Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada awalnya. Namun, dari
semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era reformasi 1998 sampai saat ini
adalah sistem pemerintahan demokrasi. Meskipun masih terdapat beberapa kekurangan dan
tantangan disana sini. Sebagian kelompok merasa merdeka dengan diberlakukannya sistem
domokrasi di Indonesia. Artinya, kebebasan pers sudah menempati ruang yang sebebas-
bebasnya sehingga setiap orang berhak menyampaikan pendapat dan aspirasinya masing-
masing.

Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau negara yang dijalankan oleh
pemerintah. Semua warga negara memiliki hak yang setara dalam pengambilan keputusan
yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi
baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi social, ekonomi, dan budaya yang
memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.

Demokrasi Indonesia dipandang perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia.
Selain itu yang melatar belakangi pemakaian sistem demokrasi di Indonesia. Hal itu bisa
kita temukan dari banyaknya agama yang masuk dan berkembang di Indonesia, selain itu
banyaknya suku, budaya dan bahasa, kesemuanya merupakan karunia Tuhan yang patut kita
syukuri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Demokrasi?
2. Apa prinsip-prinsip Demokrasi ?
3. Apa saja bentuk-bentuk Demokrasi Indonesia?
4. Bagaimana perkembangan Demokrasi di Indonesia?
5.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari pengertian demokrasi secara terperinci.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk demokrasi lebih mendalam.
3. Untuk mengetahui demokrasi di Indonesia utamanya perkembangan demokrasi di
Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demokrasi

Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari Bahasa Yunani, “demos” berarti rakyat
dan “kratos/krate in” berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi berarti “rakyat berkuasa”.
Ada pula definisi singkat untuk istilah demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan atau
kekuasaan dari rakyat dan untuk rakyat. Namun demikian penerapan demokrasi di berbagai
Negara di dunia, memiliki ciri khas dan spesifikasi masing-masing, yang lazimnya sangat
dipengaruhi oleh ciri khas masyarakat sebagai rakyat dalam suatu Negara.

Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa pada tingkat
terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok mengenai
kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan Negara, karena kebijaksanaan tersebut
menentukan kehidupan rakyat. Jadi, Negara demokrasi adalah Negara yang diselenggarakan
berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi, yang
berarti suatu pengorganisasian Negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau asas
persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat.
Pengertian demokrasi menurut para ahli adalah sebagai berikut.

1. Abraham Lincoln, Demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat.
2. Kranemburg, Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos (rakyat)
dan kratos (pemerintahan). Jadi, demokrasi berarti cara memerintah dari rakyat.
3. Charles Costello, Demokrasi adalah sistem social dan politik pemerintahan diri dengan
kekuasaan-kekuasaan emerintah yang dibatasi hukum dan kebiasaan untuk melindungi
hak-hak perorangan warga negara.
4. Koentjoro Poerbopranoto, Demokrasi adalah negara yang pemerintahannya dipegang
oleh rakyat. Hal ini berarti suatu sistem dimana rakyat diikut sertakan dalam
pemerintahan negara.
5. Harris Soche, Demokrasi adalah pemerintahan rakyat karena itu kekuasaan melekat
pada rakyat.

Berdasar berbagai pengertian yang berkembang dalam sejarah pemikiran tentang demokrasi,
kita dapat mengkategorikan ada 3 (tiga) makna demokrasi yakni demokrasi sebagai bentuk
pemerintahan, demokrasi sebagai sistem politik dan demokrasi sebagai sikap hidup.

1. Demokrasi sebagai Bentuk Pemerintahan

Makna demokrasi sebagai suatu bentuk pemerintahan merupakan pengertian awal yang
dikemukakan para ahli dan tokoh sejarah, misalnya Plato dan Aristotoles. Plato dalam tulisannya
Republic menyatakan bahwa bentuk pemerintahan yang baik itu ada tiga yakni monarki,
aristokrasi, dan demokrasi. Menurutnya, demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana
pemerintahan itu dipegang oleh rakyat dan dijalankan untuk kepentingan rakyat banyak. Monarki
adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seseorang sebagai pemimpin tertinggi dan
dijalankan untuk kepentingan rakyat banyak. Aristokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang
dipegang oleh sekelompok orang yang memimpin dan dijalankan untuk kepentingan rakyat
banyak. Ketiganya dapat berubah menjadi bentuk pemerintahan yang buruk yakni tirani, oligarki
dan mobokrasi atau okhlokrasi. Tirani adalah suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh
seseorang sebagai pemimpin tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan pribadi. Oligarki adalah
suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok dan dijalankan untuk kelompok itu
sendiri. Sedangkan mobokrasi/okhlokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh
rakyat, tetapi rakyat tidak tahu apa-apa, rakyat tidak berpendidikan, dan rakyat tidak paham
tentang pemerintahan. Akhirnya, pemerintahan yang dijalankan tidak berhasil untuk kepentingan
rakyat banyak. Penyelenggaraan pemerintahan itu justru menimbulkan keonaran, kerusuhan,
kebebasan, dan kerusakan yang parah sehingga dapat menimbulkan anarki. Mobokrasi adalah
bentuk pemerintahan yang chaos.

2. Demokrasi sebagai Sistem Politik

Henry B Mayo (Mirriam Budiardjo, 2008: 117) menyatakan sistem politik demokrasi
adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas
oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala
yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya
kebebasan politik.

Samuel Huntington (1997: 6-7) menyatakan bahwa sistem politik di dunia ini ada dua
yakni sistem politik demokrasi dan sistem politik non demokrasi. Menurutnya, suatu sistem
politik disebut demokrasi apabila para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam
sistem itu dipilih melalui pemilihan yang jurdil. Di dalam sistem itu, para calon bebas bersaing
untuk memperoleh suara dan semua penduduk berhak memberikan suara. Sedangkan sistem
politik non demokrasi meliputi sistem totaliter, otoriter, absolut, rezim militer, sistem komunis,
dan sistem partai tunggal. Demokrasi sekarang ini merupakan lawan dari sistem politik otoriter,
absolut, dan totaliter. Ukuran yang membedakannya adalah prinsip-prinsip yang digunakan
dalam bernegara.

3. Demokrasi sebagai Sikap Hidup

Perkembangan berikutnya, demokrasi tidak hanya dimaknai sebagai bentuk pemerintahan


dan atau sistem politik, tetapi demokrasi dimaknai sebagai sikap hidup. Jika demokrasi sebagai
bentuk pemerintahan atau sistem politik maka hal itu lebih banyak berjalan pada tingkat
pemerintahan atau kenegaraan. Demokrasi tidak cukup berjalan di tingkat kenegaraan, tetapi
demokrasi juga memerlukan sikap hidup demokratis yang tumbuh dalam diri penyelenggara
negara maupun warga negara pada umumnya. demokrasi bukan sekedar suatu bentuk
pemerintahan ataupun sistem politik melainkan yang utama adalah suatu bentuk kehidupan
bersama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bentuk kehidupan yang
demokratis akan kokoh bila di kalangan masyarakat tumbuh nilai-nilai demokrasi. Demokrasi
sebagai sikap hidup didalamnya ada nilai-nilai demokrasi yang dipraktikkan oleh masyarakatnya
yang selanjutnya memunculkan budaya demokrasi.

2.2 Prinsip-Prinsip Demokrasi

Franz Magnis Suseno (1997: 58), menyatakan bahwa dari berbagai ciri dan prinsip
demokrasi yang dikemukakan oleh para pakar, ada 5 (lima) ciri atau gugus hakiki negara
demokrasi, yakni: negara hukum, pemerintah berada dibawah kontrol nyata masyarakat,
pemilihan umum yang bebas, prinsip mayoritas dan adanya jaminan terhadap hak-hak
demokratis.

Pendapat yang sejenis dikemukakan oleh Maswadi Rauf (1997: 14) bahwa demokrasi itu
memiliki dua prinsip utama demokrasi yakni kebebasan/persamaan (freedom/equality) dan
kedaulatan rakyat (people’ssovereignty).

1.1 Kebebasan/persamaan (freedom/equality)


Kebebasan dan persamaan adalah fondasi demokrasi.Kebebasan dianggap sebagai
sarana mencapai kemajuan dengan memberikan hasil maksimal dari usaha orang tanpa
adanya pembatasan dari penguasa. Jadi bagian tak terpisahkan dari ide kebebasan adalah
pembatasan kekuasaan kekuasaan penguasa politik. Persamaan merupakan sarana penting
untuk kemajuan setiap orang. Dengan prinsip persamaan, setiap orang dianggap sama,
tanpa dibeda-bedakan dan memperoleh akses dan kesempatan sama untuk
mengembangkan diri sesuai dengan potensinya. Demokrasi berasumsi bahwa semua
orang sama derajat dan hak-haknya sehingga harus diperlakukan sama pula dalam
pemerintahan.
1.2 Kedaulatan rakyat (people’s sovereignty)
Konsep kedaulatan rakyat pada hakekatnya kebijakan yang dibuat adalah
kehendak rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Mekanisme semacam ini akan mencapai
dua hal. Pertama, kecil kemungkinan terjadi penyalahgunaan kekuasaan dan kedua,
terjaminnya kepentingan rakyat dalam tugas tugas pemerintahan. Perwujudan lain konsep
kedaulatan adalah pengawasan oleh rakyat. Pengawasan dilakukan karena demokrasi
tidak mempercayai kebaikan hati penguasa. Betapapun niat baik penguasa, jika mereka
menafikan kontrol/kendali rakyat maka ada dua kemungkinan buruk pertama, kebijakan
mereka tidak sesuai dengan kebutuhan rakyat dan, kedua, yang lebih buruk kebijakan itu
korup dan hanya melayani kepentingan penguasa.

2.3 Bentuk Bentuk Demokrasi

Menurut Torres demokrasi dapat dilihat dari 2 aspek yaitu pertama, formal Democracy
dan kedua, substantive democracy ,yaitu menunjuk pada bagaimana proses demokrasi itu
dilakukan (WinataPutra,2006).

Formal Democracy menunjuk pada demokrasi dalam arti system pemerintahan. Hal ini
dilihat dalam berbagai pelaksanaan demokrasi di berbagai Negara. Misalnya disuatu Negara
dapat diterapkan demokrasi dengan system presidensial atau system parlementer.

1. Sistem presidensial adalah sistem ini menekankan pentingnya pemilihan presiden secara
langsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mandate secara langsung dari rakyat.
Dalam sistem ini kekuasaan eksekutif (kekuasaan menjalankan pemerintahan)
sepenuhnya ada ditangan presiden. Presiden merupakan kepala eksekutif dan kepala
Negara. System demokrasi ini diterapkan dinegara Amerika dan Indonesia.

Ciri-ciri pemerintahan yang menggunakan sistem presidensial adalah sebagai berikut :


a) Negara dikepalai presiden ;
b) Kekuasaan eksekutif presiden dijalankan berdasarkan kedaulatan yang dipilih dari dan
oleh rakyat melalui badan perwakilan ;
c) Presiden mempunya kekuasaan mengangkat dan memberhentikan menteri ;
d) Menteri tidak bertanggung jawabkepada DPR, tetapi kepada presiden; serata
e) Presiden dan DPR mempunya kedudukan yang sama sebagai lembaga negara, dan tidak
dapat saling membubarkan.

2. Demokrasi Parlementer di negara kita telah dipraktikkan pada masa berlakunya UUD
1945 periode pertama (1945-1949), kemudian dilanjutkan pada masa berlakunya RIS
1949 dan UUDS 1950. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer tersebut secara yuridis
formal berakhir pada tanggal 5 juli 1959 bersamaan dengan pemberlakuan kembali UUD
1945.

Pada masa berlakunya Demokrasi Parlementer (1945-1959), kehidupan politik dan


pemerintahan tidak stabil sehingga program dari suatu kabinet tidak dapat dilaksanakan
dengan baik dan berkesinambungan. Salah satu faktor penyebab ketidak stabilan tersebut
adalah sering bergantinya kabinet yang bertugas sebagai pelaksana pemerintahan. Misalnya,
selama tahun 1945-1959 dikenal beberapa kabinet, antara lain Kabinet Syahrir I, Kabinet
Syahrir II, dan Kabinet Amir Syarifuddin. Sementara itu, 1950-1959 umur kabinet kurang
lebuh hanya satu tahun dan terjadi tujuh kali pergantian kabinet, yaitu Kabinet Natsir,
Sukimin, Wilopo, Ali Sastro Amidjojo II, dan Kabinet Juanda.
Mengapa dalam sistem pemerintahan parlementer, kabinet sering diganti? Hal ini
terjadi karena dalam negara demokrasi dengan sistem kabinet parlementer, kedudukan
kabinet berada di bawah DPR (parlemen) dan keberadaannya sangat bergantung pada
dukungan DPR. Apabila kebijakan kabinet tidak sesuai dengan aspirasi rakyat yag tercermin
di DPR (parlemen), maka DPR dapat menjatuhkan kabinet dengan mosi tidak percaya.
Faktor lain yang menyebabkan tidak tercapainya stabilitas politik adalah perberdaan
pendapat yang sangat mendasar di antara partai politik yang ada saat itu. Sebagai contoh
dapat dikaji peristiwa kegagalan konstituante memperoleh kesepakatan tentang dasar negara.
Pada saat itu, terdapat dua kubu yang bertentangan, yaitu satu pihak ingin tetap
mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, dan dipihak lain menghendaki kembali
pada Piagam Jakarta yang berarti menghendaki Islam sebagai dasar negara. Pertentangan
tersebut terus berlanjut dan tidak pernah mencapai kesepakatan. Merujuk pada kenyataan
politik pada masa itu, jelas bahwa keadaan partai-partai politik pada saat itu lebih
menonjolkan perbedaan-perbedaan paham dari pada mencari persamaan-persamaan yang
dapat mempersatukan bangsa.
Beranjak dari berbagai kegagalan dan kelemahan itulah maka demokrasi parlementer di
indonesia ditinggalkan dan diganti dengan demokrasi terpimpin sejak 5 Juli 1959.
System parlementer adalah system yang menerapkan model hubungan yang menyatu
Antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Kepala eksekutif berada di tangan seorang perdana
menteri. Adapun kepala Negara berada pada seorang Ratu, misalnya dinegara Inggris atau ada
pula yang berada pada seorang presiden misalnya di India.
Ciri-ciri pemerintahan parlementer antara lain :
a) DPR lebih kuat dari pemerintah ;
b) Menteri bertanggung jawab pada DPR;
c) Program kebijaksanaan kabinet disesuaikan dengan tujuan politik anggota parlemen
d) Kedudukan kepala negara sebagai simbol idak dapat diganggu gugat.

a. Demokrasi berdasarkan cara penyampaian pendapat terbagi ke dalam :

1) Demokrasi langsung, dalam demokrasi langsung rakyat diikutsertakan dalam pengambilan


keputusan untuk menjalankan kebijakan pemerintahan.
2) Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan. Dalam demokrasi ini, pengambilan
keputusan dijalankan oleh rakyat melalui wakil rakyat yang dipilihnya melalui Pemilu. Rakyat
memilih wakilnya sendiri untuk membuat keputusan politik. Dengan kata lain, dalam demokrasi
tidak langsung, aspirasi rakyat disalurkan melalui wakil-wakil rakyat duduk di lembaga
perwakilan rakyat.
3) Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat.Demokrasi ini
merupakan campuran antara demokrasi langsung dengan demokrasi perwakilan. Rakyat memilih
wakilnya untuk duduk didalam lembaga perwakilan rakyat, tetapi wakil rakyat dalam
menjalankan tugasnya diawasi rakyat melalui raferendum dan inisiatif rakyat. Demokrasi ini
antara lain dijalankan di Swiss . Referendum adalah pemungutan suara untuk mengetahui
kehendak rakyat secara langsung. Referendum dibagi menjadi tiga macam”
a. Referendum wajib
Referendum ini dilakukan ketika ada perubahan atau pembentukan norma penting dan
mendasar dalam UUD (konstitusi) atau UU yang sangat politis UUD atau UU tersebut
yang telah dibuat oleh lembaga perwakilan rakyat dapat dilaksanakan setelah
mendapat persetujuan rakyat melalui pemungutan suara terbanyak. Jadi, referendum
ini dilaksanakan untuk meminta persetujuan rakyat terhadap hal yang dianggap sangat
penting atau mendasar.
b. Referendum tidak wajib
Referendum ini dilaksanakan jika dalam waktu tertentu setelah rancangan undang-
undang diumumkan, sejumlah rakyat mengsulkan diadakan referendum. Jika dalam
wakyu tertentu tidak ada permintaan dari rakyat, rancangan undang-undang itu dapat
menjadi undang-undanmg yang bersifat tetap.
c. Referendum konsultatif
Referendum ini hanya sebatas meminta persetujuan saja karena rakyat dianggap tidak
mengerti permasalahannya. Pemerintah meminta pertimbangangan pada ahli bidang
tertentu yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.

b. Demokrasi berdasarkan titik perhatian atau perioritasnya terdiri dari :


1) Demokrasi formal
Demokrasi ini secara hukum menempatkan semua orang dalam kedudukan yang sama
dalam bidang politik, tanpa mengurangi kesenjangan ekonomi. Indifidu diberi kebebasan yang
luas. sehingga demokrasi ini disebut juga demokrasi liberal
2) Demokrasi material
Demokrasi material memandang manusia mempunya kesamaan dalam bidang sosial-
ekonomi sehingga persamaan bidang politik tidak menjadi prioritas. Demokrasi semacam ini
dikembangkan di Negara sosialis komunis.
3) Demokrasi campuran
Demokrasi ini merupakan campuran dari kedua jenis demokrasi sebelumnya.
Demokrasi ini berupa menciptakan kesejahteraan seluruh rakyat dengan menempatkan
persamaan derajat dan hak setiap orang.

c. Demokrasi dibagi berdasarkan prinsip ideologi :


1) Demokrasi liberal
Demokrasi ini memberikan kebebasan yang luas pada individu. Campur tangan
pemerintah diminimalkan, bahkan ditolak. Tindakan sewenang-wenang pemerintah terhadap
warganya dihindari. Pemerintah bertindak atas konstitusi (hukum dasar). Konsekuensi dari
implementasi sistem dan prinsip demokrasi ini adalah berkembangnya persaingan bebas,
terutama dalam kehidupan ekonomi sehingga akibatnya individu yang tidak mampu
menghadapi saingan tersebut akan tenggelam
2) Demokrasi rakyat atau demokrasi Proletar
Demokrasi ini bertujuan menyejahterakan rakyat. Negara yang dibentuk tidak
mengenal perbedaan kelas. Semua warga negara mempunyai persamaan dalam hukum dan
politik.
3) Demokrasi Satu Partai dan Komunisme
Demokrasi satu partai ini lazimnya dilaksanakan di Negara – Negara komunis seperti :
Rusia, China, Vietnam dan lainnya

2.3 Demokrasi di Indonesia


Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Dalam sejarah Negara Republik Indonesia yang telah lebih dari setengah abad,
perkembangan demokrasi telah mengalami pasang surut. Masalah pokok yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia ialah bagaimana meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun
kehidupan social dan politik yang demokratis dalam masyarakat yang beraneka ragam, pola
adat budayanya. Masalah ini berkisar pada penyusunan suatu system politik dengan
kepemimpinan cukup kuat untuk melaksakan pembangunan ekonomi serta character and
nation building, dengan partisipasi rakyat, sekaligus menghindarkan timbulnya diktaktur
perorangan, partai ataupun militer.
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam 4 periode :
a. Periode 1945 – 1959
Masa demokrasi parlementer yang menonjolkan peranan parlemen serta partai – partai.
Pada masa ini kelemahan demokrasi parlementer memberi peluang untuk domiasi partai
– partai politik dan DPR. Akibatnya, persatuan yang digalang selama perjuangan
melawan musuh bersama menjadi kendor dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan
konstruktif sesudah kemerdekaan.
b. Periode 1959 – 1965
Masa demokrasi terpimpin yang dalam banyak aspek telah menyimpang dari demokrasi
konstitusional dan lebih menampilkan beberapa aspek dari demokrasi rakyat. Masa ini
ditandai dengan dominasi presiden, terbatasnya peran partai politik, perkembangan
pengaruh komunis, dan peran ABRI sebagai unsur social-politik semakin meluas.
c. Periode 1966 – 1998
Masa demokrasi Pancasila era orde baru yang merupakan demokrasi konstitusional yang
menonjlkan system presidensial. Landasan formal periode ini adalah Pancasila, UUD
1945, dan ketetapan MPRS/MPR dalam rangka untuk meluruskan kembali
penyelewengan terhadap UUD 1945 yang terjadi di masa demokrasi terpimpin. Namun,
dalam perkembangannya peran presiden semakin dominan terhadap lembaga – lembaga
Negara yang lain. Melihat praktek demokrasi pada masa ini, nama Pancasila hanya
digunakan sebagai legitimasi politis penguasa saat itu, sebab kenyataanya yang
dilaksakan tidak sesuai dengan nilai –nilai Pancasila.
d. Periode 1999 – Sekarang
Masa demokrasi Pancasila era reformasi dengan berakar pada kekuatan multi partai yang
berusaha mengembalikan perimbangan kekuatan antar lembaga Negara, Antara
eksekutif,legislatif dan yudikatif. Pada masa ini peran partai politik kembali menonjol,
sehingga iklim demokrasi memperoleh nafas baru. Jikalau esensi demokrasi adalah
kekuasaan ditangan rakyat, maka praktek demokrasi tatkala pemilu memang demikian,
namun dalam pelaksanaannya setelah pemilu banyak kebijakan tidak mendasarkan ada
kepentingan rakyat, melainkan lebih kearah pembagian kekuasaan Antara presiden dan
partai politik dalam DPR. Dengan kata lain, perkataan model demokrasi era reformasi
dewasa ini, kurang mendasarkan pada keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.5 Pendidikan Demokrasi


Pada bagian awal telah dikemukakan bahwa demokrasi bukan sekedar bentuk
pemerintahan maupun sistem politik. Demokrasi adalah sikap hidup yang harus tumbuh dan
berkembang dalam diri warga negara, baik yang sedang memerintah (penyelenggaran negara)
maupun yang tidak sedang memerintah (warga negara biasa). Sikap hidup demokrasi ini pada
gilirannya akan menghasilkan budaya demokrasi. Sikap hidup dan budaya demokrasi diperlukan
guna mendukung bentuk pemerintahan maupun sistem politik demokrasi. Negara demokrasi
tanpa adanya sikap hidup dan budaya demokrasi hanya akan menghasilkan kekacauan dan
anarki. Demokrasi paling tidak mencakup dua hal, yaitu struktur dan kultur (Zamroni, 2011:5).
Sekiranya diibaratkan rumah, rumah demokrasi membutuhkan dua hal, yaitu struktur
demokrasi dan kultur demokrasi. Pendidikan demokrasi bertujuan mempersiapkan warga
masyarakat berperilaku dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan pada generasi
muda akan pengetahuan, kesadaran dan nilai-nilai demokrasi.
Pendidikan demokrasi pada dasarnya membangun kultur demokrasi, yang nantinya
bersama dengan struktur demokrasi akan menjadi fondasi bagi negara demokrasi. Menurut
Zamroni, (2001:17) pengetahuan dan kesadaran akan nilai demokrasi itu meliputi tiga hal.
Pertama, kesadaran bahwa demokrasi adalah pola kehidupan yang paling menjamin hak-hak
warga masyarakat itu sendiri, demokrasi adalah pilihan terbaik diantara yang buruk tentang pola
hidup bernegara. Kedua, demokrasi adalah sebuah learning process yang lama dan tidak sekedar
meniru dari masyarakat lain. Ketiga, kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan
mentrans-formasikan nilai-nilai demokrasi pada masyarakat. Lebih lanjut dikatakan, bahwa
pendidikan harus mampu melahirkan manusia-manusia yang demokratis. Penting untuk memberi
perhatian mengenai pendidikan demokrasi formal yakni di sekolah atau lembaga pendidikan lain
termasuk pendidikan tinggi. Hal ini dimungkinkan karena sekolah sebagai lembaga pendidikan
yang telah terprogram, terencana, teratur dan berkesinambungan dalam rangka mendidik warga
termasuk melakukan pendidikan demokrasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Вам также может понравиться