Вы находитесь на странице: 1из 10

KEGEMUKAN BUKAN SEKEDAR MASALAH PENAMPILAN

(WUS USIA 25- 45 TAHUN)

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Komunikasi

Dosen Pengampu: Dr.dr. SA. Nugraheni, M.Kes

Oleh:

NATALIA DESY PUTRININGTYAS, S. Gz


NIM 22030112410010

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
SEMINAR AWAM
KEGEMUKAN BUKAN SEKEDAR MASALAH PENAMPILAN
Judul Seminar : Kegemukan Bukan Sekedar Masalah Penampilan
Skenario Jalannya Seminar
 Seminar diawali dengan pemutaran film animasi yang menceritakan mengenai dampak
kegemukan pada tokoh utama.
Film animasi yang diputar menceritakan perjalanan spiderman sebagai tokoh utama
dalam menumpas kejahatan yang pada akhirnya menjadi terganggu akibat kegemukan
yang dialami. (terdapat pada materi softcopy)
 Film animasi ini juga bertujuan sebagai ice breaking supaya audience tidak merasa
bosan akan jalannya seminar.
 Seminar dilanjutkan dengan sesi ilmiah yang berisi materi mengenai kegemukan
(obesitas) yang disampaikan dengan bahasa awam.
 Materi seminar dapat dilihat pada power point pada halaman lampiran.
 Penyaji seminar adalah seorang ahli gizi sehingga pendekatan yang digunakan dalam
mengatasi permasalahan kegemukan lebih kepada pengaturan pola makan daripada
pendekatan farmakologis.
PENDAHULUAN
Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita pada masa atau periode dimana dapat
mengalami proses reproduksi. Ditandai masih mengalami menstruasi pada usia 15 tahun
sampai 45 tahun. Permasalahan gizi pada WUS di Indonesia sangat kompleks.
Permasalahan gizi ini menyebabkan Indonesia mengalami beban ganda.1,2 Berdasarkan
riskesdas 2010 status gizi pada kelompok dewasa di atas 18 tahun didominasi dengan
masalah obesitas walaupun masalah kurus juga masih cukup tinggi. Angka obesitas pada
perempuan cenderung lebih tinggi dibanding laki-laki. Permasalahan gizi pada orang
dewasa cenderung lebih dominan untuk kelebihan berat badan. Prevalensi tertinggi untuk
obesitas adalah di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 37,1% dan yang terendah adalah 13,0%
di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Prevalensi obesitas pada laki –laki lebih rendah yakni
sebanyak 16,3% dibanding perempuan sebanyak 26,9%.3
Obesitas merupakan akumulasi dari lemak tubuh yang berlebihan sehingga dapat
mengganggu kualitas kesehatan seseorang. Konsep obesitas tidak hanya sekedar masalah
deposisi lemak tubuh karena adipositas tetapi dikaitkan juga dengan panjang dan pendeknya
waktu komplikasi metabolik yang merugikan serta dengan masalah fisik dan psikososial
yang secara signifikan ditimbulkan.1,4
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko yang sering dikaitkan dengan berbagai
penyakit degeneratif atau NCD seperti penyakit cardiovascular, hipertensi, bahkan kanker.
Selama kurun waktu dua puluh tahun, angka kejadian obesitas meningkat tiga kali pada
negara- negara berkembang, yakni sebanyak 10- 25% untuk kejadian overweight dan 2-
10% untuk kejadian obesitas. Beberapa negara berkembang menghadapi paradoks yang
mana pada anak- anak banyak dilaporkan terjadi underweight tapi pada masa dewasa
mengalami overweight. Kombinasi ini dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan selama
kehamilan dan mengakibatkan berat bayi lahir rendah yang memberikan predisposisi
kejadian obesitas pada masa mendatang.5

PEMBAHASAN
Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas menurut pola
distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh bagian atas (upper body
obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body obesity).4 Obesitas tubuh bagian atas
merupakan dominansi penimbunan lemak tubuh di trunkal . Terdapat beberapa
kompartemen jaringan lemak pada trunkal, yaitu trunkal subkutaneus yang merupakan
kompartemen paling umum, intraperitoneal (abdominal), dan retroperitoneal. Obesitas
tubuh bagian atas lebih banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih
dikenal sebagai “android obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan
diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian bawah.
Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya akumulasi lemak tubuh
pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga sering
disebut “gynoid obesity”.6,7
Beberapa cara yang digunakan dalam menilai proporsi berat badan seseorang adalah
dengan menggunakan:6
1. Perhitungan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)
Ini merupakan cara yang paling praktis dan murah serta cukup sering digunakan
pada usia lebih dari 18 tahun. Penghitungan ini menggunakan rumus sebagai
berikut:
BMI= BB (kg) / TB (m)2.

Klasifikasi BMI (kg/m2) Risiko kesakitan


Underweight < 18,5 Rendah
Normal 18,5 – 22.9 Rata- rata
Overweight ≥ 23
Berisiko at risk 23- 24.9 meningkat
Obese I 25 - 29 sedang
Obese II ≥ 30 parah
Tabel 1. Klasifikasi BMI Asia berdasarkan WHO
2. Perhitungan Broca yakni dengan menggunakan berat badan ideal.
Penghitungan Broca digunakan dengan cara tinggi badan dalam cm dikurangi 100
± 10%. Disebut obesitas bila seseorang mempunyai kelebihan berat badan
sebanyak lebih 20% dari berat badan idealnya.
3. Skinfold
Mengukur tebal lemak di bawah kulit menggunakan skin calliper. Obesitas bila
pada pria > 15 mm dan pada wanita > 25 mm.
4. Body density
Body density merupakan pengukuran densitas seluruh tubuh menggunakan alat
hydrodensitometry. Densitas tubuh terdiri dari tulang, air, lemak, dan protein.
5. BIA (Bioelectrical Impedance Analysis)
BIA biasa digunakan untuk mendeskripsikan komposisi tubuh untuk kelompok
atau individu.
6. Lingkar pinggang
Pengukuran lingkar pinggang merupakan pengukuran yang sederhana, murah, serta
tidak berkaitan dengan tinggi badan. Pengukuran lingkar pinggang merupakan
pengukuran antropometri yang paling praktis untuk mengukur kandungan lemak
perut pada pasien sebelum dan selama melakukan progam penurunan berat badan.
Lingkar pinggang normal pada wanita asia adalah < 80 cm sedangkan pada pria <
90 cm.

2.1 Terapi Gizi pada Obesitas


Beberapa pedoman dapat dilakukan untuk melakukan terapi pada
penderita obesitas. Pengaturan pola makan, olah raga, tindakan farmakologis
dan tindakan operasi dapat dilakukan. Perubahan gaya hidup termasuk
pencegahan obesitas membutuhkan kerjasama sosial bahkan politik. Kesadaran
masyarakat termasuk penyediaan makanan sehat, pendidikan gizi dan kesehatan
yang tepat, termasuk kesadaran berolah raga pada komunitas sangat dibutuhkan,
program monitoring bahkan sejak masa kehamilan sangat diperlukan dalam
tindakan pencegahan obesitas.

2.2 Manajemen Berat Badan dan Pengaturan Pola Makan


Strategi manajemen berat badan sebaiknya diimbangi dengan
pendidikan gizi yang memuat pemahaman mengenai makanan dan kebiasaan
makan termasuk pola makan yang sehat. Strategi yang digunakan dapat dimulai
dengan mengubah pola hidup atau life style yaitu dengan mengatur atau
mengurangi makan, meningkatkan kegiatan jasmani, dan pengubahan perilaku
yang mendukung pelaksanaan hidup sehat. Jika dengan cara non farmakologis
tersebut sasaran belum tercapai dapat ditambahkan obat ataupun tindakan
operasi pada kondisi tertentu. Penjelasan mengenai obat yang diberikan
termasuk efek samping obat dan sebaiknya jangan terlalu menggantungkan
dengan obat juga perlu disampaikan. Tata kelola obesitas memerlukan
kesabaran, kemauan, dan pengelolaan sepanjang hidup. 4
Tujuan penurunan berat badan tidak harus sampai mencapai berat badan
ideal, cukup sampai berat badan yang reasonable. Memaksakan sampai berat
badan ideal sering kali menimbulkan kekecewaan dan kebosanan sehingga akan
merasa enggan untuk meneruskan usaha penurunan berat badan. Bila sudah
berhasil, mempertahankan berat badan yang reasonable tersebut dapat
diteruskan dengan program pemantapan dan dimungkinkan sampai berat badan
ideal. Dalam menurunkan berat badan harus diperhatikan agar lean body mass
dapat tetap dipertahankan dengan memberikan komposisi diet yang baik, cukup
protein, air, dan vitamin. Dianjurkan penurunan berat badan tidak terlalu drastis,
cukup 5- 10% dalam jangka waktu 3- 12 bulan.7
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Karbohidrat kompleks seperti nasi, Karbohidrat sederhana seperti gula
Sumber Karbohidrat jagung, ubi, singkong, talas, pasir, gula merah, sirup, kue yang
kentang dan sereal. manis dan gurih.
Daging tanpa lemak, ayam tanpa Daging berlemak, daging
kulit, ikan, telur, daging asap, susu kambing, daging yang diolah
Sumber Protein Hewani
dan keju rendah lemak. dengan cara menggoreng atau
dengan santan kental.
Tempe, tahu, susu kedelai, kacang- Kacang-kacangan yang diolah
kacangan yang diolah tanpa dengan cara menggoreng atau
Sumber Protein Nabati
digoreng atau dengan santan dengan santan kental.
kental.
Sayuran yang banyak mengandung Sayuran yang sedikit mengandung
serat dan diolah tanpa santan serat dan yang dimasak dengan
Sayuran
kental berupa sayuran rebus, tumis, santan kental.
dengan santan encer atau lalapan.
Semua macam buah-buahan Durian, alpukat, manisan buah,
Buah-buahan terutama yang banyak buah yang diolah dengan gula dan
mengandung serat. susu kental manis.
Minyak tak jenuh tunggal atau Minyak kelapa, kelapa dan santan.
ganda seperti minyak kelapa sawit,
Lemak
minyak kedelai dan minyak
jagung.
Tabel 2. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan bagi Penderita
Obesitas

Beberapa prinsip pengaturan pola makan pada obesitas:4,7


 Pemilihan bahan makanan yang tepat (memiliki indeks glikemik rendah)
 Distribusi asupan makanan secara kualitas dan kuantitas tepat
 Tidak disarankan untuk melewatkan waktu makan
 Persentase jumlah karbohidrat sebesar 55- 60 % dari total energi setiap hari
 Persentase kandungan lemak sebesar 20- 30 % dari total energi
 Jumlah protein tidak melebihi 15% dari total kebutuhan energi setiap hari
 Konsumsi buah, sayur, serat dalam jumlah cukup
 Menghindari alkohol
Pengaturan pola makan yang sering diterapkan pada orang obese:7
a. Diet rendah lemak (Low fat Diet)
Prinsip diet rendah lemak mengandung 20%- 35% lemak dan tinggi
karbohidrat hingga mencapai 45%- 65%, mengkonsumsi makanan
bervariasi dan direkomendasikan untuk konsumsi dari beberapa
kelompok makanan.
b. Diet sangat rendah lemak (Very Low Fat Diets)
Diet ini merekomendasikan jumlah lemak < 10% dari total kebutuhan.
Konsumsi karbohidrat komplek dan makanan berserat tinggi, kedelai,
kacang- kacangan serta membatasi gula dan tepung.
c. Diet dengan jumlah lemak sedang (Moderate Fat Diets)
Prinsip diet ini sesuai dengan prinsip Mediterranean diets yang
mengandung proporsi lemak monounsaturated dan asam lemak omega 3
lebih tinggi. Pemakaian minyak seperti olive oil dan konsumsi keju serta
yogurt dalam jumlah sedang direkomendasikan daripada konsumsi
daging merah, ayam dan telur serta butter. Penelitian yang dilakukan
Goulet dkk, menunjukkan bahwa wanita muda yang menggunakan prinsip
diet ini akan mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang lebih sedikit,
dan lingkar pinggang serta berat badan akan berkurang setelah 12 minggu.
d. Diet tinggi protein ( High Protein Diets)
Tidak terdapat definisi dan standar yang sesuai mengenai diet tinggi
protein. Beberapa mengatakan menggunakan patokan asupan protein >
25% dari total energi atau 1,6 g/ kg berat badan. Atkins diet merupakan
salah satu contoh dari diet ini. Mekanisme perubahan komposisi tubuh
menggunakan diet tinggi protein ini dimungkinkan karena protein
memiliki efek mengenyangkan sehingga jumlah kalori yang kita
konsumsi lebih rendah.
e. Diet rendah karbohidrat ( Low Carbohydrate Diets)
Diet rendah karbohidrat mengutamakan pemilihan karbohidrat dari
sumber komplek dan menghilangkan konsumsi karbohidrat sederhana,
seperti roti putih, nasi, pasta, kue, dan biskuit meskipun konsumsi
makanan yang tidak mengandung karbohidrat (daging, unggas, ikan)
tidak dibatasi.
f. Diet rendah indeks glikemik (Low Glycemic Index Diet)
Diet ini mengutamakan penghitungan indeks glikemik bahan makanan.
Diet rendah indeks glikemik terdiri dari bahan makanan rendah lemak,
sodium dan tinggi serat. Beberapa bahan makanan yang memiliki indeks
glikemik rendah adalah sayur, buah, biji- bijian, dan kacang- kacangan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bahan makanan tinggi serat
terutama serat larut dapat memperbaiki profil lemak darah dan
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
2.3 Peningkatan Aktivitas Fisik dan Olahraga
Prinsip dasar memerangi obesitas selain pengaturan pola makan juga
mengenai modifikasi perilaku. Kesadaran untuk perubahan perilaku ke arah
pola hidup sehat sangat diperlukan. Pola perubahan perilaku seperti pada
kegiatan jasmani dan aktivitas fisik yang cukup. Pengaturan kegiatan jasmani
dianjurkan untuk jangka panjang dan dibudayakan agar selalu dikerjakan
seumur hidup. Berbagai kegiatan olah raga yang menarik dapat dianjurkan
untuk dilakukan rutin. 4,7
 Olahraga
Menurut Gale Encyclopedia of Medicine, olahraga adalah aktivitas fisik
yang direncanakan, terstruktur, dan dikerjakan secara berulang dan bertujuan
memperbaiki atau menjaga kesegaran jasmani. Sedangkan menurut Mosby’s
Medical Dictionary, olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan, atau memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau
sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan atau mengembalikan fungsi organ
dan fungsi fisiologis tubuh. Kegiatan olah raga yang disarankan sebaiknya
memakai sistem CRIPE (continous, ritmik, intensitas, progresif, endurance)
setelah itu dilakukan selama minimal 30 menit dan selama 4- 6 hari/ minggu
dengan senantiasa memantau denyut jantung maksimal. Denyut jantung
maksimal yang digunakan menggunakan rumus pengukuran 65- 80% dari 220
– usia (tahun).
Olahraga aerobik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang melibatkan otot-
otot besar dan dilakukan dalam intensitas yang cukup rendah serta dalam waktu
yang cukup lama. Menurut Dorland’s Medical Dictionary, olahraga aerobik
adalah aktivitas fisik yang dirancang utnuk meningkatkan konsumsi oksigen
dan meningkatkan fungsi sistem respirasi dan sistem kardiovaskular. Latihan
aerobik dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan kardiovaskular
dan untuk menurunkan berat badan. Olahraga jenis ini sangat dianjurkan pada
orang yang mengalami obesitas atau overweight).Aktivitas fisik yang termasuk
olahraga aerobik adalah jalan cepat, jogging atau lari-lari kecil, renang, dansa,
atau bersepeda.
Intensitas dalam setiap olahraga aerobik berbeda-beda. Intensitas adalah
usaha yang diberikan setiap orang dalam mengerjakan aktivitas fisik. AHA
menganjurkan, setidaknya dilakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang,
yaitu di mana Target Heart Rate (THR) atau detak jantung yang diinginkan
adalah 60-80% dari perkiraan detak jantung maksimal. Perkiraan detak jantung
maksimal adalah 220 dikurang dengan umur saat ini. AHA juga menganjurkan
olahraga aerobik dilakukan dalam 20-30 menit perharinya untuk mengurangi
risiko terkena penyakit jantung koroner. Frekuensi atau jumlah hari untuk
olahraga dalam seminggu yang dianjurkan adalah 3-7 hari perminggu.
 Aktivitas Fisik 1,7
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka
yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya
aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis, dan
secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global.
Aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang menguntungkan terhadap
kesehatan yaitu:6
 Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan
darah tinggi, kencing manis.
 Berat badan terkendali
 Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat
 Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional
 Lebih percaya diri
 Lebih bertenaga dan bugar
 Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik
Program aktivitas fisik yang diberikan kepada penderita obesitas sebaiknya
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan penderita. Tujuan dari aktivitas fisik
ini adalah untuk pembakaran lemak, mempertahankan berat badan yang telah
dicapai, perbaikan kardiovaskular, dan untuk mempertahankan massa otot dan
densitas tulang yang cenderung menurun pada penurunan berat badan.

KESIMPULAN
Pencegahan dan penanggulangan obesitas dapat dilakukan dengan melakukan
perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup ini terdiri dari dua komponen utama yaitu (1)
manajemen berat badan dan pengaturan pola makan serta (2) peningkatan aktivitas fisik dan
olahraga. Dalam menjalankan kedua hal diatas sebaiknya disertai pengawasan dari tenaga
kesehatan dibidangnya karena kebutuhan perorangan berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA
1. Global Strategy on Diet, Physical Activity and Health [online]. 2003. [cited 2013 Apr
10]; Available from : URL: // www.who.int/

2. Biro FM and Wien M. Childhood obesity and adult morbidities. Am J Clin Nutr 2010;
91 (suppl): 1499S- 1505S.

3. Riset Kesehatan Dasar 2010 [online].2010.[cited 2013 Apr 10]; Available from: URL:
//www.depkes.org/.

4. International Obesity Task Force [online]. 2010. Aug 2nd [cited 2013 April 10];
Available from : URL: http : //www.iotf.org/

5. Heber D. An integrative view of obesity. Am J Clin Nutr 2010; 91 (suppl): 280S- 3S.

6. Gibson RS. Principles of nutritional assessment. 2005. New York: Oxford University
Press.

7. Bray GA and Ryan DH. Overweight and the metabolic syndrome: from bench to
bedside. New York: Springer Science and Business Media; 2006.

Вам также может понравиться