Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
ITP merupakan singkatan dari Idiopatik Trombositopenia Purpura. Idiopatik artinya
penyebabnya tidak diketahui. Trombositopenia artinya berkurangnya jumlah trombosit dalam
darah atau darah tidak mempunyai platelet yang cukup. Purpura artinya perdarahan kecil yang
ada di dalam kulit, membrane mukosa atau permukaan serosa (Dorland, 2015).
ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat dari penghancuran
trombosit yang berlebihan (Suraatmaja, 2010).
ITP adalah suatu keadaan perdarahan yang disifatkan oleh timbulnya petekia atau
ekimosis di kulit ataupun pada selaput lendir dan adakalanya terjadi pada berbagai jaringan
dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui (FK UI, 2011).
Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari
pembekuan darah. ITP adalah jenis trombositopenia berat yang dapat mengancam kehidupan
dengan jumlah trombosit < 10.000 mm3 yang ditandai dengan mudahnya timbul memar serta
perdarahan subkutaneus yang multiple. Biasanya penderita menampakkan bercak-bercak kecil
berwarnan ungu. Karena jumlah trombosit sangat rendah, maka pembentukan bekuan tidak
memadai dan konstriksi pembuluh yang terlukan tidak adekuat.
ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie/ekimosis di kulit maupun selaput
lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak
diketahui. Purpura Trombositopenia Idiopatika adalah suatu kelainan yang didapat, yang
ditandai oleh trombositopenia, purpura, dan etiologi yang tidak jelas. ITP adalah singkatan
dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti tidak diketahui penyebabnya.
Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura
berarti seseorang memiliki lukamemar yang banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga
merupakan singkatan dari Immune Thrombocytopenic Purpura. (Family Doctor, 2014).
ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat ppenurunan jumlah trombosit yang
bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa
petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah
trombosit karena sebab yang tidak diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 – 8

3
tahun), lebih sering terjadi pada wanita. (Kapita selekta kedokteran jilid 2). ITP adalah salah
satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi.(Perawatan Pediatri Edisi
3). ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang
bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal.
Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang berupa
gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia oleh karena adanya penghancuran
trombosit secara dini dalam sistem retikuloendotel akibat adanya autoantibody terhadap
trombosit yang biasanya berasal dari Immunoglobulin G. Adanya trombositopenia pada ITP
ini akan megakibatkan gangguan pada sistem hemostasis karena trombosit bersama dengan
sistem vaskular faktor koagulasi darah terlibat secara bersamaan dalam mempertahankan
hemostasis normal.
B. Etiologi
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi melalui
pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati.(Imran,
2008). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibodi
yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi adalah respons tubuh
yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk kedalam tubuh. Tetapi untuk penderita
ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah tubuhnya sendiri. (Family Doctor,
2006). Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit
yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar kasus, diduga
bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh.
Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda asing yang masuk
ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh sendiri. Alasan sistem
imun menyerang platelet dalam tubuh masih belum diketahui. (ana information center,2008).
ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan
atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor pematangan
(misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID), autoimun. Berdasarkan
etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan sekunder. Berdasarkan penyakit
dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada
anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya terjadi pada orang dewasa). (ana
information center, 2008) Selain itu, ITP juga terjadi pada pengidap HIV. Sedangkan obat-

4
obatan seperti heparin, minuman keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan
Rombositopenia. Biasanya tanda-tanda penyakit dan faktor-faktor yang berkatan dengan
penyakit ini adalah seperti yang berikut : purpura, pendarahan haid darah yang banyak dan
tempo lama, pendarahan dalam lubang hidung, pendarahan rahang gigi, immunisasi virus
yang terkini, penyakit virus yang terkini dan calar atau lebam.

C. Manifestasi Klinik

1. ITP akut :
a) Hanya 16% yang betul-betul idiopatik.
b) Perdarahan dapat didahului oleh infeksi, pemberian obat-obatan atau menarche.
c) Pada permulaan perdarahan sangat hebat selain terjadi trombositopenia rusaknya
megakariosit, juga terjadi perubahan pembuluh darah.
d) Sering terjadi perdarahan GIT, tuba falopi dan peritoneum.
e) Kelenjar lymphe, lien dan hepar jarang membesar.

2. ITP menahun :
a. Biasanya pada dewasa, terjadi beberapabulan sampai beberapa tahun, kadang menetap.
b. Permulaan tidak dapat ditentukan, ada riwayat perdarahan menahun, menstruasi yang
lama.
c. Perdarahan relatif lebih ringan.
d. Jumlah trombosit 30.000-80.000/mm3.
e. Biasanya tanpa anemi, lekopeni dan splenomegali.
f. Penghancuran trombosit lebih dari normal.
g. Sering terjadi relaps dan remisi yang berulang-ulang.

3. ITP recurrent
a. Diantaranya episode perdarahan, trombosit normal dan tak ada purpura/petechiae dan
masa hidup trombosit norma.
b. Hasil pengobatan dengn kortikosteroid baik.
c. Kadang tanpa pengobatan, dapat sembuh sendiri.
d. Remisi berkisar bebrapa minggu sam pai 6 bulan.

4. ITP siklik
Menstruasi hebat pada wanita. Secara umum, gambaran klinis ITP adalah :
a. Adanya petechiae, echymose atau perdarahan .
b. Trombositopenia.
c. Megakariosit dalam sumsum tulang normal / bertambah dengan morfologi abnormal.
d. Splenomegali atau tidak

5
D. Patofisiologi
Diatas telah di singgung bahwa trombosit dapat dihancurkan oleh pembentukan antibodi
yang diakibatkan oleh obat (seperti yang ditemukan pada kinidin dan senyawa emas) atau
oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringnnya sendiri). Antibodi tersebut
menyerang trombosit sehingga lama hidup trombosit diperpendek. Seperti kita ketahui bahwa
gangguan –gangguan autoimun yang bergantung pada antibodi manusia, palling sering
menyerang unsur-unsur darah, terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini terkait dengan
penyakit ITP, yang memiliki molekul-molekul IgG reaktif dalam sirkulasi dengan trombosit
hospes.
Meskipun terikat pada permuakaan trombosit, antibodi ini tidak menyebabkan lokalisasi
protein komplemen atau lisis trombosit dalam sirkulasi bebas. Namun, trombosit yang
mengandung molekul-molekul IgG lebih mudah dihilangkan dan dihancurkan oleh makrofag
yang membawa reseptor membran untuk IgG dalam limpa dan hati. Manifestasi utama dari
ITP dengan trombosit kurang dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya petechiae. Petechiae ini
dapat muncul karena adanya antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit yang
akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan pembuangan serta
penghancuran trombosit oleh sistem makrofag. Agregaasi trombosit yang terganggu ini akan
menyebabkan penyumbatan kapiler-kapiler darah yang kecil. Pada proses ini dinding kapiler
dirusak sehingga timbul perdarahan dalam jaringan.
Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini disimpulkan berdasarkan
pemeriksaan pada penderita ITP dan orang-orang percobaan yang menunjukkan kekurangan
trombosit berat tetapi singkat, setelah menerima serum ITP. Trombositopenia sementara, yang
ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan ITP, juga sesuai dengan kerusakan yang
disebabkan oleh IgG, karena masuknya antibodi melalui plasenta. ITP dapat juga timbul
setelah infeksi, khususnya pada masa kanak-kanak, tetapi sering timbul tanpa peristiwa
pendahuluan dan biasanya mereda setelah beberapa hari atau beberapa minggu.

6
PATHWAY ( ITP )

7
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :
1. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa:
 Hb sedikit berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat hypochrome mycrosyter.
 Lekosit meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi PMN.
 Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya abnormal.
 Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada anak
2. Pemeriksaan darah tepi.
 Hematokrit normal atau sedikit berkurang
3. Aspirasi sumsum tulang
Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang mudah sekali morfologi
megakaryosit abnormal (ukuran sangat besar, inti nonboluted, sitoplasma berfakuola dan
sedikit atau tanpa granula).
Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan darah tepi merupakan
pemeriksaan laboratorium pertama yang terpentong. Karena dengan cara ini dapat
ditentukan dengan cepat adanya trombositopenia dan kadang-kadang dapat ditentukan
penyebabnya.
F. Penatalaksaan Klinis
a. ITP Akut
 Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
 Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan
kortikosteroid.
 Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
 Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
b. ITP Menahun
 Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Misal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap
kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
 Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
o Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
o Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.

8
 Splenektomi.
o Indikasi:
 Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 – 3 bulan.
 Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja
dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
 Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis
tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.
o Kontra indikasi:
 Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat diambil
alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus)
G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi, antara lain :
a. Hemorrhages
b. Penurunan kesadaran
c. Splenomegali

9
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

 Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan
keperawatan yang mempunyai empat tahapan yaitu pengkajian, perencanaan, palaksanaan dan
evaluasi.
Proses keperawatan ini merupakan suatu proses pemecahan masalah yang sistimatik
dalam memberikan pelayanan keperawatan serta dapat menghasilkan rencana keperawatan
yang menerangkan kebutuhan setiap klien seperti yang tersebut diatas yaitu melalui empat
tahapan keperawatan. (Proses keperawatan : 9 & 12)
1. Pengkajian
1. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
2. Tanda-tanda perdarahan.
a. Petekie terjadi spontan.
b. Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
c. Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
d. Menoragie.
e. Hematuria.
f. Perdarahan gastrointestinal.
3. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
4. Aktivitas / istirahat.
a. Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum. Toleransi terhadap latihan rendah.
b. Tanda : Takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat. Kelemahan otot dan
penurunan kekuatan.
5. Sirkulasi.
a. Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi
berat. Palpitasi (takikardia kompensasi).
b. Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.

10
6. Integritas ego.
a. Gejala : Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan
transfuse darah.
b. Tanda : Depresi.
7. Eliminasi.
a. Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
b. Tanda : Distensi abdomen.
8. Makanan / cairan.
a. Gejala : Penurunan masukan diet. Mual dan muntah.
b. Tanda : Turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
9. Neurosensori.
a. Gejala : Sakit kepala, pusing. Kelemahan, penurunan penglihatan.
b. Tanda : Epistaksis.
c. Mental: Tak mampu berespons (lambat dan dangkal).
10. Nyeri / kenyamanan.
a. Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala.
b. Tanda : Takipnea, dispnea.
11. Pernafasan.
a. Gejala : Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
b. Tanda : Takipnea, dispnea.
12. Keamanan
a. Gejala : Penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
b. Tanda : Petekie, ekimosis.

11
2. Analisa data
Data yang sudah terkumpul dikelompokkan dan dianalisis untuk menentukan masalah
klien. Untuk mengelompokkan data ini dilihat dari jenis data yang meliputi data subyek dan
dan data obyek. Data subyek adalah data yang diambil dari ungkapan klien atau keluarga
klien sedangkan data obyek adalah data yang didapat dari suatu pengamatan atau pendapat
yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan. Data tersebut juga bisa diperoleh
dari keadaan klien yang tidak sesuai dengan standart kriteria yang sudah ada. Untuk perawat
harus jeli dan memahami tentang standart keperawatan sebagai bahan perbandingan apakah
keadaan kesehatan klien sesuai tidak dengan standart yang sudah ada. (Lismidar, 2012).

3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah
kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan
ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian
data. Demam menggambarkan tentang masalah kesehatan yang nyata atau potensial dan
pemecahannya membutuhkan tindakan keperawatan sebagai masalah klien yang dapat
ditanggulangi. (Lismidar, 1990).
Dari analisa data yang diperoleh maka diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus
demam tifoid dengan masalah peningkatan suhu tubuh adalah sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

4. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini meliputi penentuan prioritas diagnosa keperawatan,
menetapkan tujuan dan kriteria hasil, merumuskan rencana tindakan dan mengemukakan
rasional dari rencana tindakan. Setelah itu dilakukan pendokumentasian diagnosa aktual atau
potensial, kriteria hasil dan rencana tindakan. (Lismidar, 1990 : 34&44).

12
Rencana keperawatan yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan klien
pada dasarnya sesuai dengan masalah yang ditemukan pada klien dengan demam tifoid dan
hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ada. Perencanaan berisi suatu tujuan
pelayanan keperawatan dan rencana tindakan yang akan digunakan itu untuk mencapai tujuan,
kriteria hasil dan rasionalisai berdasarkan susunan diagnosa keperawatan diatas, maka
perencanaan yang dibuat sebagai berikut :

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi/rasional
Keperawatan
1 Kekurangan volume Tujuan: Menghentikan Kriteria hasil: Berikan nutrisi yang adekuat secara
cairan elektrolit b.d perdarahan Perdarahan dapat kualitas maupun kuantitas.
perdarahan Memenuhi kebutuhan teratasi Rasional : mencukupi kebutuhan
Cairan Cairan pasien kalori setiap hari.
dapat diatasi Berikan makanan dalam porsi kecil
tapi sering.
Rasional : porsi lebih kecil dapat
meningkatkan masukan yang sesuai
dengan kalori.
Pantau pemasukan makanan dan
timbang berat badan setiap hari.
Rasional : anoreksia dan kelemahan
dapat mengakibatkan penurunan
berat badan dan malnutrisi yang
serius.
Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
Rasional : sangat bermanfaat dalam
perhitungan dan penyesuaian diet
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien.
Libatkan keluarga pasien dalam
perencanaan makan sesuai dengan
indikasi.
Rasional : meningkatkan rasa
keterlibatannya, memberikan
informasi pada keluarga untuk
memahami kebutuhan nutrisi pasien.
2 Perubahan perfusi Tekanan darah Menunjukkan Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.
jaringan normal. perbaikan perfusi Rasional : memberikan informasi
berhubungan dengan Pangisian kapiler yang dibuktikan tentang derajat/ keadekuatan perfusi
penurunan kosentrasi baik. dengan TTV stabil. jaringan dan membantu menentukan
Hb dan darah;suplai kebutuhan intervensi.
oksigen berkurang. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi

13
paru dan memaksimalkan oksigenasi
untuk kebutuhan seluler.
Kaji untuk respon verbal melambat,
mudah terangasang.
Rasional : dapat mengindikasikan
gangguan fungsi serebral karena
hipoksia.
Awasi upaya parnafasan, auskultasi
bunyi nafas.
Rasional : dispne karena regangan
jantung lama / peningkatan
kompensasi curah jantung.
3 Intoleransi aktivitas Meningkatkan Menunjukkan Kaji kemampuan pasien untuk
berhubungan dengan partisipasi dalam peningkatan melakukan aktivitas normal, catat
kelemahan. aktivitas. toleransi aktivitas. laporan kelemahan, keletihan.
Rasional : mempengaruhi pilihan
intervensi.
Awasi TD, nadi, pernafasan.
Rasional : manifestasi
kardiopulmonal dari upaya jantung
dan paru untuk emmbawa jumlah
oksigen ke jaringan.
Berikan lingkungan tenang.
Rasional : meningkatkan istirahat
untuk menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh.
Ubah posisi pasien dengan perlahan
dan pantau terhadap pusing.
Rasional : hipotensi postural /
hipoksin serebral menyebabkan
pusing, berdenyut dan peningkatan
resiko cedera.

5. Pelaksanaan
Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi yang sudah ditetapkan (sesuai
dengan literature). Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi
peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas yang
dimiliki.

14
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien
mempunyai keinginan untuk berpartisiasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama
perawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih
tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. dan
meprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah
ditetapkan institusi.

6. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperewatan untuk melengkapi proses
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai, melalui evaluasi
memungkinkan perawatan untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian,
analisa perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Penilaian sesuai dengan criteria standart yang
telah ditetapkan dengan perencanaan.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan , tetapi evaluasi
merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa juga perlu
dievaluasi untuk menentukan apakah realistik dapat dicapai dan efektif.

15

Вам также может понравиться