Вы находитесь на странице: 1из 8

Bioteknologi 5 (2): 43-50, Nopember 2008, ISSN: 0216-6887, DOI: 10.

13057/biotek/c050201

Pertumbuhan, Kandungan Protein, dan Sianida


Jamur Kuping (Auricularia polytricha) pada
Medium Tumbuh Serbuk Gergaji dan Ampas
Tapioka dengan Penambahan Pupuk Urea
The growth and contens of protein and cyanide on
Auricularia polytricha in medium sawdust and tapioca
solid waste with urea application

YULI IRIANTO, ARI SUSILOWATI♥, WIRYANTO

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126

Diterima: 13 Juli 2004. Disetujui: 14 Agustus 2004.

ABSTRACT

The aim of this research were to study growth and protein also cyanide
mushroom Auricularia polytricha in medium sawdust and tapioca solid
waste with urea fertilizer added. The research had done using the
completely randomized design (RAL) with 2 variables. The first variable
was various urea fertilizers with 4 rates of concentration (0 g; 2 g; 4 g; 8 g
and 10 g). The second variable was various mixed sawdust and tapioca solid
waste with 3 rates concentration i.e. medium without tapioca solid waste,
mixed sawdust and tapioca solid waste 3.5: 1.5, mixed sawdust and tapioca
solid waste 3.0: 1.0. Basidiocarp on mushroom wet weight, dry weight,
percentage of water, protein and cyanide was measured and then data
collected were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and followed
by Duncan Multiple Range Test (DMRT) with 5% of confidence level. The
use of mixed medium of sawdust and tapioca solid waste of 3: 1 with
increasing urea concentration have no effect increasing growth of
basidiocarp wet weight, dry weight, percentage of water and protein
content of basidiocarp. On the other hand, the mixed consisting of sawdust
and tapioca solid waste of 3: 1 with concentrations of 4 g and 8 g of urea
have resulted in the content of cyanide.
♥ Alamat korespondensi:
Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126
Tel. & Fax.: +62-271-664178. Keywords: Auricularia polytricha; growth; sawdust, tapioca solid waste;
e-mail: biology@mipa.uns.ac.id protein; cyanide; urea.

PENDAHULUAN merupakan salah satu jamur kelas


Basidiomycetes yang mempunyai nilai ekonomis
Pertumbuhan memerlukan adanya tambahan tinggi.
protein. Protein yang bukan berasal dari hewan Jamur merupakan organisme yang tidak
saat ini lebih banyak dimanfaatkan manusia, berklorofil, sehingga tidak dapat memanfaatkan
karena umumnya tidak mengandung kolesterol cahaya matahari untuk mensintesis karbohidrat
yang mengakibatkan tekanan darah naik. Salah dengan cara fotosintesis. Oleh karena itu, di
satu sumber protein nabati yang banyak dicari dalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-
manusia karena enak rasanya adalah jamur zat organik seperti selulosa, pati, lignin, dan
(Kurniawati, 1995). Salah satu jamur kayu yang glukosa. Penyedian nutrien bagi jamur kuping
lazim dikonsumsi oleh masyarakat adalah jamur sangat diperlukan untuk mendukung proses
kuping (Auricularia polytricha L.). Jamur kuping pertumbuhannya. Jamur kuping memerlukan
44 Bioteknologi 5 (2): 43-50, Nopember 2008

nutrien yang terdiri dari unsur makro dan mikro Rancangan percobaan
misalnya, nitrogen merupakan unsur yang Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
dibutuhkan untuk penyusunan bahan seluler Lengkap (RAL) dengan 2 faktorial serta
dan pembentukan protein. Salah satu cara untuk menggunakan 3 ulangan. Faktor tersebut yaitu 1.
menyediakan unsur nitrogen adalah dengan Perbandingan medium tumbuh (serbuk gergaji
jalan memberikan pupuk N. Pupuk yang tanpa ampas tapioka; serbuk gergaji: ampas
mengandung unsur N cukup tinggi yaitu pupuk tapioka 3,5: 0,5 ; serbuk gergaji: ampas tapioka 3:
urea. 1 (P2). 2. Penambahan pupuk urea dengan
Bahan baku untuk pembuatan medium konsentrasi 0 g; 2 g; 4 g; 8 g; dan 10 g.
tumbuh jamur harus mengandung cukup
karbohidrat sebagai sumber karbon. Berdasarkan Cara kerja
penelitian telah dibuktikan bahwa limbah yang
mengandung selulosa dan lignin dapat Uji pendahuluan
digunakan juga sebagai medium tumbuh jamur Sebelum percobaan terlebih dahulu dilakukan
seperti jerami, daun pisang, ampas tebu, tongkol uji pendahuluan untuk menentukan seberapa
jagung, sekam padi, dedak (bekatul), kapas, kulit besar perbandingan medium perlakuan yang
kacang tanah dan serbuk gergaji (Regina, 1992). memungkinkan jamur kuping dapat tumbuh dan
Serbuk gergaji merupakan limbah yang berasal berkembang. Perbandingan medium yaitu P0
dari penggergajian kayu dan tersedia cukup (serbuk gergaji tanpa ampas tapioka), P1 (serbuk
melimpah dengan kandungan selulosa tinggi, gergaji: ampas tapioka 3: 1), P2 (2: 2), P3 (1: 3)
oleh karena itu serbuk gergaji dapat digunakan dan P4 (semua ampas tapioka) dengan tiga
sebagai medium tumbuh jamur (Cowling dalam ulangan. Jamur kuping yang mampu bertahan
Winarni, 1995). hidup dengan baik pada persentase kematian 0%
Limbah merupakan suatu produk samping maka konsentrasi tersebut yang digunakan
yang jarang dimanfaatkan dan mempunyai nilai untuk penelitian selanjutnya. Untuk menghitung
ekonomis yang rendah. Salah satu jenis industri berapa prosentasee kematian digunakan rumus:
yang cukup banyak menghasilkan limbah
dengan kandungan karbohidrat yang cukup P0 = R/N x 100%
tinggi adalah pabrik pengolahan tepung tapioka.
Menurut Balai Penelitian dan Pengembangan P0 = prosentase kematian teramati; R = jumlah
Industri Semarang (1997) limbah padat atau kematian jamur kuping pada perlakuan; N =
ampas tapioka mempunyai kandungan jumlah jamur kuping tiap perlakuan (Heinrichs
karbohidrat 67,93-68,3%. Dari proses pengolahan et al, 1981)
singkong menjadi tepung tapioka, dihasilkan
limbah sekitar 75% dari bahan mentahnya (Amri, Berdasarkan uji pendahuluan didapatkan
2001) data perbandingan medium sebagai berikut:
Besarnya persentase limbah yang dihasilkan
dari setiap pemrosesan tepung tapioka dan Tabel 3. Nilai kematian teramati (P0) pada uji
pendahuluan medium serbuk gergaji dan ampas
belum adanya usaha yang dapat memanfaatkan
tapioka dengan penambahan pupuk urea
limbah ini maka banyak pabrik pengolahan
tapioka terpaksa hanya menumpuk limbahnya di Perlakuan Jumlah P0
dalam bak penampungan sekitar pabrik. Jumlah
(serbuk gergaji: jamur (%)
kematian
Mengingat hal tersebut maka limbah ampas ampas tapioka) kuping
tapioka perlu dipikirkan pemanfaatannya karena * P4 (0: 4) 15 15 100
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. * P3 (3: 1) 15 15 100
* P2 (2: 2) 15 15 100
* P1 (1: 3) 15 0 0
BAHAN DAN METODE * P0 (4: 0) 15 0 0
Keterangan: tanda * menunjukkan kombinasi
perlakuan dengan konsentrasi urea bervariasi diwakili
Bahan
oleh masing-masing simbol perbandingan medium
Bahan berupa ampas tapioka yang diambil
(P0, P1, P2, P3 dan P4 ). P0: medium tanpa ampas
dari industri tapioka PT. Tainesia Jaya yang tapioka; P1: serbuk gergaji: medium ampas 3: 1; P2:
terletak di Desa Sonoharjo, Kecamatan Wonogiri, medium serbuk gergaji: ampas tapioka 2: 2; P3: ( 1: 3 ) ;
Kabupaten Wonogiri. dan P4: medium ampas tapioka tanpa serbuk gergaji.
IRIANTO dkk. – Pertumbuhan, Protein dan Sianida Auricularia polytricha 45

Persiapan medium tumbuh dapat tumbuh dengan baik hingga berkembang


Komposisi medium tumbuh jamur kuping menjadi basidiokarp jamur maka digunakan cara
diletakkan terpisah sebelum dicampurkan sesuai kerja aseptis termasuk ruangan inokulasi. Pinset
perbandingannya yaitu P0 (semua serbuk gergaji panjang dicelupkan ke dalam larutan alkohol
tanpa ampas tapioka), P1 (serbuk gergaji: ampas 70% dan membakarnya dalam nyala bunsen.
tapioka 3,5: 0,5) dan P2 (serbuk gergaji: ampas Bibit jamur F3 dalam botol diaduk dan ditakar 2
tapioka 3: 1). Bekatul dan kapur adalah zat sendok makan tiap polibag. Tutup kapas dibuka
tambahan yang akan dicampurkan pada setiap dan dilakukan penanaman bibit jamur F3 dengan
pembuatan medium. Komposisi medium seperti cara memasukkan bibit ke dalam lubang. Kapas
berikut: Medium (serbuk gergaji: ampas tapioka) pada polibag ditutup kembali dan dilakukan
4000 g, bekatul 100 g/kg medium, kapur inkubasi selama 4 minggu. Langkah-langkah
gamping 10 g/kg medium. Serbuk gergaji dan tersebut diulangi untuk polibag yang lain.
ampas tapioka yang dibutuhkan untuk
pembuatan medium masing-masing 10,5 kg, Inkubasi
bekatul 1,5 kg, kapur gamping 120 g dan pupuk Inkubasi adalah suatu kegiatan
urea sebanyak 100 g diletakkan terpisah. pengkondisian untuk penumbuhan bibit yang
ditanam. Langkah inkubasi antara lain: medium
Pencampuran dan pengomposan medium tumbuh (polibag) yang sudah diinokulasikan
Setelah mendapatkan bahan yang berukuran disusun pada rak-rak inkubasi. Kondisi ruang
seragam lalu dibuat perbandingan medium inkubasi diatur pada suhu berkisar 20-350C
antara serbuk gergaji dengan ampas tapioka dengan kelembaban udara ± 80% dengan cara
yaitu: P0 = kontrol; serbuk gergaji tanpa ampas memberikan sirkulasi udara atau disiram
tapioka. P1 = serbuk gergaji: ampas tapioka (3,5: (disemprot) dengan sprayer bila suhu terlalu
0,5). P2 = serbuk gergaji: ampas tapioka (3: 1). tinggi. Inkubasi diakhiri setelah terdapat miselia
Dari ketiga perlakuan diatas akan diberikan yang tampak putih menyelimuti seluruh bagian
penambahan pupuk urea dengan masing-masing medium tanam ± 4 minggu.
konsentrasi 0 g; 2 g; 4 g; 8 g; dan 10 g. Masing-
masing kelompok perlakuan ditambahkan Penumbuhan
akuades sebanyak 1 liter hingga medium dapat Polibag yang sudah terisi miselium lebih dari
dikepal dengan tangan. Setelah itu medium setengah akan ditumbuhkan ke dalam ruangan
dilakukan pengomposan selama 1 minggu. tertentu agar miselium dapat berkembang
menjadi basidiokarp. Medium tumbuh yang
Pengemasan medium sudah penuh miselia (full spawn) dimasukkan ke
Campuran medium masing-masing kelompok dalam ruang penumbuhan. Kondisi ruang
dimasukkan ke dalam kantong plastik (1 kg) dan penumbuhan diatur pada suhu 20-300C dan
setiap kelompok perlakuan menggunakan 3 kelembaban 80-90% dengan sirkulasi udara yang
ulangan. Setelah medium dipadatkan dengan cukup. Pada medium tumbuh yang sudah penuh
alat pengepres, kemudian cincin bambu segera miselia dibuat lubang dengan pisau. Medium
dipasang pada bagian leher plastik. kemudian tumbuh dibiarkan 7 hari sampai terlihat calon
ditutup dengan kapas. jamur yang berbentuk jonjot-jonjot berwarna
coklat kehitaman.
Sterilisasi
Proses sterilisasi dilakukan dengan Panen
menggunakan uap dari drum berisi air yang Setelah terlihat calon jamur, pada 18 hari
dipanaskan yang bersuhu ± 1210C selama 8 jam. berikutnya jamur sudah dapat di panen. Jamur
siap dipanen bila ukurannya sudah optimal yang
Pendinginan ditandai dengan ciri-ciri jamur sudah mulai
Setelah selesai disterilisasi, medium didingin- mengerut atau keriting dan bagian pinggir
kan selama 24 jam. Pendinginan medium tudung sudah mulai menipis. Menurut Rudiyati
ditempatkan ke dalam keranjang plastik sebelum (1991) basidiokarp jamur kuping dipanen pada
dilakukan inokulasi bibit jamur kuping. umur 17 hari masa penumbuhan.

Inokulasi
Bibit jamur kuping berupa miselium yang
tumbuh di dalam botol. Agar miselium jamur
46 Bioteknologi 5 (2): 43-50, Nopember 2008

Parameter pertumbuhan ditambahkan reagen E sebanyak 1 mL lalu


Pengukuran berat basah. Jamur yang didapat didiamkan selama 10 menit. Diukur OD pada λ =
dari pemanenan ditimbang dari masing-masing 590 nm dengan menggunakan alat spektro-
perlakuan. fotometer dan mencari konsentrasi sampel
Pengukuran berat kering. Jamur yang dengan menggunakan rumus:
diketahui berat basahnya diletakkan didalam
kantong-kantong kertas yang telah diketahui % protein = konsentrasi x faktor pengenceran x 100%
berat keringnya. Dimasukkan ke dalam oven banyaknya sampel (g)
mulai dengan suhu rendah dan perlahan
dinaikkan sampai 600C selama 3-5 jam. Analisis Sianida (Sneel dan Sneel, 1973).
Dinginkan kemudian ditimbang. Dimasukkan Analisis sianida diawali dengan pembuatan
lagi ke oven, didinginkan dan ditimbang lagi. larutan standart KCN. Larutan standart dibuat
Hal ini diulangi sampai berat jamur konstan. dengan melarutkan 100 mg KCN dalam 100 mL
Berat jamur yang konstan digunakan untuk akuades. Seri pengenceran dibuat dari larutan
mengukur berat keringnya dengan rumus standar dengan masing-masing konsentrasi
(Kurniawati, 1995): 0,00mg/mL 0,01; 0,02; 0,03; 0,04; 0,05; 0,06; 0,07;
Berat kering jamur = [berat jamur dalam 0,08; 0,09 sampai dengan 0,1mg/mL dan
kantung kertas] – [berat kering kantung]. dimasukkan dalam masing-masing tabung
Pengukuran kadar air. Prosentase kandungan reaksi. Tabung reaksi yang berisi larutan standar
air dihitung dengan menggunakan rumus ditambahkan 3 mL bufer pospat pH 6,8. Tabung
(Kurniawati, 1995): reaksi tersebut ditambahkan 1 mL NaOH 0,1N.
Masing-masing tabung reaksi ditambahkan 5 mL
Kadar air (%) = Berat basah - berat kering x 100% asam pikrat pH 9. Kemudian masing-masing
Berat basah tabung reaksi dipanaskan dalam penangas air
Analisis protein Metode Lowry (Sudarmadji selama 15 menit dan diberi penyumbat kapas.
dkk, 1984). Analisis protein diawali dengan Tabung reaksi didinginkan selama 10 menit dan
pembuatan larutan standar BSA (Bovine Serum ditera OD pada λ = 480 nm dengan
Albumin). Sebanyak 30 mg BSA ditimbang dan menggunakan alat spektrofotometer.
dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu
ditambahkan akuades sebanyak 100 mL sebagai Pengukuran sampel
larutan standar. Seri pengenceran dibuat dari Sampel merupakan basidiokarp jamur kuping
larutan standart dengan masing-masing yang telah dihancurkan sehingga berupa serbuk
konsentrasi 0,00 mg/mL 0,06; 0,12; 0,18; 0,24 halus. Sampel 2 g dilarutkan ke dalam akuades
sampai dengan 0,3 mg/mL dan dimasukkan sebanyak 50 mL. Sampel disaring kemudian
dalam masing-masing tabung reaksi. Sebanyak 1 ditambahkan akuades sebanyak 50 mL. Larutan
mL larutan D (Larutan A: B: C) dengan sampel diambil 1 mL kemudian ditambahkan
perbandingan 20 mL: 1 mL: 1 mL ditambahkan larutan bufer pospat 3 mL pH 6,8. Tabung reaksi
ke dalam tabung reaksi kemudian di vortek tersebut ditambahkan 1 mL NaOH 0,1N. Masing-
selama 5 menit. Setelah di vortek selama 5 menit masing tabung reaksi ditambahkan 5 mL asam
ditambahkan reagen E sebanyak 1 mL lalu pikrat pH 9. Diukur OD pada λ= 480 nm dengan
didiamkan selama 10 menit. Diukur OD pada λ = menggunakan alat spektrofotometer dan mencari
590 nm dengan menggunakan alat spektrofoto- konsentrasi sampel dengan menggunakan
meter. rumus:

Pengukuran sampel % sianida= konsentrasi x faktor pengenceran x 100%


Sampel merupakan basidiokarp jamur kuping banyaknya sampel (g)
yang telah dihancurkan sehingga berupa serbuk
halus. Sebanyak 3 g sampel dilarutkan ke dalam
akuades sebanyak 100 mL dan dilakukan
pengadukan menggunakan magnetik stir. Analisis data
larutan sampel disaring kemudian ditambahkan Data yang di dapat ditabulasikan dan
akuades sebanyak 100 mL. Sebanyak 1 mL dilakukan pengujian dengan Anava 2 Faktor.
larutan sampel diambil kemudian ditambahkan Untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan
larutan D sebanyak 1 mL lalu divortek selama 5 dilakukan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)
menit. Setelah divortek selama 5 menit dengan taraf signifikansi 5%.
IRIANTO dkk. – Pertumbuhan, Protein dan Sianida Auricularia polytricha 47

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis variasi dari data Tabel 4


dapat dilihat perlakuan dengan memberikan
Uji pendahuluan pupuk urea tidak berbeda nyata, untuk
Percobaan penanaman jamur kuping dengan perlakuan medium memberikan hubungan
perbandingan medium yang bervariasi dan pem- berbeda nyata. Pupuk urea dengan variasi
berian pupuk urea menunjukkan perkembangan konsentrasi ternyata menyebabkan pengaruh
miselium yang berbeda-beda pada masing- yang sama terhadap berat basah jamur kuping.
masing polibag. Semua perbandingan medium Perlakuan dengan perbandingan medium serbuk
serbuk gergaji: ampas tapioka yang ditambahkan gergaji dan ampas tapioka yang berbeda
pupuk urea yaitu medium P2 (perbandingan menunjukkan pengaruh beda nyata sehingga
serbuk gergaji: ampas tapioka 2: 2), P3 (1: 3) dan memberikan respon yang berbeda pula dalam
P4 (ampas tapioka tanpa serbuk gergaji) dida- menghasilkan berat basah. Namun secara
patkan nilai prosentase kematian jamur kuping keseluruhan kombinasi perlakuan tidak
teramati sebesar 100% sedangkan perlakuan menunjukkan pengaruh beda nyata dalam
medium serbuk gergaji: ampas tapioka dengan menghasilkan basidiokarp jamur kuping.
penambahan pupuk urea yang bervariasi pada Berdasarkan Tabel 4 terlihat rerata medium
P0 (serbuk gergaji tanpa ampas tapioka) dan P1 tanpa penambahan ampas tapioka (P0) dan
(serbuk gergaji: ampas tapioka 3: 1) didapatkan perbandingan medium serbuk gergaji:ampas
nilai persentase kematian teramati sebesar 0%. tapioka 3: 1 (P2) berbeda secara signifikan dalam
Menurut Marsono dan Suksmadji (1983) menghasilkan berat basah. Perbedaan ini
limbah padat tapioka dapat dipakai sebagai dikarenakan pada perbandingan serbuk gergaji:
substrat penanaman jamur tetapi dengan ampas tapioka 3: 1 (P2) mempunyai kandungan
perbandingan lebih sedikit daripada medium nutrien yang lebih tinggi. Ampas tapioka yang
utama yaitu selulosa. Hal ini dikarenakan selain mengandung karbohidrat berupa pati, selulosa
mempunyai kandungan karbohidrat berupa dan linamarin menurut Marsono dan Suksmadji
amilum dan selulosa, ampas tapioka juga masih (1983) dapat dirombak oleh hifa jamur kuping
mengandung sianida yang dapat menganggu menjadi glukosa yang nantinya digunakan
pertumbuhan miselium jamur tersebut. sebagai sumber energi. Energi yang terbentuk
selanjutnya digunakan untuk melakukan proses
Berat basah, berat kering, kadar air pertumbuhan. Pertumbuhan di sini meliputi
pertumbuhan hifa menjadi sekumpulan benang
Berat basah komplek yang disebut miselium serta
Menurut Foth (1994) berat basah pertambahan jumlah sel, ukuran serta perubahan
menunjukkan besarnya kandungan air dalam fungsi sehingga mampu menghasilkan produksi
jaringan atau organ selain bahan organik. Berat akhir yang berupa basidiokarp.
basah merupakan hasil pertumbuhan yang Hasil dari proses pertumbuhan dari jamur
dipengaruhi kondisi kelembaban yang berlaku kuping berupa basidiokarp. Basidiokarp
pada saat itu. Berat basah badan buah jamur mempunyai berat yang bervariasi tergantung
kuping selama 25 hari masa penumbuhan dari substrat yang tersedia serta faktor
disajikan pada Tabel 4. lingkungan. Rerata berat basah dengan medium
serbuk gergaji: ampas tapioka 3: 1 (P2)
Tabel 4. Berat basah (g) jamur kuping (Auricularia menghasilkan berat basah jamur kuping tertinggi
polytricha ) pada medium tumbuh serbuk gergaji dan
sebesar 36,690 g sedangkan medium tanpa
ampas tapioka dengan penambahan pupuk urea
selama 25 hari masa penumbuhan.
penambahan ampas tapioka (P0) memberikan
berat basah terendah sebesar 17,569 g.
Konsentrasi urea
Medium Rerata Berat kering
U0 U1 U2 U3 U4
P0 26,24a 24,76a 11,38a 12,91a 12,56a 17,569A Berat kering dipandang sebagai akumulasi
P1 27,57a 35,37a 27,76a 35,98a 22,26a 29,789AB senyawa organik yang dihasilkan di dalam
P2 45,33a 37,11a 28,92a 19,55a 52,53a 36,690B metabolisme sel (Sitompul dan Guritno, 1995).
Rerata 33,047 32,416 29,116 22,814A 22,689A
A A A
Berat kering merupakan hasil dari proses
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pertumbuhan setelah dihilangkan kandungan
pada perlakuan atau rerata (pada kolom atau baris airnya untuk mengetahui bobot sebenarnya.
yang sama) menunjukkan tidak beda nyata.
Berat kering badan buah jamur kuping selama 25
hari masa penumbuhan ditampilkan pada Tabel 5.
48 Bioteknologi 5 (2): 43-50, Nopember 2008

Tabel 5. Berat kering (g) jamur kuping (Auricularia jamur kuping. Pemberian pupuk urea dengan
polytricha ) pada medium tumbuh serbuk gergaji dan konsentrasi bervariasi meningkatkan kandungan
ampas tapioka dengan penambahan pupuk urea air dari basidiokarp jamur kuping, akan tetapi
selama 25 hari masa penumbuhan.
peningkatan tersebut tidak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata. Demikian halnya
Konsentrasi urea
Medium Rerata kombinasi perlakuan secara keseluruhan tidak
U0 U1 U2 U3 U4
P0 7,517a 8,780a 6,713a 3,180a 2,747a 5,787B memperlihatkan pengaruh berbeda nyata dalam
P1 7,620a 7,077a 8,543a 5,993a 3,340a 6,515B meningkatkan kadar air basidiokarp jamur
P2 12,547a 7,840a 7,197a 6,107a 13,263a 9,391B kuping.
Rerata 9,228A 7,889A 7,484A 5,093A 6,450A
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama Tabel 6. Kadar air (%) jamur kuping (Auricularia
pada perlakuan atau rerata (pada kolom atau baris polytricha ) pada medium tumbuh serbuk gergaji dan
yang sama) menunjukkan tidak beda nyata. ampas tapioka dengan penambahan pupuk urea
selama 25 hari masa penumbuhan.

Analisis variasi data pada Tabel 5 Konsentrasi Urea


Medium Rerata
menunjukkan perlakuan medium dan U0 U1 U2 U3 U4
P0 71,57a 60,17a 40,72a 67,37a 68,74a 61,714B
penambahan urea berbagai konsentrasi tidak
P1 72,80a 58,97a 70,77a 80,17a 84,89a 73,521B
menunjukkan beda nyata. Pemberian pupuk P2 58,61a 71,02a 63,54a 60,36a 74,43a 65,593B
urea dengan konsentrasi meningkat ternyata Rerata 67,661A 63,386A 58,343A 69,301A 76,021A
menghasilkan berat kering jamur kuping relatif Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama
sama. Rerata medium perlakuan meskipun tidak pada perlakuan atau rerata (pada kolom atau baris
berbeda nyata dalam menghasilkan berat kering yang sama) menunjukkan tidak beda nyata.
namun terlihat adanya kecenderungan pola yang
semakin naik perolehan berat kering yang Kadar air berpengaruh terhadap bentuk
dihasilkan. Meskipun demikian secara morfologi dari badan buah jamur kuping.
keseluruhan kombinasi perlakuan tidak Adanya sifat gelatinasi dari tubuh buah jamur
berpengaruh meningkatkan berat kering kuping dapat menyebabkan bentuk
basdiokarp jamur kuping. morfologinya mengembang dan mengecil.
Perolehan berat kering tertinggi terdapat Menurut Schenck and Dudley, (1999) ketika
pada perlakuan medium serbuk gergaji: ampas kondisi lingkungan kurang lembab
tapioka konsentrasi urea 10 g (P2U4) sedang basidiokarpnya akan mengecil dan ketika
berat kering terendah terjadi pada perlakuan kelembaban lingkungan cukup tinggi
medium tanpa ampas tapioka konsentrasi urea basidiokarp akan kembali ke bentuk semula.
10 g (P0U4), perlakuan menggunakan medium Kandungan nutrien jamur kuping menurut
serbuk gergaji: ampas tapioka 3: 1 dengan Ges (2003) basidiokarp jamur kuping 84- 87%
konsentrasi urea 10 g (P2U4) ternyata dapat mengandung karbohidrat berupa pati. Menurut
memberikan nutrisi yang cukup untuk diolah Winarno (1991) pati memiliki sifat gelatinasi,
oleh jamur kuping dijadikan produk proses gelatinasi dapat terjadi jika pati dilarutkan
pertumbuhan berupa basidiokarp dengan berat dalam air (rehidrasi) pada suhu tertentu. Apabila
kering terbesar dibandingkan perlakuan lain. energi kinetik molekul-molekul air menjadi lebih
kuat daripada daya tarik menarik antar molekul
Kadar air pati di dalam granula, air dapat masuk ke dalam
Air merupakan pelarut senyawa organik yang butir-butir pati. Hal inilah yang menyebabkan
terdapat di dalam sel dan air merupakan salah bengkaknya granula tersebut.
satu molekul yang mempengaruhi proses
metabolisme. Kadar air di dalam badan buah Kadar protein
jamur kuping ditampilkan pada tabel 6 Jamur merupakan makanan yang mempunyai
Setelah dilakukan analisis variasi pada data kandungan gizi tinggi. Selain mengandung
kadar air tabel 6 sebagaimana terlihat pada sumber vitamin dan mineral, jamur memiliki
masing-masing perlakuan medium tidak kandungan protein lebih tinggi dibandingkan
menunjukkan adanya beda nyata dalam sayuran dan buah (Chang and Miles, 1989).
mempengaruhi kadar air jamur kuping. Setiap Kadar protein basidiokarp jamur kuping
medium perlakuan memberikan pengaruh yang ditampilkan pada Tabel 7.
relatif sama akan kadar air dalam tubuh buah
IRIANTO dkk. – Pertumbuhan, Protein dan Sianida Auricularia polytricha 49

Tabel 7. Kadar protein (%) jamur kuping (Auricularia Sianida


polytricha ) pada medium tumbuh serbuk gergaji dan Sianida terdapat di dalam Manihot esculenta
ampas tapioka dengan penambahan pupuk urea berupa linamarin dan lotaustralin yang
selama 25 hari masa penumbuhan. keduanya terikat oleh ikatan glikosida
sianogenik. Menurut Bradbury and Holloway
Konsentrasi urea Rerata
Medium
U0 U1 U2 U3 U4
(1988) enzim ektra seluler linamarase yang
P0 4,497a 4,973a 5,461a 4,406a 4,155a 4,699B terdapat dalam Manihot esculenta dapat memecah
P1 4,312a 3,901a 4,561a 4,186a 4,782a 4,348B ikatan glikosida sianogenik dari linamarin
P2 5,057a 4,917a 5,243a 5,368a 3,789a 4,875B menjadi glukosa dan sianohidrin. Kadar sianida
Rerata 4,622A 4,597A 5,088A 4,654A 4,242A jamur kuping dapat dilihat pada tabel 8.
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama
pada perlakuan atau rerata (pada kolom atau baris Tabel 8. Kadar sianida (%) pada mediun tumbuh
yang sama) menunjukkan tidak beda nyata. serbuk gergaji dan ampas tapioka dengan
penambahan pupuk urea selama 25 hari masa
Berdasarkan analisis variasi dari data tabel 7 penumbuhan.
kadar protein jamur kuping tidak memberikan
pengaruh berbeda nyata. Penambahan pupuk Medi- Konsentrasi urea Rerata
um U0 U1 U2 U3 U4
urea dari konsentrasi 0 g; 2 g; 4 g; 8 g; dan10 g
P0 0,0237de 0,0167e 0,0161e 0,0159e 0,0157e 0,0176C
tidak memberikan pengaruh yang signifikan
P1 0,0382cde 0,0298cde 0,0969ab 0,0466bcde 0,0457bcde 0,0514B
terhadap peningkatan kadar protein jamur P2 0,0821abc 0,0787abcd 0,1281a 0,1281a 0,0951ab 0,1024A
kuping hal ini dikarenakan menurut Lehninger Rerata 0,0480A 0,0417A 0,0804A 0,0635A 0,0522A
(1982) sumber N yang berfungsi utama sebagai Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama
penyusun asam amino diperlukan dalam jumlah pada perlakuan atau rerata (pada kolom atau baris
relatif kecil. Sintesis asam amino di dalam sel yang sama) menunjukkan tidak beda nyata berdasar
diatur oleh adanya sistem pengendali umpan uji DMRT taraf 5%.
balik sehingga asam amino yang di sintesis tidak
berlebih ataupun kurang.
Tabel 7. menunjukkan bahwa rerata Berdasarkan analisis variasi pada tabel 8
perlakuan dengan memberikan urea 4 g (U2) pemberian pupuk urea dengan berbagai
pada medium tumbuh menyebabkan kadar konsentrasi tidak berbeda nyata dalam
protein tertinggi sebesar 5,008% sedangkan menurunkan kadar sianida sedangkan perlakuan
perlakuan yang memiliki kadar protein terendah medium untuk seluruh perbandingan
adalah urea pada konsentrasi 10 g (U4) sebesar memberikan pengaruh yang berbeda nyata
4,242%, sehingga pada pemberian urea 4 g (U2) terhadap kadar sianida basidiokarp jamur
asam α-ketoglutarat mampu mengubah NH4+ kuping. Demikian halnya kombinasi perlakuan
menjadi asam glutamat secara efektif. Perlakuan secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap
medium dengan berbagai perbandingan serbuk kadar sianida.
gergaji dan ampas tapioka tidak menunjukkan Dari tabel 8 terlihat rerata kadar sianida
perbedaan yang nyata atas kadar protein jamur untuk perbandingan serbuk gergaji ampas
kuping. tapioka 3: 1 (P2) menghasilkan kandungan
Perbandingan dari medium tanpa ampas sianida tertinggi, hasil tersebut dikarenakan
tapioka (P0); serbuk gergaji ampas tapioka 3,5: perlakuan (P2) mempunyai bagian ampas
0,5 (P1) dan 3: 1 (P2) ternyata tidak memberikan tapioka yang lebih banyak dibandingkan dua
kontribusi untuk peningkatan kadar protein perlakuan lainnya yaitu 1 kg ampas tapioka.
karena pupuk urea hanya mensuplai unsur N Kandungan ampas tapioka ternyata bukan saja
dan pembentukan asam amino selain karbohidrat tetapi juga mengandung sianida
memerlukan sumber N juga unsur sulfur (S). (Tabrani dkk, 2001). Senyawa sianida merupakan
Unsur sulfur akan di reduksi menjadi sulfit zat yang terikat dalam ikatan sianogenik
melalui serangkaian reaksi reduksi, sulfit yang glikosida dalam bentuk sianohidrin. Linamarin
terbentuk akan terikat dengn serin dan mempunyai struktur kerangka atom yang sama
membentuk sistein (Griffin, 1981). Secara dengan glukosa namun pada linamarin salah
keseluruhan kombinasi perlakuan tidak satu karbonnya terikat oleh sianohidrin.
menunjukkan pengaruh beda nyata Perlakuan serbuk gergaji: ampas tapioka 3,5:
meningkatkan kadar protein basidiokarp jamur 0,5 (P1) dengan urea yang bervariasi
kuping. menghasilkan kadar sianida yang berbeda,
50 Bioteknologi 5 (2): 43-50, Nopember 2008

perlakuan dengan menambahkan urea 4 g Balai Penelitian dan Pengembangan Industri. 1985. Laporan
Penelitian Peningkatan Mutu Industri Kecil Tapioka.
(P1U2) memberikan kadar sianida tertinggi
Semarang: Balai Penelitian dan Pengembangan Industri.
sebesar 0,0969%. Pemberian urea 4 g (U2) pada Balai Penelitian dan Pengembangan Industri. 1997. Laporan
medium serbuk gergaji ampas tapioka (P1U2) Teknologi Pengolahan Air Buangan Industri Tapioka.
dapat memecah ikatan glikosida sianogenik dan Semarang: Balai Penelitian dan Pengembangan Industri.
Bradbury, J.H and Holloway, W.D. 1988. Chemistry of Tropical
sianohidrin yang terdapat di medium sehingga Root Crops: Significance for Nutrition and agriculture in The
menambah kandungan sianida jamur kuping pacific. Australia: International Agricultural Research
akan tetapi setelah ditambahkan urea dengan Canberra.
konsentrasi lebih dari 4 g (U2) ternyata Chang, S.T and Miles, P.G. 1989. Edible Mushroom and Their
Cultivation. Florida: CRC Press
menurunkan kadar sianida. Engelstad, O.P. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk.
Menurut Engelstad (1997) bahwa hidrolisis (diterjemahkan oleh Hadjar, D.G.) Yogyakarta: Gajah
urea dapat membentuk amonium (NH4+) yang Mada University Press.
bersifat asam dan amonia cenderung basa. Foth, H.D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. (diterjemahkan oleh
Soenartono Adisoemarto). Jakarta: Penerbit Airlangga
Sianohidrin dalam suasana alkalis menurut Ges, R. 2003. Mushroom of The Month: Auricularia.
Bradbury and Holloway (1988) mudah terurai WWW.psms.org
menjadi sianida bebas. Pada medium serbuk Griffin, D.H. 1981. Fungal Physiology. New York: John Willey
gergaji: ampas tapioka 3: 1 (P2) kadar sianida and Sons
Heinrichs, E.A., Chelliah, S., Valencia, S.L., Arceo, M.B.,
tertinggi dalam jamur kuping diperoleh untuk Fabellar, L.T., Aquino, G.B. and Pickin, S. 1981. Manual for
medium yang diberikan penambahan urea 4 g Testing Insecticides on Rice Phillippines: International Rice
(P2U2) dan 8 g (P2U4) sebesar 0,1281%. Research Institute.
Penambahan urea sebanyak 4 g (U2) dan 8 g (U3) Kurniawati, I. 1995. Kandungan Protein dan Pertumbuhan Jamur
Tiram Putih [Pleurotus ostreatus (Jacq. ex. Fr) Kummer]
mampu memecah ikatan glikosida sianogenik Pada Medium dengan Pemberian Pupuk Urea. [Skripsi].
dan sianohidrin lebih banyak namun setelah Yogyakarta: Fak. Biologi UGM.
diberikan penambahan urea 10 g (U4) ternyata Lehninger, A.L. 1982. Dasar-dasar Biokimia jilid I.
menurunkan kandungan sianida dalam jamur (diterjemahkan oleh Maggy Thenawidjaja). Jakarta:
Penerbit Erlangga.
kuping. Marsono, Y dan Suksmadji, B. 1983. Pemanfaatan Limbah
Singkong Untuk Substrat Penanaman Jamur Merang
(Volvariellla volvacea). Yogyakarta: Fakultas Teknologi
KESIMPULAN Pertanian UGM.
Regina, K. 1992. "Budidaya Jamur Kayu". Jakarta: Trubus
no.271. Juni TH.XX111
Perbandingan serbuk gergaji: ampas tapioka Rudiyati, LS. 1991. Kandungan Mineral dan Protein Jamur
3: 1 dengan penambahan pupuk urea tidak Kuping (Auricularia auricularia Judae) Pada serbuk Gergaji
signifikan meningkatkan pertumbuhan jamur Kayu Sengon (Albizia falfata Backer), Mahoni (Swietenia
kuping berupa berat basah, berat kering dan macrophylla King) dan Jati (Tectona grandis L.f).
[Skripsi]. Yogyakarta: Fak. Biologi UGM.
kadar air. Perbandingan serbuk gergaji: ampas Schenck, S. and Dudley, S.N. 1999. Wood Ear (Pepeiao)
tapioka 3: 1 dengan penambahan pupuk urea Production Inforest Understory. WWW. Hawaii.Org /harc.
tidak signifikan meningkatkan kandungan Sitompul, S.M dan Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan
protein jamur kuping. Perbandingan medium Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sneel, F.D and Sneel,T.T, 1973. Colorimetric Methods of Analysis
serbuk gergaji: ampas tapioka 3: 1 dengan 3thed, Vol II, Toronto: Company, Inc.
penambahan pupuk urea signifikan Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. 1984. Prosedur
meningkatkan kandungan sianida jamur kuping Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:
dan penambahan urea 4 g dan 8 g menghasilkan Penerbit Liberty.
Tabrany,H., E. Kusumanti., Suron., TE. Setiatin., B. Waluyo.,
kadar sianida tertinggi sebesar 0,1281%. HE dan Prasetyono. 2001. Pemanfaatan Limbah Onggok
dengan Biofermentasi dalam meningkatkan Daya Gunanya
sebagai Pakan Ternak.www. yahoo.com
DAFTAR PUSTAKA Winarni. 1995. Optimasi Medium Serbuk Gergaji Kayu Sengon
(Albizia falfata L) Untuk Pertumbuhan Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus Jack. Ex Fr. Krummer). Skripsi.
Amri, K. 2001. www. suara merdeka. com
Yogyakarta: Fak. Biologi UGM.
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi Ed.5. Jakarta:
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Вам также может понравиться