pasien saat ini tidak mampu) sementara secara bersamaan
meningkatkan pertumbuhan pasien dan kemerdekaan utama.

14
C. Tahap Pengobatan
Meliputi 1 jam/sesi dalam setiap minggu. Terapi dapat berlangsung berbulan-bulan
hingga bertahun-tahun.
1. Sesi diagnostik dan penilaian dengan menggunakan formulasi psikodinamik
terhadap kasus. Menilai kesesuaian dan motivasi pasien. Jelajahi faktor risiko
potensial dan merumuskan rencana untuk menangani hal tersebut (misalnya
perkembangan potensi perilaku bunuh diri pada pasien yang tidak didukung
secara sosial). Jelaskan metode terapi dan tetapkan aturan dasar.
2. Sesi awal (Perumusan masalah). Mengidentifikasi mekanisme pembelaan alam
bawah sadar, konflik utama, gaya, dan gangguan dalam perkembangan
personal.
3. Sesi Lanjutan. Keseimbangan antara teknik suportif dan teknik interpretatif
(yang mungkin akan meningkatkan kecemasan). Klarifikasi dan eksplorasi yang
dipandu. Eksplorasi terhadap regresi dan perlawanan. Pemeriksaan kontra-
transferensi dan review dengan supervisor. Lakukan interpretasi.

D. Indikasi dan Kontraindikasi


Diberikan kepada pasien dimana mereka memiliki gejala emosional yang dapat
dipahami secara psikologis (seperti gangguan kepribadian, penyakit depresif ringan
hingga sedang, kelainan fungsi sosial atau interpersonal yang signifikan).
Kontraindikasi relatif dari psikoterapi dinamik ditujukan bagi pasien dengan
ketergantungan alcohol atau obat-obatan, perilaku berbahaya atau bunuh diri,
penyakit psikotik, atau pada pasien dengan gejala depresi berat.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Meskipun itu adalah psikoterapi paradigma pengobatan yang paling umum untuk
pasien sakit jiwa, terapi suportif relatif hanya dibahas sedikit dalam kurikulum
pelatihan profesional kesehatan. Bersama dengan teknik beragam dari paradigma
psikoterapi yang berbeda, telah meninggalkan banyak profesional kesehatan mental
bingung tentang sifat fundamental dan proses terapi suportif. Yaitu strategi dasar
yang memberikan fondasi untuk terapi suportif efektif telah dijelaskan sehingga
bersifat mendukung Terapis agar dapat memfokuskan interaksinya memaksimalkan
manfaat bagi pasien.

B. Saran
Terapi suportif dinamis ini dapat dikembangkan lebih banyak dan diterapkan dalam
pelayanan keperawatan, serta makin banyak studi yang mendukung.

16
DAFTAR PUSTAKA

Donald A. Misch, M.D., 2000. Basic Strategies of Dynamic Supportive Therapy (The Journal
of Psychotherapy Practice and Research 2000; 9:173–189)

17

Вам также может понравиться