Вы находитесь на странице: 1из 7

Berbagi Pengetahuan

Rabu, 29 Desember 2010

Pelajaran Fiqih Kelas XI Semester 1


SEMESTER I.
A. HUKUM PEMBUNUHAN
a. Pengertian Pembunuhan adalah melenyapkan nyawa seseorang sehingga
menjadi mati, baik disengaja atau tidak sengaja, baik menggunakan alat atau tidak
menggunakan alat.

b. Dasar Hukum Larangan Membunuh Larangan membunuh

ini ditegaskan Allah SWT dalam QS. Al-Isra: 33, yang Artinya: “Dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan
suatu alasan yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya
Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu
melampaui batas dalam membunuh dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang
yang mendapat pertolongan”. Ketegasan tentang larangan ini juga terdapat dalam
hadits Rasul yang berbunyi: “Pembunuhan dan yang terbunuh masuk neraka”. (HR.
Bukhari-Muslim) Siapapun yang terlibat dalam kasus pembunuhan, mulai dari
perencanaan, penyedia alat, pengatur teknik, dan sebagainya diancam dengan
hukuman berat. Sebagaimana hadits Rasul berikut: Artinya: ”Barangsiapa menolong
membunuh seseorang muslim meskipun dengan sepotong kata, maka di antara kedua
matanya akan tertulis ungkapan (tidak ada harapan untuk memperoleh rahmat Allah)”.
Namun ada beberapa hal yang dianggap boleh untuk membunuh, seperti terdapat
dalam Sabda Nabi saw. yaitu: Artinya: “Tidak halal membunuh seorang muslim kecuali
tiga hal: kufur sesudah beriman, berzina setelah berkeluarga, dan membunuh
seseorang tanpa alasan yang benar karena semata berbuat zalim dan permusuhan”.
(HR. Muslim).

c. Macam-macam Pembunuhan dan Hadnya

1. Pembunuhan sengaja (qatl al-amd), hadnya adalah qishash. Pembunuhan ini


dilakukan seseorang dengan menggunakan alat yang lazim dipergunakan untuk
membunuh, alat yang bisa membunuh, dan membunuh dengan menggunakan anggota
badan. Pembunuhan yang disengaja ini umumnya telah direncanakan sebelumnya.
Contohnya adalah membunuh dengan pisau, senjata api, pengeboman, racun dan
sebagainya. Adapaun pembunuhan yang disengaja, namun tidak menggunakan alat
yang lazim untuk membunuh, seperti membunuh menggunakan tongkat, dipukul
dengan batu dan dicambuk dengan cemeti. Sedangkan membunuh dengan anggota
badan, seperti mencekik korban dengan tangan, mengiinjak-nginjak korban, dan
sebagainya. Pembunuhan tanpa alat contohnya adalah mengurung korban dan
membiarkannya tanpa diberi makan dan minum, sehingga korban dapat mati lemas.

2. Pembunuhan seperti disengaja ( qatl Syibh al-’Amd), hadnya adalah membayar diyat
berat secara tunai oleh pelaku. Pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang dengan
alat yang diperkirakan tidak mungkin akan menyebabkan kematian, dan pelaku tidak
berniat untuk membunuh. Contoh kasus adalah memukul seseorang dengan sandal dan
tiba-tiba korban mati. Atau seseorang mendorong temannya kebelakang, lalu jatuh dan
kemudian mati. 3. Pembunuhan tidak sengaja (qatl al-khata’), hadnya adalah diyat dan
kafarat. Pembunuhan ini dilakukan tanpa ada niat dan kesengajaan oleh pelakunya.
Seperti menembak hewan buruan di hutan, tetapi yang terkena adalah manusia, atau
melempar buah mangga yang ada di pohon, namun alat untuk melempar tersebut
terkena orang lain sehingga mengalami kematian.

d. Hukuman Bagi Pembunuh Setiap pelaku pembunuhan

tidak akan pernah lepas dari jeratan hukum, diantaranya adalah hukum agama,
karena keadilan harus diteggakkan dengan baik dan benar. Ada beberapa bentuk
hukuman bagi pelaku pembunuhan yang disesuaikan dengan motifnya, yaitu:

1. Qishash Jenis hukuman qishahs ini yaitu hukuman bunuh yang ditimpakan kepada
pelaku pembunuhan dengan sengaja (hukuman setimpal) dan tidak dimaafkan oleh
keluarga korban.

2. Diyat Hukuman ini adalah denda berupa benda atau uang yang dikenakan kepada
pelaku pembunuhan yang sengaja namun dimaafkan oleh keluarga korban, atau
pembunuhan sperti disengaja dan juga pembunuhan seperti disengaja.

3. Kaffarat Kaffarat karena pembunuhan yaitu memerdekakan hamba sahaya atau


berpuasa dua bulan berturut-turut. Kaffarat ini dikenakan pada pelaku pembunuhan
yang disengaja, tidak disengaja dan seperti disengaja.

e. Hikamah Larangan Membunuh Beberapa hikmah

yang dapat diambil dari pelarangan tersebut, di antaranya adalah: - Agar


manusia tidak berbuat semena-mena kepada manusia yang lain. - Manusia mampu
menempatkan dirinya pada kedudukan makhluk yang bermartabat dan berkepribadian
mulia. - Menjaga keselamatan dan keamanan jiwa dan raga manusia.

B. QISHASH
a. Defenisi Qishash
Qishash adalah ketentuan tentang kejahatan yang dibalas dengan perlakuan serupa
atau memberikan perlakuan yang sama terhadap pelaku tindak pidana, sebagaimana
yang dilakukannya pada korban. Pelaksanaan hukum qishash diserahkan kepada hakim,
supaya mendapatkan hasil putusan yang adil dan tidak boleh menghakimi sendiri.
Kecuali kalau keluarga korban memaafkan atau oleh anggota keluarga yang terbunuh,
sehingga qishash tidak dapat dimaafkan.

b. Dasar Hukum Qishahs Pelaksanaan hukum qishash

didasarkan pada al-Quran dan al-Hadits. Allah SWT berfirman: Artinya: “Hai orang-
orang yang beriman, diwajibkan atas kamu (hukum) qishash berkenaan dengan orang-
orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka;hamba dengan hamba;
wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat sebagian keampunan dari
saudaranya (ahli waris yang terbunuh), maka hendaklah ia membalas kebaikan itu
dengan cara yang baik.
Dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf
dengan cara yang baik pula. Yang tersebut itu ialah suatu keringanan dan rahmat
Tuhanmu”. (QS. Al Baqarah: 178). Perbuatan membunuh termasuk pada golongan dosa
besar yang tak diampuni oleh Allah SWT. Sebagaimana Nabi SAW bersabda: Artinya:
”Setiap dosa ada harapan Allah akan mengampuninya, kecuali seorang laki-laki yang
mati dalam keadaan syirik atau seseorang membunuh seorang mukmin dengan
sengaja”. (HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Hakim). Sedangkan hadits yang
diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., Nabi SAW. bersabda: Artinya: ”Sesungguhnya
lenyapnya dunia akan lebih mudah bagi Allah daripada (hilangnya dosa) seseorang
yang membunuh orang Islam”. (HR. Nasa’i dan Tirmidzi) Balasan yang setimpal akan
dikenakan pada pelaku pembunuhan, yaitu neraka. Sebagaiman difirmankan Allah
dalam QS. An-Nisa”:93 berikut ini: Artinya: ”Dan barangsiapa yang membunuh
seseorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka jahanam, kekal ia di
dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab
yang besar baginya”.

c. Syarat-syarat qishash

Hukuman qishash wajib dilaksanakan apabila memenuhi syarat-syarat sebagaimana


di bawah ini:

1. Pelaku pembunuhan sudah baligh dan berakal. Rasulullah bersabda: Artinya: Dari
Aisyah, nabi SAW bersabda: ”Diangkat hukum (tidak terkena hukuman) dari tiga
perkara: orang tidur hingga ia bangun, anak-anak hingga ia dewasa, dan orang gila
hingga ia sembuh dari gila.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

2. Pembunuhan disengaja. Artinya pembunuhan yang dilakukan karena tidak ada unsur
kesengajaan atau seperti sengaja tidak dapat dikenakan qishash.
3. Pembunuh bukan orangtua terbunuh. Tidak ada kewajiban qishash bagi pelaku
pembunuhan jika ia adalah orang tua dari korban. Rasulullah SAW bersabda: Artinya:
Dari Umar bin Khattab ra. diterangkan: Aku pernah mendengar Rasulullah SAW : ”Tidak
boleh orang tua diqishash sebab (membunuh) anaknya.” (HR. Tirmidzi).

4. Korban adalah terpelihara darahnya. Artinya korban tersebut adalah bukan orang
jahat (orang baik-baik). Pembunuhan yang dilakukan karena pembelaan diri atas
dirinya, maka tidak ada qishash baginya. Sabda Rasulullah SAW: Artinya: ”Orang Islam
tidak dibunuh karena membunuh orang kafir.” (HR. Bukhari).

5. Orang yang dibunuh sama derajatnya. Contohnya adalah orang Islam dengan orang
Islam, merdeka dengan merdeka, perempuan dengan perempuan dan budak dengan
budak. Allah SWT berfirman: Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan
orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita.” (QS. Al Baqarah:
178).

6. Ada bukti dan 2 orang saksi.

7. Qishash dilakukan dalam hal yang sama Umpamanya adalah jiwa dengan jiwa, mata
dengan mata, telinga dengan telinga, kakki dengan kaki dan sebagainya.

d. Pembunuhan oleh Massa Pembunuhan

yang dilakukan secar sengaja oleh sekelompok orang (lebih dari satu), maka
semuanya harus diqishash. Semua yang terlibat dalam pembunuhan dikenakan
hukuman qishash. Keterlibatan tersebut adalah orang yang membunuh korban, yang
menyediakan alat untuk membunuh, yang membiayai, yang membantu dengan
pikirannya, dan lain-lain. Dalam suatu riwayat diterangkan: Artinya: Dari Said bin
Musayyab bahwa Umar RA. Telah menghukum bunuh lima atau enam orang yang telah
membunuh seorang laki-laki secar tipuan di tempat sunyi. Kemudian ia berkata:
”Andaikata semua penduduk Sun’a secara bersama-sama membunuhnya, niscaya akan
aku bunuh mereka semuanya.” (HR. Syafi’i). Ali bin Abi Thalib pernah mengqishash tiga
orang yang bekerja sama membunuh seseorang. Bahkan Mughirah pernah
mengqishash tujuh orang yang bersekongkol melakukan pembunuhan. Ibnu abbas
berpendapat: ”Kalau saja sekelompok orang membunuh seseorang mereka harus
dibunuh meskipun jumlahnya 100 orang dengan cara yang sama”. Imam Malik
menyatakan: ”Menurut kami semua laki-laki merdeka yang bersekongkol membunuh
seorang laki-laki terkena hukuman qishash, jika pembunuhan itu disengaja. Demikian
pula dengan para wanita yang bekerjasama membunuh wanita, semuanya harus
diqishash. Semua hamba sahaya yang membunuh hamba sahaya, maka semuanya
mendapatkan qishash.”

e. Hikmah Pelaksanaan hukum qishash


ini mengandung hikmah dan manfaat bagi kehidupan manusia. Sebagaimana
ditegaskan dalam al Qur’an: Artinya: ”Dan hukum qishash itu ada (jaminan
kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.”
(QS. Al baqarah: 179).

Diantara hikmah itu adalah:

1. Sebagai media ancaman agar manusia takut melakukan pembunuhan dan


penganiayaan, sehingga
2. berkurangnya tindakan kriminal dan terciptanya kehidupan yang nyaman dan
tenteram.
3. Penegakan keadilan di tengah masyarakat (QS. Al-Maidah: 45).
4. Menghindari kemarahan dan dendam keluarga terbunuh.
5. Sebagai pelajaran bagi umat muslim

C. DIYAT
a. Defenisi Diyat

adalah sejumlah harta yang wajib diberikan kepada pihak korban sebagai
tebusan atau denda akibat tindakan kejahatan, baik pembunuhan maupun
penganiayaan (penghilangan salah satu anggota badan).

b. Dasar Hukum

QS. Al-Baqarah:178 dan QS. An-Nisa’: 92.

c. Sebab-sebab ditetapkan diyat

1. Pembunuh atau penganiaya telah dimaafkan oleh keluarga terbunuh atau keluarga
yang dirusak anggota tubuhnya.
2. pelaku melarikan diri sebelum qishash dan pembayaran diyatnya dibebankan kepada
keluarganya.
3. pembunuhan yang seperti disengaja
4. pembunuhan yang tidak disengaja.
5. Qishash anggota badan sukar dilaksanakan karena kesulitan menentukan ukuran
luka (dalam dan lebar luka).
6. Meninggalnya pelaku pembunuhan atau perusakan anggota tubuh.

c. Macam-macam Diyat Diyat dapat dibagai menjadi dua bagian

yaitu:

1. Diyat mughalladzah adalah diyat berat, terdiri atas 100 ekor unta, yaitu:
a). 30 ekor unta betina umur 3-4 tahun, b). 30 ekor unta betina 4-5 tahun, c). 40 ekor
unta betina yang hamil.
Diyat mughalladzah diwajibkan kepada:

a). Pelaku pembunuhan yang sengaja namun dimaafkan oleh keluarga korban, diyat ini
dibayarkan secara tunai. Diriwayatkan dari Amr bi syu’aib bahwa rasulullah SAW
bersabda: Artinya: ”Barang siapa membunuh dengan sengaja (hukumannya) harus
menyerahkan diri kepada keluarga terbunuh. Jika mereka (keluarga korban)
menghendaki, dapat mengambil qishash, dan jika mereka menghendaki (tidak
mengambil qishash), mereka dapat mengambil diyat berupa 30 ekor hiqqah, 30 eko
jadza’ah, dan 40 ekor khilfah.”

b). Pembunuhan seperti di sengaja. Dalam kasus pembunuhan seperti disengaja tidak
dapat dikenakan hukum qishash, tetapi membayar diyat sebagaimana ketentuan dalam
hadits di atas dengan sistem pembayaran selama tiga tahun, dan setiap tahunnya
sepertiga dari ketentuan di atas.

c). Pembunuhan tak sengaja yang dilakukan di tanah haram yaitu di kota Mekkah.

d). Pembunuhan yang tak sengaja diakukan di bulan2 haram, yaitu dzulqaedah,
dzulhidjah, muharram dan bulan rajab.

e). Pembunuhan yang tak disengaja terhadap muhrim, kecuali pembunuhan orang tua
terhadap anak. 1. diyat mukhafaffah (diyat ringan): 100 ekor unta, yaitu: - 20 ekor unta
betina 3-4 tahun, - 20 ekor betina 4-5 tahun, - 20 ekor unta betina umur lebih 2 tahun,
- 20 ekor unta jantan umur 2-3 tahun, dan 20 ekor unta betina umur - lebih dari 1
tahun.

d. Macam-macam Diyat selain Pembunuhan

1. Diyat penuh yaitu sama dengan diyat pembunuhan, yaitu 100 ekor unta. Diyat ini
berlaku bagi penghilangan sepasang tangan, kaki, lidah. Hidung, kemaluan, sepasang
mata, tempat keluarnya suara, penglihatan atau merusak pendengaran.

2. Diyat setengah, yaitu diyat berupa 50 ekor unta. Diyat ini berlaku bagi penghilangan
salah satu organ tubuh yang berpasangan.

3. Diyat sepertiga, yaitu bagi mereka yang melukai kepala sampai botak, luka badan
sampai perut.

4. Diyat 15 ekor unta, jika meluai sampai mengakibatkan putusnya jari tangan maupun
jari kaki.

5. Diyat 5 ekor unta, jika luka sampai menanggalkan sebuah gigi. (HR. Abu Dawud:
”Tiap-tiap satu gigi diyatnya 5 ekor unta”.)

f. Hikmah diyat
1. mencegah kejahatan terhadap jiwa dan raga manusia.
2. Sebagai pelipur lara bagi korban atau keluarga korban.
3. Terciptanya ketenangan dan ketentraman dalam masyarakat.
4. memberikan kesempatan pembunuh untuk bertobat.
5. mendidik jiwa pemaaf.

D. KAFFARAT
a. Defenisi Kafarat

adalah tebusan dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang telah ditentukan oleh


syariat Islam karena melakukan kesalahan atau pelanggaran yang diharamkan Allah.

b. Macam-macam Kafarat

1. kafarat karena pembunuhan


2. kafarat karena melanggar sumpah.
3. kafarat karena membunuh binatang buruan pada waktu
melaksanakan ihram
4. kafarat karena zhihar, yaitu menyerupakan istri dengan ibunya (suami).
5. kafarat karena melakukan hubungan intim suami istri di siang hari
pada bulan Romadhon.
6. kafarat Ila’ Kafarat bagi pembunuh adalah memerdekakan hamba
sahaya atau berpuasa dua bulan berturut-turut.

c. Hikmah Kaffarat

1. membuat manusia jera dan menyesali perbuatannya.


2. manusia lebih mendekatkan diri kepada Allah.
3. memberikan ketenangan kepada pembunuh.

Diposting oleh Fitri_Fachrunn di 18.46


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke Twitt

Вам также может понравиться