Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dibuat Oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat,serta penyertaan-Nya,sehingga makalah “HIPERTENSI” ini dapat kami selesaikan.
Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.kami menyadari bahwa makalah
ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah
ini.Maka kami berharap adanya masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan
mendatang.
Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan dengan
layak sebagaimana mestinya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada
masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan
suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan
diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis
yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder
yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan
anak ginjal. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus
menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu,
hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Sidabutar,
2009).
Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkan sekitar 972 juta orang atau 26,4%
penduduk dunia menderita hipertensi, dengan perbandingan 50,54% pria dan 49,49 % wanita.
Jumlah ini cenderung meningkat tiap tahunnya (Ardiansyah, 2012). Data statistic dari Nasional
Health Foundation di Australia memperlihatkan bahwa sekitar 1.200.000 orang Australia (15%
penduduk dewasa di Australia) menderita hipertensi. Besarnya penderita di 1 negara barat seperti,
Inggris, Selandia Baru, dan Eropa Barat juga hampir 15% (Maryam, 2008). Di Amerika Serikat
15% ras kulit putih pada usia 18-45 tahun dan 25-30% ras kulit hitam adalah penderita hipertensi
(Miswar, 2004).
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi hipertensi di Indonesia tahun
2004 sekitar 14% dengan kisaran 13,4 - 14,6%, sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 16-
18%. Secara nasional Provinsi Jawa Tengah menempati peringkat ke-tiga setelah Jawa Timur dan
Bangka Belitung. Data Riskesdas (2010) juga menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian
nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab
kematian pada semua umur di Indonesia (Depkes, 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Cimahi, kasus hipertensi
dibeberapa Puskesmas yang ada di Kota Cimahi menunjukkan peningkatan, dari 12 Puskesmas
yang ada di Kota Cimahi, ada 8 Puskesmas yang angka kejadian hipertensinya meningkat yaitu
Puskesmas Cigugur Tengah, Cimahi Selatan, Cipageran, Padasuka, Cibeureum, Cimahi Utara,
Melong Asih, dan Leuwigajah. Dari 8 Puskesmas tersebut, Puskesmas yang paling tinggi
mengalami peningkatan kasus hipertensi dalam kurun waktu satu tahun adalah Puskesmas Cimahi
Selatan. Pada tahun 2010 kasus hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan sebanyak : 2.396 kasus dan
pada tahun 2011 meningkat menjadi 4.562 kasus, dalam kurun waktu kasus hipertensi di
Puskesmas Cimahi Selatan mengalami peningkatan sebanyak : 2.166 kasus. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada 15 orang penderita hipertensi, didapatkan hasil bahwa
9 orang penderita hipertensi masih kurang patuh dalam melakukan pengobatan, mereka mengatakan
bahwa mereka melakukan kontrol dan meminum obat jika mereka mengalami gejala hipertensi
seperti : pusing, nyeri di tengkuk dan mengalami sulit tidur, namun jika gejala berkurang mereka
menghentikan pengontrolan dan tidak minum obat lagi, mereka menghentikan pengobatan atas
keinginan sendiri tanpa mengkolsultasikan terlebibih dahulu kepada dokter atau petugas kesehatan,
jika mereka merasa pusing mereka hanya menggunakan obat warung untuk menghilangkan gejala
pusing tersebut. Dari 9 orang penderita hipertensi yang tidak patuh melaksanakan pengobatan, ada 4
orang yang sudah lebih dari 3 bulan tidak melakukan kontrol dan tidak meminum obat. Mereka
mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui berapa tekanan darah yang dikatakan dan tidak
mengetahui komplikasi yang dapat terjadi akibat hipertensi.
Mereka hanya mengetahui bahwa mereka harus mengurangi makanan yang tinggi
garam dan tidak mengetahui hal apa lagi yang harus dilakukan untuk mengendalikan tekanan
darahnya. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian masalah :
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan
Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012 “.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1. Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg ( Brunner & Suddart, 2002 ). Berdasarkan
penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua macam yaitu hipertensi primer dan sekunder.Hipertensi
primer adalah hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya, sedangkan hipertensi
sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain seperti gagal jantung, gagal ginjal ,
atau kerusakan sistem hormon tubuh.Faktor resiko yang mendorong terjadinya hipertensi adalah
genetik, stress, obesitas, konsumsi makanan yang tinggi garam, merokok, konsumsi alkohol dan
kurang olahraga ( Muhammadun, 2010 ).
Penyakit hipertensi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tidak hanya di
Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa
menderita penyakit hipertensi. Bahkan diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat
menjadi 1,6 milliar menjelang tahun 2025. Hampir di semua Negara kurang lebih 10-30%
penduduk dewasa mengalami hipertensi.
Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya hidup dan pola makan. Gaya hidup
sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan seseorang yang mempunyai pengaruh
positif maupun negatif pada kesehatan. Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang
berbahaya, padahal hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-diam, karena penderita hipertensi
merasa sehat dan tanpa keluhan berarti sehingga menganggap ringan penyakitnya. Sehingga
pemeriksaan hipertensi ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan rutin saat pasien datang dengan
keluhan lain. Dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi, jadi baru disadari ketika
telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung koroner, fungsi ginjal,
gangguan fungsi stroke. Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya.
Penyakit ini menjadi muara beragam penyakit degeneratif yang bisa mengakibatkan kematian.
Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi juga berdampak kepada mahalnya
pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para penderitanya. Perlu pula diingat hipertensi
berdampak pula bagi penurunan kualitas hidup. Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan
tidak mendapatkan pengobatan secara rutin dan pengontrolan secara teratur, maka hal ini akan
membawa penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus
menerus mengakibatkan kerja jantung ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadi kerusakan
pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata (Wolff, 2006).
2.2 Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah.
Tekanan ini bervariasi sesuai dengan pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah
paling tinggi terdapat pada arteri-arteri besar yang meninggalkan jantung dan secara bertahap
menurun sampai ke arteriol. Akhirnya setelah mencapai kapiler, tekanan ini sedemikian rendah
sehingga tekanan ringan dari luar akan menutup pembuluh darah ini dan mendorong darah keluar.
Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa (mmHg) karena manometer air
raksa telah dipakai sejak lama sebagai rujukan baku untuk pengukuran tekanan. Sebenarnya tekanan
darah berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh.
Terkadang tekanan dinyatakan dalam sentimeter air (cm H2O) (Guyton & Hall, 2008:172).
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan cara langsung maupun tidak langsung.
Cara langsung pengukuran tekanan darah dilakukan dengan memasukkan kateter arteri ke dalam
arteri kemudian diukur tekanannya. Sedangkan cara tidak langsung dilakukan dengan menggunakan
sphygmomanometer dan stetoskop (Smeltzer & Bare, 2002:731). Cara pengukuran tekanan darah
secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
A. Cara Palpasi (metode Riva Rocci)
Pada metode ini semua pakaian harus dibebaskan dari lengan atas dan manset dipasang
pada lengan. Saluran karet dari manset kemudian dihubungkan dengan manometer. Kemudian
raba arteri radialis pada pergelangan tangan dan tekanan dalam manset kemudian diturunkan
memutar tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu dengan kecepatan sekitar 3 mm/detik. Ketika
denyut arteri radialis teraba kembali, itu menunjukkan tekanan darah sistolik. Metode palpasi
harus dilakukan sebelum melakukan auskultasi untuk menentukan tinggi tekanan sistolik yang
diharapkan. Palpasi dilakukan bila tekanan darah sulit didengarkan tetapi dengan palpasi tekanan
diastolik tidak dapat ditentukan dengan akurat (Smeltzer & Bare, 2002:732).
B. Cara Auskultasi
Metode standar dalam pengukuran tekanan darah seseorang dengan metode auskultasi
pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan oleh Korotkov pada tahun 1905. Metode
auskultasi dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat. Untuk
mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakkan
pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik
dimana arteri brakialis muncul di antara kedua kaput otot biseps. Dalam cara auskultasi ini harus
diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak paling sedikit 5 cm antara manset dan tempat
meletakkan stetoskop. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik,
sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak yang menunjukkan tekanan darah sistolik.
Bunyi tersebut yang dikenal sebagai bunyi Korotkoff, terjadi bersamaan dengan detak jantung
dan akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah
tekanan diastolik. Pada titik tersebut bunyi akan menghilang. Dalam praktik sebenarnya bunyi
menjadi lebih sember (karakternya berubah) saat distolik tercapai dan kemudian menghilang
sekitar 10 mmHg di bawah tekanan diastolik. Hilangnya bunyi sangat dekat dengan tekanan
diastolik yang sebenarnya (Smeltzer & Bare, 2002:732).
C. Cara Osilasi
Metode ini dilakukan dengan cara melihat osilasi air raksa pada manometer. Manset
dipompa sampai tekanannya 10-20 mmHg melebihi tekanan sistolik yang ditentukan dengan
metode Riva Rocci. Tekanan manset diturunkan perlahan-lahan sambil memperhatikan air raksa
manometer. Saat timbulnya osilasi pada manometer menunjukkan tekanan sistolik. Tekanan
manset terus diturunkan sampai osilasi menghilang yang menunjukkan tekanan diastole
(Smeltzer & Bare, 2002:732).
Penelitian ini menggunakan metode deksriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan denngan tujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap penderita
hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan
Tahun 2012. Waktu penelitian dilakukan dari bulan mei sampai dengan bulan juni 2012. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah kros seksional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
kunjungan kasus hipertensi selama tahun 2011 yaitu berjumlah 4.562 kasus. Sampel yang
digunakan adalah 98 orang penderita hipertensi. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara
accidental sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan tehnik
wawancara dan Observasi.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian masalah :
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan
Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012 “.
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Tehnik dalam analisis ini adalah tabulasi silang dengan uji Chi Square dengan
alpha = 0,05.
1.Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan Pengobatan
Hipertensi.
Dari tabel 2 ternyata ada sebanyak 31 orang penderita hipertensi (67,4%) yang memiliki sikap
negative serta tidak patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi, dan ada sebanyak 21 orang
penderita hipertensi (40,4%) yang memiliki sikap positif serta tidak patuh dalam melaksanakan
pengobatan hipertensi. Hasil uji statistik pada a = 0,05 ternyata ada hubungan antara sikap
responden dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi ( P < 0,05 )
3.2 Pembahasan
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah Ada hubungan antara pengetahuan
penderita hipertensi dengan kepatuhan 2. Ada hubungan antara sikap penderita hipertensi dengan
kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan ( p < 0,05 )
4.2 Saran
1. Puskesmas Cimahi Selatan
Peneliti menyarankan kepada Puskesmas Cimahi Selatan untuk lebih meningkatkan lagi
kepatuhan penderita hipertensi dalam melakukan pengobatan dengan melakukan penyuluhan
kesehatan secara rutin. Saat pasien melakukan pengobatan ke puskesmas, penyuluhan dapat
dilakukan dengan cara memberikan penjelasan/informasi selengkap-lengkapnya mengenai
hipertensi dan rencana pengobatan yang akan dilakukan dengan memberikan leaflet atau informasi
secara tertulis. Selain itu penyuluhan dapat juga dilakukan pada saat kegiatan posbindu.Disamping
itu dapat juga melakukan strategi home care pada pasien hipertensi, karena ketika dilakukan
observasi kerumah, pasien mengatakan bahwa dengan adanya kunjungan ini pasien merasa
diperhatikan oleh petugas kesehatan, sehingga timbul keinginan untuk melakukan control kembali
ke puskesmas.
2. Penderita Hipertensi
Bagi penderita hipertensi diharapkan agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang
hipertensi dan penyakit lain yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi melalui berbagai media agar
dapat mengendalikan berbagai dampak negative yang dapat terjadi, sehingga lebih patuh melakukan
pengobatan hipertensi. Selain itu mereka harus untuk dilakukan kunjungan rumah oleh petugas
kesehatan, karena dengan adanya kunjunngan ke rumah kondisi pasien akan terpantau dan menjadi
bahan evaluasi untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam melakukan pengobatan. Sehingga
diharapkan adanya peningkatan kesehatan pada pasien hipertensi serta mencegah terjadinya
komplikasi akibat hipertensi.
BAB V
DAFTAR PUSTAKAN
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Yogyakarta. Dianloka Pustaka.
Agus, Era 2006,Hubungan Tingkat Pengtahuan Tentang Hipertensi Dengan Kepatuhan Pasien
Dalam Melaksanakan Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Gubug. Tersedia di
http://digilib.unimus.ac.id, diperoleh tanggal 2 Februari.
Eliana, Arifa, Khasanah, Uswatun & Pertiwi, Ratna. 2007. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Stroke Dengan Perilaku Mencegah Stroke Pada Klien
Hipertensi di RSU PKU Muhammadiyah Yogjakarta, 3(2), 92-93
Hidayat, A, Azis Alimul.20027. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta; Salemba
Medika.