Kebijakan implementasi Kurikulum 2013 bagi pendidikan dasar dan menengah
adalah untuk memperbaiki Kurikulum 2006. Mulai tahun pelajaran 2013/2014 Kurikulum 2013 mulai diterapkan secara bertahap di beberapa sekolah pilihan. Pada tahap pertama sekolah yang dipilih untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 adalah sekolah-sekolah yang dinilai memiliki keunggulan. Sekitar enam ribu sekolah baik pada jenjang SD, SMP, 84 SMA/SMK eks Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) ditunjuk sebagai percontohan untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013. Selanjutnya, mulai tahun pelajaran 2014/2015 diputuskan bahwa Kurikulum 2013 diimplementasikan serentak secara nasional untuk semua sekolah di Indonesia. Menurut Permendiknas No 81 A tahun 2013, Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, efektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi serta dapat mengatasi kelemahan- kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berpendapat bahwa pada tahun 2010-2035 adalah bonus demografi bagi bangsa Indonesia dalam mempersiapkan generasi emas karena jumlah penduduk usia sekolah yang sangat tinggi. Dengan demikian, kurikulumnya pun harus diupayakan mengantisipasi hal tersebut. Setelah satu tahun berjalan secara bertahap, Kurikulum 2013 dilaksanakan secara serentak mulai tahun pelajaran 2014/2015 di semua satuan pendidikan. Beberapa kendala ditemui dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah: masalah anggaran, kesiapan pemerintah dalam menyiapkan perangkat kurikulum, sosialisasi kurikulum, distribusi buku, kesiapan satuan pendidikan dan kesiapan guru (Alawiyah, 2014). Di antara kendala-kendala tersebut, masalah utama yang perlu diperhatikan adalah masalah kesiapan guru karena guru adalah kunci dalam pelaksanaan kurikulum di lapangan. Kurikulum 2013 membawa perubahan yang mendasar terhadap peran guru dalam pembelajaran. Guru dituntut untuk berperan aktif sebagai motivator dan fasilitator pembelajaran sehingga siswa akan menjadi pusat dalam pembelajaran. Pembelajaran yang selama ini berpusat pada guru (teacher centered) hendaknya bergeser menjadi berpusat pada siswa (student centered). Perangkat pembelajaran telah disiapkan oleh pemerintah dan tidak perlu lagi dipersiapkan oleh guru. Guru harus fokus dan mampu mengarahkan siswa untuk aktif, kreatif, berpikir kritis, dan produktif. Tidak mudah untuk mempersiapkan guru yang ideal sebagaimana yang dituntut dalam Kurikulum 2013 dalam waktu singkat. Perlu perubahan mindset guru yang semula hanya bertugas untuk mengajar menjadi guru yang mampu untuk mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif sebagaimana yang dikehendaki dalam Kurikulum 2013. Hal tersebut menjadi kendala bagi guru karena tidak semua guru siap dan mampu melakukan hal yang demikian dalam kurun waktu yang relatif singkat, sementara perangkat pembelajarannya belum disiapkan secara matang. Untuk menyiapkan guru yang ideal dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus. Pemerintah telah menargetkan untuk melatih sebanyak 1,3 juta guru pada tahun 2014 secara bertahap dan bertingkat. Namun, pada kenyataannya baru terealisir sebanyak 283 ribu guru yang sudah dilatih menjelang tahun ajaran baru (Alawiyah, 2014). Dari data tersebut berarti baru sekitar 20,3% guru yang sudah dilatih, sedangkan sebagian besar guru atau sekitar 79,7% belum mendapatkan pelatihan. Berdasarkan evaluasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terhadap guru yang telah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013 telah ber- 85 hasil menerapkan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran. Kualitas belajar dapat ditingkatkan, terutama terjadi perubahan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Namun demikian, masih banyak pula guru yang telah diberikan pelatihan, tetapi belum memahami dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 ini (Alawiyah, 2014). Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan Kurikulum 2013 yang telah dilakukan selama ini belum optimal dan masih banyak kekurangannya. Beberapa kekurangan tersebut antara lain: dari sisi waktu pelatihan Kurikulum 2013 terlalu singkat, metode pelatihannya yang lebih difokuskan teori dengan metode ceramah, dan kompetensi instruktur yang belum memadai (Alawiyah, 2014). Kekurangan tersebut perlu diperbaiki agar pelaksanaan pelatihan lebih baik di masa mendatang. Terlepas dari beberapa kendala dan kekurangan di atas, semangat untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013, yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2006, perlu terus dilakukan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Yogyakarta yang merupakan bagian dari satuan pendidikan di Indonesia yang harus mengimplementasikan Kurikulum 2013 harus berbenah diri dan menyiapkan segala hal agar implementasi Kurikulum 2013 dapat berjalan seperti yang diharapkan, terutama berkaitan dengan kesiapan guru. Kesiapan guru merupakan faktor yang paling penting dalam melaksanakan kurikulum dibanding faktor-faktor lainnya. Guru merupakan garda terdepan dalam melaksanakan kurikulum yang perlu perhatian. Guru adalah seseorang yang berhadapan langsung dengan peserta didik, sehingga memberikan pengaruh langsung terhadap keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran. Keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 SMK di Kota Yogyakarta sangat ditentukan oleh kesiapan guru SMK. Oleh karena itu, perlu dikaji bagaimana kesiapan guru SMK di Kota Yogyakarta dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Kajian ini untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan guru SMK di Kota Yogyakarta dalam mengimplemetasikan Kurikulum 2013. Aspek-aspek apa saja yang sudah dikuasai atau siap, dan aspek-aspek apa saja yang belum siap. Hasil kajian ini akan bermanfaat bagi para pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan dalam implementasi Kurikulum, terutama dalam mempersiapkan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 dan memperbaiki pendidikan dan pelatihan Kurikulum 2013 di masa mendatang. Kesiapan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 tidak hanya dilihat dari seberapa besar tingkat pemahaman guru tentang seluk beluk Kurikulum 2013, tetapi dilihat juga dari seberapa besar tingkat kemampuan guru dalam mengimplementasikan kurikulum dalam pembelajaran yang meliputi: merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran. Hal itu menunjukkan bahwa kesiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum sudah mengandung dua aspek kemampuan baik teoritis maupun aplikatif. Dengan kesiapan guru yang demikian dapat mengindikasikan berhasil tidaknya guru dalam mengimplementasikan kurikulum dalam pembelajaran. Kurikulum adalah seperangkat tentang tujuan, materi, bahan ajar, dan strategi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Guru dalam melaksanakan pembelajaran harus berpedoman pada 86 kurikulum. Dengan demikian guru harus memahami tentang seluk beluk kurikulum tersebut. Seluk beluk tentang Kurikulum 2013 terdiri dari: tujuan, rasional, landasan, prinsip, elemen, struktur, silabus, model rencana pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, serta penilaian beserta evaluasinya (Permendiknas No 81 A tahun 2013). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Rasional pengembangan Kurikulum 2013 berdasarkan beberapa faktor diantaranya tantangan internal, tantangan eksternal, penyempurnan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum serta pendalaman dan perluasan materi. Landasan Kurikulum 2013 meliputi landasan yuridis, landasan filosofis, landasan empiris, serta landasan teoritik. Prinsip pengembangan Kurikulum 2013 meliputi: (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, (2) beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) menyeluruh dan berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat, dan (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Elemen perubahan dalam Kurikulum 2013 terdiri dari: (1) kompetensi lulusan bertujuan meningkatkan soft skills dan hard skill serta kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan, (2) kedudukan mata pelajaran (ISI) dikembangkan dari kompetensi, (3) pendekatan (ISI) untuk SD bersifat tematik terpadu dalam semua mata pelajaran, SMP mengacu mata pelajaran, SMA mengacu mata pelajaran dan SMK bersifat vokasional, (4) struktur kurikulum (mata pelajaran dan alokasi waktu), (5) proses pembelajaran, (6) penilaian hasil belajar, dan (7) ekstrakurikuler (Permendikbud No 81 A tahun 2013). Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri dari kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Struktur kurikulum SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: kelompok mata pelajaran wajib yang diikuti oleh seluruh peserta didik dan Kelompok mata pelajaran peminatan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Adanya kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran peminatan dimaksudkan untuk menerapkan prinsip kesamaan antara SMA/MA dan SMK/MAK. Mata pelajaran wajib sebanyak 9 (sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 24 jam per minggu. Kelompok mata pelajaran peminatan SMA/MA terdiri atas 18 jam per minggu untuk kelas X, dan 20 jam per minggu untuk kelas XI dan XII. Kelompok mata pelajaran peminatan SMK/MAK masing masing 24 jam per kelas. Kelompok mata pelajaran peminatan SMA/MA bersifat akademik, sedangkan untuk SMK/MAK bersifat vokasional (Permendikbud No 70 tahun 2013). Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Pendekatan saintifik menekankan pada proses mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah, mengumpulkan, me- 87 nyajikan dan mengkomunikasikan. Penilaian autentik meliputi: (1) tes tertulis: memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat dan mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian; (2) penilaian kinerja: daftar cek (checklist), catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records), skala penilaian (rating scale), memori atau ingatan (memory approach); (3) penilaian proyek: penilaian produk penilaian secara analitik dan penilaian secara holistik; (4) penilaian portofolio. Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya Penilaian sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan. Penilaian pengetahuan dapat diartikan sebagai penilaian potensi intelektual yang terdiri dari tahapan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Penilaian pencapaian kompetensi keterampilan merupakan penilaian yang dilakukan terhadap peserta didik untuk menilai sejauh mana pencapaian SKL, KI, dan KD khusus dalam dimensi keterampilan. Dalam ranah konkret keterampilan ini mencakup aktivitas menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat. Sedangkan dalam ranah abstrak, keterampilan ini mencakup aktivitas menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang. Selain harus memahami kurikulum, guru dituntut untuk mampu mengelola pembelajaran sebagai bentuk implementasi dari kurikulum ke dalam pembelajaran. Kaitannya dengan pengelolaan pembelajaran Mulyasa (2007) menjelaskan bahwa kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, dan 3) pengendalian. Dalam kaitannya dengan pengelolaan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013, Permendiknas No 81 A Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum mengatur tentang pengelolaan pembelajaran adalah meliputi: perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Untuk dapat mengemban tugas tersebut guru dituntut untuk memiliki empat kompetensi sekaligus, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, personal, dan sosial (Mulyasa, 2007; Kemendiknas, 2010). Kompetensi guru memegang peranan penting dalam menentukan sukses-tidaknya implementasi sebuah kurikulum. Apa pun konsepnya, apa pun buku teks yang dijadikan rujukan, semuanya tetap saja bergantung pada aspek proses yang dilakukan guru di dalam kelas. Ketika terjadi perubahan kurikulum permasalahannya akan tetap sama seperti sebelum-sebelumnya, yang terjadi adalah perubahan kurikulum dalam tataran ide dan dokumen kurikulum, bukan pada tataran proses. Padahal, kurikulum yang sebenarnya sejatinya ada pada proses. Pemahaman implementasi Kurikulum 2013 adalah bagian dari pemenuhan kompetensi pedagogik serta kompetensi profesional guru (http://ayankharyati.blogspot. com/2014/03/pentingnya-pemaha-manimplementasi.html). Untuk itu tingkat kesiapan guru dalam 88 mengimplementasikan kurikulum baru haruslah tuntas. Menurut Pahrudin guru harus mengerti ide dasar kurikulum tersebut hingga pada tataran implementasi. Pada konteks ini, pembinaan bagi para guru perlu dilakukan. Bentuknya bukan lagi seminar dan teori-teori tentang kurikulum, melainkan workshop atau kegiatan on-job atau simulasi proses (http://lampost.co/berita/ sukses- tidaknya-kurikulum-2013-ada-padakompetensi-guru).