Вы находитесь на странице: 1из 9

osts Tagged ‘contoh askeb ibu hasmil dengan KEK’

KEK pada ibu hamil


Posted: April 11, 2010 in makalah
Tag:askeb, contoh askeb ibu hamil dengan KEK, KEK, KEK pada ibu hamil, Kekurangan Energi Kronik, landasan
teori, tinjauan pustaka
0

BAB I

PENDAHULUAN

Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Kronik (KEK), Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan Anemia Gizi Besi
(AGB). Salah satu golongan rawan gizi yang menjadi sasaran program adalah remaja, karena
biasanya pada remaja sering terjadi masalah anemia, defisiensi besi dan kelebihan atau
kekurangan berat badan. Tahun 2004, 37% balita (bawah lima tahun/bayi) kekurangan berat
badan (28% kekurangan berat badan sedang dan 9% kekurangan berat badan akut) (sumber
Susenas 2004). Pemerintah mempunyai program makanan tambahan sehingga perempuan dan
anak-anak yang terdeteksi memiliki berat badan kurang akan diberi makanan tambahan dan saran
ketika mereka datang ke puskesmas untuk memantau pertumbuhan.

Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK (Kekurangan Energi Kronis) terutama yang
kemungkinan disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi yang
dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan perumbuhan tubuh baik fisik
ataupun mental tidak sempurna seperti yang seharusnya. Banyak anak yang bertubuh sangat
kurus akibat kekurangan gizi atau sering disebut gizi buruk. Jika sudah terlalu lama maka akan
terjadi Kekurangan Energi Kronik (KEK). Hal tersebut sangat memprihatinkan, mengingat
Indonesia adalah egara yang kaya akan SDA (Sumber Daya Alam).

Ibu hamil diketahui menderita KEK dilihat dari pengukuran LILA, adapun ambang batas LILA
WUS (ibu hamil) dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang
dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK
dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lebih rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak.

Data SDKI tahun 1997 angka kematian bayi adalah 52.2 per 1000 kelahiran hidup dan dari data
SDKI tahun 1994 angka kematian ibu adalah 390 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan dari data Susenas pada tahun 1999, ibu hamil yang mengalami risiko KEK adalah
27.6 %.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi

Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa Kurang
Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung
menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat
terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). Kurang gizi akut disebabkan
oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi
kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein
(untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik
disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang
baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah
yang cukup, atau juga disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.

B. KEK Pada Ibu Hamil

Kondisi kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan
terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir
rendah, keguguran, kelahiran premature, kematian pada ibu dan bayi baru lahir, gangguan
pertumbuhan anak, dan gangguan perkembangan otak. Hasil survey menunjukkan bahwa
prevalensi wanita usia subur (WUS) menderita KEK pada tahun 2002 adalah 17,6 persen. Tidak
jarang kondisi KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan, partus lama,
aborsi dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu.

Malnutrisi bukan hanya melemahkan fisik dan membahayakan jiwa ibu, tetapi juga mengancam
keselamatan janin. Ibu yang bersikeras hamil dengan status gizi buruk, berisiko melahirkan bayi
berat badan lahir rendah 2-3 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan status gizi baik, disamping
kemungkinan bayi mati sebesar 1.5 kali.

C. Pengukuran Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penilaian secara tidak
langsung ada dua yaitu:

1. Survey konsumsi makanan


2. Statistic vital.

Penilaian status gizi secara langsung ada empat yaitu:

1. Antropometri
2. Klinis
3. Biokimia
4. Biofisik

Untuk mengetahui status gizi ibu hamil digunakan pengukuran secara langsung dengan
menggunakan penilaian antropometri yaitu: Lingkar Lengan Atas. Pengukuran lingkar lengan
atas adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK wanita usia subur (Supariasa, 2002 : 48).
Wanita usia subur adalah wanita dengan usia 15 sampai dengan 45 tahun yang meliputi remaja,
ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas lingkar Lengan Atas
(LILA) pada WUS dengan risiko KEK adalah 23,5 cm, yang diukur dengan menggunakan pita
ukur. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan
sebaliknya apabila LILA lebih dari 23,5 cm berarti wanita itu tidak berisiko dan dianjurkan
untuk tetap mempertahankan keadaan tersebut.

Hal-hal yang harus diperhatikan:

a) Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.

b) Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang
atau kencang.

c) Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat, sehingga
permukaannya sudah tidak rata.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KEK

1) Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi ini terdiri dari:

a. Pendapatan Keluarga

b. Pendidikan Ibu

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, pembuatan cara
mendidik. Kemahiran menyerap pengetahuan akan meningkat sesuai dengan meningkatnya
pendidikan seseorang dan kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap
pengetahuan yang diserapnya.

Pendidikan ibu adalah pendidikan formal ibu yang terakhir yang ditamatkan dan mempunyai
ijazah dengan klasifikasi tamat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi dengan diukur dengan cara
dikelompokkan dan dipresentasikan dalam masing-masing klasifikasi (Depdikbud, 1997).

c. Status Perkawinan

Status Perkawinan ibu dibedakan menjadi: Kawin adalah status dari mereka yang terikat dalam
perkawinan pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini tidak
saja mereka yang kawin sah, secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya) tetapi juga
mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami istri.
Cerai hidup adalah status dari mereka yang hidup berpisah sebagai suami istri karena bercerai
dan belum kawin lagi. Cerai mati adalah status dari mereka yang suami/istrinya telah meninggal
dunia dan belum kawin lagi.
2) Faktor Biologis

Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari :

a. Usia Ibu Hamil

Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas janin/anak
yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3). Karena pada ibu yang
terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya
sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi
selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20
tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik.

b. Jarak Kehamilan

Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian
menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2
tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat
dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. (Aguswilopo, 2004 : 5). Jarak
melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan
merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya
sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan
anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan
janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3).

c. Paritas

Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable). (Mochtar,
1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang
telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.

2. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang
berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.

3. Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau lebih kehamilan
yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.

3) Faktor Pola Konsumsi

Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan penyediaan
pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang cukup diperoleh melalui produksi pangan dalam
negeri yaitu upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayur-
sayuran, dan buah-buahan (Almatsier, 2003: 13). Pola konsumsi ini juga dapat mempengaruhi
status kesehatan ibu, dimana pola konsumsi yang kurang baik dapat menimbulkan suatu
gangguan kesehatan atau penyakit pada ibu. Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula
terjadinya kurang gizi sebagai akibat menurunnya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan
dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit. Kaitan
penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan
sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek
dapat mempermudah infeksi. (Supariasa, 2002: 187)

4) Faktor Perilaku

Faktor perilaku ini terdiri dari kebiasaan yang sering dilakukan ibu diantaranya yaitu kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi cafein. Kafein adalah zat kimia yang berasal dari tanaman yang
dapat menstimulasi otak dan system syaraf. Kafein bukan merupakan salah satu zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh, karena efek yang ditimbulkan kafein lebih banyak yang negative
daripada positifnya, salah satunya adalah gangguan pencernaan. Dengan adanya gangguan
pencernaan makanan maka akan menghambat penyerapan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh dan janin.

E. Upaya Penanggulangan Yang Dilakukan

1. KIE mengenai KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta bagaimana


menanggulanginya.
2. PMT Bumil diharapkan agar diberikan kepada semua ibu hamil yang ada.

Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindaklanjuti sebelum usia kehamilan mencapai 16
minggu. Pemberian makanan tambahan yang Tinggi Kalori dan Tinggi Protein dan dipadukan
dengan penerapan Porsi Kecil tapi Sering, pada faktanya memang berhasil menekan angka
kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200 – 450 Kalori dan 12 – 20 gram protein dari
kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin. Meskipun
penambahan tersebut secara nyata (95 %) tidak akan membebaskan ibu dari kondisi KEK, bayi
dilahirkan dengan berat badan normal. Pada tahun 2007 dilaksanakan PMT bagi bumil gakin di
kabupaten/kota melalui dana APBN Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Kegiatan tersebut
tidak dilanjutkan pada tahun 2008 karena tidak tersedianya dana dan diharapkan untuk
pelaksanaan selanjutnya dibebankan melalui dana APBD kabupaten/kota.

1. Konsumsi tablet Fe selama hamil.

Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat sesuai dengan perubahan
fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua dimana terjadi proses hemodelusi yang
menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah dan mempengaruhi konsentrasi hemoglobin
darah. Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian tablet besi, akan tetapi
pada keadaan gizi kurang bukan saja membutuhkan suplemen energi juga membutuhkan
suplemen vitamin dan zat besi. Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan, rendahnya
asupan protein hewani serta tingginya konsumsi serat / kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan
serta protein nabati merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya anemia besi.

F. Pencegahan KEK
Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein termasuk makanan
pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti
daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari
kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan kalori,
terutama pada anak-anak atau remaja yang tidak terlalu suka makan. Hanya memberikan ASI
kepada bayi sampai usia 6 bulan mengurangi resiko mereka terkena muntah dan mencret
(muntaber) dan menyediakan cukup gizi berimbang. Jika ibu tidak bisa atau tidak mau
memberikan ASI, sangat penting bagi bayi untuk mendapatkan susu formula untuk bayi yang
dibuat dengan air bersih yang aman – susu sapi normal tidaklah cukup. Sejak 6 bulan, sebaiknya
tetap diberikan Asi tapi juga berikan 3-6 sendok makan variasi makanan termasuk yang
mengandung protein. Remaja dan anak2 yang sedang sakit sebaiknya tetap diberikan makanan
dan minuman yang cukup. Kurang gizi juga dapat dicegah secara bertahap dengan mencegah
cacingan, infeksi, muntaber melalui sanitasi yang baik dan perawatan kesehatan, terutama
mencegah cacingan.

Pemberian makanan tambahan dan zat besi pada ibu hamil yang menderita KEK dan berasal dari
Gakin dapat meningkatkan konsentrasi Hb walaupun besar peningkatannya tidak sebanyak ibu
hamil dengan status gizi baik. Terlihat juga penurunan prevalensi anemia pada kelompok kontrol
jauh lebih tinggi dibanding pada kelompok perlakuan. Konsumsi makanan yang tinggi pada ibu
hamil pada kelompok perlakuan termasuk zat besi disertai juga dengan peningkatan konsumsi
fiber yang diduga merupakan salah satu faktor pengganggu dalam penyerapan zat besi.. Pada ibu
hamil yang menderita KEK dan dari Gakin kemungkinan masih membutuhkan intervensi
tambahan agar dapat menurunkan prevalensi anemia sampai ke tingkat yang paling rendah.

BABIII

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

DENGAN KEK

DATA SUBJEKTIF

Ibu datang untuk memeriksakan kandungannya, ibu hamil aterm, mengeluh Lesu, Cepat lelah,
Denyut jantung cepat, Pusing, Telinga mendenging Mata berkunang-kunang, Kelemahan
otot,Perasaan dingin pada anggota gerak(tangan,kaki).

DATA OBJEKTIF

a. Keadaan umum : baik kesadaran : CM

b. Status emosional : stabil

c. Tanda vital

Tekanan darah : TD : 110/70 nnHg


Nadi : 93 x / menit

RR : 18 x / menit

Temperatur : 37C

Tinggi badan : 155 cm

Berat badan : Sebelum hamil : 40 kg

Sesudah hamil : 47 kg

Ukuran lila : 22 cm

ASSESMENT

1. Diagnosa Kebidanan

G1P0A0, ibu hamil aterm, janin tunggal, hidup intra uteri, DJJ154 x/menit presentasi kepala

Dasar

2. Masalah

Ibu mengeluh , lesu

3. Kebutuhan

Penyuluhan tentang pola istirahat yang cukup dan rileks

Penyuluhan tentang gizi ibu hamil

4. Diagnosa potensial

5. Masalah Potensial

a. Potensial terjadi BBLR

b. Potensial terjadi gawat janin

c. Potensial terjadi kematian janin dalam kandungan

d. Potensial terjadi perdarahan

6. Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien


Tindakan segera: pemberian tablet besi dan tablet kalsium

Kolaborasi : Dilakukan bila terjadi gawat janin dan kematian janin dalam kandungan, serta
perdarahan.

PLANNING

1. Beri tahu ibu tentang hasil pemeriksaan

a. Jelaskan kondisi ibu saat ini

b. Anjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin

c. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan ibu

. Ibu mengetahui kondisinya saat ini

2. Berikan informasi mengenai gizi ibu hamil

a. Jelasakan pada ibu tentang makanan yang bergizi seimbang

b. Ibu diberi vitamin, suplemen besi dan suplemen kalsium

C Anjurkan ibu untuk istirahat dan banyak makan makanan yang seimbang

Ibu bersedia dan mengatakan selama ini sudah minum vitamin B12, suplemen tambah darah,
suplemen kalsium1 kali sehari

Ibu mengerti tentang makanan yang bergizi seperti sayur-sayuran hijau, misalnya: daun katuk,
buah-buahan segar, makanan berprotein seperti tahu, tempe, ikan.

Ibu bersedia untuk makan makanan bergizi

3. Beritahu ibu tentang pola istirahat yang baik

a. Jelaskan pada ibu pentingnya istirahat yang cukup

b. Anjurkan pada ibu untuk mengurangi aktivitas sehari-hari

c. Anjurkan pada ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat

d. Evaluasiapakah ibu menjalankan yang dianjurkan

DAFTAR PUSTAKA

http://sulteng.surveilans-respon.org/wanita-usia-subur-kurang-energi-kronis/.
http://www.eurekaindonesia.org/dampak-anemia-dan-kekurangan-energi-kronik-pada-ibu-hamil/

http://askep-askeb.cz.cc/2010/02/kurang-energi-kronis-kek-pada-ibu-hamil.htm

http://www.gizi.net/kebijakan-gizi/download/GIZI%20MAKRO.doc.

Iklan
Report this ad
Report this ad

 [orang-orang pandai dalam umat ini sepakat... kenikamatan tidak akan diperoleh dengan
cara yang nikmat, ketentraman tidak akan didapat dengan cara yang tentram...]

Blog di WordPress.com.

Вам также может понравиться