Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh:
T.A 2017/2018
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini yang berjudul “Ketuban Pecah Dini”. Di samping itu, makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Reproduksi II.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca. Atas kritik dan sarannya penulis mengucapkan
terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari ketuban pecah dini
2. Mengetahui etiologi dan faktor resiko dari ketuban pecah dini
3. Mengetahui manifestasi klinis ketuban pecah dini
4. Mengetahui patofisiologi ketuban pecah dini
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien dengan ketuban pecah
dini
6. Mengetahui penatalaksanaan serta pencegahan pada ketuban pecah dini
7. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan ketuban
pecah dini
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan ketuban pecah dini
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
3
2.2 Etiologi Dan Faktor Resiko
Etiologi
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan factor- factor yang berhhubungan erat dengan
KPD, namun faktor mana yang lebih berperan sulit di ketahui.
Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui. Factor predisposisi ketuban pecah
dini ialah infeksi genitalia , serviks inkompeten ,gemeli , hidramnion , kehamilan
preterm, disproporsi sefalopelvik. (Mansjoer, Arif, dkk.2002)
Beberapa kondisi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini, tetapi penyebab
pasti masih belum jelas. kondisi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini
adalah sebagai berikut:
1. Infeksi pada vagina atau leher rahim, seperti streptokokus grup B dan
bakteri vaginosis
2. Korioamnionitis, terutama masalah dengan PPROM
4
3. Kelainan janin atau malpresentation
4. Hydraminos
5. Kantung ketuban dengan struktur yang lemah
6. Prosedur terakhir seperti amniocentesis atau cerclage
7. Antercourse sexsual
8. Kekurangan gizi
9. Kelahiran prematur sebelumnya terkait dengan PPROM
10. Positif hasil fibronektin janin
e) Kehamilan kembar
f) Trauma
1. Manifestasi klinis :
b) Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah.
5
c) Cairan ini tidak akan berhenti atu kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak dibawa biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara.
Maniestasi klinis:
1. Keluar air ketuban warna putih keruh ,jernih ,kuning , hijau atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah kering.
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering
6
2.4 Patofisiologi
KALA 1 PERSALINAN
His yang
berulang Infeksi Serviks Gemeli
Kanalis Kelainan letak
servikalis selalu janin genetalia inkompetent Hidramnion
Peningkatan terbuka sungsang
kontraksi & akibatnya Dilatasi
Tidak ada bagian Proses Ketegangan
pembukaan kelainanserviks v berlebihan
terendah yang biomekanik uterus yang
serviks uteri uteri (abortus
menutupi pintu bakteri serviks berlebihan
& riwayat
atas pinggul yang mengeluark
kuretase)
Mengiritasi menghalangi an enzime Serviks tidak
Selaput
nervus tekanan terhadap bisa
ketuban
pundedalis Mudahnya membrane bagian selaput menahan
menonjol
pengeluaran bawah ketuban intrauteri
dan mudah
Stimulus nyeri air ketuban mudah pecah pecah
Nyeri akut
7
2.5 Komplikasi
4. Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD.
Komplikasi :
1. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan laboratorium :
1. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna , kosentrasi , bau ,
PH nya
8
2. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan : air ketuban , urine
atau secret vagina.
3. Secret vagina ibu hamil ph : 4-5 , dengan kertas nitrazin tidak berubah
warna , tetap kuning.
4. Tes lakmus (tes nitrazin) , jika kertas lakmus jika kertas lakmus merah
berubah menjadi biru menunjukan adanya air ketuban (alkalis) . Ph Air
ketuban 7-7,5 , darah dan ineksi vagina dapat menghasilkan tes yang
positif palsu.
5. Mikroskopik (tes pakis) , dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek
dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan gambaran
daun pakis.
b) Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun
sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.
2.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
9
b) Berikan kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru janin.
a) Jika ketuban telah pecah >18 jam berikan antibiotic profilaksis untuk
mengurangi resiko infeksi streptokokus gru B.
(obgynacea, obstetri&ginekologi)
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register ,
dan diagnosa keperawatan.
1. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan
penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatkan cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien ( Depkes RI, 1993:66)
– Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat
badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.
11
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya.
– Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas
pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien
nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
– Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan infeksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya
12
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang
persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan
body image dan ideal diri
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas (
Sharon J. Reeder, 1997:285)
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan
terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah partus sehingga
aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
1. Pemeriksaan fisik
– Kepala
– Leher
– Mata
– Telinga
– Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
– Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae
dan papila mamae
13
– Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
– Genitaliua
– Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
– Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
– Muskulis skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya
luka episiotomi
– Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
14
3.2 Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : KETUBAN PECAH DINI
DO : ↓
Tidak adanya perlindungan dari dunia luar dengan daerah rahim
↓ Resiko Infeksi
Mudahnya mikroorganisme masuk secara asendens
↓
Resiko Infeksi
2 DS : ↓
DO :
3 DS : ↓
DO :
-
4 DS : - ↓
DO :
19
3.3 Diagnosa Keperawatan
3.4 Intervensi
PERENCANAAN
NO DATA
TUJUAN DAN KH INTERVENSI RASIONAL
20
4. Agar istirahat pasien terpenuhi.
– DJJ normal
Kolaborasi
– Leukosit pasien 1. Kolaborasi dengan dokter untuk
kembali normal memberikan obat antiseptik sesuai
21
pada perut nyaman dan batasi pengunjung. nyaman.
berkurang.
22
4 Kecemasan / ansietas Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3×24
b.d persalinan
jam di harapkan ansietas 1. Kaji tingkat kecemasan pasien.
1. Mengetahui tingkatan
premature dan neonates pasien teratasi. dengan
kecemasan yang dialami pasien.
berpotensi lahir
Kriteria hasil :
premature 2. Dorong pasien untuk istirahat
– Pasien tidak cemas total.
DS : - 2. Untuk mempercepat proses
lagi
penyembuhan
DO :
– Pasien sudah
mengetahui tentang 3. Berikan suasana yang tenang
penyakit dan ajarkan keluarga untuk
memberikan dukungan
emosional pasien. 3. Untuk memberikan rasa
nyaman dan menurunkan
kecemasan pasien.
23
3.5 Implementasi dan Evaluasi
1 DS : - S:
DO : O
- A
P
1.
2.
2. DS : S
DO : - O
- A
P
3 DS : 1. S:
DO :
O
-
24
A
4 DS : 1.
DO :
S:
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak
perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan
diurussesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda
dangejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala
korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang
menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode
persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi
dan beratkorioamnionitis.
4.2 Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan
keluarganya. Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang
menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan
korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan
periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan
dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga
merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta.
EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal . Jakarta: YBP-SP.
Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. . Jakarta:
EGC
27