Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
net/publication/318276891
CITATIONS READS
0 325
1 author:
Hendry Irawan
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
23 PUBLICATIONS 14 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Hendry Irawan on 07 July 2017.
ABSTRAK
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Di Indonesia, tahun 1995 ditemukan anemia pada 41% anak di bawah
5 tahun dan 24-35% anak sekolah. Anemia secara umum didefinisikan sebagai berkurangnya volume eritrosit atau konsentrasi hemoglobin.
Pendekatan diagnosis anemia dimulai dari anamnesis riwayat penyakit dalam keluarga, penyakit terdahulu, dan pemeriksaan fisik. Hal tersebut
untuk memilih pemeriksaan penunjang yang tepat sesuai penyakit yang diperkirakan.
ABSTRACT
Anemia is a public health problem found worldwide. In Indonesia (1995) 41% of children under 5 years and 24-35% of school children suffer
from anemia. Anemia diagnosis starts from history of disease in family, previous illnesses, and physical examination followed by a proper
investigation. Hendry Irawan. Diagnostic Approach of Anemia in Children.
Tabel 3 Pemeriksaan fisik pada pasien anemia2 Penyebab anemia secara garis besar dibagi
menjadi dua kategori yaitu gangguan produksi
Organ Tanda dan Gejala Kemungkinan Anemia
eritrosit yaitu kecepatan pembentukan
Kulit Pucat Anemia berat
eritrosit menurun atau terjadi gangguan
Hiperpigmentasi Anemia aplastik Fanconi
maturasi eritrosit dan perusakan eritrosit yang
Jaundice Anemia hemolitik akut atau kronis, hepatitis, anemia
aplastik lebih cepat.2 Kedua kategori tersebut tidak
Petekie, purpura Anemia hemolitik autoimun dengan berdiri sendiri, lebih dari satu mekanisme
trombositopenia, haemolytic uremic syndrome, aplasia dapat terjadi.
atau infiltrasi sumsum tulang
Hemangioma kavernosus Anemia hemolitik mikroangiopati
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Kepala dan Leher Tulang frontal yang menonjol, tulang Hematopoiesis ekstramedular (thalasemia mayor,
maksila dan malar yang menonjol anemia sickle cell, anemia hemolitik kongenital Anak anemia berkaitan dengan gangguan
lainnya) psikomotor, kognitif, prestasi sekolah buruk,
Sklera ikterik Anemia hemolitik kongenital dan krisis dan dapat terjadi hambatan pertumbuhan
hiperhemolitik yang berkaitan dengan infeksi
dan perkembangan. Anak usia kurang
(defisiensi enzim eritrosit, defek membran eritrosit,
thalasemia, hemoglobinopati dari 12 bulan dengan anemia terutama
Stomatitis angularis Defisiensi besi defisiensi besi kadar hemoglobinnya bisa
Glositis Defisiensi besi atau vitamin B12 normal, dengan nilai prediktif positif 10-40%.6
Dada Ronkhi, gallop, takikardia, murmur Gagal jantung kongesti, anemia akut atau berat Oleh karena itu diperlukan anamnesis dan
Ekstremitas Displasia alat gerak radius Anemia aplastik Fanconi pemeriksaan fisik teliti untuk mendeteksi
Spoon nails Defisiensi besi
dan menentukan penyebabnya sehingga
Triphalangeal thumbs Aplasia eritrosit
pemeriksaan laboratorium dapat seminimal
Limpa Splenomegali Anemia hemolitik kongenital, infeksi, keganasan
hematologiss, hipertensi portal mungkin.2 Tubuh bayi baru lahir mengambil
dan menyimpan kembali besi menyebabkan
hematokrit menurun selama beberapa
bulan pertama kehidupan. Oleh karena
itu, pada bayi cukup bulan kekurangan zat
besi dari asupan gizi jarang menyebabkan
anemia sampai setelah enam bulan. Pada
bayi prematur, kekurangan zat besi dapat
terjadi setelah berat dua kali lipat berat lahir.
Penyakit terkait kromosom X seperti defisiensi
glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD),
harus dipertimbangkan pada anak laki-laki.
Defisiensi piruvat kinase bersifat autosomal
resesif dan berhubungan dengan anemia
hemolitik kronis.7-10
SIMPULAN
Pendekatan diagnosis anemia dimulai dari
anamnesis riwayat penyakit dalam keluarga,
penyakit terdahulu, dan pemeriksaan fisik
untuk mengarahkan pemilihan pemeriksaan
penunjang yang tepat sesuai dengan penyakit
yang diperkirakan. Pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan
darah lengkap, apusan darah tepi, pengukuran
MCV, jumlah retikulosit, bilirubin, tes Coomb,
jumlah leukosit, jumlah trombosit, dan aspirasi
sumsum tulang untuk memeriksa bentuk
Gambar 3 Penyebab gangguan morfologi sumsum tulang9 eritroid, mieloid, dan megakariosit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Elsevier Inc; 2007.
2. Nathan DG, Orkin SH, Oski FA, Ginsburg D. Nathan and Oski’s Hematology of Infancy and Childhood. 7th ed. Philadelphia: Saunders; 2008.
3. Khusun H, Yip R, Schultink W, Dillon DHS. World Health Organization Hemoglobin Cut-Off Points for the Detection of Anemia Are Valid for An Indonesian Population. J Nutr. 1999;129:1669-
74.
4. Ezzati M, Lopez AD, Rodgers A, Vander Hoorn S, Murray CJ, the Comparative Risk Assessment Collaborating Group. Selected major risk factors and global and regional burden of disease.
Lancet. 2002;360:1347-60.
5. Sari M, de Pee S, Martini E, Herman S, Sugiatmi, Bloem MW, et al. Estimating the prevalence of anaemia: a comparison of three methods. Bulletin of the World Health Organization.
2001;79:506-11.
6. U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF). Screening for iron deficiency anemia - including iron supplementation for children and pregnant women. Rockville (MD): Agency for Health-
care Research and Quality (AHRQ); 2006.
7. Rudolph CD, Rudolph AM, Hostetter MK, Lister G, Siegel NJ. Rudolph’s Pediatrics. 21st ed. USA: McGraw-Hill; 2003.
8. Bessman JD, Gilmer PR, Gardner FH. Improved classification of anemias by MCV and RDW. Am J Clin Pathol. 1983;80:322-6.
9. Lanzkowsky P. Manual of Pediatric Hematology and Oncology. 4th ed. Philadelphia: Elsevier; 2005.
10. Kohli-Kumar M. Screening for anemia in children: AAP recommendations - a critique. Pediatrics. 2001;108:e56-7.