Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Autisme, adalah gangguan perkembangan yang luas dan berat (pervasive).
Autisme dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat pada semua kelompok etnis
dan budaya di dunia. Di California pada tahun 2002 disimpulkan terdapat 9 kasus
autisme per-harinya. Di Amerika Serikat disebutkan autisme terjadi pada 15.000-
60.000 anak dibawah 15 tahun. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta lebih, hingga
saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penderita namun diperkirakan jumlah
anak autisme dapat mencapai 150-200 ribu orang. Perbandingan antara laki dan
perempuan adalah 2,6-4 : 1, namun anak perempuan yang menderita ASD akan
menunjukkan gejala yang lebih berat.
Autisme termasuk kasus yang jarang, biasanya identifikasinya melalui
pemeriksaan yang teliti di rumah sakit, dokter atau sekolah khusus. Dewasa ini terdapat
kecenderungan peningkatan kasus-kasus autisme pada anak (autisme infantil) yang
datang pada praktek neurologi dan praktek dokter lainnya. Umumnya keluhan utama
yang disampaikan oleh orang tua adalah keterlambatan bicara, perilaku aneh dan acuh
tak acuh, atau kecurigaan terhadap ketulian.
Terapi anak autisme membutuhkan deteksi dini, intervensi edukasi yang
intensif, lingkungan yang terstruktur, atensi individual, staf yang terlatih baik, dan peran
serta orang tua sehingga melibatkan banyak bidang, baik bidang kedokteran,
pendidikan, psikologi maupun bidang sosial. Dalam bidang kedokteran, untuk
menangani masalah autisme dengan pengobatan khususnya medika mentosa, di bidang
pendidikan dapat dilakukan dengan memberikan latihan pada orang tua penderita.
Terapi perkembangan perilaku dapat dilakukan dalam bidang psikologi, sedangkan
mendirikan yayasan autisme sebagai lembaga yang mampu secara professional
menangani masalah autisme adalah salah satu contoh yang dilakukan dalam bidang
social.
Prognosis untuk penderita autisme tidak selalu buruk. Pada gangguan autisme,
anak yang mempunyai IQ diatas 70 dan mampu menggunakan komunikasi bahasa
mempunyai prognosis yang baik. Berdasarkan gangguan pada otak, autisme tidak dapat
sembuh total tetapi gejalanya dapat dikurangi, perilaku dapat diubah ke arah positif
dengan berbagai terapi.
1
BAB II
STATUS PEDIATRIK
I. IDENTIFIKASI
Nama : MAA
Umur : 3 tahun 1 bulan (23 September 2015)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Dabuk Rejo Lempung, Kab. Ogan Komering Ilir
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien pada tanggal 2 Oktober 2018 di Poli
tumbuh kembang anak RSMH
2
berbicara. Anak ketakutan bila mendengar suara blender. Anak sering mematikan dan
menghidupkan tombol kipas angin, membuka dan menutup pintu berulang kali. Anak
sering berputar sendiri tanpa tujuan.
Riwayat Kehamilan
• G2P1AO, sakit saat hamil (-)
• Selama kehamilan, ibu rajin kontrol ke dokter setiap bulan. Tidak ada riwayat
hipertensi, DM, demam tinggi dan tidak ada riwayat minum obat tertentu.
• Kesan : Riwayat kehamilan prenatal baik.
Riwayat Persalinan
• Anak laki-laki lahir dari ibu G2P1A0, hamil cukup bulan, lahir secara Sectio
Cesarian, lahir langsung menangis, berat badan ibu lupa, panjang badan anak
ibu lupa, lingkar kepala saat lahir ibu lupa, lingkar dada saat lahir ibu lupa, tidak
ada kelainan bawaan.
• Kesan : Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan
3
Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR
BCG 1 bulan
CAMPAK 9 bulan
Booster (-)
Kesan :Imunisasi dasar tidak lengkap
• Perkembangan
Kepala tegak : 4 bulan
Tengkurap : 6 bulan
Merangkak : 9 bulan
Duduk : 1 tahun
Berdiri : 1 tahun 2 bulan
4
Berjalan : 1 tahun 6 bulan
Berlari : 2 tahun
Kesan : Pertumbuhan Baik
b. Status Gizi
Berat Badan : 11 kg
TinggiBadan : 86 cm
Lingkar kepala : 49.5 cm
5
BB/U : < -2 SD (underweight)
PB/U : -2 SD (stunted)
BB/PB : 0-2 SD (normal)
LK : Normocephali
c. Status Generalis
- Kepala : kesan normocephali, rambut hitam
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Refleks cahaya
(+/+), isokor (± 3mm)
- Telinga : discharge (-/-), Nyeri (-/-)
- Hidung : secret (-), napas cuping hidung (-)
- Mulut : bibir kering (-), lidah tremor (-), pernapasan mulut (-), sianosis(-
edema (-)
- Leher : pembesaran KGB (-), pulsasi normal, jejas(-), luka (-)
- Thorax : pergerakan dinding dada saatinspirasidan ekspirasi simetris,
retraksi dinding dada (-), ICS tidak melebar
a. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba dengan 1 jari dari ICS 5
linea midcla-vikula 2 cm ke medial, pulsus
parasternal (-), pulsus epigastrium (-)
Perkusi
Kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Atas jantung : ICS 2 linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis sinistra
Kiri jantung : ICS 5 linea midclavicula 2 cm ke medial
Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, bising (-)
Kesan : Normal
b. Pulmo
Perkusi : sterm fremitus hemithorax dextra sama
dengan sinistra
Palpasi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas dasar vesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
6
Kesan : Normal
c. Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : peristaltik (+), bising usus (+) normal
Perkusi : timpani di seluruh kuadran
Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), hepar, lien tidak
teraba
d. Genital : laki-laki, tidak ada kelainan
e. Ekstremitas
Superior Inferior
Sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Pelebaran vena -/- -/-
Capillary refill time < 2”/ < 2” < 2”/ < 2”
Refleks fisiologis ↑/↑ ↑/↑
Refleks patologis -/- -/-
Status Neurologis
7
Hasil Pemeriksaan KPSP 36 Bulan
Kesan :Terdapat keterlambatan di bidang gerak kasar, gerak halus, sosial kemandirian
pada anak. Ditemukan skor KPSP 1 yang menunjukkan kemungkinan adanya
penyimpangan (P).
8
FORMULIR M-CHAT-R
VII. TERAPI
Medikamentosa
Risperidon 2 x 0,1 mg PO
Non medikamentosa
Rujuk ke bagian rehabilitasi medik untuk dilakukan terapi sensori integrasi, okupasi,
bicara, dan sosial kemandirian
IX. EDUKASI
a. Edukasi tentang keadaan pasien dan menjelaskan penyakit yang pasien derita
pada keluarga.
b. Mengedukasi cara mendidik pasien dengan ASD
c. Menjelaskan bahwa pengobatan bersifat jangka panjang dan memerlukan kerja
sama dengan keluarga.
d. Mengedukasi keluarga pasien untuk latihan bicara dengan mengucapkan kata
yang mudah diucap dan dilakukan rutin dan setiap hari
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.2 Epidemiologi
Di California pada tahun 2002 disimpulkan terdapat 9 kasus autisme per-
harinya. Di Amerika Serikat disebutkan autisme terjadi pada 15.000-60.000 anak
dibawah 15 tahun. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta lebih, hingga saat ini
belum diketahui berapa persisnya jumlah penderita namun diperkirakan jumlah
anak autisme dapat mencapai 150-200 ribu orang. Perbandingan antara laki-laki dan
perempuan adalah 2,6-4 : 1, namun anak perempuan yang menderita ASD akan
menunjukkan gejala yang lebih berat.
Suatu penelitian di Canada pada tahun 2006 melaporkan prevalensi autisme
sebesar 21,6 % per 10.000 anak. Penelitian di Canada yang lain juga menemukan
prevalensi autisme sebesar 6,5 per 1000 anak.
Prevalensi autisme sampai saat ini terus menunjukkan adanya peningkatan.
Sejak penelitian epidemiologi pertama yang dilakukan pada tahun 1966 hingga
tahun 2000 diperkirakan terjadi peningkatan 10 kali lipat yaitu jika pada tahun 1966
diperkirakan sebesar 4-5 per 10.000, maka pada tahun 2000 menjadi 40-60 per
10.000 anak.
3.1.3 Anamnesa
11
Gejala autisme biasanya timbul sebelum anak berusia 3 tahun. Pada sebagian
anak gejala-gejala bisa sudah ada sejak lahir yang akan tampak makin jelas setelah
anak mencapai 3 tahun.
1. Gangguan dalam bidang komunikasi verbal maupun non verbal
Terlambat bicara
Meracau dengan bahasa yang tidak dimengerti orang lain
Bicara tidak dipakai untuk berkomunikasi
Meniru atau membeo (echolalia)
Pandai meniru nyanyian, nada maupun kata-katanya tanpa mengerti
artinya
Sebagian (20%) anak-anak ini tetap tak dapat bicara sampai dewasa
Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan yang terdekat dan
mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya
12
Duduk bengong dengan tatap mata yang kosong, bermain secara
monoton dan kurang variatif secara berulang-ulang
Duduk diam terpaku oleh suatu hal, misalnya bayangan atau benda yang
berputar-putar. Kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentu
seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar, gelang karet atau apa saja
yang terus dipegangnya dan dibawa ke mana-mana.
Gejala-gejala di atas tidak harus ada semuanya pada setiap anak, tergantung
pada berat atau ringannya keadaan autisnya.
13
- Anak tidak menjalin interaksi sosial yang memadai seperti: kontak mata kurang
atau tidak ada, tidak mau bermain dengan teman
- Ada gerakan repetitif, stereotipik, hiperaktif, dan hipoaktif
- Skrining dengan Checklist for Autism in Toddler (CHAT)
14
D. Gejala menyebabkan hambatan yang bermakna dalam khidupan sosial
dan fungsional sehari-hari
E. Hambatan tersebut bukan disebabkan oleh disabilitas intelektual/global
developmental delayed.
15
i. Pemeriksaan penunjang
Tes pendengaran
Tes IQ
ii. Terapi
Tujuan:
- Menggurangi masalah perilaku yang abnormal
- Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya, terutama dalam
penguasaan bahasa
Ditangani oleh satu tim kerja yang terpadu yang terdiri dari: tenaga pendidik,
tenaga medis (psikiater, dokter anak), psikolog. Ahli terapi wicara, pekerja sosial,
fisioterafis dan perawat
Berbagai jenis terapi yang harus dijalankan secara terpadu tersebut, sesuai
dengan keadaan dan keperluan anak, mencakup:
1. Terapi medikamentosa
Pada penderita autisme dengan gejala-gejala seperti temper tantrum,
agresifitas, melukai diri sendiri dan perilaku stereotifik, pemberian obat akan
membantu memperbaiki perilaku dan respon anak terhadap lingkungan sehingga
ia lebih mudah menerima terapi yang lain. Obat-obatan yang diberikan adalah
obat-obatan yang mempengaruhi kerja sel otak dan memperbaiki abnormalitas
kadar neurotransmitter, seperti:
- Risperidon, dimulai dengan dosis 2x0,1 mg, dapat dinaikkan 0,05 mg setiap
1-2 minggu, dosis bisa mencapai 1-2 mg/hari. Dapat memperbaiki hubungan
sosial, atensi, agresifitas, hiperaktifitas, dan perilaku menyakiti diri sendiri.
- Aripiprazole, dimulai dengan dosis 2 mg sekali sehari, dapat dinaikkan
bertahap hingga maksimal 10 mg/hari. Dapat mengurangi gangguan
iritabilitas yang berhubungan dengan autis (tantrum, agresivitas, perubahan
mood tiba-tiba, perilaku yang merugikan diri sendiri). Digunakan pada anak
usia 6-17 tahun.
- Haloperidol, dosis 0,25-3 mg/hari, dibagi 2-3 dosis. Dapat memperbaiki
agresivitas hieraktifitas, iritabilitas, dan stereotifik.
16
- Thioridazine, dosis 0,5-3 mg/kg/hari dibagi 2-3 dosis. Dapat menurunkan
agresivitas dan agitasi.
17
Intervensi dalam bentuk pelatihan keterampilan sosial, keterampilan
sehai-hari agar anak dapat mandiri. Salah satu metode yang banyak dipakai
adalah metode TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related
Communication Handicapped Children), metode ini sangat terstruktur,
mengintegrasikan metode klasik yang individual, metode pengajaran yang
sistematik, terjadwal dan dalam ruang kelas yang ditata khusus.
- Terapi Diet
Terapi diet bebas glutein dan casein bersifat individual. Dapat
dipertimbangkan bila dengan diet tersebut ada penurunan hiperaktifitas.
iii. Edukasi
1. Pengobatan bersifat jangka panjang
2. Sangat memerlukan kerja sama dengan keluarga
3. Terapi bicara dirumah
4. Sekolah dan Pendidikan khusus
iv. Prognosis
Quo ad vitam: bonam
Quo ad sanationam: dubia ad bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam
Dengan penatalaksanaan yang tepat dan terpadu, gejala-gejala autistiknya bisa
dikurangi semaksimal mungkin. Bila anak tersebut mempunyai kecerdasan yang
normal atau tinggi, tidak menutup kemungkinan ia bisa mencapai jenjang
pendidikan yang tinggi.
Prognosis penyandang autisme sangat bergantung dari diagnoss dini, berat
ringannya gejala, kecerdasan anak, umur pada saat terapi, kemampuan bicara dan
terutama intensitas terapi. Keterlibatan orang tua sangat mempengaruhi dan penting
dalam kemajuan anaknya. Penyandang autisme dikatakan “sembuh” bila ia telah
bisa membaur dalam masyarakat.
18
sangat berguna, agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, tumbuh
kembang anak diharapkan dapat berlangsung seoptimal mungkin.
Dever II berguna sebagai instrument skrining, tetapi tidak dapat menilai perkembangan
sosioemosional secara adekuat. Anak dengan skor “diduga” atau “tidak dapat dinilai” haus
dipantau dengan cermat. Semua tugas di sebelah kiri garis yang tidak berhasil dikerjakan
oleh anak dianggap terlambat (paling tidak 90% populasi mampu menyelesaikan tugas
tersebut). Jika instruksinya tidak diikuti dengan baik atau tidak dikerjakan, maka validitas
pemeriksaan ini menurun.
3.3. M-CHAT-R
Untuk deteksi dini autisme, peneliti dari University of Cambridge UK mengembangkan
checklist sederhana yang dapat digunakan oleh tenaga medis.
19
M-CHAT-R valid digunakan untuk skrining balita usia 16-30 bulan, untuk
menilai risiko gangguan spektrum autis (autism spectrum disorder/ASD). Pengguna
harus memperhatikan walaupun dengan Follow-Up, angka signifikan anak yang gagal
M-CHAT-R tidak didiagnosis ASD; melainkan anak ini berisiko mengalami gangguan
atau keterlambatan perkembangan lainnya, oleh karena itu, follow-up harus dilakukan
pada anak yang diskrining positif.
Formulir M-CHAT-R
Mohon jawab pertanyaan berikut ini tentang anak anda. Pikirkan bagaimana perilaku
anak anda biasanya. Jika pernah melihat anak anda melakukan tindakan itu beberapa kali,
namun dia tidak selalu melakukannya, maka jawab tidak. Tolong lingkari ya atau tidak pada
setiap pertanyaan.
1 Jika anda menunjuk sesuatu di ruangan, apakah anak anda melihatnya? Ya Tidak
(Misalnya, jika anda menunjuk hewan atau mainan, apakah anak anda
melihat ke arah hewan atau mainan yang anda tunjuk?)
2 Pernahkah anda berpikir bahwa anak anda tuli? Ya Tidak
3 Apakah anak anda pernah bermain pura-pura? (Misalnya, berpura-pura Ya Tidak
minum dari gelas kosong, berpura-pura berbicara menggunakan telepon, atau
menyuapi boneka atau boneka binatang?)
4 Apakah anak anda suka memanjat benda-benda? (Misalnya, furniture, alat- Ya Tidak
alat bermain, atau tangga)
5 Apakah anak anda menggerakkan jari-jari tangannya dengan cara Ya Tidak
yang tidak biasa di dekat matanya? (Misalnya, apakah anak anda
menggoyangkan jari dekat pada matanya?)
6 Apakah anak anda pernah menunjuk dengan satu jari untuk meminta sesuatu Ya Tidak
atau untuk meminta tolong? (Misalnya, menunjuk makanan atau mainan
yang jauh dari jangkauannya)
7 Apakah anak anda pernah menunjuk dengan satu jari untuk menunjukkan Ya Tidak
sesuatu yang menarik pada anda? (Misalnya, menunjuk pada pesawat di
langit atau truk besar di jalan)
8 Apakah anak anda tertarik pada anak lain? (Misalnya, apakah anak anda Ya Tidak
memperhatikan anak lain, tersenyum pada mereka atau pergi ke arah mereka)
9 Apakah anak anda pernah memperlihatkan suatu benda dengan membawa Ya Tidak
atau mengangkatnya kepada anda – tidak untuk minta tolong, hanya untuk
berbagi? (Misalnya, memperlihatkan anda bunga, binatang atau truk mainan)
10 Apakah anak anda memberikan respon jika namanya dipanggil? (Misalnya, Ya Tidak
apakah anak anda melihat, bicara atau bergumam, atau menghentikan apa
yang sedang dilakukannya saat anda memanggil namanya)
11 Saat anda tersenyum pada anak anda, apakah anak anda tersenyum balik? Ya Tidak
12 Apakah anak anda pernah marah saat mendengar suara bising sehari-hari? Ya Tidak
(Misalnya, apakah anak anda berteriak atau menangis saat mendengar suara
bising seperti vacuum cleaner atau musik keras)
13 Apakah anak anda bisa berjalan? Ya Tidak
14 Apakah anak anda menatap mata anda saat anda bicara padanya, bermain Ya Tidak
bersamanya, atau saat memakaikan pakaian?
20
15 Apakah anak anda mencoba meniru apa yang anda lakukan? (Misalnya, Ya Tidak
melambaikan tangan, tepuk tangan atau meniru saat anda membuat suara
lucu)
16 Jika anda memutar kepala untuk melihat sesuatu, apakah anak anda melihat Ya Tidak
sekeliling untuk melihat apa yang anda lihat?
17 Apakah anak anda mencoba utuk membuat anda melihat kepadanya? Ya Tidak
(Misalnya, apakah anak anda melihat anda untuk dipuji atau berkata “lihat”
atau “lihat aku”)
18 Apakah anak anda mengerti saat anda memintanya melakukan sesuatu? Ya Tidak
(Misalnya, jika anda tidak menunjuk, apakah anak anda mengerti kalimat
“letakkan buku itu di atas kursi” atau “ambilkan saya selimut”)
19 Jika sesuatu yang baru terjadi, apakah anak anda menatap wajah anda untuk Ya Tidak
melihat perasaan anda tentang hal tersebut? (Misalnya, jika anak anda
mendengar bunyi aneh atau lucu, atau melihat mainan baru, akankah dia
menatap wajah anda?)
20 Apakah anak anda menyukai aktivitas yang bergerak? (Misalnya, diayun- Ya Tidak
ayun atau dihentak-hentakkan pada lutut anda)
Untuk semua pertanyaan kecuali 2, 5, dan 12, respon “TIDAK” mengindikasikan risiko ASD;
untuk pertanyaan 2,5, dan 12, “YA” mengindikasikan risiko ASD. Algoritme berikut ini
memaksimalkan psikometrik M-CHAT-R:
- Risiko Rendah : Skor total 0-2; jika anak lebih muda dari 24 bulan, lakukan skrining
lagi setelah ulang tahun kedua. Tidak ada tindakan lanjutan yang diperlukan, kecuali
surveilans untuk mengindikasikan risiko ASD
- Risiko Medium : Skor total 3-7; lakukan Follow-up (M-CHAT-R/F tahap kedua) untuk
mendapat informasi tambahan tentang respon berisiko. Skrining positif jika skor M-
CHAT-R/F 2 atau lebih. Tindakan yang diperlukan: adalah rujuk anak untuk evaluasi
diagnostik dan evaluasi eligibilitas untuk intervensi awal. Skrining negatif jika skor M-
CHAT-R/F 0-1. Tidak ada tindakan lanjutan yang diperlukan, kecuali surveilans untuk
mengindikasikan risiko ASD. Anak harus diskrining ulang saat datang kembali.
- Risiko Tinggi : Skor total 8-20; Follow-up dapat tidak dilakukan dan pasien dirujuk segera
untuk evaluasi diagnostik dan evaluasi eligibilitas untuk intervensi awal.
21
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien bernama AA, anak laki-laki usia 3 tahun 1 bulan datang ke Poli RSMH
dikarenakan belum bisa berbicara hingga saat ini Anak baru dapat mengucapkan kata “ma”
“ti” “gi”. Bila ingin sesuatu anak menangis, merengek, tidak menunjuk dan menarik tangan
orang tua, Anak sering melihat jari sendiri, bila dipanggil tidak menjawab, tidak melihat ke
orang apabila diajak berbicara, ketakutan bila mendengar suara blender, dan sering
mematikan menghidupkan kipas angin, membuka tutup pintu, dan melakukan gerakan
berulang-ulang sehingga ditemukan tidak adanya kontak mata yang adekuat, gerakan
stereotip dan gerakan repetitif yang dapat disimpulkan kedalam diagnosis ASD.
Pengkajian riwayat kehamilan, persalinan dan asuhan sampai saat ini tidak
ditemukan kelainan. Dari pemeriksaan penunjang yang dilakukan yakni penilaian KPSP
didapatkan skor 2 berarti terdapat kemungkinan penyimpangan. Berdasarkan pemeriksaan
Denver II didapatkan Personal sosial: 6D2C, Bahasa: 13D4C, Motorik halus: 3D2C,
Motorik kasar: 1C. Berdasarkan Hasil Denver II maka dapat didiagnosis anak ini dengan
Global Developmental Delay karena ada keterlambatan di 3 aspek yaitu Motorik Halus,
Personal sosial dan Bahasa.
Kriteria diagnosis ASD (Autism Spectrum Disease) didasari dengan adanya riwayat
gangguan kualitatif dan interaksi sosial, kualitatif dan komunikasi dan pengulangan suatu
pola perilaku. Pada pasien ini, Gangguan pada aspek personal sosial, dapat dilihat pada
penderita yang tidak dapat menyatakan keinginan tanpa menangis, tidak dapat menirukan
kegiatan, sering berputar-putar, dipanggil tidak menjawab, ketakutan bila mendengar bunyi
bising, sering melihat jari, sering memanjat, melakukan gerakan berulang-ulang. Maka dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis ASD dapat ditegakkan.
Tatalaksana pada pasien ini adalah melakukan terapi medikamentosa dan non
medikamentosa. Terapi medikamentosa yaitu dengan pemberian Risperidon 2 x 0,1 mg PO.
Pemberian Risperidon ditujukan untuk mempengaruhi kerja sel otak dan memperbaiki
abnormalitas kadar neurotransmitter, agar dapat dapat memperbaiki hubungan sosial,
atensi, agresifitas, hiperaktifitas, dan perilaku menyakiti diri sendiri. Terapi non-
medikamentosa pada pasien dirujuk ke bagian rehabilitasi medik untuk dilakukan terapi
sensori integrasi, okupasi, bicara, dan sosial kemandirian. Masih dibutuhkan pemeriksaan
lanjutan dengan merujuk ke bagian THT untuk dilakukan pemeriksaan pendengaran apakah
22
ada gangguan pada telinga sehingga menyebabkan anak tidak dapat melakukan interaksi
dengan orang lain dan mengalami kesulitan bicara.
DAFTAR PUSTAKA
1. Diana L. Robins, Ph.D. 2009. Modified Checklist for Autism in Toddlers, Revised
with Follow-Up (M-CHAT-R/F)TM. www.mchatscreen.com (Diunduh pada 7
Oktober 2018).
2. Soetjiningsih. 2015. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
3. Rismarini, Yudianita K. Autisme dalam Panduan Praktik Klinis Ilmu Kesehatan Anak.
Departemen Kesehatan Anak FK UNSRI/ RSMH. 2016. Palembang.
4. Marcdante, Kliegman, Jenson, dan Behrman dalam Suryawan, dkk. 2014. Nelson:
Ilmu Keshatan Anak Esensial. Edisi VI. Hal. 85-87. Elsevier : USA.
5. Yeni, A. F., Murni, J. Y., & Oktora, R. 2009. Autisme dan Penatalaksanaan.
http://www.Files-of-DrsMed.tk/. (Diakses tanggal 7 Oktober 2018).
6. Campell M, Shay J. Pervasive developmental disorders. In clinical psychiatry. US:
2007. H.2277-92
7. Fombonne E, Zakarian R, Benner A, Linyang M, Heywood DM. pervasive
developmental disorders in Montreal, Quebec, Canada: 2006; 118.h.139-50.
8. Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan perkembangan pervasive dalam buku ajar psikiatri
klinis. Ed 2. Jakarta: EGC; 2010. h.588-96
23
24