Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN TEORITIS
Keselamatan Kerja adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja dan
lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila
timbul kecelakaan kerja. Namun patut disayangkan tidak semua perusahaan memahami arti
perusahaan.
Keselamatan kerja adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang yang bekerja dalam
kepentingannya sendiri atau memang diminta untuk menjaga hal-hal tersebut untuk
menjalankan prinsip K3 di lingkungan perusahaannya. Patut diketahui pula bahwa ide tentang
K3 sudah ada sejak 20 (dua puluh) tahun lalu, namun sampai kini masih ada pekerja dan
bahkan tidak mengetahui aturannya tersebut. Sehingga seringkali mereka melihat peralatan K3
adalah sesuatu yang mahal dan seakan-akan mengganggu proses berkerjanya seorang pekerja.
Untuk menjawab itu kita harus memahami filosofi pengaturan K3 yang telah ditetapkan
memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebakaran atau
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun
memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya
penyimpanan barang
Dari tujuan pemerintah tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa dibuatnya aturan
penerapan K3 itu sendiri. Landasan hukum yang dimaksud memberikan pijakan yang jelas
mengenai aturan apa dan bagaimana K3 itu harus diterapkan. Adapun sumber hukum
13. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI no. Per –75/MEN/2002
Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli
keselamatan kerja;
Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;
Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan
Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan kerja serta
alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan.
menjadi 2, yaitu:
Unsafe action adalah suatu tindakan yang memicu terjadinya suatu kecelakaan
rawan terjadi kebakaran, tidak mematuhi peraturan dan larangan K3, dan lain-
Unsafe Condition berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kerja yang dapat
terciptanya kondisi yang tidak aman ini karena kurang ergonomis. Unsafe
condition ini contohnya adalah lantai yang licin, tangga rusak, udara yang
menggolongkan penyebab terjadinya kecelakaan adalah sebab langsung (immediate cause) dan
factor dasar (basic cause). Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu yang langsung
menyebabkan terjadinya kecelakaan tersebut, misalkan terpeleset, kejatuhan suatu benda, dan
lainlain. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah merupakan factor yang memicu atau
yang menyebabkan lantai licin, kondisi penerangan yang tidak baik, atau terburu-buru.
Meskipun penyebab tidak langsung hanyalah sebagai penyebab atau pemicu yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan, namun sebenarnya hal tersebutlah yang harus dianalisa
Penyebab langsung kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan di rasakan
a. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu Perbuatan berbahaya dari dari manusia
Pengetahuan.
b. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) yaitu keadaan yang akan menyebababkan
Lingkungan
Proses pekerjaan
Sifat pekerjaan
Cara kerja
2. Penyebab Dasar (Basic causes).
Stres.
tindakan tidak aman (unsafe acts) 80 % dan Kondisi yang tidak aman (unsafecondition) 20%.
Faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh faktor tindakan-tindakan tidak aman (unsafe
acts) 85 % dan Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) 15 %. Faktor utama yang
Lingkungan kerja
Metode kerja
Pekerja sendiri
Namun pada akhirnya semua kecelakaan baik langsung maupun tidak langsung, di
akibatkann kesalahan manusia. Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap proses/
aktifitas pekerjaan. Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya,
akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin,
kecelakaan/ potensi kecelakaan kerja harus dicegah/ dihilangkan, atau setidak-tidaknya
dikurangi dampaknya.
secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha, tidak bisa secara parsial dan diperlakukan
sebagai bahasan-bahasan marginal dalam perusahaan. Salah satu bentuk keseriusan itu adalah
1. Kelelahan (fatigue)
2. Kondisi tempat kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe
working condition)
Hubungan antara karakter pekerjaan dan kecelakaan kerja menjadi fokus bahasan yang
cukup menarik dan membutuhkan perhatian tersendiri. Kecepatan kerja (paced work),
yang harus diawali dengan “pemanasan prosedural”, beban kerja (workload), dan lamanya
dimaksud. Penyebab-penyebab di atas bisa terjadi secara tunggal, simultan, maupun dalam
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya bertujuan untuk mencegah dan
mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut maka, di setiap tempat kerja diwajibkan memenuhi syarat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) yang ditetapkan dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1970 beserta
peraturan pelaksanaannya. Penggunaan alat pelindung diri (APD) merupakan upaya
industri yang belum menggunakan alat pelindung diri sebagai salah satu pengendalian
pekerja dapat meningkatkan pemakaian alat pelindung diri agar lebih optimal dan
APD sendri merupakan suatu alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi
seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya atau
kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja
apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik.
Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai
usaha terakhir. Penggunaan APD telah diatur pada UU No. 1 Tahun 1970 pasal 12 yang
mengatur mengenai hak dan kewajiban tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri.
Pemakaian APD harus disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di tempat
kerja yang didapatkan dari hasil evaluasi dalam pemantauan lingkungan kerja.
Pemilihan APD disesuaikan dengan kebutuhan dan kuuran tenaga kerja serta
c) Pemeliharaan APD
APD yang dipakai memiliki masa pemakaiannya masing-masing sesuai
spesifikasi, sehingga perlu adanya tata cara pemeliharaan APD yang benar.
Penjelasan tentang potensi bahaya di tempat kerja, resiko bahaya tersebut, dan
Pemakaian APD memerlukan kedisiplinan dan kesadaran dari tenaga kerja dan
A. Pelindung Kepala
Alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, kejatuhan, terpukul,
atau terpapar dari bahan-bahan berbahaya di tempat kerja, baik bahan kimia, suhu ekstrim,
atau mikroorganisme. Contoh: helm pengaman, topi atau tudung kepala, dll
Berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya. Contoh:
C. Pelindung Telinga
Berfungsi melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Contoh: sumbat
D. Pelindung Pernapasan
Berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan
sehat atau dengan menyaring cemaran bahan-bahan berbahya di udara. Contoh: masker,
E. Pelindung Tangan
Berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan berbahaya seperti
suhu ekstrim, arus listrik, bahan kimia, atau trauma fisik dan mikroorganisme. Contoh:
F. Pelindung Kaki
Berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda
berat, atau trauma fisik lain, serta suhu ekstrim dan bahan kimia atau mikroorganisme.