Вы находитесь на странице: 1из 15

MAKALAH KIMIA ANALIS

BERAT EKIVALEN ZAT PADA TITRASI VOLUMETRIC

Disusun oleh :
Putri Nabila zulvianti NIM (1704015058)
Muhtadiaizza NIM ( 1704015328)

Dosen : Yusnidar Yusuf

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu kimia adalah ilmu mempelajari tentang komposisi, struktur dan sifat
kimia atau materi berdasarkan perubahan yang menyertai terjadinya reaksi kimia
serta dapat menjelaskan proses atau reaksi yang ditimbulkan dari kejadian tersebut
misalnya terjadi perubahan materi dan energi.
Dalam percobaan laboratorium kita sebagai mahasiswa jurusan kimia
sering dipertemukan dengan suatu paraktek yang disebut dengan titrasi, Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi.
Proses titrasi juga sering disebut dengan analisa volumetri.
Pada percobaan volumetri, penentuan dilakukan dengan jalan titrasi yaitu,
suatu proses di mana larutan baku (dalam bentuk larutan yang telah diketahui
konsentrasinya) ditambahkan sedikit demi sedikit dari sebuah buret pada larutan
yang ditentukan atau yang dititrasi sampai keduanya bereaksi secara sempurna
dan mencapai jumlah equivalen larutan baku sama dengan nol equivalen larutan
yang dititrasi dan titik titrasi ini dinamakan titik equivalen atau titik akhir titrasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Analisa titrimetri atau volumetri
2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis
volumetric
3. Macam-macam analisis volumetri
4. Klasifikasi analisa titrimetri atau volumetri
5. Pembagian Analisa dalam Volumetri

C. TUJUAN
1. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan analisa titrimetri atau
volumetric
2. Agar dapat mengetahui pembagian analisa titrimetri
3. Agar dapat mengetahui macam-macam analisa volumetri

2
4. Agar dapat mengetahui klasifikasi pada pembagian analisa volumetri
5. Agar dapat mengetahui reaksi –reaksi kimia pada analisa titrimetri

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisa Titrimetri atau Volumetri


Analisa volumetri adalah analisa kimia kuantitatif yang dilakukan dengan
jalan mengukur volume suatu larutan standar yang bereaksi langsung dengan
larutan yang dianalisis, dimana kadar dan komposisi dari sampel ditetapkan
berdasarkan volume pereaksi (volume diketahui) yang ditambahkan ke dalam
larutan zat uji, hingga komponen yang ditetapkan bereaksi secara kuantitatif
dengan pereaksi tersebut. Proses diatas dikenal dengan titrasi. Oleh karena itu,
analisa volumetri disebut juga analisa titrimetri. Dasar –dasar dari Metode analisis
kuantitatif volumetri (titri metri),yaitu teknik analisis menggunakan titrasi.
Prosespenambahan volemu tertentu suatu larutanterhadap larutan yamg lain
disebut titrasi. Larutan yang sudah di ketahui konsentrasinyaadalah larutan
standar. Analit adalah larutanyang akan ditentukan konsentrasinya. Prinsip Dasar
Volumetri :
1. pencapaian reaksi titik akhir ekivalen harus berlangsung secara
stoikiometri.
2. titik ekivalen adalah titik pada saat senyawayang ditambahkan (pentiter)
telah tepat mencukupi bereaksi dengan analit.
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya
secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas)
atau M (molaritas). Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan
titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah
indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik
Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara
zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana
terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi
antara zat yang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan
dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat
mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik

4
ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain yang
dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini
dinamakan indikator.

B. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis


volumetric
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis
volumetrik adalah sebagai berikut :
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan
reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik
secara kimia maupun secara fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau
fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.

C. Macam-Macam Analisa Volumetri


Adapun macam-macam analisis volumetri ada tujuh, yakni:
1. Gasometri
Gasometri adalah volumetri gas dan yang diukur (kuantitatif)
adalah volume gas yang direaksikan atau hasil reaksinya.
2. Titrimetri
Titrimetri atau titrasi adalah pengukuran volume dalam larutan
yang diperlukan untuk bereaksi sempurna dengan sevolume atau sejumlah
berat zat yang akan ditentukan. Dalam setiap metode titrimetri selalu
terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan zat pendeteksi yang
disebut titran.
3. Alkalimetri

5
Alkalimetri adalah metode yang digunakan untuk menentukan
kadar suatu zat yang bersifat asam dengan menggunakan larutan standar
yang bersifat basa.

4. Acidimetri
Acidimetri adalah metode yang digunakan untuk menentukan
kadar suatu zat yang bersifat basa dengan menggunakan larutan standar
yang bersifat asam. Pada titrasi acidimetri terjadi penetralan asam basa
menurut reaksi
5. Permanganometri
Permanganometri adalah metode yang digunakan untuk
menentukan kadar suatu zat yang bersifat reduktor dengan menggunakan
larutan standar KMnO4yang bersifat oksidator. Pada titrasi
permanganometri terjadi reaksi redoks. Titrasi permanganometri tidak
menggunakan indikator karena KMnO4 sudah berfungsi sebagai auto
indikator
6. Iodometri
Iodometri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar
suatu zat yang bersifat reduktor dengan menggunakan larutan standar
I2 yang bersifat oksidator. Penambahan amylum dilakukan menjelang
TAT. Bila amylum ditambahkan lebih dahulu akan mengganggu jalannya
pengamatan pada TAT sebab I2 dapat mengikat amylum sehingga iod
amylum sukar dipisah.
7. Iodimetri
Iodometri adalah menentukan kadar suatu zat yang bersifat
oksidator (I2) dengan menggunakan larutan standar yang bersifat reduktor.

D. klasifikasi Analisa Titrimetri atau Volumetri

6
Penggolongan analisis titrimetri ini, berdasarkan ;
1. Reaksi Kimia asam basa :
a. Reaksi asam-basa (reaksi netralisasi)
Jika larutan bakunya adalah larutan basa, maka zat yang akan
ditentukan haruslah bersifat asam dan sebaliknya.
2. Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)
Yang terjadi adalah reaksi antara senyawa/ ion yang bersifat
sebagai oksidator dengan senyawa/ ion yang bersifat sebagai reduktor dan
sebaliknya.
Berdasarkan larutan bakunya, titrasi dibagi atas :
a. Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku
yang digunakan bersifat sebagai oksidator.
b. Reduksimetri adalah titrasi redoks dimana larutan baku yang
digunakan bersifat sebagai reduktor.
3. Reaksi Pengendapan (presipitasi)
Reaksi Pengendapan adalah reaksi penggabungan ion yang
menghasilkan endapan/ senyawa yang praktis tidak terionisasi.
4. Reaksi kompleksometri
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion
alkali dan alkali tanah/ ion-ion logam. Larutan bakunya : EDTA

E. Pembagian Analisa Volumetri


Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar, maka
analisis volumetri dibagi atas :
1. Titrasi asam – basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer
ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya.Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai
keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis
bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.

7
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan,
kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai
keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan
konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant. sebelum
melakukan titrasi, ada Cara Mengetahui Titik Ekuivalen.
Studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa paling
nyaman apabila dilakukan dengan mengunakan prosedur yang disebut
titrasi. dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui secara pasti, disebut dengan larutan standar (standard
solution),ditambahkan secara bertahap ke larutan yang lain konsentrasinya
tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut
berlangsun sampai sempurna jika kita mengetahui volume larutan standard
dan larutan tidak diketahui yang digunakan dalam titrasi,maka kita dapat
menghitung konsentrasi larutan tidak diketahui itu.
Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan
bereaksi dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai
dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau basa kuat. Titik akhir titrasi
mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH
larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan
pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator
yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan
sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.Untuk
memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan
dilakukan.Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
Dalam percobaan,Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu
buret ke dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan
ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat

8
dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat dihasilkan oleh
larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut
indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut
titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan
titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit
perbedaan yang disebut kesalahan titrasi.
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita
memakai sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi
jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi.
Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari
macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh
indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang
mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada
sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan
mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas
dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:

NxV asam = NxV basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M)


dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga
rumus diatas menjadi:

nxMxV asam = nxVxM basa

2. Titrasi pengendapan
Titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat
mengakibatkan terbentuknya endapan dari zat-zat yang saling bereaksi
(analit dan titran ). Suatu reaksi endapan dapat berkesudahan bila kelarutan
endapannya cukup kecil. konsentrasi ion-ion yang akan mengalami

9
perubahan yang besar di dekat titik ekuvalennya. Terdapat 3 cara
penentuan suatu senyawa dengan titrasi pengendapan yaitu :
a. cara mohr
b. cara volhard dan,
c. cara fayans
Pada penentuan dengan cara mohr,dilakukan titrasi langsung dalam
larutan netral dan sebagai indicator digunakan ion kromat, ion kromat
bertindak sebagai indikator yang banyak digunakan untuk titrasi
argentometri ion klorida dan bromida. Titik akhir titrasi dalam metode ini
ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata dari perak kromat.
Cara volhard digunakan untuk menetapkan kadar ion klorida secara
tidak langsung dalam suasana asam kuat ke dalam larutan klorida
ditambahkan larutan baku perak nitrat dalam jumlah sedikit dan
berlebihan. Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan baku tiosianat
mengunakan indicator Fe(III).Titik akhir titrasi ditandai dengan
terbentuknya larutan berwarna merah senyawa Fe(CNS)2+.titasi ini
merupakan titrasi balik digunakan jika reaksi berjalan lambat atu jika tidak
ada indicator pemastian TE.
Cara Fajans menggunakan indikator suatu senyawa organik yang
dapat diserap pada permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi
argentometri berlangsung AgNO3 digunakan sebagai titran dan indicator,
eiosin,fluoceein.metode ini digunakan untuk menentukan Cl-,Br-,I-,SCN-.

3. Titrasi reduksi-oksidasi
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar
reduktor atau oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi
dimana redoktur akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi. Agar dapat
digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi
persyaratan umum sebagai berikut :
a. Reaksi harus cepat dan sempurna.
b. Reaksi berlangsung secara stiokiometrik, yaitu terdapat kesetaraan
yang pasti antara oksidator dan reduktor.

10
c. Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator
redoks atau secara potentiometrik.
Salah satu aplikasi titrasi redoks khususnya iodometri dengan
I2 sebagai titran adalah untuk menentukan bilangan iod lemak dan
miyak.Karena kemampampuan mengoksidasi yang tidak besar, tidak
banyak zat yang dapat dititrasi berdasarkan iodometri langsung.
Pengunaan ini memeanfaatkan kesangupan ikatan rangkap zat organic
untuk mengadisi iod. Penentuan kadar vitamin C (asam arkobat) pun dapat
dialakukan dengan titrasi ini.
Aplikasi lain dadi titrasi redoks ini adalah penentuan kadar air
cara Karl Fischer. Pereaksinya tediri dari iod, belerang dioksida, piridin
dan methanol. Iod dan belerang dioksida membentuk kompleks dengan
piridin, dan bila terdapat air, maka kedua kompleks ini dengan kelebihan
piridin beraksi dengan air.

4. Titrasi Kompleksometri
Titrasi kompleksometri adalah cara penetapan kadar ion logam
berdasarkan terbeentuknya senyawa kompleks antara ion logam dan
senyawa pembentuk kompleks, yang merupakan donor elektron.. Titrasi
kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan.
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat
saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali
dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Dalam titrasi kompleksometri perlu diperhatikan pH larutan yang
dititrasi, sebab asam edtat terionisasi dalam 4 tingkat (pKl = 2,0 ; pK2 =
2,67 ; pK3 = 6,16 dan pK4 = 10,20) dan spesies pembentuk kompleks
yang sebenarnya adalah Y=. Dengan demikian, kompleks akan terbentuk
lebih efisien dan lebih stabil dalam larutan alkalis.

11
Salah satu senyawa pembentuk kompleks yang banyak digunakan
adalah Na.EDTA. senyawa EDTA ini dengan banyak kation membentuk
kompleks dengan perbandingan 1:1 beberapa valensi.
M++ + (H2Y)= (MY)= + 2H+

M3+ + (H2Y)= (MY)- + 2H+

M4++ (H2Y)= (MY) + 2 H+

M adalah logam dan (H2Y) adalah anion garam dinatrium edtat.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat saya ambil dari makalah ini yaitu :
1. Analisa volumetri adalah analisa kimia kuantitatif yang dilakukan dengan
jalan mengukur volume suatu larutan standar yang bereaksi langsung
dengan larutan yang dianalisis.
2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis
volumetrik adalah sebagai berikut :
a. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
b. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan
persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.
c. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen
tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.
d. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan
kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula
digunakan.
3. Adapun macam-macam analisis volumetri ada tujuh, yakni: Gasometri,
Titrimetri, Alkalimetri, Acidimetri, Permanganometri, Iodometri dan
Iodimetri.
4. Penggolongan analisis titrimetri yaitu: Reaksi Kimia asam basa, Reaksi
oksidasi-reduksi (redoks), Reaksi Pengendapan (presipitasi) dan Reaksi
kompleksometri
5. Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar, maka
analisis volumetri dibagi atas : Titrasi asam-basa, Titrasi pengendapan,
Titrasi redoks dan Titasi kompleksometri

B. Saran
Dalam melakukan analisis volumetri dibutuhkan ketelitian dan
kehati-hatian agar tidak salah dalam menganalisis. Karena jika terdapat

13
kesalahan kecil yang disebabkan oleh peneliti, akan mengakibatkan
kesalahan besar dalam menganalisis.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono HAM. 2006. Kamus Kimia. Bandung : PT Bumi Aksara

Mulyono HAM. 2006.Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Bandung : PT


Bumi Aksara

Ritawidya, Rien, Martalena Ramli dan Cecep Taufik Rustendi. 2014. Validase
Metode Penentuan Kadar Gadolinum (III) dan Ligan Diethyl
Tetramine Penta Acetic ( DTPA) dalam Contrast Agent Gd.
DTPA. Jurnal Radisotop dan Radiofarmaka. ISSN: 1410-8542. 17
(1)

Suirta I,W. 2010. Sintesis senyawa orto fenilazo -2-Naftol Sebagai Indikator
dalam Titrasi. Jurnal Kimia 4 (1).

Tim Dosen Kimia UNHAS. 2012. Kimia Dasar. Makassar : Universitas


Hasanuddin

Tim Penyusun Modul Kimia UNY. 2011. Kimia. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta

15

Вам также может понравиться