Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TESIS
Oleh
THESIS
By
TESIS
Oleh
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Dekan
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya ialah dengan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Namun program pelayanan kesehatan yang diselenggarakan pemerintah
belum sepenuhnya sesuai dengan faktor sosiodemografi, sosioekonomi dan
kebutuhan masyarakat. Di Kecamatan Medan Kota ditemukan sarana pelayanan
kesehatan yang beragam sehingga perlu dikaji pencarian pengobatan yang dilakukan
masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor sosiodemografi,
sosioekonomi dan kebutuhan masyarakat terhadap perilaku pencarian pengobatan di
Kecamatan Medan Kota dilakukan terhadap 138 orang kepala keluarga sebagai
sampel. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara
statistik mengunakan uji regresi logistik ganda pada α = 5%.
Hasil penelitian faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan,
pengetahuan dan sikap), faktor sosioekonomi (pekerjaan dan penghasilan) dan faktor
kebutuhan yang dirasakan berpengaruh terhadap pencarian pengobatan di Kecamatan
Medan Kota. Faktor kebutuhan paling dominan memengaruhi pencarian pengobatan
dengan nilai signifikan 0,000 dan nilai regresi logistik 8,564.
Disarankan peningkatan pengetahuan serta perubahan sikap tentang
penyakit dan pencarian pengobatan bagi masyarakat, melalui penyuluhan serta
sosialisasi program kesehatan, sehingga setiap masyarakat yang mengalami gangguan
kesehatan akan berupaya mencari pengobatan. Tenaga kesehatan supaya memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas bimbingan
dan karuniaNya, penulisan tesis ini dapat di selesaikan dengan baik. Penyusunan tesis
Medan.
kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-
besarnya kepada :
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
4. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
penguji tesis
5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
7. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2
Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
8. Camat Medan Kota beserta seluruh staf yang telah mengizinkan dilakukan
penelitian di wilayahnya.
10. Seluruh penduduk Kecamatan Medan Kota yang telah bersedia menjadi
Universitas Sumatera Utara, khususnya pada Minat Studi Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku
Partio Wenna Manurung, Titian Asnita Manurung serta seluruh keluarga yang telah
pendidikan S2 ini.
Tiomarni Lumban Gaol lahir di Medan tanggal 12 Oktober 1962. Anak dari
pasangan bapak Alm. M. Lumban Gaol dan Ibu E. Banjarnahor. Penulis anak
Pendidikan formal penulis dimulai dari SD St. Antonius Medan selesai tahun
1974, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Medan selesai tahun
1977, pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Negeri 5 Medan selesai
Universitas Darma Agung Medan selesai tahun 1985, Akta III di IKIP Medan selesai
Medan selesai tahun 2001. Pendidikan S2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................................ i
ABSTRACT ............................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xi
LAMPIRAN ............................................................................................................ 72
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
RI, 2009).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan
kesehatan. Adapun yang dimaksud pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
pemerintah Indonesia mencantumkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal, oleh karena itu pemerintah
jumlah sarana pelayanan kesehatan yang semakin bertambah serta jenis, metode serta
semakin beragam.
Respons tersebut antara lain : (1) tindakan mengobati sendiri, (2) mencari pengobatan
dokter praktek.
kesehatan digolongkan oleh beberapa ahli dalam beberapa model, salah satu dari
adalah (1). fakor sosio kultural, meliputi norma dan nilai yang ada di masyarakat, dan
teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan; (2) faktor organisasi, meliputi
meliputi kebutuhan yang dirasakan, dipengaruhi: faktor sosio demografi, faktor sosio
psikologis, dan faktor epidemiologis penyakit; selain itu ada faktor lain yang
dirasakan oleh konsumen (felt need) dan kebutuhan yang diukur menurut pendapat
oleh faktor sosio demografi dan faktor sosio psikologis. Kebutuhan yang dirasakan
psikologis individu terhadap suatu pelayanan kesehatan. Felt need timbul bila
mengambil keputusan untuk mencari pelayanan kesehatan atau tidak. Ekspresi dari
banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah kesesuaian dengan kebutuhan
oleh besar kecilnya kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat yang sebenarnya
barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan untuk menggunakan pelayanan
(Tjiptoherijanto, 2008).
masyarakat menghendaki agar status kesehatannya dapat lebih optimal. Untuk itu
gunakan serta dikaitkan dengan faktor demografi serta faktor sosioekonomi yang
Penelitian Setyawan (2007) yang menyatakan ada hubungan antara sikap dan
itu pencarian pengobatan juga berkaitan dengan faktor-faktor pendukung antara lain
pengobatan serta konsep sehat dan sakit yang dimiliki oleh masyarakat. Menurut
WHO (1999) salah satu faktor yang menyebabkan. seseorang berperilaku dalam hal
pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah sumber daya dan sumber dana yang dimiliki
pengobatan. Demikian juga penelitian Assegaf, dkk (2010) yang dimuat pada jurnal
pengobatan oleh ibu untuk anaknya yang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut
selanjutnya pengobatan sendiri sebesar 23,08% dan masih ada ibu yang memilih
sebesar 50,85%, Rumah Sakit sebesar 13,56%, dan dokter/bidan praktek sebesar
35,59%.
Dairi Sumatera Utara menyimpulkan secara umum pola pencarian pengobatan yang
memiliki pengetahuan dan tekhnik khusus dalam meramu obat yang sesuai terhadap
buku, sehingga dapat menambah pustaka bangsa dan dapat dikembangkan maupun
jenis sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di sekitarnya. Oleh karena itu pada
wilayah yang banyak tersedia sarana pelayanan kesehatan seperti : puskesmas, rumah
sakit pemerintah dan swasta, balai pengobatan serta praktek dokter, maka pilihan
Kecamatan Medan Kota merupakan salah satu wilayah di Kota Medan yang
Medan Kota (2011) bahwa di wilayah tersebut terdapat 17 unit sarana pelayanan
kesehatan, terdiri dari : 3 unit puskesmas, 6 unit rumah sakit swasta, 4 unit balai
pengobatan umum dan 4 unit balai kesehatan ibu dan anak. Dengan keragaman sarana
yang dideritanya.
Hasil survei pendahuluan yang dilakukan penulis pada Januari 2013 terhadap
Kota jika dikaji dari aspek konsep sehat-sakit sebenarnya sudah baik, karena
sakit. Namun dalam kajian ini peneliti mencoba untuk merumuskan permasalahan
pengobatan tersebut akan dikaji mengacu kepada teori pola pencarian pengobatan
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku masyarakat dalam
pelayanan kesehatan yang dikehandaki masyarakat saat ini, serta dapat dibuat suatu
dilakukan pada wilayah yang terdapat sarana pelayanan kesehatan yang beragam dan
hal ini dapat diwakili oleh Kecamatan Medan Kota yang terdapat 17 unit sarana
pelayanan kesehatan.
1.2 Permasalahan
2013 ?
1.4 Hipotesis
2013.
selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Levey dan Loomba dalam Ilyas (2003), yang dimaksud dengan
pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau
(Ilyas, 2003).
sebagai berikut:
a. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action). Dengan alasan
antara lain : (a) bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan
atau kerja mereka sehari-hari, (b) bahwa tanpa bertindak apapun simptom atau
gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Hal ini menunjukkan
kurang ramah kepada pasien, (d) takut disuntik dokter dan karena biaya mahal.
b. Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan yang sama seperti telah
diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat
tersebut sudah percaya dengan diri sendiri, dan merasa bahwa berdasarkan
pelayanan kesehatan yang tersedia, (2) adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap
pelayanan kesehatan yang ada dan (3) adanya kebutuhan pelayanan kesehatan.
2.2 Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam tiga
kelompok :
b. Struktur sosial, seperti : tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan
sebagainya.
b. Sumber daya masyarakat, seperti : jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada,
jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk
Andersen semakin banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka tingkat
kebutuhan. Penilaian individu ini dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu :
paling dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya
dokter yang merawatnya, yang tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan dan
a. Faktor Sosiokultural yang terdiri dari : (1) norma dan nilai sosial yang ada di
b. Faktor Organisasi yang terdiri dari : (1) ketersediaan sumber daya. Yaitu sumber
daya yang mencukupi baik dari segi kuantitas dan kualitas, sangat mempengaruhi
tempat diukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan.
umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah keluarga dan status sosial
ekonomi, (b) faktor sosio psikologis, yaitu persepsi sakit, gejala sakit, dan
keyakinan terhadap perawatan medis atau dokter, (c) faktor epidemiologis,
(2) Faktor yang berhubungan dengan petugas kesehatan yang terdiri dari :
(a) faktor ekonomi, yaitu adanya barang substitusi, serta adanya keterbatasan
dari petugas kesehatan yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, keahlian
2.3 Perilaku
dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata.
Sedangkan menurut Morgan perilaku tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku
luas, yaitu perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (innert
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons,
maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
a. Pengetahuan (Knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
langsung atau orang lain yang sampai kepada seseorang (Notoatmodjo, 2003).
1. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat,
kondisi fisik.
2. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
3. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode
dalam pembelajaran.
yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang didapat dari pendidikan
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan menjadi salah satu
kesehatan. Jika masyarakat tahu apa saja pelayanan puskesmas, maka kemungkinan
masyarakat akan menggunakan fasilitas kesehatan juga akan berubah seiring dengan
b. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman, atau dari
orang yang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan kita dengan sesuatu, atau
komponen pokok :
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal reference) merupakan faktor
penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada
pertimbangan-pertimbangan individu.
positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan
4. Sosial budaya (Culture), berperan besar dalam memengaruhi pola pikir seseorang
dan fasilitas pelayanan kesehatan yang lain juga disebabkan sikap atau persepsi dan
konsep masyarakat sendiri tentang sakit (Azwar, 2009). Persepsi sakit merupakan
yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama. Green (1980) dalam
individu untuk melakukan kegiatan, bila persepsi seseorang telah benar tentang sakit
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
ada dalam diri manusia dan dorongan ini merupakan salah satu usaha untuk
memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia dan dengan adanya dorongan
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan
penyakit, Perilaku peningkatan kesehatan dan Perilaku gizi (makanan dan minuman).
Menurut Karl dan Cobb yang dikutip oleh Foster dan Anderson (2005)
membuat perbedaan di antara tiga tipe yang berkaitan dengan perilaku kesehatan,
yaitu :
1. Perilaku kesehatan yaitu suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang
hal ini mencakup mendapatkan pengobatan dari ahli terapi yang tepat.
merit goods. Margolis (1982) dalam Tjiptoherijanto (2008) mengatakan merit goods
ini adalah setiap bentuk pengeluaran masyarakat yang nampaknya secara umum dapat
merupakan fungsi dari need terhadap kesehatannya sendiri, dengan didasari oleh
Pembahasan mengenai need yang perlu digaris bawahi adalah bahwa tidak
seluruh need akan dapat dipenuhi, dengan demikian akan terdapat sebuah ranking
need dalam pengertian ceteris paribus. Kita akan lebih memilih satu need untuk
dipenuhi dibanding need yang lain, bila need yang dipilih tadi akan memberikan
manfaat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dipilih tetapi
kemungkinan untuk memenuhi suatu need merupakan fungsi dari biaya dan manfaat
yang terkandung dibelakangnya yaitu biaya dan manfaat yang lebih besar. Need
bukan merupakan sesuatu yang absolut maupun terbatas. Need adalah sesuatu yang
dinamis dan cenderung untuk terus tumbuh bersama dengan berjalannya waktu dan
dalam kasus ini pertumbuhan need tersebut akan bisa dilihat merupakan sebagian dari
mempertimbangkan berbagai cara untuk memenuhi need (dengan segala akibat yang
ditimbulkannya) dan pengakuan akan adanya keterbatasan sumber daya serta dapat
juga merupakan bentuk dasar bagi alokasi sumber daya. Pada umumnya akan lebih
suatu pelayanan kesehatan tertentu. Mengingat need dapat memberikan dasar yang
cukup bagi pengambilan keputusan yang tepat. Alokasi sumber daya sektor kesehatan
tetap kurang efisien tanpa adanya beberapa koreksi yang menyangkut, pertama
penyatuan kesepakatan tentang benefits value yang sering masih berbeda antara satu
orang dan yang kedua menyangkut informasi yang benar tentang segi biayanya.
masyarakat sering dikatakan berada dalam keadaan membutuhkan (in need), namun
seringkali apa yang dimaksud dengan need tidak jelas. Spek dan Bradshaw dalam
Tjiptoherijanto (2008), telah mencoba untuk membuat suatu kerangka pikir tentang
Formula Spek melibatkan tiga kelompok yaitu masyarakat, ahli medis, dan
perorangan untuk menjawab pertanyaan : ”Apakah seseorang itu sakit?” dan ”apakah
mengatakan ada empat definisi yang berbeda mengenai need yang lazim digunakan
kesehatan yang berada di bawah definisi desirable oleh para ahli. (standar
desirable disini bisa saja bervariasi antara satu ahli dengan yang lain).
b. Felt Need terjadi manakala masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan, hal ini
(permintaan disini tidak harus selalu seperti apa yang didefinisikan oleh para
ekonom yang mencakup persoalan wiilingness to pay dan ability to pay terhadap
pelayanan kesehatan).
kelompok yang lain dengan status kesehatan yang identik itu ternyata
masyarakat yang tercermin dari gambaran pola penyakit. Dengan demikian untuk
menentukan perkembangan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan dapat mengacu
Adapun tuntutan kesehatan adalah sesuatu yang subjektif, oleh karena itu
derajat kesehatan, karena sifatnya yang subjektif, maka tuntutan terhadap kesehatan
banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah kesesuaian dengan kebutuhan
oleh besar kecilnya kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat yang sebenarnya
(Jefkins, 2002).
mengkonsumsi barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan yang disertai
kemampuan untuk membeli barang dan jasa dan keinginan yang tidak disertai
atau pelayanan kesehatan setelah benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa. Hal ini
sebagai fokus penelitian ini mengacu kepada teori pola pencarian pengobatan yang
dikemukakan oleh Anderson dan Green dalam Notoatmodjo (2007) yang secara
umum mencakup seluruh aspek, maka dalam penelitian ini difokuskan pada aspek
dirasakan).
Sosiodemografi
- Umur
- Jenis Kelamin
- Pendidikan
- Pengetahuan
- Sikap
Perilaku pencarian
Pengobatan
Sosioekonomi
- Pekerjaan
- Penghasilan
METODE PENELITIAN
kebutuhan) terhadap variabel terikat (perilaku pencarian pengobatan) pada saat yang
bersamaan.
wilayah tersebut ditemukan sarana pelayanan kesehatan yang bervariasi untuk dipilih
masyarakat, yaitu 17 unit sarana pelayanan kesehatan, terdiri dari : 3 unit puskesmas,
6 unit rumah sakit swasta, 4 unit balai pengobatan umum dan 4 unit balai kesehatan
Pelaksanaan penelitian selama 6 bulan dari bulan Januari sampai Juni 2013
3.3.1 Populasi
Kota. Besar sampel (sample size) ditentukan menggunakan rumus penentuan besar
sampel uji hipotesis data proporsi satu populasi dengan rumus sebagai berikut:
2 PQ
n=
d2
Keterangan:
n : Besar sampel minimal yang diperlukan
α : Taraf kemaknaan 10% (1,96)
P : Proporsi di populasi yang sakit (10%) berdasarkan data kesakitan
penduduk tahun 2012.
Q : 1 - 0,10 = 0,90
d : Limit dari error atau presisi absolut (5%)
b. Pernah mengalami sakit dalam 1 bulan terakhir dan memanfaatkan salah satu
yang telah ditetapkan (sampel bersyarat), misalnya untuk Kelurahan Pasar Baru,
diambil 7 KK dari 1.043 KK yang ada, caranya adalah: peneliti mencari sampel pada
setiap lingkungan, sehingga diperoleh sampel yang menyebar dan mewakili setiap
Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara secara langsung
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden tentang pribadi atau hal-hal yang perlu diketahui. Metode ini digunakan
yang terdapat di kuesioner secara lisan pada responden. Dalam penelitian ini
kuesioner yang digunakan adalah kuesioner semi terbuka dengan pilihan jawaban dan
alasan.
3.4.2 Data Sekunder
Dalam penelitian ini data sekunder berupa data jumlah penduduk Kecamatan
Medan Kota, serta data tentang gambaran umum wilayah penelitian serta data lainnya
Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas dan
reliabilitas. Untuk itu kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba pada 30 orang
penduduk di Kecamatan Medan Kota yang tidak terpilih menjadi sampel penelitian.
kondisi yang sebenarnya di lapangan, maka dilakukan uji validitas terhadap kuesioner
yang telah dipersiapkan, dengan melihat nilai koefisien korelasi item pertanyaan
dengan total nilai pertanyaan pada setiap variabel (corrected item total correlation).
Item pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid apabila nilai corrected item total
yang telah dipersiapkan dengan formula cronbach alpha. Item pertanyaan dalam
kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai cronbach alpha > 0,6 (Arikunto, 2006).
Hasil uji coba kuesioner terhadap 30 orang untuk menguji validitas dan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
ini diukur melalui indikator : (a) umur, (b) jenis kelamin, (c) pendidikan,
Kebutuhan ini diukur melalui indikator kebutuhan dengan indikator penyakit yang
rumah sakit, balai pengobatan dan praktek dokter akan dinyatakan sebagai perilaku
pencarian pengobatan yang baik, sedangkan jika tidak berobat atau mencari
Analisis data yang akan digunakan meliputi tahapan analisis univariat yaitu
analisis untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing masing variabel, dimana
hasil penelitian dilakukan interpretasi data dari item pertanyaan dengan cara
menghitung jawaban menggunakan komputer. Setiap item yang dijawab diberi nilai
dikategorikan dalam 2 kelompok (baik dan tidak baik). Uji regresi logistik dilakukan
Dimana
administratif terbagi atas 12 kelurahan dan 146 lingkungan. Kecamatan Medan Kota
merupakan daerah perdagangan dan jasa, hal ini ditandai dengan adanya 7 unit pasar
tradisional, 5 unit pasar modern (plaza atau mall) dan 128 unit toko grosir.
tinggi. Sarana pelayanan kesehatan di Kecamatan Medan Kota antara lain 17 unit
terdiri dari : 3 unit puskesmas, 6 unit rumah sakit swasta, 4 unit balai pengobatan
pengetahuan dan sikap tentang pencarian pengobatan, seperti diuraikan berikut ini
Tabel 4.1 Distribusi Reponden Menurut Umur di Kecamatan Medan Kota
Tahun 2013
paling tinggi, yaitu 23 tahun sampai 61 tahun. Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui
responden berumur 23-42 tahun sebanyak 112 orang (81,2%) sedangkan yang
banyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 125 orang (90,6%) sedangkan responden
banyak adalah SMA yaitu sebanyak 51 orang (37,0%) sedangkan responden dengan
jika menderita sakit tetapi tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa
orang (51,4%). Responden yang menyatakan salah jika menderita sakit kemudian
salah jika menderita sakit kemudian membeli obat-obat ke warung obat merupakan
yang menyatakan benar jika menderita sakit kemudian berobat ke balai pengobatan
(59,4%). Responden yang menyatakan benar jika menderita sakit kemudian berobat
orang (52,2%). Responden yang menyatakan benar jika menderita sakit kemudian
SS S TS STS Jumlah
N
Sikap
o
n % n % n % n % n %
1 Tidak bertindak atau tidak
melakukan kegiatan pada saat 0 0.0 0 0.0 53 38.4 85 61.6 138 100,0
menderita sakit
2 Melakukan pengobatan sendiri
pada saat menderita akit 0 0.0 0 0.0 83 60.1 55 39.9 138 100,0
3 Mencari pengobatan ke
fasilitas-fasilitas pengobatan 2 1.4 2 1.4 84 60.9 50 36.2 138 100,0
tradisional saat menderita sakit
4 Membeli obat-obat ke warung
obat saat menderita sakit 20 14.5 74 53.6 26 18.8 18 13.0 138 100,0
SS S TS STS Jumlah
No Sikap
n % n % n % n % n %
8 Mencari pengobatan ke
praktek dokter saat menderita 71 51.4 48 34.8 12 8.7 7 5.1 138 100,0
sakit
tidak setuju jika tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa jika menderita
menyatakan sangat setuju mencari pengobatan ke rumah sakit saat menderita sakit
skor pendidikan, pengetahuan dan sikap sebagaimana telah ditentukan dalam aspek
tentang pencarian pengobatan terbanyak adalah kategori sedang yaitu 114 orang
responden dengan jenis pekerjaan paling sedikit adalah PNS/ TNI/ Polri/ Pensiunan
orang (14,5%).
banyak adalah > Upah Minimum Kota Medan (Rp. 1.650.000) yaitu sebanyak 75
Ya Tidak Jumlah
No Kebutuhan
n % n % n %
1 Menderita sakit yang ringan sehingga
mencari pengobatan ke sarana 46 33.3 92 66.7 138 100,0
pelayanan kesehatan
2 Menderita sakit yang sedang sehingga
mencari pengobatan ke sarana 82 59.4 56 40.6 138 100,0
pelayanan kesehatan
3 Menderita sakit yang berat sehingga
mencari pengobatan ke sarana 117 84.8 21 15.2 138 100,0
pelayanan kesehatan
pengobatan jika menderita sakit yang ringan sebanyak 46 orang (33,3%), responden
menyatakan mencari pengobatan jika menderita sakit yang sedang sebanyak 82 orang
(59,4%), responden menyatakan mencari pengobatan jika menderita sakit yang berat
dikategorikan :
a. Tinggi : jika responden mencari pengobatan pada saat sakit ringan, sedang
maupun berat
b. Sedang : jika responden mencari pengobatan pada saat sakit sedang maupun
berat
c. Rendah : jika responden mencari pengobatan pada saat sakit berat atau parah
adalah batuk yaitu sebanyak 40 orang (29,0%) sedangkan jenis penyakit paling
(8,0%).
setelah menderita sakit lebih dari 3 hari sebanyak 70 orang (49,3%) sedangkan
responden yang mencari pengobatan setelah menderita sakit lebih dari 1-3 hari
anjuran kunjungan ulang sebanyak 46 orang (33,3%) sedangkan responden yang tidak
suatu sarana pelayanan kesehatan namun tidak sembuh berdasarkan Tabel 4.17 paling
banyak ke rumah sakit yaitu sebanyak 49 orang (35,5%) yaitu responden yang
sebelumnya membeli obat sendiri sebanyak 7 orang dan rumah sakit 42 orang.
Pencarian pengobatan ke luar negeri sebagai pilihan jika tidak sembuh setelah
berkualitas.
sakit, balai pengobatan dan praktek dokter, sedangkan kategori tidak baik jika tidak
terbanyak adalah kategori baik yaitu 94 orang (68,1%) sedangkan paling sedikit
rumah sakit, balai pengobatan dan praktek dokter) atau pencarian pengobatan tidak
baik jika tidak berobat atau mencari pengobatan ke alternatif terkait dengan tingkat
kebutuhan berdasarkan tingkat keparahan (ringan, sedang dan berat) penyakit yang
Penyakit
Pencarian
Ringan Sedang Berat
Pengobatan
n % n % n %
Dibiarkan saja 7 100.0 0 0.0 0 0.0
Alternatif 1 11.1 4 44.4 4 44.4
Puskesmas 0 0.0 5 100.0 0 0.0
Rumah sakit 2 4.5 17 38.6 25 56.8
Balai pengobatan 1 6.3 4 25.0 11 68.8
Praktek dokter 3 9.1 24 72.7 6 18.2
Beli obat sendiri 9 37.5 9 37.5 6 25.0
ringan lebih banyak yang melakukan pencarian pengobatan dengan cara membeli
obat sendiri yaitu 9 orang (37,5%). Responden yang menderita sakit sedang lebih
(72,7%), sedangkan responden responden yang menderita sakit berat atau parah lebih
(56,8%).
Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,015 < 0,05 menunjukkan ada
Medan Kota.
Kota yang mempunyai faktor sosioekonomi kategori baik lebih banyak mencari
tidak baik.
Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,006 < 0,05 menunjukkan ada
Medan Kota.
Kota yang mempunyai faktor kebutuhan kategori baik lebih banyak mencari
Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 menunjukkan ada
Medan Kota.
maupun secara bersama-sama. Hasil analisis regresi logistik ganda dapat dilihat pada
kebutuhan sebesar 8,564. Dilihat dari setiap variabel maka diketahui faktor kebutuhan
pengobatan di Kecamatan Medan Kota sebesar 45,0% seperti yang ditunjukkan nilai
Negelkerke R Square = 0,450 (lampiran 5), selebihnya dijelaskan faktor lain yang
PEMBAHASAN
sebanayak 114 orang (82,6%), persentase ini lebih besar dibandingkan responden
dengan faktor sosiodemografi kategori baik maupun kurang. Hasil analisis pencarian
Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 7,690 pada analisis multivariat, artinya bahwa
baik lebih besar 7 sampai 8 kali untuk melakukan pencarian pengobatan dengan baik
yang mempunyai sosiodemografi yang baik, yaitu tingkat pendidikan tinggi (Diploma
dan Sarjana), pengetahuan yang baik tentang kesehatan serta mempunyai sikap yang
positif tentang kesehatan mencari pengobatan dengan kategori baik pada saat
menderita suatu penyakit atau gangguan kesehatan, yaitu dengan cara berobat ke
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit balai pengobatan atau praktek
dokter. Sebaliknya yang mempunyai sosiodemografi yang tidak baik yaitu tingkat
pendidikan rendah (SD, SMP dan SMA), pengetahuan yang tidak baik tentang
kesehatan serta mempunyai sikap yang negatif tentang kesehatan akan mencari
pengobatan pada saat menderita suatu penyakit atau gangguan kesehatan mencari
pengobatan dengan kategori tidak baik, yaitu dengan cara berobat ke pelayanan
Faktor sosiodemografi lain yang dikaji dalam penelitian ini menyangkut umur
dan jenis kelamin. Hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang berumur
23-40 tahun sebanyak 81,2%, hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berada pada usia produktif, sehingga jika menderita suatu penyakit atau
seperti biasanya. Dengan demikian upaya pencarian pengobatan pada responden yang
berusia 23-40 tahun dilakukan dengan segera sehingga tingkat produktifitasnya dalam
Jenis kelamin responden lebih banyak laki-laki (90,6%), hal ini terkait dengan
sampel penelitian ini didasarkan pada Kepala Keluarga (KK) sehingga proses
wawancara dilakukan kepada kepala rumah keluarga (bapak) pada setiap keluarga.
Namun ditemukan sebanyak 9,4% keluarga yang pada saat dilakukan wawancara,
dalam suatu keluarga biasanya merupakan keputusan dari kepala keluarga, oleh
karena itu tingkat pemahaman kepala keluarga tentang konsep sehat sakit serta
cukup bervariasi dari SD sampai Perguruan Tinggi dan sebagian besar responden
secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pola pikir. sudut
diterimanya. Dengan latar belakang pendidikan masyarakat yang berbeda ini akan
lemah antara pekerjaan ibu dengan tindakan pertama pengobatan bayi, pengaruh
cukup kuat terjadi antara persepsi penyakit dengan tindakan pengobatan pertama,
lemah juga terjadi antara pekerjaan ibu dan persepsi tentang penyakit dengan jenis
obat pertama dimanfaatkan. Pengaruh cukup kuat terjadi antara persepsi pengobatan
modern dan pengalaman pengobatan modern dengan jenis obat yang pertama
dapat memprediksi jenis pengobatan dan obat yang pertama dimanfaatkan. Untuk
meningkatkan pengobatan pada tenaga kesehatan dan penggunaan obat modern perlu
ada distribusi tenaga kesehatan pada semua desa dengan menyediakan obat yang
memadai. Untuk mengurangi resiko pengobatan tradisional maka perlu ada wadah
bahwa hasil analisa bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur,
suspek malaria.
dengan demikian pihak rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan harus
mempertahankan layanan yang baik dan cocok untuk pasien, melakukan kerja sama
masyarakat.
dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya pengalaman, serta sarana informasi. Secara
teori bahwa pengetahuan tidak hanya didapat secara formal melainkan juga melalui
pengalaman. Selain itu pengetahuan juga didapat melalui sarana informasi yang
tersedia di rumah, seperti radio dan televisi. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga sehingga penggunaan pancaindra terhadap suatu
berkaitan dengan pengetahuan tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar
Notoatmodjo (2003) perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
yang terkategori cukup bisa menghentikan perilaku berobat ke pengobatan non medis
seseorang dalam berobat, hal ini dapat dilihat bahwa ada responden yang dianjurkan
tinggi mempunyai kepatuhan tinggi dalam menjalani pengobatan, akan tetapi dapat
juga responden dengan pendidikan rendah mempunyai kepatuhan yang tinggi dalam
menjalani pengobatan. Hal ini dapat terjadi mengingat bahwa individu adalah sosok
corak dan cara kebiasaannya itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas dan
masih ditemukan responden yang menyatakan setuju jika dibiarkan saja saat
menderita sakit, sebaliknya masih ada juga responden yang tidak setuju mencari
Sesuai pendapat Soejoeti (2005) bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan
mau mengadopsi perilaku baru yaitu: (1) kesiapan psikologis ditentukan oleh tingkat
pengetahuan, kepercayaan, (2) adanya tekanan positif dari kelompok atau individu
dan (3) adanya dukungan lingkungan. Dijelaskan juga oleh Green (2000) bahwa
mewujudkan sikap menjadi perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau
terwujud dalam bentuk dukungan keluarga, tetangga, dan tokoh masyarakat. Hasil
penelitian ini sama dengan hasil penelitian Supardi, dkk (2002) yang menyatakan
Sikap dapat dianggap sebagai suatu predisposisi umum untuk berespons atau
bertindak secara positif atau negatif terhadap suatu objek atau orang disertai emosi
positif atau negatif. Dengan kata lain sikap perlu penilaian. Ada penilaian positif,
negatif dan netral tanpa reaksi afektif apapun, umpama tertarik kepada seseorang,
benci terhadap suatu iklan, suka makanan tertentu. Ini semua adalah contoh sikap.
memengaruhi perilaku dan relasi dengan orang lain. Untuk bersikap harus ada
penilaian sebelumnya. Sikap bisa baik atau tidak baik. Perasaan sering berakar dalam
sikap dan sikap dapat diubah. Sikap biasanya sedikit atau banyak berhubungan
dengan kepercayaan. Dalam beberapa hal sikap merupakan akibat dari suatu
faktor sosioekonomi yaitu faktor pekerjaan dan penghasilan, yang bekerja sebanyak
118 orang (85,5%) dan yang penghasilannya > UMK Kota Medan (Rp. 1.650.000)
sosioekonomi diperoleh p =0,006 < 0,05, yang menunjukkan bahwa ada hubungan
Kecamatan Medan Kota. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 3,387 pada analisis
faktor sosioekonomi yang baik lebih besar 3 sampai 4 kali untuk melakukan
sosioekonominya kurang.
mencari pengobatan ke pelayanan non nakes. Variabel lain yang berhubungan dengan
perilaku pencarian pengobatan adalah usia balita, tempat tinggal keluarga, biaya
pengobatan dan beratnya gejala penyakit. Usia anak lebih tua dan tempat tinggal anak
kesehatan. Gejala lain dari ISPA, seperti badan panas, bernapas cepat dapat
sedang dan kurang. Kesenjangan tersebut dapat dilihat dari persentase responden
sebesar 31,9%. Meskipun responden di Kecamatan Medan Kota telah memiliki kartu
Medan Sehat tetapi tidak bersedia untuk berobat ke pelayanan kesehatan pemerintah
(puskesmas).
asuransi, masyarakat lebih memilih untuk mengabaikan keluhan kesehatan yang ada
lainnya mengenai akibat dari penyakit yang diderita mereka apabila mereka tidak
kesehatan tersebut. Alasan lainnya adalah responden belum sempat untuk pergi
berobat ke pelayanan kesehatan dikarenakan mereka harus bekerja, dan apabila
dilakukan keluarga pada saat adanya gejala penyakit, ditemukan bahwa individu
penyakit.
ada alasan lain disamping biaya perawatan kesehatan, yaitu adanya celah diantara
kelas sosial dan budaya dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Seseorang yang
berasal dari kelas sosial menengah ke bawah merasa diri mereka lebih rentan untuk
terkena penyakit dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kelas atas. Sebagai
hasilnya mereka yang berpenghasilan rendah lebih tidak mungkin untuk mencari
pengobatan penyakit.
faktor kebutuhan yang dirasakan pada kategori sedang sebanyak 63 orang (45,7%),
persentase ini lebih besar dibandingkan responden dengan faktor kebutuhan kategori
kebutuhan diperoleh p =0,000 < 0,05, yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
baik lebih besar 8 sampai 9 kali untuk melakukan pencarian pengobatan dengan baik
kesakitan yang dikeluhkan sendiri oleh individu yang bersangkutan. Status kesehatan
distribusi penyakit yang diderita responden dan keluarga paling banyak adalah batuk
kesehatan sebagian besar mencari pengobatan dengan membeli obat ke toko obat
(6,5%) dikarenakan mereka lebih percaya pada pengobatan tradisional daripada harus
tidak sembuh bila berobat di Puskesmas, selain itu adanya pandangan bahwa
status ekonomi dan kebutuhan akan pengobatan memiliki hubungan yang erat dengan
penentuan pemilihan pengobatan. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa variabel
status ekonomi dan kebutuhan, yang mana variabel kebutuhan merupakan faktor yang
Kesehatan individu dan status sosial ekonomi adalah determinan utama dalam
berupa pengobatan sendiri atau dengan bantuan pengobatan dari pelayanan kesehatan.
kesehatan yang ringan, dengan adanya upaya tersebut akan mengurangi beban dari
sendiri. Masalah kesehatan yang cukup serius sudah seharusnya ditangani secara baik
oleh pihak yang bertanggung jawab yaitu fasilitas pelayanan kesehatan. Penanganan
pembangunan kesehatan yang dilaksanakan menjadi tidak baik dan sebagai hasilnya
aktivitas pada penduduk sakit dengan upaya pencarian pertolongan pengobatan maka
dapat dilihat bahwa ada kecenderungan yang sama untuk melakukan pengobatan
sendiri baik pada penduduk sakit dengan atau tanpa gangguan aktivitas. Persentase
penduduk sakit tanpa gangguan aktivitas (58,4%) lebih besar dalam upaya pencarian
Sebaliknya pada penduduk sakit yang mencari pengobatan rawat jalan umumnya
lebih banyak dilakukan oleh penduduk sakit yang mengalami gangguan aktivitas
Lamanya terjadi gangguan aktivitas akibat sakit juga menjadi faktor penentu
mencari pengobatan, sesuai penelitian Handayani dkk (2003) bahwa dari lamanya
Dengan atau tanpa gangguan aktivitas untuk memilih penggunaan obat modern dalam
upaya pengobatan sendiri. Semakin lama gangguan aktivitas, kecenderungan
obat tradisional justru meningkat secara tajam pada gangguan aktivitas yang semakin
sendiri dengan obat modern adalah oleh karena ketersediaan obat modern yang
sampai ke pelosok dan dapat dibeli dengan bebas dengan harga terjangkau. Namun
bila dirasa tidak dapat menyembuhkan penyakitnya, mereka beralih kepada obat
tradisional. Pada upaya rawat jalan juga terjadi peningkatan tajam seiring dengan
semakin lamanya terjadi gangguan aktivitas, namun menurun kembali pada gangguan
lebih dari 14 hari. Hal ini mungkin terjadi karena keluarga pada awalnya menganggap
adanya gangguan aktivitas sebagai tanda beratnya penyakit sehingga harus dibawa ke
pengobatan setelah menderita sakit lebih dari 3 hari relatif lebih banyak dibandingkan
yang menderita sakit 1-3 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan kesesuaian dengan
penelitian Handayani dkk (2003) bahwa lamanya seseorang menderita sakit yang
pengobatan.
merasakan sakit (disease but no illness) tentunya tidak akan bertindak apa-apa
terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga
merasakan sakit, maka baru timbul berbagai macam perilaku dan usaha. Penelitian
Suchman dalam Handayani dkk (2003) tentang perilaku kesehatan dalam konteks
sosial budaya cukup memberi harapan, dan menyangkut hubungan yang bersifat
hipotesis antara orientasi kesehatan atau perilaku dengan hubungan sosial atau
struktur kelompok. Model Suchman yang terpenting adalah menyangkut pola sosial
dan perilaku sakit yang tampak pada cara orang mencari, menemukan, dan
melakukan perawatan.
Perlu diketahui bahwa hasil yang diperoleh seseorang pada tahap pengenalan
gejala penyakit (seperti juga pada tahap-tahap lainnya), berbeda satu sama lain.
Secara teoritis, setelah tahap pengalaman gejala hingga tahap mengira bahwa dirinya
sakit, terbuka beberapa alternatif yang dapat dipilih seseorang, misalnya menolak
anggapan bahwa dirinya sakit atau mengulur waktu mencari pertolongan medis.
Pada saat orang mengira bahwa dirinya sakit, maka orang akan mencoba
sendiri. Sementara itu pihak keluarga dan teman-teman dimintai nasehat, sistem
rujukan awam dapat mempengaruhi seseorang untuk berperan untuk berperan sakit,
sedangkan upaya mendiskusikan gejala itu dengan orang-orang terdekat atau “orang
mendapat kebebasan dari tuntutan dan tanggung jawab sosial tertentu. Selanjutnya,
kesehatan dapat membantu kebutuhan fisik dan psikologis pasien, dengan jalan
dipercaya dan menerima tindakan atau saran untuk pengobatan, dan bisa juga
menolaknya. Boleh jadi juga ia akan mencari informasi serta pendapat-pendapat dari
dalam penelitian ini adalah ada 14,5% responden yang menyatakan akan mencari
masih banyak digunakan oleh masyarakat ketika kedokteran modern tidak lagi bisa
bagi mereka. Fenomena ini terjadi akibat pengaruh yang kuat dari berbagai faktor
biaya pengobatan modern, distribusi pelayanan kesehatan yang tidak merata dan tidak
dirasakan secara pribadi oleh pasien. Secara sadar atau tidak, cara pengobatan ini
ada perbaikan atau kesembuhan yang dapat dibuktikan secara ilmiah. Bagi ilmu
pelayanan kesehatan unsur ini penting karena menentukan perilaku mencari sehat, di
samping itu pada dasarnya penyembuhan sebagian besar ditentukan oleh proses
penyembuhan diri (self healing), suatu paradigma dalam ilmu kedokteran yang sering
Seni Pengobatan Alternatif oleh Walcott (2004) menyebutkan bahwa ada beberapa
faktor berdasar alasan-alasan mengapa seseorang memilih atau tidak memilih suatu
kepercayaan dan kebudayaan, sosial dan demografi, agama serta geografi dan pribadi.
pengobatan alternatif. Faktor lain antara lain biaya ke dokter mahal, letak fasilitas
equity menurut Sen dalam Permatasari dan Rochmah (2007) yang menyatakan equity
dalam kesehatan menunjukkan bahwa idealnya setiap orang memiliki kesempatan
yang adil untuk memperoleh kesehatan yang sebaik-baiknya dan tidak dirugikan
yang berbeda seharusnya memperoleh pelayanan kesehatan yang sama sesuai dengan
kebutuhan yang sama, dan kualitas pelayanan yang sama untuk semua masyarakat
oleh kebutuhan kesehatan. Equity dapat dibagi menjadi dua yaitu equity horizontal
dan equity vertikal. Equity horizontal artinya orang dengan kebutuhan yang sama
vertikal merupakan alokasi dari sumberdaya yang berbeda untuk level kebutuhan
yang berbeda pula. Persamaan dan kesamaan harus diperlakukan sama dan
sebagai nilai yang harus relevan, ini berarti bahwa seseorang dengan kebutuhan yang
sama harus mendapatkan perlakuan yang sama (equity horizontal). Equity vertikal
6.1 Kesimpulan
1. Faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan
atau penyakit yang dirasakan perlu diobati akan berupaya mencari pengobatan
Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa saran yang perlu dijadikan
pertimbangan adalah :
3. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sejenis dengan
penelitian ini, diharapkan mengkaji faktor atau variabel yang lebih luas,
Andersen, 1994 Behavioral Model of Families Use of Health Services, Center for
Health Administration Studies, Research Series 25, the University of
Chicago.
Arikunto. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Assegaf, F; Romeo, P dan Marni, 2010. Studi Perilaku Pencarian Pengobatan oleh
Ibu dalam Menangani Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase Kota Kupang Tahun
2010, Jurnal MKM Vol.05 No.01 Desember 2010
Azwar, 2002, Sikap Manusia dan Pengukurannya, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Basir, A, 2006. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Minat Ulang Konsumen
Menggunakan Pelayanan Rawat Jalan di Klinik “ABA Medica“ Jepara,
Tesis. Universitas Diponegoro Semarang
Braveman, P., 2006. Health Disparities And Health Equity: Concepts and
Measurement. Annual Review of Public Health
Dinas Kesehatan Kota Medan, 2011. Profil Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun
2010, Medan.
Gordon, L., Zhao, Z., Cai, R. & Yamada, T., 2002. Equity in Health Care Acces to:
Acessing the Urban Health Insurance Reform in China. Social Science &
Medicine,
Green, L.W., 1980. Health Education Planning: a diagnostic approach. (1st edition).
California: Mayfield Publishing Company
Hediyati, S., 2001. Analisis Pola Pemanfaatan Kartu Sehat pada Program JPS-BK
oleh Keluarga Miskin dalam Mendapatkan Pelayanan Kesehatan di Jakarta
Timur Tahun 2001. Depok: Universitas Indonesia
Littik, S., 2008. Hubungan Antara Kepemilikan Asuransi Kesehatan dan Akses
Pelayanan Kesehatan di Nusa Tenggara Timur. MKM.
Maramis WF, 2006. Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Penerbit Airlangga
_________, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta.
Setyawan, EF, 2007, Perilaku Pencarian Pengobatan Pada Kelompok Ibu Rumah
Tangga di Desa Tirtonarto Kecamatan cawas Kabupaten Klaten (Skripsi) :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang.
Soejoeti SZ, 2005. Konsep Sehat, Sakit, dan Penyakit dalam Konteks Sosial,
Universitas Airlangga Surabaya
Susenas. 2010, Survei Sosial Ekonomi Nasional, Badan Pusat Statistik, Jakarta
KUESIONER
Pengaruh Faktor Sosiodemografi, Sosioekonomi dan Kebutuhan Terhadap Perilaku
Masyarakat dalam Pencarian Pengobatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013
No Responden :.....................................................
1. Nama : ………………………………….
I. Sosiodemografi
1. Umur :………………tahun
2. Pendidikan : 1. SD
2. SLTP
3. SLTA
4. Diploma
5. Sarjana
3. Pengetahuan
1. Menurut Bapak/Ibu jika menderita sakit tetapi tidak bertindak atau tidak
melakukan kegiatan apa-apa merupakan salah satu perilaku pencarian
pengobatan.
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
4. Sikap
1. Tidak bertindak atau tidak melakukan pengobatan apa-apa pada saat menderita
sakit
a. Sangat Setuju b.Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju
II. Sosioekonomi
1. Pekerjaan
1. Bekerja
a. PNS/ TNI/ Polri/ Pensiunan
b. Pegawai Swasta
c. Petani
d. Buruh
e. Wiraswasta/ Pedagang
2. Tidak bekerja
III. Kebutuhan
1. Bapak, Ibu atau anggota keluarga yang sakit dalam 1 bulan terakhir menderita
penyakit apa?
a. Batuk
b. Diare
c. Demam
d. Influenza
e. lain-lain, sebutkan………................
2. Berapa lama Bapak, Ibu atau anggota keluarga sakit baru mencari pengobatan?
…………………. hari
4. Pada saat Bapak/ Ibu atau anggota keluarga pergi berobat ke ………………..,
apakah ada dianjurkan untuk berkunjung kembali (kontrol ulang)?
a. Ya
b. Tidak
a. Pengetahuan
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.941 8
Item-Total Statistics
Scale Statistics
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.844 8
Item-Total Statistics
Scale Statistics
d. Pencarian Pengobatan
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.880 6
Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
pencarian1 7.73 4.754 .599 .875
pencarian2 7.73 4.547 .819 .839
pencarian3 7.80 4.717 .718 .855
pencarian4 7.77 4.875 .638 .867
pencarian5 7.90 4.576 .815 .840
pencarian6 7.57 4.530 .596 .880
Scale Statistics
Frequency Table
Umurk
Kerja
Hasil
Ksosek
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 2 1.4 1.4 1.4
Sedang 79 57.2 57.2 58.7
Baik 57 41.3 41.3 100.0
Total 138 100.0 100.0
tahu1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak tahu 1 .7 .7 .7
salah 79 57.2 57.2 58.0
benar 58 42.0 42.0 100.0
Total 138 100.0 100.0
tahu2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 3 2.2 2.2 2.2
Salah 71 51.4 51.4 53.6
Benar 64 46.4 46.4 100.0
Total 138 100.0 100.0
tahu3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 5 3.6 3.6 3.6
Salah 74 53.6 53.6 57.2
Benar 59 42.8 42.8 100.0
Total 138 100.0 100.0
tahu4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 1 .7 .7 .7
Salah 69 50.0 50.0 50.7
Benar 68 49.3 49.3 100.0
Total 138 100.0 100.0
tahu5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 4 2.9 2.9 2.9
Salah 64 46.4 46.4 49.3
Benar 70 50.7 50.7 100.0
Total 138 100.0 100.0
tahu6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 3 2.2 2.2 2.2
Salah 53 38.4 38.4 40.6
Benar 82 59.4 59.4 100.0
Total 138 100.0 100.0
tahu7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 1 .7 .7 .7
Salah 65 47.1 47.1 47.8
Benar 72 52.2 52.2 100.0
Total 138 100.0 100.0
tahu8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 3 2.2 2.2 2.2
Salah 62 44.9 44.9 47.1
Benar 73 52.9 52.9 100.0
Total 138 100.0 100.0
Sikap1
sikap4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju 18 13.0 13.0 13.0
Tidak setuju 26 18.8 18.8 31.9
Setuju 74 53.6 53.6 85.5
Sangat setuju 20 14.5 14.5 100.0
Total 138 100.0 100.0
sikap5
Ksodem
Butuh 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 92 66.7 66.7 66.7
Ya 46 33.3 33.3 100.0
Total 138 100.0 100.0
butuh2
Kbutuh
pencarian1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Batuk 40 29.0 29.0 29.0
Diare 37 26.8 26.8 55.8
Demam 19 13.8 13.8 69.6
Influenza 31 22.5 22.5 92.0
Sakit Kulit dan 11 8.0 8.0 100.0
Tulang/Sendi
Total 138 100.0 100.0
pencarian2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1-3 hari 68 49.3 49.3 49.3
> 3 hari 70 50.7 50.7 100.0
Total 138 100.0 100.0
pencarian3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dibiarkan saja 7 5.1 5.1 5.1
Pengobatan Alternatif 9 6.5 6.5 11.6
Puskesmas 5 3.6 3.6 15.2
Rumah sakit 44 31.9 31.9 47.1
Balai Pengobatan 16 11.6 11.6 58.7
Praktek Dokter 33 23.9 23.9 82.6
Beli Obat sendiri 24 17.4 17.4 100.0
Total 138 100.0 100.0
pencarian4
pencarian5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pengobatan Alternatif 20 14.5 14.5 14.5
Puskesmas 15 10.9 10.9 25.4
Rumah sakit 49 35.5 35.5 60.9
Balai Pengobatan 29 21.0 21.0 81.9
Praktek Dokter 23 16.7 16.7 98.6
Berobat ke Luar negeri 2 1.4 1.4 100.0
Total 138 100.0 100.0
Kpencarian
Crosstabs
Sosiodemografi * Pencarian Pengobatan
Crosstab
Kpencarian
Tidak Baik Baik Total
Ksodem Kurang Count 9 7 16
Expected Count 5.1 10.9 16.0
% within Ksodem 56.3% 43.8% 100.0%
Sedang Count 35 79 114
Expected Count 36.3 77.7 114.0
% within Ksodem 30.7% 69.3% 100.0%
Baik Count 0 8 8
Expected Count 2.6 5.4 8.0
% within Ksodem .0% 100.0% 100.0%
Total Count 44 94 138
Expected Count 44.0 94.0 138.0
% within Ksodem 31.9% 68.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Kpencarian
Tidak Baik Baik Total
Ksosek Kurang Count 2 0 2
Expected Count .6 1.4 2.0
% within Ksosek 100.0% .0% 100.0%
Sedang Count 31 48 79
Expected Count 25.2 53.8 79.0
% within Ksosek 39.2% 60.8% 100.0%
Baik Count 11 46 57
Expected Count 18.2 38.8 57.0
% within Ksosek 19.3% 80.7% 100.0%
Total Count 44 94 138
Expected Count 44.0 94.0 138.0
% within Ksosek 31.9% 68.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Crosstab
Kpencarian
Tidak Baik Baik Total
Kbutuh Kurang Count 32 20 52
Expected Count 16.6 35.4 52.0
% within Kbutuh 61.5% 38.5% 100.0%
Sedang Count 10 53 63
Expected Count 20.1 42.9 63.0
% within Kbutuh 15.9% 84.1% 100.0%
Baik Count 2 21 23
Expected Count 7.3 15.7 23.0
% within Kbutuh 8.7% 91.3% 100.0%
Total Count 44 94 138
Expected Count 44.0 94.0 138.0
% within Kbutuh 31.9% 68.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Logistic Regression
Model Summary
Classification Tablea
Predicted
Kpencarian Percentage
Observed Tidak Baik Baik Correct
Step 1 Kpencarian Tidak Baik 27 17 61.4
Baik 11 83 88.3
Overall Percentage 79.7
a. The cut value is .500