Вы находитесь на странице: 1из 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KECEMASAN

2.1.1 Definisi Kecemasan

Kecemasan atau ansietas adalah respon terhadap suatu ancaman

yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar, atau konfliktual

(Ibrahim, 2007). Kecemasan merupakan respon emosi tanpa objek yang

spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara

interpersonal (Suliswati, 2005). Kecemasan adalah perasaan takut yang

tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Kecemasan merupakan alat

peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu

(Videbeck, 2008). Kecemasan dianggap patologis bilamana mengganggu

fungsi sehari-hari, pencapaian tujuan, dan kepuasan atau kesenangan yang

wajar (Maramis, 2005).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pengertian dari kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami

gelisah, kekhawatiran atau cemas dalam berespon terhadap ancaman yang

tidak jelas dan tidak spesifik dan dihubungkan dengan perasaan tidak

menentu dan tidak berdaya.

10
11

2.1.2 Tingkat Kecemasan

Menurut Peplau dalam Videbeck (2008), ada empat tingkat

kecemasan yang dialami individu yaitu ringan, sedang, berat, dan panik.

a. Rasa cemas ringan: dihubungkan dengan ketegangan yang dialami

sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas,

menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu

memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan

kreatifitas.

b. Rasa cemas sedang: individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi

perhatiannya, terjadi penyempitan lapang persepsi, masih dapat

melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.

c. Rasa cemas berat: lapang persepsi individu sangat sempit. Pusat

perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir

tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi

kecemasan dan perlu banyak perintah/arahan untuk terfokus pada area

lain.

d. Panik: individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang.

Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun

meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,

berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain,

penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional yang tidak mampu

berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi

kepribadian.
12

2.1.3 Neurofisiologi Kecemasan

Greenberg (2002), Guyton (2006), Molina (2010) & Videbeck

(2008), menjelaskan neurofisiologi kecemasan adalah sebagai berikut:

respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas menimbulkan

aktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam mekanisme pertahanan

diri. Secara fisiologi situasi stress akan mengaktifkan hipotalamus, yang

selanjutnya akan mengaktifkan dua jalur utama stress, yaitu sistem endokrin

(korteks adrenal) dan sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpatis).

Untuk mengaktifkan sistem endokrin, setelah hipotalamus

menerima stimulus stres atau kecemasan, bagian anterior hipotalamus akan

melepaskan Corticotrophin Releasing Hormone (CRH), yang akan

menginstruksikan kelenjar hipofisis bagian anterior untuk mensekresikan

Adrenocorticotropin Hormone (ACTH). Dengan disekresikannya hormon

ACTH ke dalam darah maka hormon ini akan mengaktifkan zona fasikulata

korteks adrenal untuk mensekresikan hormon glukortikoid yaitu kortisol.

Hormon kortisol ini juga berperanan dalam proses umpan balik negatif yang

dihantarkan ke hipotalamus dan kemudian sinyal diteruskan ke amigdala

untuk memperkuat pengaruh stress terhadap emosi seseorang.

Selain itu, umpan balik negatif ini akan merangsang hipotalamus

bagian anterior untuk melepaskan hormon Thirotropic Releasing Hormone

(TRH) dan akan menginstruksikan kelenjar hipofisis anterior untuk

melepaskan Thirotropic Hormone (TTH). TTH ini akan menstimulasi

kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormon tiroksin yang mengakibatkan


13

perubahan tekanan darah, frekuensi nadi, peningkatan Basal Metabolic Rate

(BMR), peningkatan asam lemak bebas, dan juga peningkatan ansietas.

Mekanisme kedua dari stres yaitu melalui jalur sistem saraf

otonom. Setelah stimulus diterima oleh hipotalamus, maka hipotalamus

langsung mengaktifkan sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Aktivasi

sistem saraf simpatis akan mengakibatkan terjadinya peningkatan frekuensi

jantung, dilatasi ateri koronaria, dilatasi pupil, dilatasi bronkus,

meningkatkan kekuatan otot rangka, melepaskan glukosa melalui hati dan

meningkatkan aktivasi mental. Perangsangan saraf simpatis juga

mengakibatkan aktivasi dari medula adrenalis sehingga menyebabkan

pelepasan sejumlah besar epineprin dan norepinefrin ke dalam darah, untuk

kemudian kedua hormon ini dibawa oleh darah ke semua jaringan tubuh.

Epinefrin dan norepinefrin akan berikatan dengan reseptor β1 dan α1

adrenergik dan memperkuat respon simpatis untuk meningkatkan tekanan

darah dan frekuensi nadi.

Aktivasi saraf parasimpatis akan mengakibatkan terlepasnya

asetilkolin dari postganglion n. vagus, untuk selanjutnya asetilkolin ini akan

berikatan dengan reseptor muskarinik (M3) pada otot polos bronkus dan

mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas. Ketika bahaya telah berakhir,

serabut saraf parasimpatis membalik proses ini dan mengembalikan tubuh

pada kondisi normal sampai tanda ancaman berikutnya dan mengaktifkan

kembali respons simpatis.


14

2.1.4 Teori Kecemasan

Stuart (2006), menjelaskan ada beberapa teori yang menjelaskan

mengenai kecemasan. Teori tersebut antara lain:

a. Teori psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi

antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili

dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budaya

seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen

yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan

ego bahwa ada bahaya.

b. Teori interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap

ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan

kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan

harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.

c. Teori prilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi yaitu segala

sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Ahli teori prilaku lain menganggap kecemasan sebagai

suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri

untuk menghindari kepedihan.

d. Teori keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya

terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih

antara gangguan kecemasan dan depresi.


15

e. Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus

untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator

inhibisi asam Gama Aminobitirat (GABA), yang berperan penting

dalam biologis yang berhubungan dengan kecemasan.

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Suliswati (2005), menjelaskan ada 2 faktor yang mempengaruhi

kecemasan yaitu:

a. Faktor predisposisi yang meliputi:

1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan

berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis

perkembangan atau situasional.

2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan

dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan

dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan

individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan

kecemasan.

4) Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil

keputusan yang berdampak terhadap ego.

5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan

ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri

individu.
16

6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani

kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap

konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu

banyak dipelajari dalam keluarga.

7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi

respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi

kecemasannya.

8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah

pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena

benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter Gamma Amino

Butyric Acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak

yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

b. Faktor presipitasi meliputi:

1) Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam

integritas fisik meliputi:

a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi

sistem imun, regulasi suhu tubuh, dan perubahan biologis

normal.

b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan

bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,

dan tidak adekuatnya tempat tinggal.

2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan

eksternal.
17

a) Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan

interpersonal di rumah, di tempat kerja, dan penyesuaian

terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas

fisik juga dapat mengancam harga diri.

b) Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai,

perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, dan

sosial budaya.

Selain itu, Stuart & Sundeen (1998) dalam Mahanani (2013),

menjelaskan kemampuan individu dalam berespon terhadap penyebab

kecemasan ditentukan oleh:

a. Potensi Stressor

Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu

terpaksa mengadakan adaptasi.

b. Maturitas

Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami

gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur mempunyai

daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.

c. Pendidikan dan status ekonomi.

Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan

menycbabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat

pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap

kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin


18

mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam

menguraikan masalah yang baru

d. Keadaan fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera atau operasi

akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami

kecemasan, di samping itu orang yang mengalami kelelahan fisik lebih

mudah mengalami kecemasan.

e. Tipe Kepribadian.

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat

kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang

dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin

serba sempurna, merasa diburu-buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat

tenang, mudah tersinggung, serta otot-otot mudah tegang. Sedangkan

orang dengan tipe kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan

dengan tipe kepribadian A. Karena tipe kepribadian B adalah orang yang

penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas.

f. Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah

mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang bisa

dia tempati.
19

g. Usia

Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah

mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih

tua.

h. Jenis kelamin

Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai oleh

kecemasan yang spontan dan episodik. Ganguan ini lebih sering dialami

wanita dari pada pria (Varcarolis, 2000). Penelitian yang di muat dalam

My Health News Daily yang melibatkan wanita dan pria berumur antara

18-64 tahun, hanya sekitar 17%-18% pria berusia yang mengalami

perasaan cemas, sedangkan wanita justru lebih tinggi yaitu sekitar 23%.

Rasio perempuan dibandingkan laki-laki untuk gangguan kecemasan

seumur hidup adalah 3:2 (Yates, 2007 dalam Widosari, 2010). Hawari

(2008), menjelaskan wanita lebih mudah mengalami kecemasan

dibandingkan dengan pria. Perbandingan kecemasan antara wanita dan

pria adalah dua banding satu. Perempuan akan lebih mudah cemas

dikarenakan ketidakmampuannya dibandingkan dengan laki-laki. Laki-

laki lebih aktif dan eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif

sehingga perempuan lebih peka terhadap respon cemas yang terjadi

(Nadia, 2008).

2.1.6 Gejala-Gejala Kecemasan

Stuart (2006), menjelaskan respon/gejala kecemasan ditandai oleh

empat aspek, yaitu:


20

a. Respon fisiologis terhadap kecemasan:

1) Kardiovaskuler: palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meninggi,

rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, dan denyut nadi

menurun.

2) Pernapasan: napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas

dangkal, pembengkakan pada tenggorok, sensasi tercekik, dan

terengah-engah.

3) Neuromuskular: reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-

kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan

umum, kaki goyah, dan gerakan yang jangkal.

4) Gastrointestinal: kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa

tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, dan

diare.

5) Traktus Urinarius: tidak dapat menahan kencing dan sering

berkemih.

6) Kulit: wajah kemerahan, berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan

dingin pada kulit, wajah pucat, dan berkeringat seluruh tubuh.

b. Respon prilaku: gelisah, ketegangan, tremor, gugup, bicara cepat, kurang

koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan

interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah, menghindari,

dan hiperventilasi.

c. Kognitif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam

memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, bidang persepsi


21

menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat

waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektivitas, takut

kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, takut cedera atau

kematian.

d. Afektif: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, gugup,

dan gelisah.

2.1.7 Rentang Respon Kecemasan

Stuart (2006), menjelaskan rentang respon individu terhadap

cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon

yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk

beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang

paling maladaptif adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi

berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami ganguan fisik,

perilaku maupun kognitif. Seseorang berespon adaptif terhadap

kecemasannya maka tingkat kecemasan yang dialaminya ringan, semakin

maladaptif respon seseorang terhadap kecemasan maka semakin berat pula

tingkat kecemasan yang dialaminya, seperti gambar dibawah ini:

Respon adaptif Respon maladaptif

Adaptasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 1. Rentang Respon Kecemasan (Sumber: Stuart, 2006)


22

2.1.8 Pengukuran Kecemasan

Pengukuran tingkat kecemasan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah skala TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale) dari Janet Taylor,

yang akan mengukur tingkat kecemasan berdasarkan munculnya gejala fisik

dan psikologis (McDowell, 2006). TMAS berisi 40 butir pertanyaan dimana

responden menjawab keadaan “ya” atau “tidak” sesuai dengan keadaan

dirinya, dengan memberi tanda (√) pada kolom “ya” atau “tidak”. Kuisioner

TMAS terdiri atas 5 pertanyaan unfavourable dan 35 pertanyaan favourable.

Setiap jawaban dari pertanyaan favourable bernilai 1 untuk jawaban “ya”

dan 0 untuk jawaban “tidak”. Pada pernyataan unfavourable bernilai 1 untuk

jawaban “tidak” dan 0 untuk jawaban “ya” (Fahruliana, 2011).

Klasifikasi penilaian pada skala TMAS adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Norma Kategori Kecemasan


Nilai Keterangan
>20 Berat
10-20 Sedang
<9 Ringan
(Sumber: Fahruliana, 2011)

2.1.9 Penatalaksanaan Kecemasan

a. Penatalaksanaan Farmakologi

Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine, obat ini

digunakan untuk jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka

panjang karena pengobatan ini menyebabkan toleransi dan

ketergantungan. Obat anti kecemasan nonbenzodiazepine, seperti


23

buspiron (Buspar) dan berbagai antidepresan juga digunakan (Isaacs,

2005).

b. Penatalaksanaan non farmakologi

1) Relaksasi

Lin (2004) dalam Siahaan (2013), menjelaskan untuk mengatasi

kecemasan dapat digunakan teknik relaksasi yaitu relaksasi dengan

melakukan pijat/pijatan pada bagian tubuh tertentu dalam beberapa

kali akan membuat peraaan lebih tenang, mendengarkan musik yang

menenangkan, dan menulis catatan harian. Selain itu, terapi relaksasi

lain yang dilakukan dapat berupa meditasi, relaksasi imajinasi dan

visualisasi serta relaksasi progresif (Isaacs, 2005).

2) Distraksi

Potter & Perry (2006), menjelaskan distraksi merupakan metode

untuk menghilangkan kecemasan dengan cara mengalihkan

perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap

cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan

menyebabkan pelepasan endorfin yang bisa menghambat stimulus

cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang

ditransmisikan ke otak. Salah satu distraksi yang efektif adalah

dengan memberikan dukungan spiritual (membacakan doa sesuai

agama dan keyakinannya), sehingga dapat menurunkan hormon-

hormon stressor, mengaktifkan hormon endorfin alami,

meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa


24

takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga

menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak

jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan

yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik

menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih

dalam dan metabolisme yang lebih baik.

3) Humor

Kemampuan untuk menyerap hal-hal lucu dan tertawa melenyapkan

stres. Hipotesis fisiologis menyatakan bahwa tertawa melepaskan

endorfin ke dalam sirkulasi dan perasaan stres dilenyapkan (Potter &

Perry, 2006).

4) Terapi spiritual

Aktivitas spiritual dapat juga mempunyai efek positif dalam

menurunkan stres. Praktek seperti berdoa, meditasi atau membaca

bahan bacaan keagamaan dapat meningkatkan kemapuan beradaptasi

terhadap gangguan stressor yang dialami (Potter & Perry, 2006).

5) Aromaterapi

Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak essensial yang

dinilai dapat membantu mengurangi bahkan mengatasi gangguan

psikologis dan gangguan rasa nyaman seperti cemas, depresi, nyeri,

dan sebagainya (Watt, Gillian, & Janca, 2008).


25

2.1.10 Kecemasan Mahasiswa Sebelum Menghadapi Ujian Lab

Klinik Keperawatan

Praktek laboratorium keperawatan merupakan media praktikum

yang memberikan gambaran tentang hospital image bagi mahasiswa

keperawatan. Ujian skill lab harus dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat

serta harus dilakukan secara lengkap tanpa terlewati satu unsur pun dalam

waktu uji yang singkat (± 10 menit tiap satu keterampilan), untuk

mendapatkan nilai yang bagus (Arief, Suwadi, & Sumarni, 2003). Hal

tersebut memungkinkan timbulnya kecemasan pada mahasiswa keperawatan

sebelum melaksanakan ujian lab klinik keperawatan.

2.2 Pijat Tangan dan Aromaterapi Lavender

2.2.1 Pijat

a. Definisi Pijat

Pemijatan adalah suatu tindakan penekanan oleh tangan

pada jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamentum, tanpa

menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna

mengurangi nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan

sirkulasi (Rosser, 2004 & Wang, et al, 2010). Pijat merupakan teknik

integrasi sensori yang mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom.

Apabila seseorang mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus rileks

maka akan muncul respon relaksasi (Meet, 1993 dalam Potter &

Perry, 2006).
26

b. Sejarah Pijat

Di indonesia, pijat telah menjadi warisan leluhur dan

terdapat kesamaan antara titik pijat di Indonesia dengan titik

akupuntur yang ada di Cina. Pijat erat kaitannya dengan akupuntur,

hal ini dikarenakan dalam memijat titik yang digunakan adalah titik

akupunktur. Pijat bekerja berdasarkan 3 hal yaitu energi vital (qi),

meridian, titik pijat/akupunktur. Titik pijat/akupunktur adalah tempat

berkumpulnya energi vital, kedudukan titik pijat berada pada

sejumlah jalur meridian yang utama, ada 14 jalur meridian yang

utama. Pemijatan pada titik tertentu di permukaan tubuh yang

terletak dijalur meridian dirangsang, sehingga aliran qi dan darah

bisa diatur, dengan demikian penyakit yang mengganggu dapat

disingkirkan (Dalimartha, 2008).

c. Metode Pijat

Terdapat empat dasar gerakan pemijatan yang umum

dilakukan yang dapat meningkatkan sirkulasi darah dan

merelaksasikan (Rosser, 2004; Ekowati, Wahjuni, Endang, & Alifa,

2009), yaitu:

1) Gerakan Effleurage

Tehnik memijat dengan tenang berirama, bertekanan lembut ke

arah distal. Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan

pemijatan dengan tekanan sambil didorong dengan cara

mengusap, posisi telapak tangan tetap (tidak diangkat), ujung-


27

ujung jari bergerak dengan lembut. Teknik ini dilakukan diawal

pemijatan untuk melemaskan otot-otot. Gerakan pemijatan ini

bertujuan untuk meningkatkan aliran darah karena tekanan yang

dalam akan mendorong darah dalam vena ke bagian distal,

sehingga aliran darah vena menjadi lancar sampai ke pembuluh

kapiler sehingga dapat meningkatkan peredaran darah arteri,

oksigen di jaringan dan transportasi nutrisi menjadi lebih cepat.

2) Gerakan Petrissage

Gerakan yang menggunakan ujung jari dan telapak tangan untuk

menjepit beberapa bagian kulit. Pijatan jenis ini perlu sedikit

tekanan yang dilakukan secara ringan dan berirama. Fulling

adalah suatu bentuk petrissage yang kebanyakan dipakai untuk

memijat lengan. Dengan jari kedua belah tangan, lengan

dipegang dan satu gerakan memijat dilakukan pada otot.

Manfaat gerakan ini adalah untuk memperlancar penghantaran

zat-zat penting dalam jaringan ke dalam pembuluh-pembuluh

darah dan getah bening, kemudian darah dan getah bening

mengantarkan sari makanan ke jaringan dan membawa ampas

pertukaran zat dari jaringan ke alat-alat pembuangan.

3) Gerakan Tapotage (Tapotement)

Gerakan pijat dengan melakukan ketukan yang berturut-turut

dan cepat, yang dilakukan dengan seluruh tangan atau ujung jari.

Ketukan dilakukan untuk mengembalikan tonus otot-otot yang


28

kendur dan untuk merangsang ujung urat saraf. Gerakan

mencincang adalah gerakan menepuk yang dilakuan dengan

menggunakan bagian samping luar kedua tangan, yang

ditepukkan pada kulit secara berturut-turut dan berganti-ganti

untuk pemijatan bagian punggung, bahu, dan lengan.

4) Gerakan Vibration (Shaking Movement/Menggetarkan)

Gerakan menggetar untuk merangsang atau menenangkan urat

saraf dan dapat menghilangkan kerut pada wajah. Gerakan pijat

dilkukan dengan ujung-ujung jari tangan, getarannya ringan dan

lembut dengan gerakan yang lebih berat. Penerapan di kepala

bagian samping dengan arah ke atas, bagian depan dan

belakang/tengkuk (batas pertumbuhan rambut dan belakang)

juga ke atas. Gerakan ini berguna untuk meningkatkan absobsi

dari cairan di jaringan lunak, menenangkan saraf-saraf

superfisialis yang dapat mengurangi ketegangan dan

menghasilkan relaksasi, dan bila dilakukan sepanjang usus besar

dapat menyebabkan flatus.

Semua gerakan di atas adalah gerakan dasar dalam

pemijatan dan bisa dikombinasikan untuk mendapatkan efek sesuai

dengan manfaat yang diinginkan.

d. Manfaat Pijat

Pijat secara luas diakui sebagai tindakan yang memberikan

manfaat sebagai berikut:


29

1) Relaksasi

Menimbulkan relaksasi yang dalam sehingga meringankan

kelelahan jasmani dan rohani dikarenakan sistem saraf simpatis

mengalami penurunan aktivitas yang akhirnya mengakibatkan

turunnya tekanan darah (Synder & Lindquist, 2006).

2) Mengurangi nyeri

Memperbaiki sirkulasi darah pada otot sehingga mengurangi

nyeri dan inflamasi, dikarenakan pijat meningkatkan sirkulasi

baik darah maupun getah bening (Synder & Lindquist, 2006).

3) Memperbaiki organ tubuh

Memperbaiki secara langsung maupun tidak langsung fungsi

setiap organ internal berdasarkan filosofi aliran energi meridian

pijat mampu memperbaiki aliran peredaran energi (meridian) di

dalam tubuh menjadi positif sehingga memperbaiki energi tubuh

yang sudah lemah (Dalimartha, 2008).

4) Memperbaiki postur tubuh

Mendorong kepada postur tubuh yang benar dan membantu

memperbaiki mobilitas. Otot yang tegang menyebabkan nyeri

dan bergesernya tulang belakang keluar dari posisi normal

sehingga postur tubuh mengalami perubahan, pijat berfungsi

untuk menstimulasi saraf otonom yang dapat mengendurkan

ketegangan otot (Perry & Potter, 2006).


30

5) Latihan pasif

Sebagai bentuk dari suatu latihan pasif yang sebagian akan

mengimbangi kurangnya latihan yang aktif karena pijat

meningkatkan sirkulasi darah yang mampu membantu tubuh

meningkatkan energi pada titik vital yang telah melemah

(Dalimartha, 2008).

e. Lokasi Pijat pada Tubuh

Ninomiya (2014), menyebutkan beberapa titik pemijatan

yang dapat dilakukan pada tubuh, antara lain:

1. Area tulang belakang

Titik-titik pemijatan ini terdapat disepanjangkedua

sisi tulang belakang. Otot-otot yang melapisi tulang

belakang mengandung titik pemijatan dari sepanjang

panggul hingga ke dasar tengkorak.

2. Area leher

Titik pemijatan ini terletak di sepanjang bagian atas

punggung, dimana terdapat otot-otot miring yang

turun dari sisi leher hingga bahu.

3. Tendon achilles

Titik pemijatan ini terdapat pada otot yang

membentang dari tumit hingga betis. Pemijatan pada

bagian ini harus sangat hati-hati karena tendon ini

sangat sensitif.
31

4. Kaki

Titik pemijatan ini terdapat pada telapak kaki tepatnya

pada bagian bawah ibu jari kaki sebelum lengkungan

kaki ke atas. Titik tekanan ini dapat mengurangi rasa

sakit pada kaki.

5. Tangan dan pergelangan tangan

Titik pemijatan ini terdapat pada area tangan terutama

otot-otot yang terletak di antara ibu jari dan telunjuk

dan pada lipatan pergelangan tangan hingga jari-jari.

Gambar 2. Titik Pijat pada Tangan (Sumber: Sehat


Harmoni, 2010)
32

f. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pijat Tangan

Saat menyiapkan sesi pemijatan tangan untuk menciptakan

kondisi yang relaksasi hal-hal yang harus diperhatikan pada klien

yaitu suasana yang nyaman, posisi tubuh, dan beberapa aspek praktis

lainnya (Barbara & Kevin, 2011). Untuk melakukan pijat yang aman

dan bermanfaat maka harus melakukan hal-hal berikut ini, (1) tangan

tidak kotor, (2) kuku tangan tidak panjang dan tajam agar tidak

menimbulkan luka di kulit, (3) tidak menggunakan alat bantu

menembus kulit, kasar, dan tajam, (4) menggunakan alat pijat

tumpul, halus, dan bersih, (5) tidak menggunakan cairan pelicin yang

menyebabkan kulit rusak (6) tidak memijat di bagian tubuh yang

luka, bengkak, tulang retak atau patah, dan terbakar, (7) tidak

melakukan pemijatan dalam keadaan tidak siap atau emosional.

Dalam kondisi tersebut klien akan tegang, gelisah, takut, dan bisa

jatuh pingsan sebab aliran energi klien sedang kacau, (8) tidak

berdiri. Sebaiknya organ yang dipijat dalam posisi duduk atau

terlentang supaya klien tidak jatuh (Sukanta, 2007).

g. Prosedur Pelaksanaan Pijat Tangan

Prosedur pelaksanaan pijat tangan dalam penelitian ini

dimodifikasi dari Brand, Munroe, & Gavin (2013) dan Kunikata,

Watanabe, Miyoshi, & Tanioka. (2012), secara lengkap dapat dilihat

pada lampiran.
33

2.2.2 Aromaterapi Lavender

a. Definisi Aromaterapi Lavender

Aromaterapi adalah penggunaan minyak esensial

konsentrasi tinggi yang diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan dan

diberikan melalui pijat, inhalasi, dicampur ke dalam air mandi, untuk

kompres, melalui membran mukosa dalam bentuk pesarium atau

supositoria dan terkadang dalam bentuk murni. Aromaterapi adalah

terapi yang menggunakan minyak essensial yang dinilai dapat

membantu mengurangi bahkan mengatasi gangguan psikologis dan

gangguan rasa nyaman seperti cemas, depresi, nyeri, dan sebagainya

(Watt, Gillian, & Janca, 2008).

Meskipun aroma memegang peranan penting dalam

memengaruhi alam perasaan klien, sebenarnya zat kimia yang

terkandung dalam berbagai jenis minyaklah yang bekerja secara

farmakologis, dan kerjanya dapat ditingkatkan dengan jenis metode

pemberiannya terutama pijat (Andrews, 2009). Salah satu aroma

yang paling digemari adalah lavender (Lavandula angustifolia

Miller). Minyak lavender berwarna jernih sampai kuning pucat

dengan bau wangi yang sangat khas. Kandungan utama dari bunga

lavender adalah linalyl asetat dan linalool (C10H18O). Linalool

adalah kandungan aktif utama yang berperan pada efek anti cemas

(relaksasi) pada lavender (Bowels, 2003; Price, 2007).


34

b. Sejarah Aromaterapi Lavender

Orang Mesir Kuno menggunakan aromaterapi untuk

meredakan nyeri, pada abad ke-19, daun rosemary dibakar di rumah

sakit untuk pengasapan. Sekarang, ahli aromaterapi menggunakan

minyak esensial untuk meningkatkan hasil kesehatan yang positif

termasuk perbaikan alam perasaan, edema, jerawat, alergi, memar,

dan stres (Kozier, dkk, 2010).

c. Metode Pemberian Aromaterapi Lavender

Synder & Lindquist (2006), menjelaskan penggunaan

minyak esesnsial sebagai berikut:

1) Pemberian melalui nasal

Jika minyak essensial dihirup, molekul-molkul yang ada pada

minyak tersebut akan terbawa oleh arus turbulen ke langit-langit

hidung. Pada langit-langit hidung terdapat bulu-bulu halus yang

menjulur dari sel-sel reseptor ke dalam saluran hidung. Ketika

molekul minyak tertahan pada bulu-bulu ini suatu impuls akan

ditransmisikan lewat bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius ke

dalam sistem limbik. Proses ini akan memacu memori dan

emosional yang lewat hipotalamus bekerja sebagai pemancar

serta regulator menyebabkan pesan tersebut dikirim ke bagian

otak yang lain dan bagian tubuh lainnya. Pesan yang diterima

akan diubah menjadi kerja sehingga terjadi pelepasan zat-zat


35

neurokimia yang bersifat euforik, relaksan, sedatif, atau stimulan

menurut keperluan tubuh.

2) Pemakaian topikal

Pemakaian topikal berarti pengolesan minyak esensial yang bisa

dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain. Berdasarkan

kerutannya dalam lipid yang ditemukan di dalam stratum

korneum, minyak essensial dianggap mudah diserap. Penyerapan

senyawa ini berlangsung ketika senyawa ini melewati lapisan

epidermis kulit dan masuk ke dalam saluran limfe serta darah,

kelenjar keringat, saraf, serta masuk kedalam aliran darah dan

menuju ke setiap sel tubuh untuk bereaksi. Para terapis aroma

yang profesional kebanyakan menggunakan minyak esensial

dengan pijat. Terapi dengan pijat menggunakan gerakan rutin

yang teratur untuk mencapai tujuan yang spesifik, misalnya

relaksasi. Pemakaian minyak esensial untuk pijat dapat

menggunakan satu atau dua tetes minyak esensial yang dilarutkan

ke dalam satu sendok makan (5 ml) vegetable oil, krim, atau gel.

d. Manfaat Aromaterapi Lavender

Price (2007) dan Conrad, Adams, & Cindy (2012),

menjelaskan bahwa sifat farmakologis dari minyak lavender

memiliki efek terapeutik yang cukup luas dalam memengaruhi

sistem saraf simpatis, parasimpatis dan sistim limbik yang

menimbulkan efek relaksasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh


36

kandungan terbesarnya yaitu linalool dan lianlil asetat serta sedikit

dipengaruhi oleh kandungan geraniolnya. Efek farmakologi dalam

menimbulkan relaksasi secara fisik dan psikoogis dari minyak

lavender ini cukup lengkap.

Berikut ini efek farmakologi untuk relaksasi yang bisa

ditimbulkan oleh minyak lavender (Price, 2007) dan (Conrad,

Adams, & Cindy, 2012):

1) Memiliki sifat analgesik.

2) Memiki sifat antispasmodik (menurunkan kontraktilitas otot

lurik).

3) Menyeimbangkan sistem saraf tepi.

4) Memiliki sifat menenangkan.

5) Memiliki efek sedatif.

6) Hipotensif.

7) Menurunkan frekuensi jantung.

8) Antidepresan.

9) Antiansietas.

10) Antiinsomnia.

11) Meningkatkan daya konsentrasi.

e. Kandungan pada Minyak Esensial Lavender

Kandungan terbesar dari minyak lavender ini adalah

linalool dan linalil asetat. Linalool memiliki struktur monoterpenol

yang merupakan struktur alkohol dengan cirinya memiliki rantai


37

hidroksil (-OH) yang berikatan dengan struktur terpen. Struktur

alkohol ini sangat baik sebagai tonik untuk sistem sara dan dapat

menstimulasi respon imunitas tubuh (Pengelly, 2003). Dengan

struktur alkohol ini minyak atsirinya memiliki sifat kurang menguap

dibandingkan dengan grup monoterpen dan menempati posisi dalam

kategori minyak atsiri di top note to middle note (Bowels, 2003;

Price, 2007). Susunan kimia lainnya yang termasuk dalam grup

alkohol adalah geraniol. Sifat kerja dari grup alkohol ini adalah

sebagai antiseptik. Sifat lain dari grup alkohol ini adalah tidak

bersifat toksik dan tidak menyebabkan iritasi (Price, 2007).

f. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemberian

Aromaterapi Lavender

Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh

penggunaan minyak lavender secara inhalasi yaitu reaksi sensitisasi,

yang dikaitkan dengan kandungan dari monoterpenolnya yaitu

linalool. Tetapi dari beberapa laporan reaksi ini sangat sedikit terjadi

karena kandungan kimianya yaitu linalool sangat kecil untuk

menimbulkan reaksi sensitisasi (Gruenwald, 2000 dalam Siahaan,

2013).
38

2.2.3 Hubungan Pijat Dengan Penggunaan Minyak Esensial Lavender

Terhadap Kecemasan Mahasiswa Sebelum Ujian Lab Klinik

Keperawatan

Pada kecemasan mahasiswa PSIK FK Unud angkatan

2013 menghadapi ujian lab dapat dikontrol dengan terapi pijat

tangan dan aromaterapi lavender. Potter & Perry (2006), menyatakan

bahwa pemberian sentuhan terapeutik dengan menggunakan tangan

akan memberikan aliran energi yang menciptakan tubuh menjadi

relaksasi, nyaman, nyeri berkurang, aktif dan membantu tubuh untuk

segar kembali.

Price (2007) dan Conrad, Adams, & Cindy (2012),

menjelaskan bahwa minyak esensial dari bunga lavender dapat

memberikan manfaat relaksasi (carminative), sedatif, mengurangi

tingkat kecemasan, dan mampu memperbaiki mood seseorang.

Mencium bau minyak esensial dapat mempengaruhi emosi dan

perasaan terutama jika pemakaian minyak esensial dilakukan dengan

pijat maka akan mencapai efek relaksasi sepenuhnya.

Greenberg (2002), Guyton (2006), Molina (2010) &

Videbeck (2008), menjelaskan secara fisiologi situasi stres saat

menghadapi ujian akan mengaktifkan hipotalamus, yang selanjutnya

akan mengaktifkan dua jalur utama stres, yaitu sistem endokrin

(Korteks Adrenal) dan sistem saraf otonom (simpatis dan

parasimpatis). Untuk mengaktifkan sistem endokrin, setelah


39

hipotalamus menerima stimulus stres, bagian anterior hipotalamus

akan melepaskan Corticotrophin Releasing Hormone (CRH), yang

akan menginstruksikan kelenjar hipofisis bagian anterior untuk

mensekresikan Adrenocorticotropin Hormone (ACTH). Selain itu,

umpan balik negatif ini akan merangsang hipotalamus bagian

anterior untuk melepaskan hormon Thirotropic Releasing Hormone

(TRH) dan akan menginstruksikan kelenjar hipofisis anterior untuk

melepaskan Thirotropic Hormone (TTH).

Mekanisme kedua dari stress yaitu melalui jalur sistem

saraf otonom. Setelah stimulus diterima oleh hipotalamus, maka

hipotalamus langsung mengaktifkan sistem saraf simpatis. Aktivasi

sistem saraf simpatis akan mengakibatkan terjadinya peningkatan

frekuensi jantung, dilatasi ateri koronaria, dilatasi pupil, dilatasi

bronkus, meningkatkan kekuatan otot rangka, melepaskan glukosa

melalui hati dan meningkatkan aktivasi mental.

Apabila pada saat terjadi kecemasan tersebut diberikan

rangsangan dengan pijat tangan dan aromaterapi lavender maka

dapat memperlancar peredaran darah, memberikan rasa rileks pada

tubuh, menghilangkan stres, menghilangkan rasa lelah dan letih,

dengan melakukan tekanan pada titik-titik tertentu (Synder &

Lindquist, 2006). Sesuai dengan pernyataan Lin (2004) dalam

Siahaan (2013), yang menyebutkan bahwa cara untuk mengatasi

kecemasan adalah relaksasi dengan melakukan masase/pijatan pada


40

bagian tubuh tertentu dalam beberapa kali akan membuat perasaan

lebih tenang. Pijat merupakan teknik integrasi sensori yang

mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom. Apabila seseorang

mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus rileks maka akan muncul

respon relaksasi (Meet, 1993 dalam Potter & Perry, 2006).

Pada pijat tangan aromaterapi dipilih minyak essensial

lavender karena pada lavender terdapat kandungan utama senyawa

aktif linalool utama yang berperan pada efek anti cemas (relaksasi)

(Pengelly, 2003). Price (2007) dan Conrad, Adams, & Cindy (2012),

menjelaskan bahwa sifat farmakologis dari minyak lavender

memiliki efek terapeutik yang cukup luas dalam memengaruhi

sistem saraf simpatis, parasimpatis dan sistim limbik yang

menimbulkan efek relaksasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh

kandungan terbesarnya yaitu linalool dan lianlil asetat serta sedikit

dipengaruhi oleh kandungan geraniolnya.

Pijat aromaterapi merupakan cara yang populer untuk

menggunakan minyak esensial karena ia bekerja dalam beberapa

cara pada waktu yang sama. Kulit menyerap minyak esensial dan

aromaterapi juga masuk melalui pernapasan, ditambah lagi terapi

fisik dari pijat itu sendiri. Selain dari efek penyerapan minyak

esensial ke dalam kulit sehingga masuk ke dalam tubuh dan

mempengaruhi organ-organ di dalam tubuh, keharuman dari

aromaterapi tersebut juga akan ditangkap oleh reseptor di hidung lalu


41

menyalurkan informasi itu ke area di otak tempat pengontrol emosi

dan memori. Kemudian bau itu masuk ke hipotalamus yang

merupakan pengatur sistem internal tubuh, seperti sistem seksualitas,

suhu tubuh, dan reaksi terhadap stres (Synder & Lindquist, 2006).

Inilah yang membuat ketenangan dan perasaan sangat rileks ketika

dilakukan pemijatan dengan aromaterapi lavender.

Вам также может понравиться

  • THORAX
    THORAX
    Документ20 страниц
    THORAX
    Sari Miftahul Jannah
    100% (1)
  • Referensi
    Referensi
    Документ2 страницы
    Referensi
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Tatalaksana Distosia
    Tatalaksana Distosia
    Документ29 страниц
    Tatalaksana Distosia
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Tanda2 Distosia
    Tanda2 Distosia
    Документ1 страница
    Tanda2 Distosia
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • PBL 1 No 5
    PBL 1 No 5
    Документ3 страницы
    PBL 1 No 5
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Haid Gangguan
    Haid Gangguan
    Документ36 страниц
    Haid Gangguan
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Tatalaksana Distosia
    Tatalaksana Distosia
    Документ29 страниц
    Tatalaksana Distosia
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Modul 1 Bengkak Pada Muka Dan Perut
    Modul 1 Bengkak Pada Muka Dan Perut
    Документ50 страниц
    Modul 1 Bengkak Pada Muka Dan Perut
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Modul 1 Bengkak Pada Muka Dan Perut
    Modul 1 Bengkak Pada Muka Dan Perut
    Документ50 страниц
    Modul 1 Bengkak Pada Muka Dan Perut
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Modul 1 Distosia
    Modul 1 Distosia
    Документ45 страниц
    Modul 1 Distosia
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Tanda2 Distosia
    Tanda2 Distosia
    Документ27 страниц
    Tanda2 Distosia
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Tatalaksana Distosia
    Tatalaksana Distosia
    Документ1 страница
    Tatalaksana Distosia
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Penanganan
    Penanganan
    Документ7 страниц
    Penanganan
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Hubungan Multipara Dengan Terjadinya Persalinan Lama
    Hubungan Multipara Dengan Terjadinya Persalinan Lama
    Документ25 страниц
    Hubungan Multipara Dengan Terjadinya Persalinan Lama
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Penang An An
    Penang An An
    Документ3 страницы
    Penang An An
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Umur Ibu
    Umur Ibu
    Документ2 страницы
    Umur Ibu
    Dwi Puji Astuti
    Оценок пока нет
  • Penanganan
    Penanganan
    Документ7 страниц
    Penanganan
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Hubungan Multipara Dengan Terjadinya Persalinan Lama
    Hubungan Multipara Dengan Terjadinya Persalinan Lama
    Документ2 страницы
    Hubungan Multipara Dengan Terjadinya Persalinan Lama
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Faktor Yg Mempengaruhi Siklus Haid
    Faktor Yg Mempengaruhi Siklus Haid
    Документ4 страницы
    Faktor Yg Mempengaruhi Siklus Haid
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Bacterial Vaginosis
    Bacterial Vaginosis
    Документ3 страницы
    Bacterial Vaginosis
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • 2.word Tanda-Tanda Inpartu PBL 1
    2.word Tanda-Tanda Inpartu PBL 1
    Документ1 страница
    2.word Tanda-Tanda Inpartu PBL 1
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Faktor Yg Mempengaruhi Siklus Haid
    Faktor Yg Mempengaruhi Siklus Haid
    Документ3 страницы
    Faktor Yg Mempengaruhi Siklus Haid
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • 1 Fisiologi Dan Mek Persalinan NormalLL
    1 Fisiologi Dan Mek Persalinan NormalLL
    Документ10 страниц
    1 Fisiologi Dan Mek Persalinan NormalLL
    Dwi Puji Astuti
    Оценок пока нет
  • Tuti
    Tuti
    Документ12 страниц
    Tuti
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Fisiologi Haid PDF
    Fisiologi Haid PDF
    Документ59 страниц
    Fisiologi Haid PDF
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Antenatal Care
    Antenatal Care
    Документ1 страница
    Antenatal Care
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Bacterial Vaginosis
    Bacterial Vaginosis
    Документ10 страниц
    Bacterial Vaginosis
    Dwi Puji Astuti
    Оценок пока нет
  • Anc Kas Kasus III
    Anc Kas Kasus III
    Документ2 страницы
    Anc Kas Kasus III
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Kasus A Partus Sesar
    Kasus A Partus Sesar
    Документ5 страниц
    Kasus A Partus Sesar
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет
  • Edema Sesuai Skenario
    Edema Sesuai Skenario
    Документ1 страница
    Edema Sesuai Skenario
    Dwi Astuty
    Оценок пока нет