Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh Kelompok 3 :
Arlita Mirza Dian P (1102013043)
Devinta Dhia Widyani (1102013077)
Hana Fadhilah (1102013121)
Naufal Bahira (1102013209)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
OKTOBER 2018
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Pembimbing,
DR. Kholis Ernawati, S Si, M.Kes
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga
Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas yang berjudul “Perilaku tentang
Pencegahan Hipertensi pada Keluarga Binaan Desa Pangkalan, RT 009/RW
003, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Oktober 2018“.
iii
3. dr. Dini Widianti, M.KK, selaku koordinator Kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Komunitas Universitas YARSI yang telah membimbing dan memberi masukan
yang bermanfaat.
4. dr. Dian Mardhiyah, M.KK, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
5. DR. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
6. dr. Sophianita, MKK, PKK, staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Komunitas Universitas YARSI.
7. dr. Yusnita, M.Kes, DipIDK, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
8. dr. H. Sumedi Sudarsono, M.PH, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
9. Dr. Alan, selaku kepala Puskesmas Tegal Angus
10. Seluruh tenaga kesehatan yang terkait di Puskesmas Tegal Angus, Tangerang.
11. Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama sehingga
tersusun laporan ini.
Tim Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
2.2 Teori Pengetahuan ................................................................................44
2.2.1 Definisi Pengetahuan .......................................................................44
2.2.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan ........................................................45
2.2.3 Domain Perilaku...............................................................................45
2.2.4 Asumsi Determinan Perilaku ...........................................................49
2.3 Hipertensi ...............................................................................................50
2.3.3 Klasifikasi Hipertensi .......................................................................51
2.3.4 Faktor Risiko dan Faktor Predisposisi Hipertensi ............................53
2.3.5 Dampak Rokok Terhadap Perokok Pasif ........... Error! Bookmark not
defined.
2.3.6 Diagnosis Hipertensi ........................................................................56
2.3.7 Tatalaksana Hipertensi .....................................................................57
2.3.8 Komplikasi Hipertensi .....................................................................60
2.3.9 Komplikasi Hipertensi .....................................................................62
2.4 Kerangka Teori......................................................................................62
2.5 Kerangka Konsep ..................................................................................63
2.6 Definisi Operasional ..............................................................................64
BAB III ..................................................................................................................67
METODE PENELITIAN ....................................................................................67
3.1 Penentuan Instrumen dan Pengumpulan Data ..................................67
3.2 Desain Penelitian ...................................................................................67
3.3 Populasi Pengumpulan Data ................................................................67
3.4 Sampel Pengumpulan Data ..................................................................67
3.5 Jenis dan Sumber Data .........................................................................68
1.6 Pengumpulan Data ................................................................................69
1.7 Jadwal Kegiatan ....................................................................................70
3.8. Pengolahan Data dan Analisa Data .....................................................71
Pengolahan data mengenai “Perilaku Tentang Pencegahan Hiperetensi di
Keluarga Binaan di RT 009/RW 003, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten” digunakan cara manual
dan bantuan software pengolahan data menggunakan Microsoft Word dan
Microsoft Excel. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat adalah
dengan menggunakan analisa univariat. .......................................................71
Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap
variable dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas
vi
kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut
berubah menjadi informasi yang berguna. ...................................................71
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel independen dan
dependen yang diukur adalah: .......................................................................71
1. Variabel dependen : Pengetahuan tentang bahaya merokok ...............71
2. Variabel independen .................................................................................71
Pendidikan ..................................................... Error! Bookmark not defined.
Usia ................................................................. Error! Bookmark not defined.
Pekerjaan ....................................................... Error! Bookmark not defined.
Sumber informasi .......................................... Error! Bookmark not defined.
Ekonomi ......................................................... Error! Bookmark not defined.
Sosial Budaya................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 1.20 Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Romi........................26
ix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 …………………………………..………………………………80
LAMPIRAN 2 ……………………………..……………………………………85
LAMPIRAN 3 ……………………………..……………………………………86
LAMPIRAN 4…………….……………………………….…………………… 89
x
BAB I
LATAR BELAKANG
2
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal
Angus 2018
Rata-
Luas Jumlah Kepadatan
Rata
Jumlah Jiwa/
No. Desa Wilayah Penduduk
Pendud Rumah Rumah
(km2) uk Tangga Tangga Per Km2
Tabel 1.2 Klasifikasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Tegal Angus
Tahun 2018
No Desa/Kel Jumlah Penduduk
Laki-Laki Perempuan JUMLAH
1 Pangkalan 8.690 8.198 16.888
2 Tanjung Burung 3.941 3.728 7.669
3 Tegal Angus 5.507 5.039 10.546
4 Tanjung Pasir 4.889 4.624 9.513
5 Muara 1.814 1.752 3.566
6 Lemo 3.388 3.214 6.632
JUMLAH 28.229 26.555 54.814
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2018
3
1.2.2 Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari campuran
budaya asli Tangerang, Betawi dan Cina yang sudah lama menetap di daerah
Tangerang dan sekitarnya.
Tabel 1.3 Jumlah Pemeluk Agama di Desa Tegal Angus tahun 2018
No Agama Jumlah
. 1 Islam Pemeluk
9.619
2 Budha 740
3 Kristen 144
4 Khatolik 40
5 Khonghucu 1
6 Hindu 2
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2018
4
beragam, hal ini berhubungan dengan geografis kecamatan Teluk Naga dimana
terdapat persawahan serta tidak jauh dari laut serta daerah kota Tangerang dan
Jakarta. Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus belum berkembang
secara ekonomi. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh nelayan, petani dan
buruh dengan pendapatan yang tidak tetap.
8. Petani/Pekebun 10
9. Peternak 1
10. Nelayan/Perikanan 27
11. Industri 2
12. Karyawan Swasta 2112
13. Karyawan BUMN 1
14. Karyawan Honorer 3
15. Buruh Harian Lepas 1388
16. Buruh Tani/Perkebunan 33
17. Buruh Nelayan/Perikanan 8
18. Pembantu Rumah Tangga 2
19. Tukang Listrik 1
20. Tukang Batu 1
21. Ustadz 2
22. Anggota DPRD 1
5
No. Jenis Pekerjaan Jumlah
23. Guru 50
24. Konsultan 1
25. Dokter 2
26. Bidan 4
27. Perawat 1
28. Sopir 5
29. Pedagang 24
30. Perangkat Desa 19
31. Kepala Desa 1
32. Wiraswasta 375
6
1.2.4 Kesehatan
Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LB3) Puskesmas Tegal Angus.
Didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di puskesmas Tegal Angus
didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di puskesmas pada tahun 2018
menurut golongan semua umur. Menurut Sistem Pendataan Manajemen Puskesmas
(SIMPUS) Tegal Angus didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di
puskesmas Tegal Angus, yaitu :
7
1.2.5 Sarana Kesehatan
Saat ini sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia, yaitu :
8
Bidan Desa Sebanyak 6 orang, Posyandu 45 buah terdiri dari :
9
Tabel 1.10 Jumlah Ketenagaan Puskesmas
No. Kategori Tenaga PNS PTT/TKK Lain-lain Jumlah
1 AKBID 0 0 0 0
2 AKPER 0 0 0 0
3 Bidan 8 6 1 15
4 D3 Gizi 1 0 0 1
5 D3 Kesling 0 0 0 0
6 Dokter Gigi 1 0 0 1
7 Dokter Umum 0 2 0 2
8 Honor 0 0 9 9
9 Pekarya 1 0 0 0
10 Perawat 3 2 0 5
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2018
10
7. Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan
diadakannya program senam LANSIA dan POSBINDU.
11
Gambar 1.3. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal
Angus Tahun 2017
12
B. Pelayanan Kesehatan Pengembangan
Pelayanan kesehatan salah satunya ditujukan terhadap kelompok usia
lanjut, di mana pada kelompok ini biasanya banyak mengalami gangguan
kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh lainnya. Dalam upaya meningkatkan
status kesehatan usia lanjut telah dilaksanakan program pelayanan kesehatan
usia lanjut.
13
C. Perilaku Masyarakat
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesmas dilakukan
melalui program promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
masyarakat dapat menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut, hal ini
dapat disajikan dengan indikator PHBS.
Adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah Puskesmas Tegal Angus pada
Tahun 2018 dapat digambarkan sebagai berikut :
14
rumah keluarga binaan melalui sebuah gang yang terletak di tepi jalan raya,
yaitu Desa Pangkalan.
Keluar
Rumah warga ga
Rumah warga
Keluarg
a
Keluarg
JALAN
a
RAYA
Keluarg
a
15
Provinsi Banten. Ny. Jaminah saat ini berusia 60 tahun dan bekerja sebagai
pemulung dengan penghasilan dibawah Upah Minimum Regional berkisar Rp
2.650.000/bulan. Kebutuhan sehari-hari seperti, keperluan dapur, pembayaran
listrik, dan kebutuhan rumah tangga menggunakan uang dari upah gaji anak
anaknya.
Rumah terdiri dari ruang tamu sekaligus ruang keluarga dan kamar yang
ditempati oleh dua anaknya berukuran 5 m x 2 m satu kamar tidur berukuran 2 m x
2 m digunakan oleh anaknya, dan didepan rumah terdapat teras yang berukuran 2
m x 1 m.
Selain itu, terdapat satu ruang dapur berukuran 200 cm x 150 cm yang
bersebelahan dengan kamar mandi berukuran 100 cm x 100 cm. Terdapat ember
untuk menampung air, serta terdapat jamban dilengkapi septic-tank. Pencahayaan
rumah berasal dari 3 buah lampu masing- masing di ruangan rumah, serta 1 buah
lampu di teras rumah yang seluruhnya berwarna putih.
16
DAPUR
BERUKURAN
200 cm x 150 cm
KAMAR
TIDUR
BERUKURAN
2MX5M
Lantai 2
RUANG TAMU +
RUANG
KELUARGA DAN
KAMAR TIDUR
TERAS RUMAH
BERUKURAN 2 m X 1
Lantai 1
Gambar 1.5 Denah Rumah Ny. Jaminah
Rumah Ny. Jaminah merupakan rumah sendiri, dan sudah tinggal di rumah
kontrakan selama 15 tahun, Ny. Jaminah tidak memiliki tanaman hias maupun
penampungan air di depan rumahnya, dan didepan ruamh Ny. Jaminah terdapat
kayu yang digunakan untuk menjemur pakaian.
17
1.4.1.4. Pola Makan
Keluarga Ny. Jaminah memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari. Sehari-
hari Ny. Jaminah memasak makanan dengan menu sederhana untuk melengkapi
kebutuhan gizi keluarga. Contoh menu yang di sajikan adalah nasi, sayur kangkung,
tahu, tempe, terkadang memasak ayam.
1.4.1.6.Riwayat Penyakit
Ny. Jaminah memiliki riwayat penyakit hipertensi. Ny. Jaminah berobat ke
puskesmas dan diberikan obat namun obatnya tidak diminum. Keluarga Ny.
Jaminah juga tidak memiliki riwayat penyakit tersebut serta tidak ada riwayat
keluarga. Dan tidak pernah mengonsumsi obat-obatan dengan kelainan paru.
18
Ny. Jaminah memiliki 3 orang anak laki laki yang saat ini tinggal serumah
dengan Ny. Jaminah dan masing masing memiliki pekerjaan. Heru berusia 24 tahun
yang merupakan pedagang yang setiap hari berdagang di pasar malam. Tria berusia
23 tahun bekerja sebagai karyawan di toko kayu yang mengkonsumsi rokok setiap
hari 1-2 bungkus dan tidak menjaga pola makan. Broto berusia 22 tahun bekerja
sebagai satpam di RS. Mitra Husada.
Ny. Jaminah dan anak anaknya jarang sekali berolah raga karena alasan
sibuk dan tidak memiliki waktu.
19
Tabel. 1.17 Indikasi Faktor Eksternal Keluarga Ny. Jaminah
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas tanah sekitar 90 m2 dan luas
bangunan berukuran 10 m x 9,5 m
2. Ruangan dalam rumah -Rumah terdiri dari ruang tamu
sekaligus ruang keluarga dan kamar
yang ditempati oleh dua anaknya
berukuran 5 m x 2 m
- satu kamar tidur berukuran 2 m x 2
m digunakan oleh anaknya.
- didepan rumah terdapat teras yang
berukuran 2 m x 1 m.
20
No Kriteria Permasalahan
8. Tampat Pembuangan sampah Membuang sampah di tempat sampah
terbuka
9. Lingkungan a. Lingkungan padat
b. Terdapat selokan
c. Terdapat jendela namun jarang
di buka
d. Terdapat ventilasi namun
jarang dibersihkan
21
Rumah terdiri dari halaman depan sebagai dapur dan bangunan berukuran
2 m x 5 m yang adalah kamar tidur dan dihubungkan tangga dari luar merupakan
lantai atas dengan ukuran sama sebagai kamar tidur anak.
Ventilasi kamar bawah hanya berasal dari pintu dengan panjang 70 cm x 25
cm berjumlah 1 buah dan di kamar atas dengan pintu dengan Panjang 70 cm x 25
cm dan 3 buah jendela yang semuanya ditutup dengan papan pvc.
Selain itu, terdapat satu ruang kamar mandi berukuran 1 m x 1,5 m. Terdapat
ember untuk menampung air, serta terdapat jamban dilengkapi septic tank.
Pencahayaan rumah berasal dari 2 buah lampu masing- masing di ruangan rumah,
serta 1 buah lampu di teras rumah yang seluruhnya berwarna putih.
KAMAR TIDUR
KAMAR TIDUR
BERUKURAN
BERUKURAN
2mx5m
2mx5m
KAMAR
MANDI
BERUKUR
LANTAI. 2
HALAMAN RUMAH
BERUKURAN
2mx5m
LANTAI. 1
22
Rumah Tn. Agus merupakan rumah milik sendiri yang beliau tinggali
selama 3 tahun lamanya, Tn. Agus tidak memiliki tanaman hias di depan rumahnya,
dan dihalaman rumah Tn. Agus terdapat kompor yang digunakan untuk memasak
dan tumpukan botol kosong yang dikumpulkan sebagai penghasilan tambahan.
Sedangkan didalam kamar banyak dipenuhi box berisi mainan yang merupakan
bahan jualan mereka setiap hari.
23
Ny. Yulianti tidak memiliki riwayat penyakit tersebut serta tidak ada
riwayat keluarga. Tidak pernah dirawat ataumengkonsumsi obat lama. Anak Tn.
Agus dan Ny. Yulianti pernah mengalami diare saat berumur 6 bulan dan dirawat
di rumah sakit. Tidak pernah mengalami batuk lama dan tidak pernah
mengkonsumsi obat batuk atau obat paru- paru selama 6 bulan.
Tn. Agus dan Ny. Yulianti memiliki satu orang anak, seorang laki-laki yang
berusia 9 tahun saat ini sedang menempuh pendidikan Seolah Dasar.
Tn. Agus mengatakan sering mengkonsumsi rokok sehari- hari beliau bisa
menghabiskan rokok sekitar 1 bungkus perhari. Beliau mengatakan ketika merokok
dilakukan dimana saja dan kapan saja, bahkan ketika di rumah dan di kamar mandi,
sehingga asap rokok yang di hasilkan sering menyebabkan batuk istri dan anaknya.
Beliau juga mengaku jarang sekali berolah raga, kecuali dari mengangkat beban
barang dagangan.
24
Tabel. 1.20 Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Agus
No Kriteria Pembahasan
1. Kabiasaan merokok Keluarga Tn. Agus mempunyai kebiasaan
merokok
2. Pola Makan Ny. Yulianti selalu memasak untuk makan
keluarga.
Biasanya 3 kali sehari
3. Pola Pencarian pengobatan Apabila sakit, keluarga Tn. Agus biasa
membeli obat warung terlebih dahulu
kemudian memeriksakan kondisinya ke
puskesmas terdekat
4. Aktivitas sehari- hari a. Tn. Agus mendapat penghasilan
dari bekerja sebagai penjual mainan
b. Keluarga Tn. Agus jarang sekali
berolah raga.
25
No Kriteria Permasalahan
4. Pencahayaan Pencahayaan rumah berasal dari 3 buah
lampu masing-masing di ruangan rumah,
berwarna putih dan terdapat 1 buah lampu
di teras rumah serta berwarna putih
5. MCK Terdapat sebuah kamar mandi berukan 1 m
x 1,5 m
6. Sumber air a. Membeli air galon untuk minum dan
air masak sebanyak satu galon per 2
hari .
b. Menggunakan air sumur untuk
mandi.
7. Saluran Pembuangan Air Tn. Agus memiliki sanitasi
8. Tampat Pembuangan sampah Membuang sampah di tempat pembuangan
sampah
9. Lingkungan a. Lingkungan padat
b. Terdapat empang di depan rumah
c. Terdapat jendela tertutup papan pvc
26
Tabel. 1.18 Data Keluarga Tn. Mijan
No Nama Status Usia Pendidikan Pekerja Penghasilan
1 Tn. Mijan Kepala Keluarga 57 SD Berkebun Rp. 300.000
27
untuk menampung air, serta terdapat jamban dilengkapi septic tank. Pencahayaan
rumah berasal dari 3 buah lampu masing- masing di ruangan rumah, serta 1 buah
lampu di teras rumah yang seluruhnya berwarna putih.
KAMAR DAPUR
MANDI BERUKURAN 200
BERUKURAN cm x 150 cm
1mx1m
KAMAR
TIDUR
BERUKURAN
4mx3m
RUANG TAMU +
RUANG KELUARGA
BERUKURAN 4 m X 2
m
TERAS RUMAH
BERUKURAN 2 m X 1 m
28
1.4.1.16. Pola Makan
Keluarga Tn. Mijan memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari. Sehari- hari
Ny. Yayah memasak makanan dengan menu sederhana untuk melengkapi
kebutuhan gizi keluarga. Contoh menu yang di sajikan adalah nasi, sayur, tahu,
tempe, telur dan ikan.
29
1.4.1.19. Perilaku dan Aktivitas Sehari- hari
Tn. Mijan merupakan seorang peternak dan petani yang bekerja tidak
sekeras dulu, ketika bekerja beliau mengkonsumsi rokok sekitar 1- 2 bungkus
bersam teman- temannya. Ny. Yayah merupakan seorang pedagang telur asin yang
setiap pagi menjual telur asinnya dengan berkeliling antar kampung.
Tn. Mijan dan Ny. Yayah memiliki dua orang anak, seorang laki-laki yang
berusia 27 tahun saat ini sudah menikah dan memiliki satu orang anak, dan seorang
anak perempuan berusia 24 tahun yang sudah menikah dan memiliki seorang anak.
Tn. Mijan mengatakan sering mengkonsumsi rokok sehari- hari beliau bisa
menghabiskan rokok sekitar 1-2 bungkus perhari. Beliau mengatakan ketika
merokok dilakukan dimana saja dan kapan saja, bahkan ketika di rumah, sehingga
asap rokok yang di hasilkan sering menyebabkan batuk istrinya. Beliau juga
mengaku jarang sekali berolah raga, karena beliau merasa lelah setelah berkebun.
Ny. Yayah merupakan seorang pedagang telur asin keliling, setiap hari pada
pagi hari beliau menjual telur asin sekitar pukul 6 dan kembali tidak menentu
sampai telur habis, kemudian beliau pergi kepasar untuk belanja telur asin untuk
dijual kembali keesokan harinya, beliau mengaku jarang berolah raga karena
aktvitas beliau yang padat.
Ny. Yayah mengatakan menyapu rumah setiap hari namun mengepel rumah
kira- kira 2 – 3 kali dalam seminggu, jendela dan pintu rumah jarang sekali di buka
karena alasan banyak debu dan panas.
30
Tabel. 1.20 Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Mijan
No Kriteria Pembahasan
1. Kabiasaan merokok Keluarga Tn. Mijan mempunyai kebiasaan
merokok
2. Pola Makan Ny. Yayah selalu memasak untuk makan
keluarga.
Biasanya 3 kali sehari
3. Pola Pencarian pengobatan Apabila sakit, keluarga Tn. Mijan biasa
membeli obat warung terlebih dahulu
kemudian memeriksakan kondisinya ke
puskesmas terdekat
4. Aktivitas sehari- hari c. Tn. Yayah mendapat penghasilan
dari berkebun
d. Keluarga Tn. Mijan jarang sekali
berolah raga.
e. Keluarga Tn. Mijan tidak mencuci
tangan sebelum dan setelah makan.
31
No Kriteria Permasalahan
3. Ventilasi Ventilasi yang ada berasal dari pintu depan
dan jendela pada setiap kamar
4. Pencahayaan Pencahayaan rumah berasal dari 3 buah
lampu masing-masing di ruangan rumah,
berwarna putih dan terdapat 1 buah lampu
di teras rumah serta berwarna putih
5. MCK Terdapat sebuah kamar mandi berukan 100
cm x 100 cm
6. Sumber air c. Membeli air galon untuk minum dan
air masak sebanyak satu galon per 2
hari .
d. Menggunakan air sumur untuk
mandi.
7. Saluran Pembuangan Air Tn. Mijan memiliki sanitasi
8. Tampat Pembuangan sampah Membuang sampah di tempat sampah
terbuka
9. Lingkungan d. Lingkungan padat
e. Terdapat selokan
f. Terdapat jendela namun jarang di
buka
g. Terdapat ventilasi namun jarang
dibersihkan
32
Tabel. 1.26. Data Keluarga Tn. Saripudin
No Nama Status Usia Pendidikan Pekerja Penghasilan
1 Tn. Saripudin Kepala Keluarga 31 SD Kuli Rp.1.500.000
Bangunan
2 Ny. Marsi Istri 27 SD Ibu Rumah -
Tangga
3 An. Satria Anak 6 SD - -
Aisyzubair
4. Tn. Amprung Ayah 80 SMA Tidak -
Bekerja
33
Selain itu, terdapat satu ruang dapur berukuran 200 cm x 150 cm
yang bersebelahan dengan kamar mandi berukuran 100 cm x 100 cm.
Terdapat ember untuk menampung air, serta terdapat jamban dilengkapi
septic tank. Pencahayaan rumah berasal dari 3 buah lampu masing- masing
di ruangan rumah, serta 1 buah lampu di teras rumah yang seluruhnya
berwarna putih.
KAMAR DAPUR
MANDI BERUKURAN 200
BERUKURA cm x 150 cm
N 1mx1m
KAMAR
TIDUR
BERUKURA
N4mx3m
RUANG TAMU +
RUANG KELUARGA
KAMAR BERUKURAN 4 m x 2
TIDUR m
BERUKU
RAN
4mx3m
TERAS RUMAH
BERUKURAN 2 m X 1
m
34
Sedangkan di kanan dan kiri rumah Tn. Saripudin adalah rumah penduduk
yang lain.
Rumah Tn. Saripudin merupakan rumah ayahnya yang diberikan
kepada beliau dan ditinggali selama 5 tahun lamanya, Tn. Saripudin tidak
memiliki tanaman hias di depan rumahnya.
35
1.4.4.7 Perilaku dan Aktivitas Sehari- hari
Tn. Saripudin merupakan seorang kuli bangunan yang memiliki jam
kerja 12 jam. Ny. Siti Umroh merupakan seorang ibu rumah tangga yang
bekerja mengurus anak dan mengurus rumah.
Tn. Saripudin mengatakan mengkonsumsi rokok sehari- hari beliau
bisa menghabiskan rokok sekitar 2 bungkus perhari. Beliau mengatakan
ketika merokok dilakukan dimana saja dan kapan saja, bahkan ketika di
rumah. Beliau juga mengaku jarang sekali berolah raga, karena waktu yang
ada di gunakan untuk beristirahat di rumah.
36
Tabel. 1.29. Indikasi Faktor Eksternal Keluarga Tn. Saripudin
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan luas tanah sekitar 120 m2 dan luas bangunan
berukuran 10 m x 10 m.
2. Ruangan dalam rumah - Rumah terdiri dari ruang tamu
sekaligus ruang keluarga berukuran
4mx2m
- Dua kamar tidur berukuran 4 m x 2
m, yang di gunakan seluruh anggota
keluarga.
3. Ventilasi Ventilasi yang ada berasal dari pintu depan
dan jendela.
4. Pencahayaan Pencahayaan rumah berasal dari 3 buah
lampu masing-masing di ruangan rumah,
berwarna putih dan terdapat 1 buah lampu
di teras rumah serta berwarna putih
5. MCK Terdapat sebuah kamar mandi berukan 100
cm x 150 cm
6. Sumber air a. Membeli air galon untuk minum dan
air masak sebanyak satu galon per 2
hari.
b. Menggunakan air sumur untuk
mandi.
7. Saluran Pembuangan Air Tn. Saripudin memiliki sanitasi
8. Tampat Pembuangan sampah Membuang sampah di tempat sampah
terbuka
9. Lingkungan a. Lingkungan padat
b. Terdapat selokan
c. Terdapat jendela namun jarang di
buka
37
No Kriteria Permasalahan
d. Terdapat ventilasi namun jarang
dibersihkan
Masalah medis :
1. Riwayat hipertensi pada seluruh keluarga binaan.
2. Riwayat penyakit Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA) pada seluruh keluarga
binaan.
Masalah Non-Medis :
1. Perilaku merokok di dalam rumah
2. Pola makan tidak sehat
3. Jarang berolahraga
4. Keteraturan meminum obat
5. Sanitasi kurang baik
6. Ventilasi kurang
38
Gambar 1.9. Alur Penentuan Masalah Dengan Metode Delphi
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan, penulis memutuskan
untuk mengangkat permasalahan mengenai pengetahuan dan sikap tentang
pencegahan hipertensi di keluarga binaan Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Selanjutnya dilakukan pre-survey
pada keluarga binaan untuk menilai aspek pengetahuan, sikap dan perilaku yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Hasil dari presurvey pada keluarga binaan didapatkan pengetahuan, sikap
dan perilaku pencegahan hipertensi di keluarga binaan adalah kurang.
Berdasarkan hasil diskusi dengan kelompok dan para tenaga kesehatan di
Puskesmas Tegal Angus, diputuskan area masalah yang dipilih yaitu : “Perilaku
tentang pencegahan hipertensi pada keluarga binaan RT 009 RW 003 Desa
pangkalan, kelurahan Teluk Naga, Kecematan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten
39
1.5.3 Pemilihan Area Masalah
Pemilihan area masalah kesehatan ini didasarkan atas berbagai pertimbangan, yaitu:
1. Data primer: Data yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi pada semua keluarga
binaan mengenai hipertensi dan pencegahannya.
a. Semua orang dewasanya yang memiliki riwayat hipertensi. Dan
memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah dan lingkungan rumah
saat bersama dengan keluarga yang tidak merokok.
b. Pengetahuan tentang keteraturan minum obat, olahraga, pola makan, melakukan
pemeriksaan rutin.
c. Perilaku tentang keteraturan minum obat, olahraga, pola makan, melakukan
pemeriksaan rutin.
d. Pada beberapa keluarga binaan memiliki riwayat Hipertensi.
2. Data sekunder: Dari Data Puskesmas penyakit dengan kunjungan terbanyak pada bulan
Oktober 2018 adalah penderita Hipertensi dengan jumlah laki-laki 431 orang dan
perempuan 705 orang.
3. Data tersier : Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Dalam bahasa arab, usaha untuk mendapatkan kesembuhan biasa disebut dengan
istilah At-Tadawi yang artinya menggunakan obat; diambil dari akar kata dawa (mufrad)
yang bentuk jamaknya adalah Adwiyah. Kalimat dawa yang biasa diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia dengan arti obat; adalah segala yang digunakan oleh manusia untuk
menghilangkan penyakit yang mereka derita. Sementara penyakit yang akan diobati,
dalam bahasa arab biasa disebut dengan istilah Daa-un, bentuk masdar dari kata Daa-un.
Bentuk jamak dari kalimat “Adaa-u” adalah “Adwaa-u”.
Pengertian kalimat Tadawi dalam sisi bahasa tidak jauh berbeda dengan makna
tadawi yang dipahami oleh para ahli fikih (pakar hukum Islam). kalimat Tadawi diartikan
oleh para pakar hukum Islam dengan makna; “menggunakan sesuatu untuk penyembuhan
penyakit dengan izin Allah SWT; baik pengobatan tersebut bersifat jasmani ataupun
alternatif.”
41
1.6.2 Hukum Mengobati Penyakit dalam Pandangan Islam
Para ahli fikih dari berbagai mazhab; yaitu ulama mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’I
dan ulama mazhab hambali sepakat tentang bolehnya seseorang mengobati penyakit yang
dideritanya. Pendapat para ulama tersebut didasari oleh banyaknya dalil yang
menunjukkan kebolehan mengobati penyakit. Diantara dalil-dalil tersebut adalah:
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka
dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
Kedua, diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud,
Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi:
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah
menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah
berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud)
42
Hadits ini menunjukkah bahwa seorang Muslim boleh mengobati penyakitnya.
Sebab, diturunkannya penyakit oleh Allah SWT.disertai dengan diturunkan obatnya
menunjukkan bahwa seorang Muslim diizinkan untuk
43
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
44
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
45
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang
menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma untuk
tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan norma subjektif.
Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab musabab diantara komponen yang ditentukan
dengan jelas (Ajzen dan Fishbein, 1980). Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap
masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan kondisi
fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atausarana.
c) Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi dan
metode dalam pembelajaran.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga
komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
47
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor
dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh
adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall).
Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau
kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses
berurutan yakni :
1. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek).
2. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluasi (evaluation)
48
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Hal
ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.
49
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors):
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih,
temapat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi
dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit,
poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan
sebagainya. Untuk berprilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana
pendukung, misalnya: perilaku pemeriksaaan kehamilan. ibu hamil yang mau periksa hamil
tidak hanya karena dia tahu dan sadar manfaat perikksa hamil saja, melainkan ibu tersebut
dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya :
puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah sakit. fasilitas ini pada hakekatnya
mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini
disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors): Faktor-faktor ini meliputi sikap dan perilaku
tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan.
termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan. untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang
bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas,
lebih-lebih pada petugas kesehatan. disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk
memperkuat perilaku masyarakat tersebut seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan
memperoleh fasilitas periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan
yang mengharuskan ibu hamil periksa hamil.
2.3 Hipertensi
2.3.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi dikenal sebagai tekanan darah tinggi atau meningkat, yang merupakan suatu
kondisi di mana pembuluh darah terus-menerus memiliki tekanan yang tinggi.7 Hampir semua
consensus atau pedoman utama baik dari dalam walaupun luar negeri, menyatakan bahwa
seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik
merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi. (PERKI,
2015).
50
2.3.2 Epidemiologi Hipertensi
Secara global, prevalensi keseluruhan tekanan darah yang meningkat pada orang dewasa
berusia 25 tahun ke atas adalah sekitar 40% pada tahun 2008. Proporsi populasi dunia dengan
tekanan darah tinggi, atau hipertensi yang tidak terkontrol, turun secara sederhana antara tahun
1980 dan 2008. Namun, karena pertumbuhan populasi dan penuaan, jumlah orang dengan
hipertensi yang tidak terkontrol meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi hampir 1 miliar
pada tahun 2008.9
Di seluruh wilayah WHO, prevalensi peningkatan tekanan darah tertinggi di Afrika, di
mana 46% untuk kedua jenis kelamin. Baik pria dan wanita memiliki tingkat tekanan darah tinggi
yang meningkat di wilayah Afrika, dengan tingkat prevalensi lebih dari 40%. Prevalensi terendah
dari tekanan darah yang meningkat adalah di Wilayah WHO Amerika sebesar 35% untuk kedua
jenis kelamin. Pria di wilayah ini memiliki prevalensi lebih tinggi daripada wanita (39% untuk
pria dan 32% untuk wanita). Di semua wilayah WHO, pria memiliki prevalensi tekanan darah
tinggi yang sedikit lebih tinggi daripada wanita. Perbedaan ini hanya signifikan secara statistik
di Amerika dan Eropa.
Di antara temuan jumlah orang dengan tekanan darah sistolik (SBP) 140 mm Hg atau
lebih tinggi diperkirakan telah meningkat dari 442 juta pada tahun 1990 menjadi 874 juta pada
tahun 2015, ketika tingkat SBP ini bertanggung jawab atas 14% dari total kematian dan 143 juta
tahun hidup terkait kecacatan. Tingkat hipertensi meningkat dari 17.307 per 100.000 pada tahun
1990 menjadi 20.525 per 100.000 pada tahun 2015. Sebagian besar kematian yang berhubungan
dengan hipertensi terkait dengan penyakit kardiovaskular.
Prevalensi Hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 25,8%, tertinggi di
Kepulauan Bangka Belitung (30,9%), sedangkan terendah di Papua sebesar (16,8%).
Berdasarkan data tersebut dari 25,8% orang yang mengalami hipertensi hanya 1/3 yang
terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis. Data menunjukkan hanya 0,7% orang yang
terdiagnosis tekanan darah tinggi minum obat Hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar penderita Hipertensi tidak menyadari menderita Hipertensi ataupun mendapatkan
pengobatan.
51
pra-hipertensi, dan semua nilai tekanan darah di atas 160 / 100 mmHg termasuk hipertensi derajat
2. Pada pedoman European Society of Cardiology (ESC) / European Society of Hypertension
(ESH) 2013 mengikuti pendekatan serupa, dengan menjelaskan definisi tahap hipertensi dan
ambang batas yang tepat untuk memulai pengobatan terapi berdasarkan umur dan komorbiditas.
Sumber : medscape.com
Sumber : academic.com/eurheart/articles
52
Menurut pedoman baru berdasarkan ACC / AHA 2017, tekanan darah normal ditetapkan
bila memiliki nilai <120 / 80 mmHg dan hipertensi derajat 1 dimulai pada tekanan darah di atas
130/80 mmHg, yang berbeda dengan pedoman ESH / ESC 2013 yaitu diatas 140/90 mmHg.
Klasifikasi baru ini akan memiliki dampak besar pada prevalensi hipertensi dan akibatnya, yaitu
meningkatnya jumlah pasien yang akan menggunakan sistem perawatan kesehatan untuk
menurunkan tekanan darah. Pada usia di atas 65 tahun, setidaknya 75% pria dan wanita akan
diklasifikasikan sebagai hipertensi.
Sumber : academic.com/eurheart/articles
Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Pembuluh darah kita
secara alami mengental dan kaku seiring waktu. Perubahan ini meningkatkan risiko tekanan
darah tinggi. Namun, risiko tekanan darah tinggi meningkat untuk anak-anak dan remaja, dapat
disebabkan karena meningkatnya jumlah anak-anak dan remaja yang hidup dengan kelebihan
berat badan atau obesitas.
Tekanan darah tinggi sering terkait dengan riwayat dalam keluarga. Banyak pemahaman
tentang sistem tubuh yang terlibat dalam tekanan darah tinggi berasal dari studi genetik.
53
Penelitian telah mengidentifikasi banyak variasi gen yang terkait dengan peningkatan kecil
terhadap risiko mengalami tekanan darah tinggi. Penelitian baru menunjukkan bahwa perubahan
DNA tertentu selama perkembangan janin juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi di
kemudian hari. Beberapa orang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap natrium, hal ini bisa
menjadi riwayat dalam keluarga. Sensitivitas natrium dapat meningkatkan risiko tekanan darah
tinggi.
Kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi.
Kebiasaan ini termasuk pola makan yang tidak sehat, seperti makan terlalu banyak natrium,
minum terlalu banyak alkohol, dan tidak aktif secara fisik. Selain itu, orang dewasa Afrika-
Amerika memiliki faktor hipertensi yang lebih tinggi. Hal ini dibandingkan dengan kelompok
ras atau etnis lain, orang Afrika-Amerika cenderung memiliki angka tekanan darah rata-rata yang
lebih tinggi dan mendapatkan tekanan darah tinggi di awal kehidupannya.
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
seperti penyakit ginjal, gangguan tiroid, dan kelainan saraf pusat. Gangguan ginjal merupakan
faktor risiko paling sering menyebabkan tekanan darah tinggi karena adanya penyempitan pada
arteri ginjal, yang merupakan pembuluh darah utama penyuplai darah ke kedua organ ginjal. Bila
pasokan darah menurun maka ginjal akan memproduksi berbagai zat yang meningkatkan tekanan
darah. Ganguuan yang terjadi pada tiroid juga merangsang aktivitas jantung, meningkatkan
produksi darah yang mengakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah sehingga
mengakibtkan hipertensi. Faktor risiko lainnya yaitu seperti, coarctation aorta, akibat neurogenik
seperti tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris, kehamilan, luka bakar, dan stress, dalam hal
ini stres dapat memicu sistem saraf simapatis sehingga meningkatkan aktivitas jantung dan
tekanan pada pembuluh darah.
Beberapa faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi menyebabkan hipertensi
primer. Dua faktor utama termasuk masalah hormon hormonal seperti mekanisme natriuretik,
dan reninangiotensin-aldosteron sistem (RAAS) atau dapat disebabkan oleh gangguan dalam
elektrolit seperti natrium, klorida, dan kalium. Hormon Natriuretik menyebabkan peningkatan
konsentrasi natrium dalam sel yang mengarah ke peningkatan tekanan darah. RAAS mengatur
natrium, kalium, dan volume darah, yang akhirnya mengatur tekanan darah di arteri. Dua hormon
yang terlibat dalam Sistem RAAS termasuk angiotensin II dan aldosteron. Angiotensin II
menyebabkan penyempitan pembuluh darah, meningkatkan pelepasan bahan kimia yang
meningkatkan tekanan darah, dan meningkatkan produksi aldosteron. Penyempitan pembuluh
darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan berkurangnya volume pembuluh
54
darah namun jumlah darah tetap sama. Aldosterone menyebabkan natrium dan air tetap berada
di dalam darah. Sehingga volume darah menjadi lebih besar, yang akan meningkatkan tekanan
pada jantung dan meningkatkan tekanan darah.
Penyempitan pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh Aterosklerosis. Aterosklerosis
adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan penebalan dan hilangnya elastisitas
arteri. Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh
darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan
berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini disebut plak.
Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen pembuluh darah,
obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian
tubuh tertentu. Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan
pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul
oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi
primer.
Seiring dengan bertambahnya usia, struktur dan fungsi pembuluh darah berubah dengan
berbagai cara, yaitu dapat melalui perubahan fungsi dan struktur pembuluh darah. Lapisan
pembuluh darah mengalami kerusakan yang lebih dari waktu ke waktu. Keadaan ini mungkin
disebabkan oleh stres oksidatif atau kerusakan DNA, di antara faktor-faktor lain. Dengan
bertambahnya usia, kadar hormon angiotensin juga meningkat, memicu peradangan di pembuluh
darah. Pada saat yang sama, pembuluh perlahan kehilangan kemampuan untuk melepaskan zat
yang melindungi atau memperbaiki lapisan. Ketika lapisan pembuluh darah tidak bekerja,
tekanan darah diastolik yang lebih tinggi dapat terjadi.
Selain itu, perubahan struktur pembuluh darah juga memegang peranan penting dalam
peningkatan tekanan darah. Pembuluh darah memiliki lapisan protein elastin dan kolagen.
Elastin inilah yang membuat pembuluh darah lentur. Kolagen, yang lebih kaku, memberi struktur
pembuluh. Dengan usia, elastin menjadi rusak bahkan elastin yang tersisa menjadi kurang elastis.
Sementara itu, deposit kolagen dalam pembuluh meningkat. Akibatnya, pembuluh darah menjadi
lebih tebal dan membungkuk lebih mudah dari waktu ke waktu. Perubahan ini dapat
menyebabkan tekanan darah sistolik yang lebih tinggi.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
55
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah sehingga
menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang akan meningkatkan tekanan darah.
56
Tabel 24. Kriteria Diagnosis Hipertensi dengan Berbagai Metode Pengukuran
Berbeda
Sumber : medscape.com
1. Penurunan berat badan dapat dilakukan dengan mengganti makanan tidak sehat dan
memperbanyak asupan sayuran serta buah-buahan sehingga dapat memberikan manfaat
yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan
dislipidemia.
2. Mengurangi asupan garam. Di Indonesia, makanan tinggi garam dan lemak merupakan
makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari
kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan
sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis
obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam
57
tidak melebihi 2 gr/ hari.
3. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/ hari, minimal 3 hari/
minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki
waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan
kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat
kerjanya.
4. Mengurangi konsumsi alcohol. Walaupun konsumsi alcohol belum menjadi pola hidup
yang umum di Indonesia, namun konsumsi alcohol semakin hari semakin meningkat
seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar.
Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita,
dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau menghentikan
konsumsi alcohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.
5. Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek langsung
dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko
utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti
merokok.
Terapi Farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi
derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup
sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi
yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu :
1. Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
2. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat
mengurangi biaya
3. Berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 tahun)
seperti pada usia 55 – 80
tahun, dengan memperhatikan faktor
komorbid
4. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i) dengan
angiotensin II receptor blockers (ARBs)
5. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi
6. Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
58
Algoritme tatalaksana hipertensi yang direkomendasikan berbagai guidelines memiliki
persamaan prinsip, dan dibawah ini adalah algoritme tatalaksana hipertensi secara umum
berdasarkan The Eighth Joint National Committee (JNC 8) :
59
Tabel 25. Obat Hipertensi
Sumber : medscape.com
60
3. Gagal ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang
berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring
lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah.
4. Kerusakan pengelihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga
mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur atau buta. Kerusakan organ mata dapat diketahui
dengan memeriksa fundus mata untuk menemukan perubahan yang berkaitan dengan hipertensi
yaitu retinopati.
5. Penyakit Arteri Perifer (Peripheral Arterial Disease)
Penyakit arteri perifer (P.A.D.) adalah penyakit di mana plak menumpuk di arteri yang
membawa darah ke kepala, organ, dan anggota badan. Plak terdiri dari lemak, kolesterol,
kalsium, jaringan berserat, dan zat lain di dalam darah. Ketika plak menumpuk di arteri tubuh,
kondisi ini disebut atherosclerosis. Seiring waktu, plak dapat mengeras dan mempersempit arteri.
Ini membatasi aliran darah yang kaya oksigen ke organ-organ dan bagian lain dari tubuh. P.A.D
biasanya mempengaruhi arteri di kaki, tetapi juga dapat mempengaruhi arteri yang membawa
darah dari jantung ke kepala, lengan, ginjal, dan perut.
6. Dementia Vaskular
Demensia vaskular disebabkan oleh kondisi dimana rusaknya pembuluh darah di otak,
sehingga berkurangnya aliran oksigen ke otak. Kekurangan oksigen ini menghambat
kemampuan otak untuk bekerja sebagaimana mestinya. Sama halnya dengan stroke, terjadinya
hambatan aliran darah ke otak sehingga menurunkan kadar oksigen. Tekanan darah tinggi, kadar
kolesterol tinggi, dan merokok dapat meningkatkan risiko demensia vaskular. Demensia
vaskular pada pasien dapat terjadi sendiri atau dengan penyakit Alzheimer.
7. Penyakit Jantung Koroner
Serangan jantung paling sering terjadi sebagai akibat penyakit jantung koroner (PJK),
juga disebut penyakit arteri koroner. PJK adalah suatu kondisi di mana zat lilin yang disebut plak
menumpuk di dalam arteri koroner. Arteri ini memasok darah kaya oksigen ke jantung. Ketika
plak menumpuk di arteri, kondisi ini disebut atherosclerosis. Penumpukan plak terjadi selama
bertahun-tahun., area plak dapat pecah (pecah) di dalam arteri. Keadaan ini dapat menyebabkan
bekuan darah terbentuk di permukaan plak. Jika bekuan menjadi cukup besar, sebagian besar
atau seluruhnya dapat memblokir aliran darah yang melalui arteri koroner. Jika sumbatan tidak
ditangani dengan cepat, porsi otot jantung yang diberi nutrisi oleh arteri mulai mati. Jaringan
61
jantung sehat diganti dengan jaringan parut. Kerusakan jantung ini mungkin tidak jelas, atau
dapat menyebabkan masalah yang parah atau berlangsung lama.
Pengetahuan
Sikap
Faktor
Kepercayaan
Predisposisi
Keyakinan
Nilai-nilai
Perilaku
kesehatan
Lingkungan
Faktor
Pendukung Sarana dan
prasarana
Perilaku
Faktor
petugas
Pendorong
kesehatan
62
2.5 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dibuat dengan menghubungkan variabel independen dari
kerangka teori yang relevan dengan “Perilaku terhadap Pencegahan Hipertensi pada
Keluarga Binaan RT 009 RW 003, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten”.
Faktor Penguat:
Perilaku Tentang
Dukungan Keluarga Pencegahan Pada
Hipertensi
Faktor Pendorong:
Peran Petugas Kesehatan
63
2.6 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Semua kegiatan
atau Kuesioner Wawancara 1. Buruk
1 Perilaku Ordinal
aktivitas responden, baik <50%
terhadap
yang diamati langsung, 2. Cukup
pencegahan
maupun yang tidak dapat 50-70%
hipertensi
diamati oleh pihak luar 3. Baik
mengenai kepatuhan >70%
meminum obat, olahraga
teratur, makanan yang
sehat, pemeriksaan rutin
hipertensi, dan
menghindari rokok
Umur responden terhitung Kuisioner Wawancara 1. 21-30
2 Usia Ordinal
sejak lahir sampai 2. 31-40
dilakukannya penelitian. 3. 41-50
4. 51-60
5. >60
4 Pengetahuan Hasil dari tahu yang terjadi Kuesioner Wawancara 1. Buruk Ordinal
<50%
tentang setelah seseorang melihat
64
No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
pencegahan dan mendengar tentang 2. Cukup
hipertensi hipertensi dan pencegahan 50-70%
komplikasinya, seperti 3. Baik
kepatuhan meminum obat, >70%
olahraga teratur, makanan
yang sehat, pemeriksaan
rutin hipertensi, dan
menghindari rokok
Reaksi atau respon yang Kuesioner Wawancara 1. Buruk
5 Sikap Ordinal
masih tertutup dari <50%
terhadap
seseorang terhadap 2. Baik
pencegahan
hipertensi dan >50
hipertensi
komplikasinya, seperti
kepatuhan meminum obat,
olahraga teratur, makanan
yang sehat, pemeriksaan
rutin hipertensi, dan
menghindari rokok
kerentanan yang dirasakan,
keseriusan penyakit yang
dirasakan dan pertimbangan
terhadap manfaat dan
rintangan
65
No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Keadaan sekitar individu kuesioner wawancara 1. Tidak
6 Dukungan Ordinal
yang berpengaruh terhadap Mempengaruhi
keluarga
perilaku pencegahan skor <6
yang
komplikasi hipertensi, 2. Mempengaruhi
mempengar
seperti kepatuhan meminum skor >6
uhi perilaku
obat, olahraga teratur,
pencegahan
makanan yang sehat,
hipertensi
pemeriksaan rutin
hipertensi, dan menghindari
rokok
66
BAB III
METODE PENELITIAN
68
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi, dan
sebagainya.
Pengumpulan data kualitatif dengan wawancara mendalam menggunakan
panduan pertanyaan terbuka untuk menentukan akar penyebab masalah perilaku
mengenai pencegahan hipertensi pada keluarga binaan RT 009/RW 003, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Berdasarkan uraian–uraian tersebut, Dipilihnya kuesioner ini dikarenakan
kuesioner bersifat objektif dan jujur karena berasal dari sumber data (responden) secara
langsung, diharapkan dapat lebih mendengar tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dari
responden secara langsung sehingga tercipta hubungan yang baik antara pewawancara
dan responden, selain itu dapat diterapkan untuk pengumpulan data dalam lingkup yang
luas, serta cukup efisien dalam penggunaan waktu untuk mengumpulkan data. Cara
pengumpulan data melalui pengamatan langsung (observasi) untuk mengetahui dan
melihat langsung kondisi dan keadaan rumah disetiap keluarga.
69
3.7 Jadwal Kegiatan
Tabel 3.1 Daftar Kegiatan Pengumpulan Data pada Keluarga Binaan RT 009/RW 003, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang 25 Oktober – 03 November
2018
Tanggal Kegiatan
Kamis, 25 Oktober Tiba di Puskesmas Tegal Angus.
2018 Pengumpulan data program wajib Puskesmas
Tegal Angus, laporan penyakit dan gambaran
Desa Pangkalan. Perkenalan dengan keempat
keluarga binaan dan sambung rasa dengan
masing-masing anggota keluarga binaan.
Jumat, 26 Oktober Pengumpulan data dasar dari masing-masing
2018 keluarga binaan dilanjutkan dengan penentuan
area masalah dan dokumentasi rumah keluarga
binaan.
70
Kamis, 1 November a. Melakukan pemeriksaan kepada keluarga
2018 binaan berupa anamnesis secara umum, dan
pemeriksaan fisik.
b. Diskusi kelompok mengenai kuesioner
survey dan target sampel
Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variable dari
hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data sedemikian rupa
sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna.
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel independen dan dependen yang
diukur adalah:
2. Variabel independen
Usia
Pendidikan
Pengetahuan
Sikap
Dukungan Keluarga
Peran Petugas
71
BAB IV
HASIL
Karakteristik Frekuensi %
USIA
21-30 1 20,0
41-50 1 20,0
51-60 2 40,0
>60 1 20,0
TOTAL 5 100
PENDIDIKAN
SD-SMP 2 40,0
SMP-SMA 3 60,0
SMA-Perguruan Tinggi 0 0,0
TOTAL 5 100
PERILAKU
Buruk 4 80,0
Cukup 1 20,0
Baik 0 0,0
TOTAL 5 100
72
Karakteristik Frekuensi %
SIKAP
Buruk 0 0
Baik 5 100
Total 5 100
LINGKUNGAN
Mempengaruhi 0 0
Total 5 100
PERAN PETUGAS
KESEHATAN
Negatif 5 100
Positif 0 0,0
Total 5 100
Dari tabel 4.1, didapatkan responden mayoritas berusia kategori dewasa dini
(17-40 tahun) tahun yaitu sebanyak 5 orang (55,6%), mayoritas berpendidikan
SMP-SMA yaitu sebanyak 3 orang (60,0%), mayoritas berperilaku buruk sebanyak
4 orang (80,0%), mayoritas memiliki sikap baik sebanyak 5 orang (100,0%),
mayoritas lingkungan tidak mempengaruhi sebanyak 5 orang (100,0%) dan peran
petugas semuanya berdampak positif terhadap responden sebanyak 5 orang
(100,0%).
73
4.2 Analisis Univariat
Hasil analisis data ditampilkan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel –
variabel dalam kuesioner yang dijawab 5 responden pada bulan Oktober 2018.
Berdasarkan dari tabel 4.2.1 responden sebagian besar memiliki perilaku yang
buruk terhadap hipertensi di keluarga binaan dengan jumlah 4 responden (66,7%).
Berdasarkan dari tabel 4.2 Sebagian besar responden di desa binaan memiliki
pengetahuan yang baik (80,0%) tentang hipertensi di lingkungan keluarga binaan.
74
Tabel 4.2.3 Distribusi Sikap Responden Keluarga Binaan Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 25 Oktober –
03 November 2018
Sikap Jumlah Persentase
Buruk 0 0,0%
Baik 5 100%
Total 5 100%
Berdasarkan dari tabel 4.2.4 Responden keluarga binaan sebagian besar memiliki sikap
yang baik mengenai pencegahan hipertensi di lingkungan keluarga binaan yaitu sebesar
5 responden (100%).
Berdasarkan dari tabel 4.2.4 Pengaruh Lingkungan terhadap responden keluarga binaan
sebagian tidak mempengaruhi perilaku pencegahan hipertensi di lingkungan keluarga
binaan yaitu sebesar 5 responden (100%).
Tabel 4.2.3 Distribusi Peran Petugas terhadap Responden Keluarga Binaan Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Periode 25 Oktober – 03 November 2018
Peran Petugas Jumlah Persentase
Negatif 5 100%
Positif 0 0,0%
Total 5 100%
75
Berdasarkan dari tabel 4.2.4 Responden keluarga binaan sebagian besar peran petugas
terhadap responden mengenai pencegahan hipertensi di lingkungan keluarga binaan
yaitu sebesar 5 responden (100%).
76
Bagan 4.1 Fishbone Perilaku Pencegahan pada Hipertensi
77
Tabel 4.3.1. Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada Keluarga Binaan di
RT009/ RW 003, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang 25
Oktober – 03 November 2018
Alternatif Pemecahan
No. Akar Penyebab Masalah Rencana Intervensi
Masalah
1. Rasa takut responden untuk Meningkatkan upaya Penyuluhan dan
memeriksakan diri ke promosi kesehatan dan pemantauan tentang
fasilitas kesehatan tindakan preventif pentingnya memeriksakan
diri ke puseksmas
78
4. Menjelaskan poster mengenai komplikasi hipertensi pada keluarga binaan RT RT009/
RW 003, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang
5. Bekerja sama dengan pihak puskesmas dan kader setempat untuk mengevaluasi
penyebaran perilaku mengenai hipertensi pada keluarga binaan RT RT009/ RW 003,
Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.
79
2. Pelaksanaan
1) Penyuluhan dilaksanakan pada pukul 10.30 WIB di satu halaman rumah keluarga binaan
dengan mengumpulkan anggota keluarga dari keempat keluarga binaan.
2) Teknik pelaksanaan acara dilaksanakan secara bersama dengan anggota keluarga binaan
sebagai peserta penyuluhan.
3) Sebelum dilakukan penyuluhan, anggota keluarga binaan mengisi soal pretest.
4) Acara penyuluhan dilaksanakan menggunakan media informasi dalam bentuk video dan
poster.
5) Setelah penyuluhan, anggota keluarga binaan mengisi soal post-test.
6) Acara berakhir pada pukul 12.00 WIB
3. Waktu dan Tempat
Acara penyuluhan dilaksanakan pada hari Rabu, 03 Oktober 2018 di satu rumah keluarga
binaan dan berlangsung dari pukul 10.30 WIB hingga 12.00 WIB.
80
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes. 2013. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI
2. WHO. 2013. A global brief on Hypertension, Silent Killer Global Public Health
Crisis. Geneva: World Health Organization
3. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka cipta.
4. Alwi, Hasan. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
5. Agus, Riyanto dan Budiman. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
6. WHO. 2015. Hypertension. Geneva: World Health Organization.
http://www.who.int/topics/hypertension/en/ , diakses pada 21 September 2018 pukul
11.35.
7. PERKI. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular, edisi
pert., Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, Jakarta.
8. WHO. 2017. Raised blood pressure. Geneva: World Health Organization.
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/ ,
diakses pada 21 September 2018 pukul 13.00
9. Forouzanfar MH et al. Global burden of hypertension and systolic blood pressure of
at least 110 to 115 mm Hg, 1990-2015. JAMA 2017, 317(1).
10. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Hipertensi.
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/...hipertensi.pdf
, diakses pada 21 September 2018 pukul 12.30.
11. Michel Burnier, Suzanne Oparil, Krzysztof Narkiewicz & Sverre E. Kjeldsen (2018)
New 2017 American Heart Association and American College of Cardiology
guideline for hypertension in the adults: major paradigm shifts, but will they help to
fight against the hypertension disease burden?, Blood Pressure, 27:2, 62-65.
12. Kayce Bell, Pharm.D., June Twiggs, Pharm.D., & Bernie R. Olin, Pharm.D. 2015.
Hypertension: The Silent Killer: Updated JNC-8 Guideline Recommendations.
81
Alabama Pharmacy Association.
https://cdn.ymaws.com/www.aparx.org/resource/resmgr/CEs/CE_Hypertension_The
_Silent_K.pdf, diakses pada 21 September 2018 pukul 14.42.
13. National Heart, Lung, and Blood Institution. 2016. High Blood Pressure.
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/high-blood-pressure , diakses pada 21
September 2018 pukul 15.00
14. Price, S.A dan Wilson L.A. (2006). Patofisiologi Konsep Kinis Proses Penyakit. Edisi
6 Volume 1. Jakarta: EGC
15. Tugasworo D. (2010). Patogenesis aterosklerosis. Semarang: BP UNDIP.
16. National Heart Foundation of Australia. (2016). Guideline for the diagnosis and
management of hypertension in adults 2016.
17. Centers for Disease Control and Prevention. 2018. Preventing High Blood Pressure:
Healthy Living Habits. https://www.cdc.gov/bloodpressure/healthy_living.htm ,
diakses pada 21 September 2018 pukul 17.00.
18. Suryana. 2010. Metode Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung: UPI.
19. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Aksara.
20. Notoatmodjo S. 2003. Pendidilkan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka Cipt
82