Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
SUB KELOMPOK B
para peternak bisa mengawinkan ternak betinanya tanpa perlu pejantan utuh.
Inseminasi buatan sebagai teknologi reproduksi merupakaan serangkaian
proses yang terencana dan terprogram karena akan menyangkut kualitas genetik
ternak di masa yang akan datang. Pelaksanaan dan penerapan teknologi inseminasi
diharapkan nantinya akan menghasilkan anakan yang mempunyai kualitas yang lebih
kelayakan kualitas semen, pengolahan dan pengawetan semen dalam bentuk cair dan
ternak melalui usaha penyebaran bibit unggul. Salah satu factor yang menentukan
saat inseminasi buatan, dibutuhkan bahan pengencer semen yang baik. Seperti
diketahui bahwa jenis pengencer semen sangat bervariasi dan memiliki keistimewaan
masing – masing.
Kegiatan PPDH di ex laboratorium inseminasi buatan ini meliputi pembuatan
beberapa pengenceran semen dengan tujuan untuk melihat perbedaan dari pengencer
mengetahui tata cara pelaksanaan penanmpungan semen domba, untuk mengetahi tata
cara pemeriksaan semen baik makroskopis maupun mikroskopis semen domba serta
pengencer dimana nantinya dapat diketahu pengencer terbaik yang dapat digunakan
pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis semen domba dengan baik serta mampu
nantinya dapat diketahu pengencer terbaik yang dapat digunakan untuk inseminasi
buatan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
atau spermatozoa dan sekresi dari organ aksesori dari saluran reproduksi jantan
(Hafez and Hafez, 2000). Semen terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang padat
adalah sel spermatozoa dan bagian yang cair adalah plasma semen. Sel spermatozoa
dihasilkan dalam testis sedangkan plasma semen adalah campuran sekresi yang
berasal dari epididymis dan kelenjar – kelenjar kelamin pelengkap seperti vesikularis,
kualitas dan kuantitas semen antara lain yaitu pakan, umur, frekuensi penampungan,
(krem), volume semen antara 0,8 – 2 cc, konsistensi pekat dan pH antara 6,9 – 7,3.
9
Sedangkan ciri mikroskopus semen domba yang baik adalah konsenstrasi 2 – 6 x 10
melebihi 50 %. Kondisi semen domba ini dapat dipengaruhi oleh umur, kondisi
mengandung sel spermatozoa 1 / 3 bagian dan sisanya adalah cairan aksesoris yang
mengandung banyak fruktosa dan asam sitrat yang semuanya berasal dari kelenjar
vesikula seminalis. Semen domba juga banyak mengandung Fe, Zn, Cu dan
Spermatozoa normal tersusun atas kepala dan ekor dimana pada bagian ekor
spermatozoa adalah kepala yang meliputi nucleus, yang berisi kode genetik. Post
nuclear cap yang melindungi bagian posterior nucleus dan akrosom. Titik dimana
bersatunya ekor dan kepala berisi centriol proximal dan disebut daerah implant.
Bagian kepala penting saat penetrasi pada oocyte yang menyampaikan muatan kode
genetik. Sedangkan ekor merupakan bagian metabolis yang menghasilkan energi dan
sapi, lokasi hanya pada sebelah posterior mitochondrial sheath, yang terbentuk dari
fruktosa dan substrat energi lainnya menjadi senyawa kompleks yang dapat
pelindung. Ciri-ciri utama dari ekor adalah axial filament. Axial filament merupakan
fibril-fibril yang sangat kecil yang dimulai dari centriol proximal dan melintasi
seluruh ekor. Kontraksi fibril ini dikarenakan adanya gerakan ekor yang mendorong
spermatozoa maju. Kontraksi dimulai dari centriol proximal dengan tahapan yang
teratur yang mengelilingi garis tepi fibril dan dengan ritmik turun ke ekor (Bearde et
al., 2004).
Pemeriksaan semen secara mikroskopis meliputi gerakan massa, gerakan
individu atau motilitas, konsentrasi, persentase hidup dan mati, dan abnormalitas.
Gerakan massa adalah gerakan dari beberapa spermatozoa bersama-sama sehingga
banyak dan bergerak cepat (+++/sangat baik) serta yang membentuk gelombang tipis,
jarang dan gerakan lamban (++/baik). Gerakan individu dari setiap spermatozoa
mencapai sel telur di dalam saluran oviduk dalam waktu yang relatif singkat,
yang kurang baik dan sering berhubungan dengan infertilitas. Kebanyakan pejantan
yang fertil mempunyai 50% sampai 80% spermatozoa yang motil aktif progresif.
semen sesudah pengenceran. Menurut cara Rusia konsentrasi semen yang dapat
digunakan dalam inseminasi buatan adalah Densum (D) umumnya kental yaitu bila
yang satu dengan yang lain kurang dari panjang satu kepala spermatozoa. Semi
Densum (SD), jarak antara satu kepala spermatozoa yang satu dengan yang lain lebih
dari panjang satu kepala spermatozoa. Rarum (R) semen ini encer, jarak antar kepala
spermatozoa yang satu dengan yang lainnya demikian besarnya sehingga hampir
sama dengan seluruh panjang satu spermatozoa. Azoospermia (A) semen sangat
encer, tidak terdapat atau hanya sedikit sekali mengandung spermatozoa di dalam
semen. Persentase yang hidup adalah jumlah spermatozoa hidup (transparan) yang
terhitung dalam persen dengan perbesaran 400 kali (Hardijanto dkk., 2008).
Spermatozoa yang hidup mempunyai lapisan lipoid pada dinding sel sehingga
hidup tidak akan terwarnai oleh zat warna. Spermatozoa yang telah mati karena rusak
atau hilangnya lapisan lipoid tersebut, maka zat pewarna sangat mudah menembus
yang abnormal terutama pada semen yang rendah kesuburannya antara lain : tidak
berekor, ekor menggulung, lehernya patah, dan kepala atau ekor ganda. Tidak berekor
dan ekor menggulung adalah bentuk abnormalitas yang banyak dijumpai pada semen
yang diambil dari ejakulasi pertama dan kedua setelah domba istirahat lama. Oleh
karena itu dianjurkan untuk tidak memakai semen dari ejakulasi – ejakulasi awal
setelah masa istirahat, karena mempunyai kesuburan yang rendah, sehingga semen
2008).
1933 di Inggris, sedangkan Anderson di Kenya pada tahun 1945 mempelajari hasil
penelitian pengencer semen yang mutakhir pada saat itu dan diikuti oleh Milowanov
dari Rusia pada tahun 1933. Bahan pengencer pada semen domba dimaksudkan untuk
Pengenceran semen dilakukan dengan alasan teknis dan biologis. Alasan teknisnya
adalah jika untuk inseminasi buatan maka volume yang diinseminasikan dan jumlah
spermatozoa akan lebih sedikit dibandingkan dengan kawin alam, maka dengan
pengenceran hal itu dapat dicegah. Alasan biologisnya bahan pengencer memberikan
isotonis dan melindungi spermatozoa dari cold shock (Evans dan Maxwell, 1987).
Tujuan dari pengenceran semen adalah untuk meningkatkan volume semen,
sehingga dari satu kali ejakulasi semen seekor pejantan memungkinkan untuk
menginseminasi beberapa ratus ekor betina, semen dapat disimpan lama tanpa
jaraknya, terutama pada semen beku (frozen semen), dan mempermudah pembagian
fosfat oleh Phillips (1939); kuning telur sitrat oleh Salisbury, Fuller dan Willet tahun
1941; air susu oleh Kolliker (1856); teknik IVT (Illini Variable Temperature) yang
menggunakan campuran jenuh gas CO2 oleh Van Demark dan Sarma (1957)
(Hardjopranjoto, 1984), tris kuning telur oleh Cood dan kawan-kawan (1966)
untuk melindungi terhadap kejutan dingin, bebas dari kuman, sebagai buffer atau
Salisbury dan Van Demark, 1985). Selain sifat-sifat bahan pengencer seperti yang
disebutkan di atas, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh bahan pengencer
antara lain : bahan pengencer hendaknya murah, sederhana dan praktis, serta
hampir sama sifat fisik dan kimiawinya dengan semen dan tidak mengandung zat
yang bersifat racun baik terhadap spermatozoa maupun saluran kelamin betina; harus
1985).
Ada beberapa macam bahan pengencer salah satunya adalah kuning telur
sitrat yang dipergunakan sebagai bahan pengencer karena kuning telur dapat
meningkatkan daya kesuburan semen yang diencerkan. Fungsi kuning telur dalam
mencegah cold shock karena mengandung lecithin, dan juga mengandung glukosa
sebagai sumber energi bagi spermatozoa dan beberapa zat protein serta vitamin baik
yang larut dalam air maupun minyak yang memiliki vikositas yang menguntungkan
spermatozoa. Disamping itu lemak kuning telur dapat membatasi gerak spermatozoa
yang dapat menekan proses pemecahan energi. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa untuk penyimpanan pada suhu 5°C memerlukan kuning telur tidak kurang dari
20% volume akhir pengenceran. Untuk perbandingan antara kuning telur dan larutan
natrium sitrat untuk menjamin fertilitas yang optimal adalah 1:4 (Hardijanto dkk.,
2008).
Di dalam bahan pengencer kandungan sitrat berguna untuk mengikat ion
kalsium dan logam berat lain di dalam semen, sebagai buffer dan membuat lemak
kuning telur menjadi butir emulsi yang halus sehingga memudahkan pemeriksaan
semen di bawah mikroskop. Selain itu sitrat bersama kuning telur memberikan
suasana isotonis terhadap plasma spermatozoa (Salisbury dan Van Demark, 1985).
Pengencer kuning telur sitrat digunakan sebagai media hidup sel spermatozoa, karena
dan daya hidup spermatozoa. Selanjutnya sitrat natricus akan mengikat logam uatelur
ternak betina, dimana semen merupakan cairan yang dihasilkan oleh organ reproduksi
unggul. Daya guna seekor pejantan yang secara genetik unggul dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin.
- Bagi peternak – peternak kecil seperti umum ditemukan di Indonesia,
teliti dan ilmiah dari hasil perkawinan betina – betina dengan pejantan unggul.
- Dengan lebih banyak betina yang dilayaninya dan dari turunan-turunan hasil
sebelum dipakai.
- IB merupakan cara terbaik mencegah penyebaran penyakit veneral dan
Trichomoniasis.
- Karena hanya semen dengan fertilitas tinggi yang diberikan pada peternak,
sangat berbeda ukurannya, misalnya sapi Bali dapat dikawinkan dengan semen sapi
secara normal. IB dapat menstimulir interese yang lebih tinggi dalam beternak
dan praktik manajemen yang lebih baik. IB juga sangat berguna untuk
berovulasi tetapi tidak mau berdiri untuk dinaiki pejantan. (Anonimus, 2010)
2.4.4. Keuntungan Inseminasi Buatan
- Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan
- Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik
- Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding)
- Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka
digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan
pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui
dimulai tanggal 22 Juli hingga 26 Juli 2013. Kegiatan yang dilakukan di laboratorium
ini adalah pembuatan diluter, penampungan semen domba serta pemeriksaan semen
object glass, cover glass, pipet tetes, spektrofotometer, beaker glass, batang gelas,
pengaduk, kompor, timbangan, lemari es, counter, tabung reaksi berskala, gelas ukur,
Eosin negrosin, NaCl 1 %, Aquadest, Susu skim, Telur, Antibiotika dan buah –
buahan segar.
karet yang berlubang pentil, karet inner liner, karet pengikat, corong karet, dan tabung
melalui lubang pentil hingga mencapai setengah bagian, kemudian lubang pentil
ditutup dan dipompa. Kekenyalan vagina buatan diukur dengan jari jika dirasakan
cukup, karet bagian luar vagina buatan diberi vaselin hingga 1/3 bagian panjangnya.
domba pejantan dibiarkan mendekati domba betina pemancing beberapa kali untuk
preputium dipegang, ujung penis diarahkan ke lubang vagina buatan dengan posisi
mikroskopis.
natrium sitrat, gelas ukur, timbangan, gelas piala, telur ayam, kapas, aquades dan
alkohol 70 %
dari bagian lancip ke bawah kemudian dibiarkan mongering. Kulit telur dipecahkan
pada bagian ujung lancipnya menggunakan pinset. Putih telur dikeluarkan pada
cawan petri agar terpisah dengan kuning telur. Kuning telur yang masih terbungkus
membran vitelin digulirkan di atas kertas saring agar sisa putih telur dapat terserap
seluruhnya. Membran vitelin dipecahkan dengan cover glass, kemudian kuning telur
erlenmeyer dan dilarutkan dengan aquades 50 ml. Larutan sitrat dicampur kuning
telur dengan perbandingan 4 bagian larutan sitrat dan 1 bagian kuning telur di dalam
gelas ukur, ditambahkan antibiotika yaitu Penicillin dengan dosis 1000 IU/ml
dipanaskan dengan waterbath yang suhunya 92ºC selama 10 menit. Larutan susu
skim didinginkan dengan air kran mengalir hingga suhunya mencapai 32°C. Buang
kepala susu bila ada dengan disaring menggunakan kain kasa, ditambahkan
antibiotika yaitu Penicillin dengan dosis 1000 IU/ml pengencer dan Streptomycin 1
Tambahkan aquades sebanyak 30 ml dan disaring dengan kasa steril kemudian diukur
tersebut.
- Bau air mani
Dilakukan dengan cara mencium air mani yang tertampung di tabung.
- Warna air mani
Dilakukan dengan cara melihat warna air mani yang tertampung di tabung
- Derajat keasaman
Dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus.
meneteskan satu tetes semen di atas object glass, lalu diamati di bawah
baik; (++)gelombang sedang, cepat, awan agak terang; (+) sperma bergerak sendiri,
mencampurkan 3-4 tetes NaCl fisiologis, 1 tetes semen untuk domba, lalu
semendengan NaCl tadi, kemudian diletakkan pada object glass yang lain dan ditutup
progresif (sirkuler, diam, reverse dan vibrator). Penilaian yang diberikan dar iangka
sebelah kiri. Tabung kuvet yang sudah berisi NaCl 2 % sebanyak 5 cc dimasukkan dan
jarum spectromic kembali diatur supaya menunjukkan angka 0 pada skala yang
berada di sebelah kanan, tabung kuvet diangkat. Kemudian buat larutan NaCl 2 %
Standart
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
580
0,1 600 660 720 780 840 900 960 1020 1080 1140
0,2 1200 1260 1320 1380 1440 1500 1560 1620 1680 1740
0,3 1800 1860 1920 1980 2040 2100 2160 2220 2280 2340
0,4 2400 2460 2520 2580 2640 2700 2760 2820 2880 2940
0,5 3000 3060 3120 3180 3240 3300 3360 3420 3480 3540
0,6 3600 3660 3720 3780 3940 4000 4060 4120 4180 4240
0,7 4200 4260 4320 4380 4440 4500 4560 4620 4680 4740
0,8 4800 4860 4920 4980 5040 5100 5160 5220 5280 5340
0,9 5400 5460 5520 5580 5640 5700 5760 5820 5880 5940
ditambah sedikit sperma lalu diaduk hingga homogen. Setelah homogen dibuat
preparat ulas dan difiksasi dengan pemanas. Fiksasi preparat ulas pada pemanas
dilakukan selama kurang dari 15 detik tujuannya agar spermatozoa yang hidup
ataupun mati dapat terlihat jelas. Spermatozoa yang hidup ditandai dengan
mati. Spermatozoa yang mati dan hidup dihitung sebanyak 10 lapang pandang dengan
jumlah sel spermatozoa minimal 200 sel di bawah mikroskop pembesaran
yang normal dan abnormal dihitung sampai 10 lapang pandangdengan jumlah sel
rumus:
Persentase spermatozoa abnormal = jumlah spermatozoa abnormaljumlahtotal spermatozoa × 100%
4.1. Hasil
4.1.1. Pemeriksaan Makroskopis dan Mikroskopis Semen Domba
Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan Mikroskopis
Kecepatan
Gerakan Gerakan Konsentrasi
Tanggal Motilitas (%) Gerakan
Massa Individu (juta/ml)
Individu