Вы находитесь на странице: 1из 13

1 siapakah tuhan itu

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata
dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim
bagi semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan
Maha Kuasa (tauhid).

2 sejarah pemikiran manusia tentang tuhan


Pemikiran Barat atau manusia primitive

Proses perkembangan pemikiran manusia tentang tuhan menurut teori evolusionisme


adalah sebagai berikut :

1. Dinamisme
Paham ini mengaku adanya kekuatan (maging power) yang berpengaruh dalam
kehidupan manusia, kekuatan ini terbentuk dalam kepercayaan hayati yang ditunjukkan
pada benda-benda (dianggap keramat).
2. Animisme
Paham ini mempercayai adanya peranan roh dalam kehidupan manusia, roh dianggap
selalu aktif walaupun sudah mati. Paham ini membagi roh atas dua yaitu roh baik dan roh
jahat (nakal).
3. Politeisme
Paham ini mempercayai dan menganggap banyak dewa sebagai Tuhan sehingga dewa
tersebut dipuja dan disembah oleh manusia.
4. Henoteisme
Dari banyak dewa, selanjutnya manusia menyeleksi satu dewa yang dianggap mempunyai
kekuatan lebih yang kemudian mereka anggap sebagai Tuhan.
5. Monoteisme
Paham ini menyertakan satu Tuhan untuk seluruh rakyat.
3 tuhan menurut agama-agama
Pemikiran Umat Islam

Islam mengawali pengenalan tentang Tuhan bersumber pada tauhid, dalam Islam terdapat
beberapa aliran yang bersifat liberal, tradisional dan ada pula yang bersifat diantara keduanya,
corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran tentang ilmu ketuhanan (ilmu tauhid) yang
masing-masing berlainan pandangan tentang Tuhan, diantara aliran tersebut yaitu (Nasution 1985
: 51-52) :

1. Mu’tazilah
Kaum rasionalisme yang menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan
keimanan dalam Islam, paham ini menghasilkan kemajuan dibidang ilmu pengetahuan.
2. Qadariah
Paham ini berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan dalam kehendak dan berusaha.
3. Jabariah
Paham ini berteori bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan untuk berkehendak dan berbuat,
Tuhan ikut di dalamnya bila manusia berbuat.
4. Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah
Paham ini berteori bahwa manusia memiliki kebebasan dalam kehendak dan usaha, namun Tuhan
jugalah yang menentukan

Tuhan dalam Agama-agama


Tuhan dalam agama Buddha
Dalam ajaran agama Buddha, Sang Buddha bukanlah Tuhan dalam agama Buddha yang bersifat
non-teis (yakni, pada umumnya tidak mengajarkan keberadaan Tuhan sang pencipta, atau
bergantung kepada Tuhan sang pencipta demi dalam usaha mencapai pencerahan; Sang Buddha
adalah pembimbing atau guru yang menunjukkan jalan menuju nirwana).
Pandangan umum tentang Tuhan menjelaskan suatu keberadaan yang tidak hanya memimpin
tetapi juga menciptakan alam semesta. Pemikiran dan konsep tentang inilah yang sering
diperdebatkan oleh banyak Buddhis dalam perpecahan agama Buddha. Dalam agama Buddha,
asal muasal dan penciptaan alam semesta bukan berasal dari Tuhan, melainkan karena hukum
sebab dan akibat yang telah disamarkan oleh waktu. Bagaimanapun, beberapa Sutra Mahayana
tertentu (seperti Sutra Nirwana dan Sutra Teratai) dan terutama tantra-tantra tertentu seperti
Kunjed Gyalpo Tantra memberikan menunjukkan bahwa sikap memandang Buddha yang maha
hadir, mempunyai intisari yang membebaskan dan abadi kenyataan dari segala benda, sampai
sejauh ini, boleh dibilang sudah mendekati pandangan Tuhan sebagai segalanya.Dalam agama
Buddha, tidak ada makhluk sakti yang menjadi pencipta segalanya. Buddha Gautama
menyatakan bahwa pemikiran kitalah yang telah menjadikan dunia ini. Sang Buddha
menganggap buah pikiran sebagai pencipta. Kita adalah buah pikiran kita sendiri.
Tuhan dalam agama Islam
Dalam konsep Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta
Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta
alam[1][2].
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa
(tauhid).[3] Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.[4] Menurut al-
Qur'an terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang
mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda.[5][6] Semua nama tersebut mengacu pada
Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas.[7] Diantara 99 nama Allah tersebut, yang
paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha
Penyayang" (ar-rahim).[5][6]
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurahhatian
yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas
keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul dimana pun tanpa harus
menjelma dalam bentuk apa pun.[8] Menurut al-Qur'an, "Dia tidak dapat dicapai oleh
penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus
lagi Maha Mengetahui." (QS al-An'am[6]:103)[2]
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang
personal: Menurut al-Qur'an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia
menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di
atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”[8]
Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang disembah
oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi (29:46).[9] Namun, hal ini
tidak diterima secara universal oleh kalangan non-Muslim.
Tuhan dalam agama Hindu
Tuhan dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan dalam Weda adalah Tuhan tidak
berwujud dan tidak dapat digambarkan, bahkan tidak bisa dipikirkan. Dalam bahasa Sanskerta
keberadaan ini disebut Acintyarupa yang artinya: tidak berwujud dalam alam pikiran manusia.
Tuhan Yang Maha Esa ini disebut dalam beberapa nama, antara lain:
• Brahman: asal muasal dari alam semestea dan segala isinya
• Purushottama atau Maha Purusha
• Iswara (dalam Weda)
• Parama Ciwa (dalam Whraspati tatwa)
• Sanghyang Widi Wasa (dalam lontar Purwabhumi Kemulan)
• Dhata: yang memegang atau menampilkan segala sesuatu
• Abjayoni: yang lahir dari bunga teratai
• Druhina: yang membunuh raksasa
• Viranci: yang menciptakan
• Kamalasana: yang duduk di atas bunga teratai
• Srsta: yang menciptakan
• Prajapati: raja dari semua makhluk/masyarakat
• Vedha: ia yang menciptakan
• Vidhata: yang menjadikan segala sesuatu
• Visvasrt: ia yang menciptakan dunia
• Vidhi: yan menciptakan atau yang menentukan atau yang mengadili.

Tuhan Yang Maha Esa ini apapun namaNya digambarkan sebagai:


- Beliau yang merupakan asal mula. Pencipta dan tujuan akhir dari seluruh alam semesta
- Wujud kesadaran agung yang merupakan asal dari segala yang telah dan yang akan ada
- Raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan berkembang dengan makanan
- Sumber segalanya dan sumber kebahagiaan hiudp
- Maha suci tidak ternoda
- Mengatasi segala kegelapan, tak termusnahkan, maha cemerlang, tiada terucapkan, tiada
duanya.
- Absolut dalam segala-galanya, tidak dilahirkan karena Beliau ada dengan sendirinya
(swayambhu)
Penggambaran tentang Tuhan Yang Maha Esa ini, meskipun telah berusaha menggambarkan
Tuhan semaksimal mungkin, tetap saja sangat terbatas. Oleh karena itu kitab-kitab Upanisad
menyatakan definisi atau pengertian apapun yang ditujukan untuk memberikan batasan kepada
Tuhan Yang Tidak Terbatas itu tidaklah menjangkau kebesaranNya. Sehingga kitab-kitab
Upanisad menyatakan tidak ada definsi yang tepat untukNya, Neti-Neti (Na + iti, na + iti), bukan
ini, bukan ini.
Tuhan dalam agama Katholik
Agama Katholik adalah agama Kristen yang paling tua. Katholik sendiri berarti orang-orang
umum, karena mereka mengaku-aku sebagai induk segala gereja dan penyebar missi satu-
satunya di dunia. Disebut pula dengan Gereja Barat atau Geraja Latin, karena mereka
mendominasi Eropa Barat, yaitu mulai dari Italia, Belgia, Prancis, Spanyol, Portugal dan lain-
lainnya. Disebut juga sebagai Gereja Petrus atau Kerasulan kare na mereka mengaku-aku bahwa
yang membangun agama mereka adalah Petrus, murid Nabi ‘Isa yang paling senior.
Agama Katholik meyakini bahwa Roh Qudus tumbuh dari Tuhan Bapa dan Anak secara
bersamaan. Mereka juga berkeyakinan bahwa Tuhan Bapa dan Tuhan Anak memiliki
kesempurnaan yang sama. Bahkan mereka meyakini bahwa Yesus atau Tuhan Anak ikut
bersama-sama dengan Tuhan Bapa mencipta langit dan bumi.
Tuhan dalam agama Kristen
Islam adalah satu-satunya agama di luar Kristen yang menetapkan pernyataan keimanan percaya
kepada Yesus (Isa). Tidak ada seorang Muslim yang bisa dikatakan Muslim jika ia tidak percaya
kepada Yesus/Isa sebagai nabi dan rasul Allah). Kami meyakini bahwa ia (Yesus) adalah salah
satu rasul Allah SWT. Kami percaya bahwa ia dilahirkan secara mukjizat, tanpa adanya
intervensi peran laki-laki, dimana banyak orang-orang Kristen pada masa sekarang yang sudah
tidak mempercayai mukjizat itu lagi. Kami percaya bahwa ia mampu menghidupkan orang mati
dengan izin Allah. Kami percaya bahwa ia mampu menyembuhkan kebutaan seseorang yang
dibawa sejak lahir, dan mampu menyembuhkan penyakit kusta dengan seizin dari Allah SWT.
Banyak hal yang sama antara orang-orang Kristen dan orang-orang Muslim, namun begitu, ada
hal-hal yang membedakan.
Orang Kristen mengatakan dengan keyakinannya bahwa Yesus Kristus (Isa a.s) adalah Tuhan
Yang Maha Kuasa dan Yesus sendiri mengakui perihal ketuhannya. Kenyataannya, jika Anda
baca di dalam Alkitab maka tidak terdapat satupun pernyataan di dalam Alkitab yang ada dimana
Yesus mengatakan langsung dari dirinya berupa kalimat “Akulah Tuhan”, atau kalimat
“Sembahlah aku”. Saya ulangi, tidak ada satu ayatpun di dalam Alkitab dimana Yesus sendiri
ada mengatakan langsung dari dirinya berupa kalimat “Akulah Tuhan”, atau kalimat “Sembahlah
aku”.
Sebaliknya, jika Anda baca Alkitab, disebutkan di dalam kitab Injil Yohannes, pasal 14 ayat 28,
Yesus berkata “... sebab Bapa lebih besar daripada Aku”. Disebutkan di dalam kitab Injil
Yohannes, pasal 10 ayat 29, “Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari
pada siapapun ... “. Di dalam Injil Matius, pasal 12 ayat 28 disebutkan “Tetapi jika Aku
mengusir setan dengan kuasa Roh Allah ... “. Di dalam Injil Lukas, pasal 11 ayat 20, disebutkan,
“Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah ... “, Disebutkan di dalam kitab Injil
Yohannes, pasal 5 ayat 30, “Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku
menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak
menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku”. Yesus tidak
pernah menyatakan perihal ketuhanannya. Sebaliknya, Yesus datang untuk menggenapi hukum
yang sudah ada sebelumnya (yakni syariat yang dibawa oleh Musa). Sebagaimana yang
dijelaskan did alam Injil Matius pasal 5 ayat 17 hingga 20, “Janganlah kamu menyangka, bahwa
Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena aku berkata kepadamu Sesungguhnya
selama belum lenyap langit dan bum ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari
hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu, siapa yang meniadakan salah satu perintah
hukum Taurat sekalipun yang paling kecil dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia
akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam kerajaan Sorga; tetapi siapa yang
melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat
yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu
tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga”. Jadi, Yesus berkata jika Anda
ingin masuk ke dalam Kerajaan Sorga, maka Anda harus mematuhi setiap ketetapan perintah
yang disampaikan oleh Nabi Musa a.s. Anda harus mematuhi setiap perintah yang termuat di
dalam Perjanjian Lama termasuk ayat-ayat yang tadi saya kutipkan, yakni bahwa hanya ada satu
Tuhan dan Anda dilarang untuk menyembah kepada berhala. Anda juga dilarang untuk membuat
gambaran (penampakan/rupa) tentang Dia

4 pembuktian Wujud Tuhan


Banyak sekali bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa Tuhan adalah
Wujud (ada). Bukti klasik yang sering digunakan adalah tentang adanya alam semesta. Setiap
sesuatu yang ada tentu diciptakan dan pencipta pertama adalah Tuhan. Pembuktian dengan
pendekatan seperti diatas sebenarnya bukanlah hal baru lagi. Jauh sebelum umat Islam
menggunakan pembuktian semacam itu Plato telah mengemukakan teori dalam
bukunya Timaeus yang mengatakan bahwa tiap-tiap benda yang terjadi mesti ada yang
menjadikan.
Sebagaimana pun bukti-bukti klasik dapat menunjukkan tentang esensitas wujud Tuhan,
namun mereka yang masih saja menganggap dirinya sebagai atheis tetap saja tidak menerima
kebenaran ilmiah hakiki bahwa Tuhan terbukti ada. Berdasarkan fakta tersebut kiranya penulis
merasa perlu juga menyajikan bukti-bukti yang lebih kontemporer sebagaimana yang
diperbincangkan oleh beberapa ahli pikir pada zaman sekarang khususnya di universitas-
universitas di Scotlandia.
1. Pembuktian Melalui Pendekatan Klasik
a. Kemungkinan Ada dan Tiadanya Alam (Contingency)
Adanya alam semesta serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik,
tidak boleh tidak memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya.
Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya Pencipta
Alam.
Berdasarkan logika yang sama tentang adanya alam dalam membuktikan adanya Sang
Pencipta, maka ketika alam serta organisasinya yang menakjubkan tersebut kemudian mejadi tidak
ada, ketiadaan tersebut secara logis juga membuktikan adanya satu Dzat yang meniadakannya.
b. Rangkaian Sebab Akibat (Cosmological)
Prof. Dr. H. M Rasjidi memberikan perumpamaan dalam bukunya : Kalau dua batang
pohon berdiri berdampingan satu sama lain dalam hutan, bila yang satu mati dan yang satu tetap
hidup, orang akan beranggapan bahwa ada sebab-sebab dan faktor-faktor yang menimbulkan
adanya keadaan yang berlainan itu.
Jika kita amati dengan seksama apa yang dikemukakan oleh beliau kita akan menemukan
satu bukti besar bahwa Allah itu ada. Pohon yang mati sebab mendapat penyakit, dan penyakit
timbul juga karena sebab dan begitulah seterusnya.
2. Pembuktian Melalui Pendekatan Kontemporer
a. Peraturan Thermodynamics yang kedua
Hukum yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan energi
membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin bersifat azali. Bertitik tolak dari kenyataan
bahwa proses kerja kimia dan fisika di alam terus berlangsung serta kehidupan tetap berjalan.
Maka hal ini membuktikan secara pasti bahwa alam bukan bersifat azali.
Jika demikian maka kita dapat mengambil konklusi bahwa dunia ini akan berakhir dan
dunia ini mempunyai permulaan. Satu hal yang kemudian menjadi menarik bahwa dunia ini tidak
dapat terwujud dengan sendirinya, kecuali dengan pertolongan adanya Dzat yang berada di luar
alam. Oleh karena itu pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan.
b. Purposive Order.
Segala jenis planet dan bintang yang tersusun dalam tatasurya berjalan sesuai rotasinya.
Matahari dan bulan, siang dan malam bergerak secara teratur dan mengikuti aturan yang pasti.
Semua itu tidak akan mungkin terjadi secara serasi bila tidak ada yang mengaturnya. Jika dalam
pergerakan dan perputarannya mereka bebas, niscaya malam akan menjadi siang dan siang akan
menjadi malam.
Metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan keserasian alam
oleh Ibnu Rusyd diberi istilah “Dalil Ikhtira”. Disamping itu, Ibnu Rusyd juga menggunakan
metode lain yaitu “Dalil Inayah”. Dalil Inayah adalah metode pembuktian adanya Tuhan melalui
pemahaman dan penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia.

Jumat, 27 Agustus 2010


1 pengertian iman

Pengertian Iman dan Penjelasan Arti Iman


Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut
istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah
adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat
keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta
dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.

2 wujud iman

Wujud Iman Kepada Tuhan

Namun, mari kita lihat keberanian Abram menjawab panggilan Tuhan


Allah, yaitu saat Tuhan memintanya meninggalkan tanah kelahiran, sanak
saudara, dan hidup yang mapan di Haran. Waktu itu usia Abram sudah
75 tahun. Sudah usia senja, tidak produktif lagi. Tapi inilah jawab Abram:
“pergilah Abram seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya.”
Walaupun belum tahu negeri mana yang dijanjikan Tuhan Allah

Wujud Iman.
Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan
keyakinan yang mendorong seseorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman
sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal
shaleh. Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap segala seseuatu sesuai dengan
keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu secara
utuh dalam diri seeorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.

3 proses terbentknya iman

roses Terbentuknya Iman

Spermatozoa dan ovum yang diproduksi dan dipertemukan atas dasar ketentuan yang
digariskan ajaran Allah, merupakan benih yang baik. Allah menginginkan agar makanan yang
dimakan berasal dari rezeki yang halalan thayyiban. Pandangan dan sikap hidup seorang ibu
yang sedang hamil mempengaruhi psikis yang dikandungnya. Ibu yang mengandung tidak
lepas dari pengaruh suami, maka secara tidak langsung pandangan dan sikap hidup suami
juga berpengaruh secara psikologis terhadap bayi yang sedang dikandung. Oleh karena itu
jika seseorang menginginkan anaknya kelak menjadi mukmin yang muttaqin, maka suami
isteri hendaknya berpandangan dan bersikap sesuai dengan yang dikehendaki Allah.

Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang
berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang intensif,
besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih iman. Berbagai
pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik yang
datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk
benda-benda mati seperti cuaca, tanah, air, dan lingkungan flora serta fauna.

Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang
disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah laku
orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi anak-anak.
Tingkah laku yang baik maupun yang buruk akan ditiru anak-anaknya. Jangan diharapkan
anak berperilaku baik, apabila orang tuanya selalu melakukan perbuatan yang tercela. Dalam
hal ini Nabi SAW bersabda, “Setiap anak, lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan
menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.

Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses
perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah
langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah,
maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.

Seseorang yang menghendaki anaknya menjadi mukmin kepada Allah, maka ajaran Allah
harus diperkenalkan sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak itu dari tingkat verbal
sampai tingkat pemahaman. Bagaimana seorang anak menjadi mukmin, jika kepada mereka
tidak diperkenalkan al-Qur’an.

Di samping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa
pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi senang. Seorang anak harus
dibiasakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang
dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang dan terampil dalam melaksanakan
ajaran-ajaran Allah.

Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan
diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri atas perbuatan yang menampak saja. Di dalamnya
tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak selalu mudah ditanggapi kecuali secara tidak
langsung (misalnya, melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan
sikap mental tersebut); bahkan secara tidak langsung itu adakalanya cukup sulit menarik
kesimpulan yang teliti. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah tingkah laku dalam arti luas
dan dikaitkan dengan nilai-nilai hidup, yakni seperangkat nilai yang diterima oleh manusia
sebagai nilai yang penting dalam kehidupan yaitu iman. Yang dituju adalah tingkah laku yang
merupakan perwujudan nilai-nilai hidup tertentu, yang disebut tingkah laku terpola.

Dalam keadaan tertentu sifat, arah, dan intensitas tingkah laku dapat dipengaruhi
melalui satu campur tangan secara langsung, yakni dalam bentuk intervensi terhadap
interaksi yang terjadi.

Dalam hal ini dijelaskan beberapa prinsip dengan mengemukakan implikasi


metodologiknya :
1. Prinsip pembinaan berkesinambungan

Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang panjang, terus menerus, dan tidak
berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan orang semakin lama
semakin mampu bersikap selektif. Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak kecil dan
berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu penting mengarahkan proses motivasi, agar dapat
membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif dalam menghadapi nilai-nilai hidup yang
patut diterima atau yang seharusnya ditolak.

2. Prinsip internalisasi dan individuasi

Sesuatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah
laku tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk menghayatinya melalui satu
peristiwa internalisasi (yakni usaha menerima nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya)
dan individuasi (yakni usaha menempatkan nilai serasi dengan sifat kepribadiannya). Melalui
pengalaman penghayatan pribadi, ia bergerak menuju satu penjelmaan dan perwujudan nilai
dalam diri manusia secara lebih wajar dan “alamiah”, dibandingkan bilamana nilai itu
langsung diperkenalkan dalam bentuk “utuh”, yakni bilamana nilai tersebut langsung
ditanamkan kepada anak didik sebagai satu produk akhir semata-mata. Prinsip ini
menekankan pentingnya mempelajari iman sebagai proses(internalisasi dan indidivuasi).
Implikasi metodologiknya ialah bahwa pendekatan untuk membentuk tingkah laku yang
mewujudkan nilai-nilai iman tidak dapat hanya mengutamakan nilai-nilai itu dalam bentuk
jadi, tetapi juga harus mementingkan proses dan cara pengenalan nilai hidup tersebut. Dari
sudut anak didik, hal ini berarti bahwa seyogianya anak didik mendapat kesempatan sebaik-
baiknya mengalami proses tersebut sebagai peristiwa pengalaman pribadi, agar melalui
pengalaman-pengalaman itu terjadi kristalisasi nilai iman.

3. Prinsip sosialisasi

Pada umumnya nilai-nilai hidup baru benar-benar mempunyai arti, bila telah memperoleh
dimensi sosial. Oleh karena itu satu bentuk tingkah laku terpola baru teruji secara tuntas
bilamana sudah diterima secara sosial. Implikasi metodologiknya ialah bahwa usaha
pembentukan tingkah laku mewujudkan nilai iman hendaknya tidak diukur keberhasilannya
terbatas pada tingkat individual (yaitu dengan hanya memperhatikan kemampuan-
kemampuan seseorang dalam kedudukannya sebagai individu), tetapi perlu mengutamakan
penilaian dalam kaitan kehidupan interaksi sosial (proses sosialisasi) orang tersebut. Pada
tingkat akhir harus terjadi proses sosialisasi tingkah laku, sebagai kelengkapan proses
individuasi, karena nilai iman yang diwujudkan ke dalam tingkah laku selalu mempunyai
dimensi sosial.

4. Prinsip konsistensi dan koherensi

Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani secara
konsisten yaitu secara tetap dan konsekwen, serta secara koheren, yaitu tanpa mengandung
pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya. Implikasi metodologiknya adalah
bahwa usaha yang dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya tingkah laku yang
mewujudkan nilai iman hendaknya selalu konsisten dan koheren. Alasannya, caranya, dan
konsekwensinya dapat dihayati dalam sifat dan bentuk yang jelas dan terpola serta tidak
berubah-ubah tanpa arah. Pendekatan demikian berarti bahwa setiap langkah yang terdahulu
akan mendukung serta memperkuat langkah-langkah berikutnya. Apabila pendekatan yang
konsisten dan koheren sudah nampak, maka dapat diharapkan bahwa proses pembentukan
tingkah laku dapat berlangsung lebih lancar dan lebih cepat, karena kerangka pola tingkah
laku sudah tercipta.

5. Prinsip integrasi

Hakekat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap orang pada


problematik kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas dan menyeluruh. Jarang sekali
fenomena kehidupan yang berdiri sendiri. Begitu pula dengan setiap bentuk nilai hidup yang
berdimensi sosial. Oleh karena itu tingkah laku yang dihubungkan dengan nilai iman tidak
dapat dibentuk terpisah-pisah. Makin integral pendekatan seseorang terhadap kehidupan,
makin fungsional pula hubungan setiap bentuk tingkah laku yang berhubungan dengan nilai
iman yang dipelajari. Implikasi metodologiknya ialah agar nilai iman hendaknya dapat
dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan ketrampilan tingkah laku yang terpisah-pisah,
tetapi melalui pendekatan yang integratif, dalam kaitan problematik kehidupan yang nyata.

4 tanda orang beriman


Dalam ayat tersebut Allah menyebutkan lima sifat orang beriman, yakni;
1. Bila disebut nama Allah, hatinya bergetar
“Idza dzukirallahu wajilat quluubuhum; Bila disebut (nama, janji, dan
ancaman) Allah bergetarlah hati mereka. Inilah sifat pertama orang beriman
yang disebutkan oleh Allah dalam ayat ini. Bergetarnya hati mereka
menunjukan rasa takut, sikap ta’dzim (pengagungan), dan cinta kepada Allah
yang tertanam di hati mereka.
Dan diantara dzikrullah yang dapat menggetarkan hati orang-orang beriman
adalah bacaan a-Qur’an. Bahkan tidak ada sesuatu yang paling besar
pengaruhnya dalam mengingatkan tentang Allah dan memperingatkan untuk
tidak menyelisihi perintah-Nya melebihi al-Qur’an. Karena dalam Al-Qur’an
terdapat nama-nama Allah, janji dan ancaman-Nya. Allah Ta’ala sebutkan
dalam surah Az- Zumar ayat 23;
Allah menurunkan perkataan terbaik (yaitu) Kitab Al-Qur’an yang serupa ayat-
ayat-Nya lagi berulang-ulang. Gemetar karena-Nya kulit orang-orang yang
takut kepada Tuhannya. Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka
karena mengingat Allah. (terj. Qs. Az-Zumar :23)
Selain itu getaran hati yang muncul setelah mendengarkan nama Allah
tersebut juga melahirkan ketenangan hati. Karena hanya dengan dzikrullah
hati menjadi tenang. Sebagamana firman Allah dalam surah Ar-Ra’d ayat 28.
Rasa tenang tersebut merupakan cerminan perasaan lapang dada yang
ditimbulkan oleh cahaya makrifat dan tauhid. Karena hati yang bergetar ketika
mendengar nama, janji, dan ancaman Allah juga melahirkan rasa takut
berbuat maksiat serta semangat dan energi gerak melakukan ketaan kepada
Allah.
2. Iman Mereka Bertambah bila Mendengar Ayat Allah
Sifat mereka yang kedua adalah, bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat
Allah, maka iman mereka bertambah. Yakni keyakinan mereka kepada Allah
bertambah mantap, dan bukti dari pertambahan iman tersebut adalah
meningkatnya amal shaleh.
sahabat untuk memperdengarkan bacaan al Qur’an kepada beliau. Seperti
beliau pernah meminta kepada ibn Masud radhiyallahu ‘anhu untuk
membacakan al-Qur’an kepadanya.
3. Bertawakkal kepada Allah
Tawakkal adalah bertumpu dan bersandar sepenuhnya hanya kepada Allah
yang disertai dengan usaha mencari sebab (sarana). Orang beriman hanya
bertawakkal kepada Allah. Karena mereka tahu, tawakkal merupakan ibdah
dan ibadah hanya ditujukan kepada Allah semata. Tawakkal merupakan
tingkatan tauhid tertinggi. Oleh karena itu, ciri mukmin sejati adalah tawajjuh
kepada Allah semata dan hanya berdo’a kepada-Nya.
Dalam kalimat wa ‘alaa rabbihim yatawakkalun pada ayat di atas didahulukan
penyebutan Allah sebagai objek yang dituju dalam bertawakkal. Hal itu
menunjukan dua hal; pertama, Tawakkal hanya ditujukan kepada Allah Rabb
(Tuhan) semesta alam. Karen Dialah tumpuan dan dan sandaran satu-satu-
Nya bagi setiap makhluq. Kedua, Menunjukan kuatnya tawakkal orang-orang
beriman kepada Allah. Mereka hanya bertawakal kepada Allah, serta tidak
bertumpu dan bersandar kepada selain-Nya.
4. Menegakkan Shalat
Ini merupakan salah satu sifat orang beriman yang paling sering disebutkan
dalam al-Qur’an dan hadits Nabi shallallau ‘alaihi wa sallam. Mendirikan atau
menegakkan shalat. Bukan sekadar mengerjakan shalat. Karena yang
dimaksud denganiqamatus Shalah (mendirikan/menegakkan shalat) adalah
mendirikan shalat dengan memenuhi rukun-rukunnya, syarat-syaratnya,
sunnah-sunnhnya, dan adab-adabnya.
Selain itu menegakkan shalat juga bermakna menunaikan shalat tersebut
pada awal waktunya secara berjama’ah di Masjid dan melaksanakannya
dengan khusyu’. Penunaian dan penegakkan shalat secara sempurna dengan
menyempurnakan rukun, syarat,wajib, sunnah, dan adabnya serta dilakukan
dengan khusyu dan tertib; waktu, cara, dan tempat diharapkan membuahkan
hasil mencegah seseornag dari perbuatan keji, mungkar, dan sia-sia.
5. Menginfakkan Sebagian Rezki Yang Mereka Peroleh
Rezki yang dimaksud di sini tidk hanya berupa harta. Tapi termasuk di
dalamnya harta, ilmu, kedudukan, dan kesehatan. Orang beriman
menginfakkan kesemua itu sebagai bukti iman dan taatnya kepada Allah
Ta’ala. Infaq di sini bisa mencakup yang wajib maupun yang sunnah. Karena
Ibadah kepada dengan harta (‘ibadah maliyah) memiliki ragam bentuk, seperti
zakat, infaq, sedekah, waqaf, hibah, hadiah, dan memberi pinjaman.
Dalam ayat al-Qur’an, ibadah maliyah seperti infaq memiliki kedudukan yang
sangat utama. Dalam sebagian ayat diisyaratkan bahwa ibadah maliyah
berupa zakat, sedakah, infaq, dan sebagainya merupakan ciri utama orang
beriman dan bertakwa yang akan memperoleh kemulian dan pemuliaan dari
Allah berupa petunjuk (hudan), rezki, al-falah (keberuntungan), yang akan
berujung pada derajat yang tinggi di Surga Firdaus pada hari akhir kelak.
Diantara ayat yang menerangkan hal itu adalah Surah Al-Mukminun ayat 1-11
dan Surah Al-Anfal ayat 2-4 di atas.
Sumber dari: http://wahdah.or.id/lima-tanda-orang-beriman-yang-sebenarnya/

5 korelasi keimanan dan ketkwaan

Korelasi Keimanan dan Ketaqwaan

Korelasi Keimanan dan


Ketaqwaan

Keimanan pada keesaan allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua,
yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. tauhid teoritis adalah ajaran yang membahas
tentang keesaan zat, sifat dan perbuatan tuhan. Pembahasan keesaan zat,sifat dan
perbuatan tuhan berkaitan dengan kepercayaan kepercayaan,pengetahuan, persepsi,
dan pemikiran atau konsep tentang tuhan. konsenkuensi logis tauhid teoritis adalah
pengakuan yang ikhlas bahwa allah adalah satu-satunya wujud mutlak, yang menjadi
sumber semua wujud.

Adapun tauhid praktis yang disebut dengan tauhid ibadah, berhubungan dengan amal
ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari teori teoritis. Kalimat laillaha
illallah ( tiada tuhan selain allah)yang lebih menekankan pengertian tentang tauhid
praktis (tauhid ibadah). Tauhid adalah ketaatan hanya kepada allah. Dengan lai tidak
ada yang disembah selain allah, atau yang disembah hanya allah semata dan
menjadikannya temapt tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.

selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman kepada alla,
tuhn maha esa. Tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan
perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sempurna. Dalam
pandangan islam, yang dimaksud dengan tauhid sempurna adalah tauhid yang tercermin
dalam ibadah dan dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata
lain harus ada kesatuan dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri
dan dalam kehidupan sehari-hari secara murni dan kosekuen.

Вам также может понравиться