Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB I

A. PENDAHULUAN

Kebijakan implementasi Kurikulum 2013 bagi pendidikan dasar dan menengah


adalah untuk memperbaiki Kurikulum 2006. Mulai tahun pelajaran 2013/2014
Kurikulum 2013 mulai diterapkan secara bertahap di beberapa sekolah pilihan. Pada
tahap pertama sekolah yang dipilih untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 adalah
sekolah-sekolah yang dinilai memiliki keunggulan. Sekitar enam ribu sekolah baik pada
jenjang SD, SMP, 84 SMA/SMK eks Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
ditunjuk sebagai percontohan untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Selanjutnya, mulai tahun pelajaran 2014/2015 diputuskan bahwa Kurikulum 2013
diimplementasikan serentak secara nasional untuk semua sekolah di Indonesia.
Menurut Permendiknas No 81 A tahun 2013, Kurikulum 2013 diharapkan dapat
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, efektif melalui penguatan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi serta dapat mengatasi kelemahan-
kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan berpendapat bahwa pada tahun 2010-2035 adalah bonus demografi bagi
bangsa Indonesia dalam mempersiapkan generasi emas karena jumlah penduduk usia
sekolah yang sangat tinggi. Dengan demikian, kurikulumnya pun harus diupayakan
mengantisipasi hal tersebut.
Setelah satu tahun berjalan secara bertahap, Kurikulum 2013 dilaksanakan secara
serentak mulai tahun pelajaran 2014/2015 di semua satuan pendidikan. Beberapa kendala
ditemui dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah: masalah anggaran, kesiapan
pemerintah dalam menyiapkan perangkat kurikulum, sosialisasi kurikulum, distribusi
buku, kesiapan satuan pendidikan dan kesiapan guru (Alawiyah, 2014). Di antara
kendala-kendala tersebut, masalah utama yang perlu diperhatikan adalah masalah
kesiapan guru karena guru adalah kunci dalam pelaksanaan kurikulum di lapangan.
Kurikulum 2013 membawa perubahan yang mendasar terhadap peran guru dalam
pembelajaran. Guru dituntut untuk berperan aktif sebagai motivator dan fasilitator
pembelajaran sehingga siswa akan menjadi pusat dalam pembelajaran. Pembelajaran
yang selama ini berpusat pada guru (teacher centered) hendaknya bergeser menjadi
berpusat pada siswa (student centered). Perangkat pembelajaran telah disiapkan oleh
pemerintah dan tidak perlu lagi dipersiapkan oleh guru. Guru harus fokus dan mampu
mengarahkan siswa untuk aktif, kreatif, berpikir kritis, dan produktif.
Tidak mudah untuk mempersiapkan guru yang ideal sebagaimana yang dituntut
dalam Kurikulum 2013 dalam waktu singkat. Perlu perubahan mindset guru yang semula
hanya bertugas untuk mengajar menjadi guru yang mampu untuk mendorong siswa
untuk lebih aktif dan kreatif sebagaimana yang dikehendaki dalam Kurikulum 2013. Hal
tersebut menjadi kendala bagi guru karena tidak semua guru siap dan mampu melakukan
hal yang demikian dalam kurun waktu yang relatif singkat, sementara perangkat
pembelajarannya belum disiapkan secara matang.
Untuk menyiapkan guru yang ideal dalam mengimplementasikan Kurikulum
2013 diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus. Pemerintah telah menargetkan untuk
melatih sebanyak 1,3 juta guru pada tahun 2014 secara bertahap dan bertingkat. Namun,
pada kenyataannya baru terealisir sebanyak 283 ribu guru yang sudah dilatih menjelang
tahun ajaran baru (Alawiyah, 2014). Dari data tersebut berarti baru sekitar 20,3% guru
yang sudah dilatih, sedangkan sebagian besar guru atau sekitar 79,7% belum
mendapatkan pelatihan.
Berdasarkan evaluasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
terhadap guru yang telah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013 telah ber- 85 hasil
menerapkan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran. Kualitas belajar dapat ditingkatkan,
terutama terjadi perubahan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.
Namun demikian, masih banyak pula guru yang telah diberikan pelatihan, tetapi belum
memahami dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 ini (Alawiyah, 2014).
Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan Kurikulum 2013 yang telah dilakukan
selama ini belum optimal dan masih banyak kekurangannya. Beberapa kekurangan
tersebut antara lain: dari sisi waktu pelatihan Kurikulum 2013 terlalu singkat, metode
pelatihannya yang lebih difokuskan teori dengan metode ceramah, dan kompetensi
instruktur yang belum memadai (Alawiyah, 2014). Kekurangan tersebut perlu diperbaiki
agar pelaksanaan pelatihan lebih baik di masa mendatang.
Terlepas dari beberapa kendala dan kekurangan di atas, semangat untuk
mengimplementasikan Kurikulum 2013, yang merupakan penyempurnaan dari
Kurikulum 2006, perlu terus dilakukan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota
Yogyakarta yang merupakan bagian dari satuan pendidikan di Indonesia yang harus
mengimplementasikan Kurikulum 2013 harus berbenah diri dan menyiapkan segala hal
agar implementasi Kurikulum 2013 dapat berjalan seperti yang diharapkan, terutama
berkaitan dengan kesiapan guru. Kesiapan guru merupakan faktor yang paling penting
dalam melaksanakan kurikulum dibanding faktor-faktor lainnya. Guru merupakan garda
terdepan dalam melaksanakan kurikulum yang perlu perhatian. Guru adalah seseorang
yang berhadapan langsung dengan peserta didik, sehingga memberikan pengaruh
langsung terhadap keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 SMK di Kota Yogyakarta sangat
ditentukan oleh kesiapan guru SMK. Oleh karena itu, perlu dikaji bagaimana kesiapan
guru SMK di Kota Yogyakarta dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Kajian ini
untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan guru SMK di Kota Yogyakarta dalam
mengimplemetasikan Kurikulum 2013. Aspek-aspek apa saja yang sudah dikuasai atau
siap, dan aspek-aspek apa saja yang belum siap. Hasil kajian ini akan bermanfaat bagi
para pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan dalam implementasi Kurikulum,
terutama dalam mempersiapkan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 dan
memperbaiki pendidikan dan pelatihan Kurikulum 2013 di masa mendatang.
Kesiapan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 tidak hanya dilihat
dari seberapa besar tingkat pemahaman guru tentang seluk beluk Kurikulum 2013, tetapi
dilihat juga dari seberapa besar tingkat kemampuan guru dalam mengimplementasikan
kurikulum dalam pembelajaran yang meliputi: merencanakan, melaksanakan, dan
menilai pembelajaran. Hal itu menunjukkan bahwa kesiapan guru dalam
mengimplementasikan kurikulum sudah mengandung dua aspek kemampuan baik teoritis
maupun aplikatif. Dengan kesiapan guru yang demikian dapat mengindikasikan berhasil
tidaknya guru dalam mengimplementasikan kurikulum dalam pembelajaran.
Kurikulum adalah seperangkat tentang tujuan, materi, bahan ajar, dan strategi
pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Guru dalam melaksanakan
pembelajaran harus berpedoman pada 86 kurikulum. Dengan demikian guru harus
memahami tentang seluk beluk kurikulum tersebut. Seluk beluk tentang Kurikulum 2013
terdiri dari: tujuan, rasional, landasan, prinsip, elemen, struktur, silabus, model rencana
pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, serta penilaian beserta evaluasinya
(Permendiknas No 81 A tahun 2013).
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Rasional pengembangan Kurikulum 2013
berdasarkan beberapa faktor diantaranya tantangan internal, tantangan eksternal,
penyempurnan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum serta pendalaman dan
perluasan materi. Landasan Kurikulum 2013 meliputi landasan yuridis, landasan
filosofis, landasan empiris, serta landasan teoritik.
Prinsip pengembangan Kurikulum 2013 meliputi: (1) berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, (2)
beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni, (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) menyeluruh dan
berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat, dan (7) seimbang antara kepentingan
nasional dan kepentingan daerah. Elemen perubahan dalam Kurikulum 2013 terdiri dari:
(1) kompetensi lulusan bertujuan meningkatkan soft skills dan hard skill serta
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan, (2) kedudukan mata pelajaran (ISI)
dikembangkan dari kompetensi, (3) pendekatan (ISI) untuk SD bersifat tematik terpadu
dalam semua mata pelajaran, SMP mengacu mata pelajaran, SMA mengacu mata
pelajaran dan SMK bersifat vokasional, (4) struktur kurikulum (mata pelajaran dan
alokasi waktu), (5) proses pembelajaran, (6) penilaian hasil belajar, dan (7)
ekstrakurikuler (Permendikbud No 81 A tahun 2013).
Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri dari kegiatan intrakurikuler dan
kegiatan ekstrakurikuler. Struktur kurikulum SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas:
kelompok mata pelajaran wajib yang diikuti oleh seluruh peserta didik dan Kelompok
mata pelajaran peminatan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya. Adanya kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran peminatan
dimaksudkan untuk menerapkan prinsip kesamaan antara SMA/MA dan SMK/MAK.
Mata pelajaran wajib sebanyak 9 (sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 24 jam
per minggu. Kelompok mata pelajaran peminatan SMA/MA terdiri atas 18 jam per
minggu untuk kelas X, dan 20 jam per minggu untuk kelas XI dan XII. Kelompok mata
pelajaran peminatan SMK/MAK masing masing 24 jam per kelas. Kelompok mata
pelajaran peminatan SMA/MA bersifat akademik, sedangkan untuk SMK/MAK bersifat
vokasional (Permendikbud No 70 tahun 2013).
Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah
dari guru. Pendekatan saintifik menekankan pada proses mengamati, menanya, menalar,
mencoba, mengolah, mengumpulkan, me- 87 nyajikan dan mengkomunikasikan.
Penilaian autentik meliputi: (1) tes tertulis: memilih jawaban terdiri dari pilihan
ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat dan mensuplai
jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian; (2)
penilaian kinerja: daftar cek (checklist), catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative
records), skala penilaian (rating scale), memori atau ingatan (memory approach); (3)
penilaian proyek: penilaian produk penilaian secara analitik dan penilaian secara holistik;
(4) penilaian portofolio. Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik,
bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau
belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya
Penilaian sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual sebagai perwujudan dari
menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap sosial
sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan.
Penilaian pengetahuan dapat diartikan sebagai penilaian potensi intelektual yang terdiri
dari tahapan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi. Penilaian pencapaian kompetensi keterampilan merupakan penilaian yang
dilakukan terhadap peserta didik untuk menilai sejauh mana pencapaian SKL, KI, dan
KD khusus dalam dimensi keterampilan. Dalam ranah konkret keterampilan ini
mencakup aktivitas menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat.
Sedangkan dalam ranah abstrak, keterampilan ini mencakup aktivitas menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang.
Selain harus memahami kurikulum, guru dituntut untuk mampu mengelola
pembelajaran sebagai bentuk implementasi dari kurikulum ke dalam pembelajaran.
Kaitannya dengan pengelolaan pembelajaran Mulyasa (2007) menjelaskan bahwa
kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial: 1)
perencanaan, 2) pelaksanaan, dan 3) pengendalian. Dalam kaitannya dengan pengelolaan
pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013, Permendiknas No 81 A Tahun 2013 tentang
implementasi kurikulum mengatur tentang pengelolaan pembelajaran adalah meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Untuk dapat mengemban tugas tersebut guru dituntut untuk memiliki empat
kompetensi sekaligus, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, personal, dan sosial
(Mulyasa, 2007; Kemendiknas, 2010). Kompetensi guru memegang peranan penting
dalam menentukan sukses-tidaknya implementasi sebuah kurikulum. Apa pun
konsepnya, apa pun buku teks yang dijadikan rujukan, semuanya tetap saja bergantung
pada aspek proses yang dilakukan guru di dalam kelas. Ketika terjadi perubahan
kurikulum permasalahannya akan tetap sama seperti sebelum-sebelumnya, yang terjadi
adalah perubahan kurikulum dalam tataran ide dan dokumen kurikulum, bukan pada
tataran proses. Padahal, kurikulum yang sebenarnya sejatinya ada pada proses.
Pemahaman implementasi Kurikulum 2013 adalah bagian dari pemenuhan kompetensi
pedagogik serta kompetensi profesional guru (http://ayankharyati.blogspot.
com/2014/03/pentingnya-pemaha-manimplementasi.html).
Untuk itu tingkat kesiapan guru dalam 88 mengimplementasikan kurikulum baru
haruslah tuntas. Menurut Pahrudin guru harus mengerti ide dasar kurikulum tersebut
hingga pada tataran implementasi. Pada konteks ini, pembinaan bagi para guru perlu
dilakukan. Bentuknya bukan lagi seminar dan teori-teori tentang kurikulum, melainkan
workshop atau kegiatan on-job atau simulasi proses (http://lampost.co/berita/ sukses-
tidaknya-kurikulum-2013-ada-padakompetensi-guru).

Вам также может понравиться