Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut (Astawan, 2006), berdasarkan kadar airnya serta tahap pengolahannya, mie
dapat dibagi menjadi 5 golongan, yaitu:
Mie mentah atau segar, dibuat langsung dari proses pemotongan lembaran adonan
dengan kadar air 35%. Penyimpanan dalam refrigerator dapat mempertahankan
kesegaran mie ini hingga 50-60 jam. Umunya digunakan untu bahan baku mie ayam.
Mie basah adalah mie mentah yang sebelum dipasarkan mengalami penggodokan
dalam air mendidih lebih dahulu dengan kadar air 52% sehingga daya tahan
simpannya relatif singkat (40 jam pada suhu kamar).
Mie kering adalah mie mentah yang langsung dikeringkan dengan kadar air 10%.
Biasanya jenis mie telor dan mie instan.
Mie goreng adalah mie mentah yang sebelum dipasarkan terlebih dahulu di goreng.
Mie instan atau mie siap hidang adalah mie mentah yang telah mengalami
pengukusan dan dikeringkan sehingga menjadi mie instan kering atau digoreng
sehingga menjadi mie instan goreng.
2.2 Bahan-bahan yang digunakan
Proses pembuatan mie memerlukan berbagai bahan tambahan yang masing-masing
bertujuan, antara lain untuk menambah volume, nenperbaiki mutu ataupun citrasa serta
warna. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan mie basah antara lain:
2.2.1 Tepung terigu
Tepung terigu diperoleh dari tepung gandum (Triticum vulgare) yang digiling.
Tepung terigu yang digunakan sebaiknya mengandung gluten 8-12%. Tepung terigu ini
tergolong medium hard flour dikenal sebagai Segitiga Biru atau Gunung Bromo. Gluten
adalah protein yang terdapat pada terigu. Gluten bersifat elastis sehingga akan mempengaruhi
sifat elastisitas dan tekstur mie yang dihasilkan (Widyaningsih dan Murtini, 2006).
2.2.2 Modified Cassava Flour (Mocaf)
Modified Cassava Flour (Mocaf) merupakan produk turunan dari tepung ubi kayu
yang menggunakan prinsip modifikasi sel ubi kayu secara fermentasi dimana mikroba BAL
(Bakteri Asam Laktat) mendominasi selama fermentasi tepung ubi kayu ini (Subagio, 2007).
Mikroba yang tumbuh menyebabkan perubahan karakteristik dari tepung yang dihasilkan
berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarut.
2.2.3 Sodium Tripolyphosphate (STPP)
Sodium Tripolyphosphate merupakan senyawa polifosfat dari natrium dengan rumus
Na5P3O10. STPP berbentuk bubuk atau granula berwarna putih dan tidak berbau. Kelarutan
STPP dalam air sebesar 14.50 gr per 100 ml pada suhu 25oC (larutan 1%) (Jatmiko, dan Teti,
2014)
STPP dapat mempengaruhi kekenyalan dan kelenturan mie. STPP memiliki sifat
dapat mempengaruhi terbentuknya gluten pada mie, sehingga sangat berpengaruh terhadap
tekstur mie yang dihasilkan, dimana tekstur mie akan menjadi lebih liat. Selain itu STPP juga
dapat mengikat air sehingga dapat menurunkan aktivitas air sehingga kerusakan karena faktor
mikroba dapat dicegah (Setiavani, 2010)
2.2.4 Garam Q
Garam alkali memiliki peranan yang sangat dalam pembuatan mie. Garam alkali yang
biasa digunakan dalam produk mie adalah natrium karbonat (Na2CO3), kalium karbonat
(K2CO3) dan kalium polifosfat (KH2PO4). Garam alkali ini dapat ditambahkan masing-
masing atau kombinasi dari 2-3 alkali. Fungsi masing-masing bahan alkali tersebut berbeda-
beda. Natrium karbonat berfungsi untuk meningkatkan kehalusan dan tekstur mie. Kalium
karbonat berfungsi untuk meningkatkan sifat kekenyalan mie dan KH2PO4 untuk
meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas mie (Puspasari, 2007).
Menurut (Suyanti, 2010) fungsi penambahan garam alkali pada pembuatan mie adalah
menguatkan struktur gluten sehingga menjadi mie yang lentur, mengubah sifat mie pati
tepung terigu sehingga mie menjadi lebih kenyal dan mengubah sifat zat warna (pigmen)
dalam terigu sehingga lebih cerah. Semakin besar garam alkali yang digunakan, mie semakin
keras dan kenyal. Namun penggunaan yang berlebihan akan menyebabkan bau yang tidak
sedap pada mie yang dihasilkan Batas maksimum garam alkali yang ditambahkan pada
pembuatan mie adalah 1% dari total pemakaian tepung terigu yang digunakan.
2.2.5 Telur
1.2.6 Air
Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dengan karbohidrat, melarutkan garam
dan membentuk sifat kenyal. Pati dan gluten akan mengembang dengan adanya air. Air yang
digunakan sebaiknya memiliki pH antara 6 – 9, hal ini diserap, mie menjadi tidak mudah
patah. Jumlah air yang optimum membentuk pasta yang baik. Penambahan air yang terlalu
sedikit akan membuat adonan sulit dicetak. Sedangkan penambahan air yang terlalu banyak
akan menyebabkan adonan mie lengket. Air yang digunakan harus air yang memenuhi
persyaratan air minum, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa (Astawan, 2006).
Air juga digunakan untuk merebus mie mentah dalam pembuatan mie basah. Pada proses
perebusan akan terjadi glatinisasi pati dan koagulasi gluten sehingga dapat meningkatkan
kekenyalan mie (Ratnawati, 2003)
Menurut winarno (1991), walaupun tidak larut air, pati akan menyerap air dan akan
mengembang sampai pada pembengkakan yang terbatas. Apabila suspensi pati dalam air
dipanaskan, akan terjadi tiga tahap pengembangan granula. Tahap pertama terjadi di dalam
air dingin, granula pati akan menyerap air sebanyak 20 %-25 % dari beratnya, tahap ini
bersifat irversibel.
Pati merupakan komponen utama dalam tepung dan terdapat sebanyak 74-90%
berdasarkan berat kering. Pati merupakan homopolymer glukosa dengan ikatan α-D-
glikosidik. Dalam bentuk aslinya secara alami pati merupakan butiran-butiran kecil yang
sering disebut granula.
Pati terdiri dari 2 (dua) fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut
disebut amilosa dan fraksi terlarut disebut amilopektin. Pada amilosa dan amilopektin
terdapat gugus hidroksil. Semakin banyak gugus hidroksil pada molekul pati maka semakin
besar kemampuan menyerap air.
Gelatinisasi pati gandum melalui 3 (tiga) tahap, yaitu:
1. Pembengkakan terbatas pada suhu antara 60-70⁰C termasuk gangguan pada ikatan
yang lemah atau yang siap menerima perubahan bentuk.
2. Selanjutnya granula membengkak dngan cepat pada suhu 80-90⁰C, termasuk
gangguan pada ikatan yang lebih kuat atau kurang dapat menerima perubahan
bentuk.
3. Jika pemanasan dilanjutkan, granula yang membengkak akan pecah.
Pengembangan granula pati disebabkan karena molekul-molekul air berpenetrasi
masuk ke dalam granula dan terperangkap pada susunan molekul-molekul amilosa dan
amilopektin (Winarno, 1997).
Faktor-faktor yang mmpengaruhi gelatinisasi pati antara lain:
Jenis pati
Jenis pati yang berbeda akan memiliki kekuatan mengontrol yang berbeda pula.
Pati pada jagung yang sebagian terkandung pati murni mempunyai kekuatan
mengontrol dua kali lebih besar dari pada tepung yang berasal dari endosperm.
Konsentrasi pati
Suhu gelatinisasi tergantung dari konsentrasi pati. Semakin kental larutan pati,
suhu gelatinisasi akan semakin lambat tercapai dan pada suhu tertentu kekentalan
tidak bertambah bahkan kadang-kadang turun.
Ph larutan
pH larutan sangat berpengaruh terhadap pembentukan gel. Dimana pembentukan
gel optimum tercapai pada pH 4-7, yaitu kecepatan pembentukan gel lebih lambat
dari pada pH 10, tetapi jika pemanasan diteruskan viskositas tidak bertambah.
Ukuran granula
Pati yang mempunyai ukuran granula yang lebih besar cenderung mengembang
pada suhu yang relative rendah.
Kandungan amilosa
Pada pati terdapat dua macm komponen yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa
merupakan rangkaian lurus tidak bercabang, sedangkan amilopektin merupakan
rantai polisakarida yang bercabang pada 1,6 α-Glikosida (Gregor,et al, 1980).
Amilosa adalah salah satu komponen dari pati yang bertanggung jawab pada proses
gelatinisasi disamping ukuran granula itu sendiri. Dalam proses gelatinisasi ada dua
komponen penting yang sangat berpengaruh yaitu panas dan air. Apabila cukup air
dan panas, maka proses gelatinisasi dapat terjadi sempurna.