Вы находитесь на странице: 1из 26

MAKALAH

KETUBAN PECAH DINI

Disusun Oleh:

RIZAL HIDAYAT 88150007

MUHAMMAD ZAENAL ARIFIN 88150008

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BSI BANDUNG

T.A 2017/2018

BANDUNG
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini yang berjudul “Ketuban Pecah Dini”. Di samping itu, makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Reproduksi II.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan


dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan
terimakasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca. Atas kritik dan sarannya penulis mengucapkan
terimakasih.

Bandung, Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ................................................................................................................ 3
2.2 Etiologi Dan Faktor Resiko................................Error! Bookmark not defined.
2.3 Patofisiologi ........................................................................................................ 7
2.4 Komplikasi .......................................................................................................... 8
2.5 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................................... 8
2.6 Penatalaksanaan .................................................................................................. 9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ......................................................................................................... 11
3.2 Analisa Data ...................................................................................................... 19
3.3 Diagnosa Keperawatan ..................................................................................... 20
3.4 Intervensi........................................................................................................... 20
3.5 Implementasi dan Evaluasi ............................................................................... 24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 26
4.2 Saran ................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion


dankorion yang sangat erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel
seperti selepitel, sel mesenkim dan sel trofoblast yang terikat erat dalam
metrics kolagen.Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan
melindungi janin terhadapinfeksi.

Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.


Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan.Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami
ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran,
dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD
terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran
prematur sebanyak 30%.

Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia


yang terjadi dalam kolagenmatriks eksta seluler amnion, korion, dan
apoptosis membrane janin. Membrane janin dan desidua bereaksi terhadap
stimuli, seprti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan
memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein
hormone.

1
1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari ketuban pecah dini
2. Mengetahui etiologi dan faktor resiko dari ketuban pecah dini
3. Mengetahui manifestasi klinis ketuban pecah dini
4. Mengetahui patofisiologi ketuban pecah dini
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien dengan ketuban pecah
dini
6. Mengetahui penatalaksanaan serta pencegahan pada ketuban pecah dini
7. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan ketuban
pecah dini
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan ketuban pecah dini

1.3 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari ketuban pecah dini?
2. Bagaimana klasifikasi ketuban pecah dini?
3. Apakah etiologi dari ketuban pecah dini?
4. Bagaimana manifestasi klinis ketuban pecah dini?
5. Bagaimana patofisiologi ketuban pecah dini?
6. Apakah pemeriksaan penunjang pada klien dengan ketuban pecah dini?
7. Bagaimana penatalaksanaan serta pencegahan pada ketuban pecah dini ?
8. Apa sajakah komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan ketuban
pecah dini?
9. Bagaiman asuhan keperawatan pada klien dengan ketuban pecah dini?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum


tanda-tanda persalinan. (Mansjoer, Arif, dkk.2002)

Ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membranes


(PROM) adalah pecahnya kantung ketuban dan kebocoran dari cairan
ketuban awal minimal 1 jam sebelum awal persalinan pada setiap usia
kehamilan. (Lowdermilk , Deitra Leonard, 2000)

Ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membranes


(PROM) adalah pecahnya kantung ketuban sebelum onset persalinan yang
benar, terlepas dari lamanya kehamilan. (Murray , Sharon Smith, dkk .
2002)

Pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum


inpartum, pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada
akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.

KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD


yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan.

KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan


kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian
perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan
kurang dari 34 minggu sangat kommplek, bertujuan untuk menghilangkan
kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS (Respiration Dystress
Syndrome). (Miranie , Hanifah, dan Desy Kurniawati. 2009)

3
2.2 Etiologi Dan Faktor Resiko

Etiologi

Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan factor- factor yang berhhubungan erat dengan
KPD, namun faktor mana yang lebih berperan sulit di ketahui.

Kemungkinan yang menjadi factor predisposisinya adalah :

1. Infeksi : Infeksi yang terjadi secara langsung pad selaput ketuban


maupun senderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curettage).
3. Tekanan intra uteri yang meninggi atau meningkat secara berlebih
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gamelli.
4. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karea biasanya
disertai infeksi.
5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membrane bagian bawah.
6. Keadaan social ekonomi
7. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak
seuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan
jaringan kuit ketuban.
8. Faktor disproporsiantara kepala janin dan panggul ibu.
9. Faktor multi gravviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
10. Defisiensi gizi dari tembaga atau asa askorbat (Vitamin C).

(Miranie , Hanifah, dan Desy Kurniawati. 2009)

Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui. Factor predisposisi ketuban pecah
dini ialah infeksi genitalia , serviks inkompeten ,gemeli , hidramnion , kehamilan
preterm, disproporsi sefalopelvik. (Mansjoer, Arif, dkk.2002)

Beberapa kondisi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini, tetapi penyebab
pasti masih belum jelas. kondisi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini
adalah sebagai berikut:

1. Infeksi pada vagina atau leher rahim, seperti streptokokus grup B dan
bakteri vaginosis
2. Korioamnionitis, terutama masalah dengan PPROM

4
3. Kelainan janin atau malpresentation
4. Hydraminos
5. Kantung ketuban dengan struktur yang lemah
6. Prosedur terakhir seperti amniocentesis atau cerclage
7. Antercourse sexsual
8. Kekurangan gizi
9. Kelahiran prematur sebelumnya terkait dengan PPROM
10. Positif hasil fibronektin janin

(Murray , Sharon Smith, dkk . 2002)

Beberapa factor resiko dari KPD :

a) Inkompetensi serviks (leher rahimm)

b) Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

c) Riwayat KPD sebelumnya

d) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

e) Kehamilan kembar

f) Trauma

g) Serviks (leher rahim) yang pendek <25mm pada usia kehamilan 23


minggu.

h) Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vagosis

(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)

2.3 Manifestasi Klinis

1. Manifestasi klinis :

a) Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.

b) Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah.

5
c) Cairan ini tidak akan berhenti atu kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak dibawa biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara.

d) Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung


janin beramba cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)

Maniestasi klinis:

1. Keluar air ketuban warna putih keruh ,jernih ,kuning , hijau atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah kering.
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering

(Mansjoer, Arif, dkk.2002)

6
2.4 Patofisiologi

KALA 1 PERSALINAN

His yang
berulang Infeksi Serviks Gemeli
Kanalis Kelainan letak
servikalis selalu janin genetalia inkompetent Hidramnion
Peningkatan terbuka sungsang
kontraksi & akibatnya Dilatasi
Tidak ada bagian Proses Ketegangan
pembukaan kelainanserviks v berlebihan
terendah yang biomekanik uterus yang
serviks uteri uteri (abortus
menutupi pintu bakteri serviks berlebihan
& riwayat
atas pinggul yang mengeluark
kuretase)
Mengiritasi menghalangi an enzime Serviks tidak
Selaput
nervus tekanan terhadap bisa
ketuban
pundedalis Mudahnya membrane bagian selaput menahan
menonjol
pengeluaran bawah ketuban intrauteri
dan mudah
Stimulus nyeri air ketuban mudah pecah pecah

Nyeri akut

Rasa mulas KETUBAN PECAH DINI


dan ingin
mengejan
Air ketuban Pasien tidak Tidak adanya
terlalu mengetahui perlindungan
GANGGUAN banyak penyebab & dari dunia
RASA akibat KPD luar dengan
NYAMAN daerah rahim
Distosia
(putus kering) DEFISIT
PENGETAHUAN
Mudahnya
Laserasi pada mikroorganisme masuk
jalan lahir secara asendens

Kecemasan ibu terhadap


ANSIETAS keselamatan janin dan RESIKO INFEKSI
dirinya

7
2.5 Komplikasi

1. Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37


minggu adalah sindrom distress pernapasan ( RDS = Respiratory Distress
Syndrome) , yang terjadi pada 10-40 % bayi baru lahir.

2. Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD .

3. Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk


kemungkinan terjadinya korioamnionitis ( radang pada korio dan amnion).

4. Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD.

5. Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm.

6. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD


preterm . kejadianya mencapai hamper 10 % apabila KPD preterm ini terjadi
pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.

(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)

Komplikasi :

Infeksi , parts preterm, prolaps talli pusat, distosia(partus kering)

(Mansjoer, Arif, dkk.2002)

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan laboratorium :

1. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna , kosentrasi , bau ,
PH nya

8
2. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan : air ketuban , urine
atau secret vagina.
3. Secret vagina ibu hamil ph : 4-5 , dengan kertas nitrazin tidak berubah
warna , tetap kuning.
4. Tes lakmus (tes nitrazin) , jika kertas lakmus jika kertas lakmus merah
berubah menjadi biru menunjukan adanya air ketuban (alkalis) . Ph Air
ketuban 7-7,5 , darah dan ineksi vagina dapat menghasilkan tes yang
positif palsu.
5. Mikroskopik (tes pakis) , dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek
dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan gambaran
daun pakis.

2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) :

a) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban


dalam kavum uteri.

b) Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun
sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.

(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)

2.7 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis

1. Dirawat di Rumah Sakit


2. Jika ada nyeri perdarahan dan nyeri perut pikirkan solusio plasenta
3. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam. Cairan vagina berbau) berikan
antibiotic seperi pada amnionitis
4. Jika tdak ada tanda-tanda infeksi dan kehamilan <37 minggu :

a) Berikan antibiotic untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin.

9
b) Berikan kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru janin.

c) Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu

d) Jika terdapat his dan lendir darah kemungkinn terjadi persalinan


preterm

2. Jika tidak ada tanda infeksi dan kehamilan >37 minggu :

a) Jika ketuban telah pecah >18 jam berikan antibiotic profilaksis untuk
mengurangi resiko infeksi streptokokus gru B.

b) Nilai serviks, jika sudah matang induksi persalinan dengan ositosin,


jika servik belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan
infuse oksitosin.

(obgynacea, obstetri&ginekologi)

(Miranie , Hanifah, dan Desy Kurniawati. 2009

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang dilaksanakan


untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien
dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien ( A.Aziz Alimul h, 2000 )

1. Identitas atau biodata klien

Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register ,
dan diagnosa keperawatan.

1. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan

– Riwayat kesehatan dahulu

penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

– Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatkan cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.

– Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien ( Depkes RI, 1993:66)

– Riwayat psikososial

Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat
badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.

1. Pola-pola fungsi kesehatan

– Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat

11
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya

– Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya.

– Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas
pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien
nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.

– Pola eleminasi

Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan infeksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.

– Pola istirahat dan tidur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan

– Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.

– Pola penagulangan sters

Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas

– Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya

– Pola persepsi dan konsep diri

12
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang
persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan
body image dan ideal diri

– Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas (
Sharon J. Reeder, 1997:285)

– Pola tata nilai dan kepercayaan

Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan
terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah partus sehingga
aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.

1. Pemeriksaan fisik

– Kepala

bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya


cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan

– Leher

Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya


proses menerang yang salah

– Mata

Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-


kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kunuing

– Telinga

Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah


cairan yang keluar dari telinga.

– Hidung

Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung

– Dada

Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae
dan papila mamae

13
– Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.

– Genitaliua

Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat


pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.( cristina ibrahim, 1993: 50)

– Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur

– Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.

– Muskulis skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya
luka episiotomi

– Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

14
3.2 Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : KETUBAN PECAH DINI
DO : ↓
Tidak adanya perlindungan dari dunia luar dengan daerah rahim
↓ Resiko Infeksi
Mudahnya mikroorganisme masuk secara asendens

Resiko Infeksi
2 DS : ↓
DO :
3 DS : ↓
DO :
-
4 DS : - ↓
DO :

19
3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini.


2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d ketegangan otot rahim.
3. Defisit / kurang pengetahuan b.d pengakuan persalinan premature.
4. Kecemasan / ansietas b.d persalinan premature dan neonates berpotensi lahir premature.

3.4 Intervensi
PERENCANAAN
NO DATA
TUJUAN DAN KH INTERVENSI RASIONAL

1 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 3×24 1. Kaji tanda-tanda infeksi
ketuban pecah dini
jam di harapkan pasien 1. Untuk mengetahui tanda-tanda
DS :. tidak menunjukan tanda- 2. Pantau keadaan umum pasien infeksi yang muncul.
tanda infeksi . dengan
DO :
2. Untuk melihat perkembangan
- Kriteria hasil : 3. Bina hubungan saling percaya kesehatan pasien.
melalui komunikasi
– Tanda-tanda therapeutic.
infeksi tidak tidak 4.
ada. 5. Berikan lingkungan yang 3. Untuk memudahkan perawat
– Tidak ada lagi nyaman untuk pasien. melakukan tindakan.
cairan ketuban
yang keluar dari
pervaginaan.

20
4. Agar istirahat pasien terpenuhi.
– DJJ normal
Kolaborasi
– Leukosit pasien 1. Kolaborasi dengan dokter untuk
kembali normal memberikan obat antiseptik sesuai

– Suhu 36-37°C terapi. 5. Untuk proses penyembuhan


pasien

2. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan 1. Kali tanda-tanda Vital


keperawatan selama 3×24
nyeri b.d
jam di harapkan nyeri 1. Untuk mengetahui keadaan
ketegangan otot berkurang / nyeri hilang . umum pasien.
dengan criteria hasil : 2. pasien.Kaji skala nyeri (1-10)
rahim.
DS : – Tanda-tanda vital
dalam batas 2. Untuk mengetahui derajat nyeri
DO :
normal. 3. Ajarkan pasien teknik relaksasi pasien dan menentukan
- tindakan yang akan dilakukan.
TD :120/80 mm Hg

N : 60-120 X/ menit. 4. Atur posisi pasien


3. Untuk mengurangi nyeri yang
– Pasien tampak dirasakan pasien.
tenang/rileks.
5. Berikan lingkungan yang
– Pasien
mengatakan nyeri 4. Untuk memberikan rasa

21
pada perut nyaman dan batasi pengunjung. nyaman.
berkurang.

5. Untuk mengurangi tingkat


stress pasien dan pasien dapat
beristirahat.

3 Defisit / kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji apa pasien tahu


keperawatan selama 3×24 tentang tanda-tanda dan gejala
pengetahuan b.d
jam di harapkan pasien normal selama kehamilan. 1. Untuk mengetahui tentang
pengakuan memahami pengetahuan pemahaman pasien untuk
tentang penyakitnya . tindakan selanjutnya.
persalinan
dengan
premature 2. Ajarkan tentang apa yang harus
Kriteria hasil : dilakukan jika tanda KPD
DS :
muncul kembali. 2. Mencegah terjadinya hal-hal
DO : – Pasien terlihat yang tidak diinginkan terjadi
tidak bingung lagi. yang bisa membahayakan ibu-
-
janin.
– Pasien memahami
bahaya KPD dan
tau cara 3. Libatkan keluarga agar
mengantisipasinya memantau kondisi pasien . 3. Untuk membantu merencanakan
tindakan berikutnya.

22
4 Kecemasan / ansietas Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3×24
b.d persalinan
jam di harapkan ansietas 1. Kaji tingkat kecemasan pasien.
1. Mengetahui tingkatan
premature dan neonates pasien teratasi. dengan
kecemasan yang dialami pasien.
berpotensi lahir
Kriteria hasil :
premature 2. Dorong pasien untuk istirahat
– Pasien tidak cemas total.
DS : - 2. Untuk mempercepat proses
lagi
penyembuhan
DO :
– Pasien sudah
mengetahui tentang 3. Berikan suasana yang tenang
penyakit dan ajarkan keluarga untuk
memberikan dukungan
emosional pasien. 3. Untuk memberikan rasa
nyaman dan menurunkan
kecemasan pasien.

23
3.5 Implementasi dan Evaluasi

NO DATA IMPLEMENTASI EVALUASI

1 DS : - S:
DO : O
- A
P
1.
2.
2. DS : S
DO : - O
- A
P

3 DS : 1. S:
DO :
O
-

24
A

4 DS : 1.
DO :
S:

25
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak
perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan
diurussesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda
dangejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala
korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang
menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode
persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi
dan beratkorioamnionitis.

4.2 Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan
keluarganya. Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang
menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan
korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan
periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan
dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga
merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta.
EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal . Jakarta: YBP-SP.
Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. . Jakarta:
EGC

27

Вам также может понравиться