Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Rizki Agus Setyawan
NIM : 1722L0052
BIAS GENDER
Bias gender adalah pembagian posisi dan peran yang tidak adil antara laki-laki dan
perempuan. Perempuan dengan sifat feminism dipandang selayaknya berperan di
sectordomestic, sebaliknya laki-laki yang maskulin sudah sepatutnya berperan di
sectorpublic.
Bias Gender adalah kebijakan/ program/ kegiatan atau kondisi yang memihak atau merugikan
salah satu jenis kelamin.
Kasus I :
Dalam Kasus tersebut, mayoritas pegawai yang di PHK adalah perempuan, karena masih
adanya pandangan bahwa yang bertugas mencari nafkah adalah laki-laki (suami). Namun,
coba kita perhatikan apakah semua wanita memiliki suami, ada perempuan yang masih
melajang dan harus memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, atau bahkan ada perempuan yang
menjanda dan harus memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri beserta anak-anaknya, hal inilah
yang biasanya sering dilupakan atau dikesampingkan oleh pihak perusahaan.
PERBEDAAN GENDER DAN JENIS KELAMIN
Istilah gender seringkali tumpang tindih dengan seks (jenis kelamin), padahal dua kata itu
merujuk pada bentuk yang berbeda. Seks merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis
kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu.
Contohnya jelas terlihat, seperti laki-laki memiliki penis, scrotum, memproduksi sperma.
Sedangkan perempuan memiliki vagina, rahim, memproduksi sel telur. Alat-alat biologis
tersebut tidak dapat dipertukarkan sehingga sering dikatakan sebagai kodrat atau ketentuan
dari Tuhan (nature), Sedangkan konsep gender merupakan suatu sifat yang melekat pada
kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural.
Misalnya, laki-laki itu kuat, rasional, perkasa. Sedangkan perempuan itu lembut, lebih
berperasaan, dan keibuan. Ciri-ciri tersebut sebenarnya bisa dipertukarkan. Artinya ada laki-
laki yang lembut dan lebih berperasaan. Demikian juga ada perempuan yang kuat, rasional,
dan perkasa. Perubahan ini dapat terjadi dari waktu ke waktu dan bisa berbeda di masing-
masing tempat. Jaman dulu, di suatu tempat, perempuan bisa menjadi kepala suku, tapi
sekarang di tempat yang sama, laki-laki yang menjadi kepala suku. Sementara di tempat lain
justru sebaliknya. Artinya, segala hal yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan
laki-laki, yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari suatu kelas ke kelas yang
lain, komunitas ke komunitas yang lain, dikenal dengan gender.
Perbedaan gender dengan seks dapat dengan lebih mudah diamati melalui tabel berikut:
Seks Gender
Berbeda di setiap
Bersifat Universal
budaya
Gender bisa diartikan sebagai ide dan harapan dalam arti yang luas yang bisa ditukarkan
antara laki-laki dan perempua, ide tentang karakter femini dan makulin, kemampuan dan
harapan tentang bagaimana seharusya laki-laki dan perempuan berperilaku dalam berbagai
situasi. Ide-ide ini disosialisasikan lewat perantara keluarga, teman, agama dan media. Lewat
perantara-perantara ini, gender terefleksikan ke dalam peran-peran, status sosial, kekuasaan
politik dan ekonomi antara laki-laki- dan peempuan. (Bruynde, jackson, Wijermans,
Knought&Berkven, 1997 : 7)
DISKRIMINASI GENDER
1. Marginalisasi
Merupakan suatu proses peminggiran akibat perbedaan jenis kelamin yang
mengakibatkan kemiskinan Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi. Misalnya
banyak perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak terlalu bagus, baik dari
segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang didapatkan. Hal ini terjadi
karena sangat sedikit perempuan yang mendapatkan peluang pendidikan. Peminggiran
dapat terjadi di rumah, tempat kerja, masyarakat, bahkan oleh negara yang bersumber
keyakinan, tradisi/kebiasaan, kebijakan pemerintah, maupun asumsi-asumsi ilmu
pengetahuan (teknologi).
contoh : guru TK dan pembantu rumah tangga dinilai sebagai pekerjaan rendah
sehingga berpengaruh terhadap gaji / upah yang diterima
2. Subordinasi
Anggapan bahwa perempuan lemah, tidak mampu memimpin, cengeng dan lain
sebagainya, mengakibatkan perempuan jadi nomor dua setelah laki-laki.
contoh : masih sedikit jumlah wanita yang bekerja pada peran dan posisi pengambilan
keputusan kepenentu kebijakan dibandingkan dengan laki-laki
3. Stereotip
pandangan buruk terhadap perempuan.
contoh : perempuan yang pulang larut malam adalah pelacur, jalang dan berbagai
sebutan buruk lainnya.
4. Violence
serangan fisik dan psikis. Perempuan, pihak paling rentan mengalami kekerasan,
dimana hal itu terkait dengan marginalisasi, subordinasi maupun stereotip diatas.
Perkosaan, pelecehan seksual atau perampokan contoh kekerasan paling banyak
dialami perempuan.
5. Double burden (beban kerja berlebih)
tugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan terus menerus.
contoh : seorang perempuan selain melayani suami (seks), hamil, melahirkan,
menyusui, juga harus menjaga rumah. Disamping itu, kadang ia juga ikut mencari nafkah
(di rumah), dimana hal tersebut tidak berarti menghilangkan tugas dan tanggung jawab
diatas.