Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengorganisasian Pelaksanaan Keperawatan Komunitas pada Kelompok


Khusus Anak Usia Sekolah

1. Pengertian
Asuhan keperawatan komunitas pada Anak Usia Sekolah merupakan
bagian dari pelayanan keperawatan kesehatan komunitas secara keseluruhan yang
dilakukann untuk mengidentifikasi atau mencegah masalah kesehatan yang terjadi
pada anak usia sekolah di sekolah, untuk selanjutnya dilakukan intervensi
keperawatan agar masalah yang terjadi dapat teratasi atau berkurang (Chairani,
2015).

2. Tujuan Pemberian Asuhan Keperawatan Komunitas di Sekolah


a. Meningkatkan kemampuan hidup sehat (pengetahuan, sikap, dan
keterampilan hidup sehat)
b. Membantu meningkatkan derajat kesehatan anak usia sekolah (sehat fisik,
mental dan sosial)
c. Membantu anak usia sekolah melewati fase tumbuh kembangnya dengan baik
d. Memiliki lingkungan yang sehat serta meningkatkan tumbuh kembang yang
optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas.

3. Sasaran Asuhan Keperawatan Komunitas


Asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus anak usia sekolah
yang dilaksanakan di sekolah tidak hanya diberikan untuk siswanya saja, tetapi
juga ditujukkan pada komunitas sekolah sebagai mitra perawat. Komunitas
sekolah yang dimaksud adalah siswa, guru, staf administrasi, orang tua/ wali
siswa, dan warga sekitar sekolah termasuk para pedagang yang ada di kantin atau
di luar sekolah (Chairani, 2015).

4. Peran Perawat Komunitas


Perawat komunitas dapat berperan sebagai: advokat, casefinder, case
manager, community liason, konselor kesehatan, pendidik kesehatan, home
visitor, dan peneliti.

3
4

5. Masalah Kesehatan Kelompok Khusus Anak Usia Sekolah


Menurut Chairani (2015), masalah kesehatan yang berisiko terjadi pada
anak usia sekolah, yaitu:
a. Kebutuhan nutrisi: berat badan berlebih atau kruang, perilaku jajan yang tidak
sehat (makanan yang menggunakan pewarna, pemanis buatan, atau
pengawet), dan gangguan makan (anoreksia dna bulemia).
b. Kebersihan diri yang kurang (rambut, kulit, kuku, genitalia)
c. Kebutuhan psikososial: harga diri rendah, depresi, hiperaktif, dan risiko
bunuh diri.
d. Kebutuhan belajar: gangguan konsentrasi belajar, atau kurangnya
pengetahuan anak usia sekolah tentang kesehatannya.
e. Kebutuhan keamanan:
1) Anak usia sekolah yang kesehariannya tidak mendapat pengawasan dari
orang tua
2) Tidak menggunanakan pengaman (helm, sabuk pengaman) saat
bersepeda atau berkendara motor
3) Bersekolah atau tinggal melewati jalan raya, jalan kereta atau sungai
4) Mendapat perlakuan kasar dari orang tua atau guru baik penganiayaan
fisik, mental, seksual, maupun sosial
5) Mendapat perlakuan kasar dari sekelompok teman
6) Bahaya pemerkosaan
f. Merokok atau minum alkohol pada anak usia sekolah
g. Pengaruh lingkungan yang tidak kondusif: tinggal di daerah rawan bencana
dan konflik.

B. Konsep Dasar Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


1. Pengertian

Usaha kesehatan sekolah (UKS) merupakan salah satu usaha kesehatan


pokok yang dilaksanakan oleh puskesmas dan juga usaha kesehatan masyarakat
yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan
sekolahnya sebagai sasaran utama (Prasasti, 2008). Menurut P. Anto (2006), usaha
kesehatan disekolah merupakan perpaduan antara dua upaya dasar, yaitu upaya
pendidikan dan upaya kesehatan yang pada gilirannya nanti diharapkan UKS
dapat dijadika sebagai usaha untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah
pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Sumijatun (2006), usaha kesehatan sekolah didefinisikan sebagai “upaya terpadu
5

lintas program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
serta membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah.

2. Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

a. Tujuan Umum
Departemen Kesehatan (2008) menjelaskan tujuan umum dari UKS adalah
meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta
didik maupun warga belajar, dan menciptakan lingkungan sehat, sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal
dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

b. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup
upaya menurunkan angka kesehatan anak sekolah; meningkatkan kesehatan
peserta didik, baik fisik, mental maupun sosial; serta memberikan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat.

3. Alasan Mendasar Perlunya UKS


Berikut ini akan dijelaskan alasan mendasar mengapa UKS itu amat
diperlukan:
a. Anak usia sekolah merupakan kelompok yang beresiko terkena berbagai
macam penyakit yang dapat mengganggu status kesehatannnya.
b. Anak usia sekolah merupakan kelompok anak terbesar, sehingga sasarannya
sangat tepat.
c. Pada anak usia sekolah penting ditanamkan pemahaman mendasar tentang
apa itu kesehatan, khususnya perilaku untuk selalu hidup bersih dan sehat.
d. Kesehatan juga turut menentukan prestasi yang dicapai oleh anak didik.
e. Sekolah merupakan institusi yang bersifat formal sehingga mudah
diorganisasikan di bidang kesehatan.
6

f. Promosi kesehatan melalui anak-anak sekolah akan efisien dan efektif dalam
kaitannya menanamkan.

4. Keperawatan Kesehatan di Sekolah


Perawat sebagai salah satu komponen bangsa di bidang kesehatan
mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan pendekatan paradigma sehat,
yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, dan rehabilitasi sejak pembuahan sampai usia lanjut.
Tujuan perawat kesehatan di sekolah adalah untuk secara aktif
mengidentifikasi faktor-faktor yang ada pada siswa sebagai usaha pencegahan
bagi peserta didik agar selalu siap belajar. Menurut Brietly, fungsi perawat sekolah
ada tiga, yaitu memberikan pelayanan dan meningkatkan kesehatan individu dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di sekolah,
memberi kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki lingkungan fisik
dan sosial sekolah serta menghubungkan program kesehatan sekolah dengan
program kesehatan masyarakat yang lain. Pelayanan kesehatan di sekolah
meliputi:
a. Basic care, meminimalkan komplain dan memberikan pelayanan yang
pertama kepada peserta didik sesuai dengan health records.
b. Primary Care, memberikan pelayanan dan follow up pada kasus akut dan
kronis yang terjadi pada peserta didik serta melakukan pendokumentasian.
c. Physical Examination, pengkajian kesehatan secara menyeluruh pada peserta
didik.
d. Screening, penilaian terhadap penglihatan, pendengaran, keadaan tulang
belakang, dan kondisi lain.
e. Specialized care, memberikan pelayanan kesehatan khusus kepada orang
yang memiliki keterbatasan.
Karakteristik perawat sekolah antara lain sebagai berikut :
a. Sebagai aplikasi pengetahuan keperawatan yang ditujukan pada siklus
kehidupan manusia umumnya serta pada anak dan remaja khususnya.
7

b. Mengutamakan pada health promotion, health maintenance, dan disease


prevention.
c. Merupakan praktik keperawatan non klinis, yaitu di sekolah, rumah,
komunitas.
d. Praktik mandiri dan merupakan pelayanan kesehatan profesional di sekolah.
e. Penerima pelayanannya adalah individu, orang tua, kelompok, dan yang ada
disekitarnya.
f. Berpraktik sepanjang waktu dan episodik tanpa batasan jam sekolah.
g. Selama praktik selalu profesional, menggunakan prinsip manajemen,
berkolaborasi, dengan disiplin ilmu lain, dan berkolaborasi denga tempat
pelayanan kesehatan.
Sementara itu, peran perawat sekolah secara langsung adalah mendidik
siswa mencegah masalah-masalah kesehatan yang mungkin muncul dan
melakukan intervensi sebagai upaya kuratif atau memodifikasi masalah kesehatan
yang terjadi di sekolah dan menggunakan metode pencegahan dengan tiga tahap,
yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.

5. Tiga Program Pokok Usaha Kesehatan di Sekolah


Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta
didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan di lingkungan sekolah
sehat yang dikenal dengan istilah tiga program pokok (Trias) UKS (Depkes RI,
2003).
a. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat baik fisik, mental,
sosial maupun lingkungan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau
latihan yang diperlukan bagi peranannya saat ini maupun di masa yang
mendatang.
Pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK), pendidikan kesehatan
ditekankan pada sikap dan perilaku sehat. Hal ini sesuai dengan definisinya,
8

bahwa KBK merupakan pernyataan tentang apa yang harus dicapai oleh siswa
yang mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Untuk itu, kompetensi yang dituntut pada
pendidikan kesehatan diharapkan dapat direfleksikan dalam cara berpikir dan
bertindak di kehidupan sehari-hari.
Tujuan pendidikan kesehatan:
1) Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk
cara hidup sehat dan teratur.
2) Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip
hidup sehat.
3) Peserta didik dapat memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang
berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan.
4) Peserta didik dapat memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari yang sesuai
dengan syarat kesehatan.
5) Peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk menalarkan perilaku hidup
sehat dalam kehidupan sehari-hari.
6) Peserta dapat memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan
dan berat badan yang seimbang.
7) Peserta didik dapat mengerti dan dan menerapkan prinsip-prinsip
pengutamnaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan
keselamatan dalam kesehatan sehari-hari.
8) Peserta didik dapat mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan
pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan
dalam kehidupan sehari-hari.
9) Peserta didik dapat memiliki daya tangkal terhadup pengaruh buruk dari luar
10) Peserta didik dapat memiliki tingkat kesegaran jasmani dan derajat kesehatan
yang optimal serta mempunyai daya tah an tubuh yang baik terhdap penyakit
Agar tujuan pendidikan kesehatan bagi para peserta didik dapat tercapai
secara optimal, dalam pelaksanaannya hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Sesuai dengan tingkat kemampuan dan perbedaan individual peserta didik
9

2) Diupayakan sebanyak-banyaknya dengan melibatkan peran aktif peserta didik


3) Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat
4) Selalu mengacu pada tujuan pendidikan kesehatan termasuk upaya alih
teknologi
5) Memperhatikan kebutuhan pembangunan nasional
6) Mengikuti atau memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Pelaksanaan pendidikan melalui kesehatan diberikan melalui kegiatan
kurikuler dan ekstrakurikuler. Pelaksanaan pendidikan melalui kegiatan kurikuler
adalah pelaksanaan pendidikan kesehatan pada jam pelajaran sesuai dengan garis-
garis besar program pengajaran mata pelajaran sains dan ilmu pengetahuan sosial.
Pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, penanaman nilai,
dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat dan peningkatan keterampilan
dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan
perawatan kesehatan.
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka melaksanakan
pendidikan kesehatan antara lain pendekatan individual dan kelompok.
Pendekatan kelompok terbagi lagi menjadi pendekatan kelompok kelas, bebas,
dan lingkungan keluarga. Sedangkan, metode yang dapat digunakan oleh guru
atau pembina dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan adalah belajar langsung,
karya wisata, bermain peran,ceramah, demonstrasi, tanya jawab, simulasi,
dramtisasi dan bimbingan (konseling).

b. Pelayanan Kesehatan
Penekanan utama pada pelayanan kesehatan disekolah atau madrasah
adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan
(kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara serasi dan terpadu
terhadap peserta didik pada khususnya dan warga sekolah pada umumnya
dibawah koordinasi guru.
1) Peningkatan kesehatan (promotif) dilaksankan melalui kegitan intrakurikuler
dan penyuluhan kesehatan serta latihan keterampilan oleh tenaga kesehatan di
10

sekolah. Misalnya kegiatan penyuluhan gizi, kesehatan pribadi, penyakit


menular, cara menggosok gigi yang benar, cara mengukur tinggi badan dan
berat badan, serta cara meemriksa ketajaman pengelihatan.
2) Tindakan penceghan (preventif) dilaksankan melalui kegiatan peningkatan
daya tahan tubuh, pemutusan mata rantai penularan penyakit, dan
penghentian proses penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit.
Misalnya, imunisasi yang dilakukan oleh petugas puskesma, pemberantasan
sarang nyamuk, pengobatan sederhana oleh dokter kecil, kegiatan penjaringan
(skrining) kesehatan bagi siswa SD kelas satu dan pemeriksaan berkala setiap
enam bulan bagi seluruh siswa.
3) Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) dilakukan melalui
kegiatan pencegahan komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar
dapat berfungsi dengan normal lagi. Kegiatan dapat berupa pengobatan
ringan dan pertolongan pertama di sekolah serta rujukan medis ke puskesmas
untuk mengurangi derita sakit, kasus kecelakaan, keracunan atau kondisi lain
yang membahayakan nyawa, dan kasus penyakit khusus.

c. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat


Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup pembinaan
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, masyarakat dan unsur-unsur penunjang.
1) Pembinaan Lingkungan Sekolah
a) Lingkungan Fisik Sekolah
- Penyediaan dan pemeliharaan tempat penampungan air bersih
- Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah
- Pemeliharaan kamar mandi, WC sekolah
- Pemeliharaan kebersihan dan kerapihan ruangan kelas, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium dan tempat ibadah
- Pemeliharaan kebersihan dan keindahaan halaman dan kebun sekolah
- Pengadaan dan pemeliharaan warung atau kantin sekolah
- Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah
11

b) Lingkungan Mental dan Sosial


Terciptanya suasana dan hubungan kekeluargaan yang akrab antar
komponen sekolah yaitu guru, siswa, orang tua siswa, staf sekolahh, dan
masyarakat sekitar. Kegiatan yang dapat dilakukan berupa kegiatan wisata,
pentas seni dan sebagainya.

2) Pembinaan Lingkungan Keluarga


Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan orang tua murid tentang hal-
hal yang berhubungan dengan kesehatan putra-putrinya. Kegiatan yang dapat
dilakukan adalah kunjungan rumah atau melakukan penyuluhan kesehatan bagi
orang tua dan bekerja sama dengan komite sekolah dan petugas kesehatan
setempat.

3) Pembinaan Masyarakat Sekitar Lingkungan Sekolah


Menjalin kerjasama dengan lingkungan sekitar dengan melibatkan tokoh
masuarakat setempat, pengurus RT atau RW dalam memberikan dukungan
terhadap kegiatan sekolah.

6. Sasaran Usaha Kesehatan di Sekolah


Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari berbagai tingkat
pendidikan sekolah, mulai dari taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan agama, pendidikan kejuruan, dan pendidikan khusus
(sekolah luar biasa). Untuk sekolah dasar, UKS diprioritaskan pada kelas satu,
tiga, dan enam karena alasan-alasan berikut:
a. Kelas Satu
Merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan
mulai lepas pengawasan dari orang tua. Kemungkinan kontak dengan berbagai
penyebab penyakit lebih besar karena ketidaktahuan dan ketidakmengertian
tentang kesehatan. Di samping itu, kelas satu adalah saat yang baik untuk
diberikan imunisasi ulangan. Pada kelas satu ini dilakukan penjaringan untuk
12

mendeteksi kemungkinan adanya kelainanyang mungkin timbul sehingga


mempermudah pengawasan untuk jenjang berikutnya.

b. Kelas Tiga
Dilaksanan di kelas tiga untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS di
kelas satu terhadulu dan langkah selanjutnya akan dilakukan dalam program
pembinaan UKS.

c. Kelas Enam
Dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang
selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang
cukup.

7. Peran Perawat Kesehatan Sekolah


a. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah, perawat mempunyai
peran:
1) Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan
melakukan pengumpulan data, analisis data, analisis data, serta perumusan
dan prioritas masalah.
2) Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama Tim Pembina Usaha
Kesehatan di Sekolah (TPUKS)
3) Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang disusun
4) Menilai dan memantau hasil kegiatan UKS
5) Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

b. Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas di


puskesmas menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS atau dapat juga
ditunjuk sebagai seorang koodinator UKS di tingkat puskesmas. Bila perawat
kesehatan ditunjuk sebagai koordinasi maka pengelolaan pelaksanaan UKS
menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak ikut terlibat dalam tim
pengelola UKS.
13

c. Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan, peranan perawat kesehatan


dalam memberikan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan secara langsung
(melalui kesehatan yang bersifat umum dan klasikal) atau tidak langsung
sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan peserta didik secara
perseorangan.

8. Fungsi Perawat Sekolah


a. Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di
sekolah.
b. Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki lingkungan
fisik dan sosial sekolah.
c. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program kesehatan
masyarakat yang lain.

9. Program Dokter Kecil


a. Pengertian
Dokter kecil adalah siswa yang memenuhi kriteria dan telah terlatih untuk
ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya.

b. Tujuan
1) Tujuan umum meningkatnya partisipasi siswa dalam program UKS
2) Tujuan Khusus
a) Agar siswa dapat menjadi penggerak hidup sehat di sekolah,di rumah dan
lingkungannya.
b) Agar siswa dapat menolong dirinya sendiri, sesama siswa dan orang lain
untuk hidup sehat.

c. Kriteria Peserta
1) Siswa kelas 4 atau 5 SD atau MI dan belum pernah mendapatkan pelatihan
dokter kecil.
2) Berprestasi sekolah.
3) Berbadan sehat.
14

4) Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab.


5) Berpenampilan bersih dan berperilaku.
6) Berbudi pekerti baik dan suka menolong.
7) Izin orang tua.

d. Tugas dan Kewajiban Dokter Kecil


1) Selalu bersikap dan berperilaku sehat.
2) Dapat menggerakkan sesama teman-teman siswa untuk bersama-sama
menjalankan usaha kesehatan terhadap dirinya masing-masing.
3) Berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan yang baik di sekolah
maupun di rumah. Membantu guru dan petugas kesehatan pada waktu
pelaksanaan pelayanan kesehatan di sekolah.
4) Berperan aktif dalam rangka peningkatan kesehatan ,antara lain : Pekan
Kesehatan Gigi, Pekan Kesehatan Mata, dan lain-lain.

e. Kegiatan Dokter Kecil


1) Menggerakkan dan membimbing teman melaksanakan.
a) Pengamatan kebersihan dan kesehatan pribadi.
b) Pengukuran Tinggi Badan dan Berat badan.
c) Penyuhan Kesehatan.
2) Membantu petugas kesehatan melaksanakan pelayanaan kesehatan di sekolah ,
antara lain:
a) Distribusi obat cacing, vitamin dan lain-lain.
b) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
c) Pertolongan Pertama Pada Penyakit.
3) Pengenalan dini tanda-tanda penyakit.
4) Pengamatan kebersihan Ruang UKS, warung sekolah dan lingkungan sekolah
5) Pengamatan kebersihan di sekolah separti halaman sekolah, ruang
kelas, perlengkapan, persediaan air bersih, tempat cuci, WC,kamar mandi,
tempat sampah dan saluran pembuangan termasuk PSN (Pemberantasan
Sarang Nyamuk).
6) Pencatatan dan pelaporan, antara lain Buku harian Dokter Kecil.
7) Melaporkan hal-hal khusus yang ditemuinya kepada guru UKS/ Kepala
Sekolah/Guru yang ditunjuk.

C. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

1. Pengertian PHBS
15

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak
luar. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berhubungan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,
minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Kondisi sehat dapat
dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat
dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga oleh karena itu kesehatan
perlu dijaga,dipelihara, dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta
diperjuangkan oleh semua pihak. Rumah tangga sehat berarti mampu menjaga,
meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari
gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup
sehat (Depkes, 2007).

2. PHBS di Lingkungan Sekolah


Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapih dengan
segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja disusun yang disebut kurikulum.
Sekolah adalah tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal,
dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada
anak didiknya. Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena
pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak, maka disamping keluarga sebagai pusat
pendidikan, sekolah juga mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk
pembentukan pribadi anak (Ahmadi, 2003).
Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah tentang kebersihan
yaitudengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1193/Menkes/SK/ X/2004 tentang Visi Promosi Kesehatan RI adalah “Perilaku
Hidup Bersih Sehat 2010” atau “PHBS 2010”. PHBS di sekolah adalah upaya
untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu,
16

mau dan mampu mempraktekkan PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan
sekolah sehat. PHBS di institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan
peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan
institusi pendidikan. Indikator PHBS di institusi pendidikan/sekolah meliputi
(Depkes, 2008) :
a. Mencuci Tangan dengan Air yang Mengalir dan Menggunakan Sabun
Siswa dan guru mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir sebelum makan dan sesudah buang air besar. Perilaku cuci tangan
dengan air mengalir dan menggunakan sabun mencegah penularan penyakit
seperti diare, kolera, disentri, typus, cacingan, penyakit kulit, hepatitis A, ISPA,
flu burung, dan lain sebagainya. WHO menyarankan cuci tangan dengan air
mengalir dan sabun karena dapat meluruhkan semua kotoran dan lemak yang
mengandung kuman. Cuci tangan ini dapat dilakukan pada saat sebelum makan,
setelah beraktivitas diluar sekolah, bersalaman dengan orang lain, setelah bersin
atau batuk, setelah menyentuh hewan, dan sehabis dari toilet. Usaha pencegahan
dan penanggulangan ini disosialisasikan di lingkungan sekolah untuk melatih
hidup sehat sejak usia dini. Anak sekolah menjadi sasaran yang sangat penting
karena diharapkan dapat menyampaikan informasi kesehatan pada keluarga dan
masyarakat.

b. Mengkonsumsi Jajanan Sehat Di Kantin Sekolah


Di Sekolah siswa dan guru membeli atau konsumsi makanan/jajanan yang
bersih dan tertutup di warung sekolah sehat. Makanan yang sehat mengandung
karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Makanan yang seimbang akan
menjamin tubuh menjadi sehat. Makanan yang ada di kantin sekolah harus
makanan yang bersih, tidak mengandung bahan berbahaya, serta penggunaan air
matang untuk kebutuhan minum.

c. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat


Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang
memenuhi syarat kesehatan (leher angsa dengan septictank, cemplung tertutup)
dan terjaga kebersihannya. Jamban yang sehat adalah yang tidak mencemari
17

sumber air minum, tidak berbau kotoran, tidak dijamah oleh hewan, tidak
mencemari tanah di sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan.

d. Olah Raga yang Teratur dan Terukur


Aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku hidup sehat terkait
dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Kegiatan olah raga di sekolah
bertujuan untuk memelihara kesehatan fisik dan mental anak agar tidak mudah
sakit. Dalam rangka meningkatkan kesegaran jasmani, perlu dilakukan latihan
fisik yang benar dan teratur agar tubuh tetap sehat dan segar. Dengan melakukan
olahraga secara teratur akan dapat memberikan manfaat antara lain: meningkatkan
kemampuan jantung dan paru, memperkuat sendi dan otot, mengurangi lemak
atau mengurangi kelebihan berat badan, memperbaiki bentuk tubuh, mengurangi
risiko terkena penyakit jantung koroner, serta memperlancar peredaran darah.

e. Memberantas Jentik Nyamuk


Kegiatan ini dilakukan dilakukan untuk memberantas penyakit yang
disebabkan oleh penularan nyamuk seperti penyakit demam berdarah.
Memberantas jentik nyamuk dilingkungan sekolah dilakukan dengan gerakan 3 M
(menguras, menutup, dan mengubur) tempat-tempat penampungan air (bak mandi,
drum, tempayan, ban bekas, tempat air minum, dan lain-lain) minimal seminggu
sekali. Hasil yang didapat dari pemberantasan jentik nyamuk ini kemudian di
sosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.

f. Tidak Merokok di Sekolah


Siswa dan guru tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Timbulnya
kebiasaan merokok diawali dari melihat orang sekitarnya merokok. Di sekolah
siswa dapat melakukan hal ini mencontoh dari teman, guru, maupun masyarakat
sekitar sekolah. Banyak anak-anak menganggap bahwa dengan merokok akan
menjadi lebih dewasa. Merokok di lingkungan sekolah sangat tidak dianjurkan
18

karena rokok mengandung banyak zat berbahaya yang dapat membahayakan


kesehatan anak sekolah.

g. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan


Siswa menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
Kegiatan penimbangan berat badan di sekolah untuk mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan anak serta status gizi anak sekolah. Hal ini dilakukan untuk
deteksi dini gizi buruk maupun gizi lebih pada anak usia sekolah.

h. Membuang Sampah pada Tempatnya


Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga agar lingkungan selalu
terjaga dari sampah adalah sebagai berikut: 1) Guru memberi contoh pada siswa
siswi membuang sampah selalu pada tempatnya, 2) Guru wajib menegur dan
menasehati siswa yang membuang sampah di sembarang tempat, 3) Mencatat
siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang tempat pada buku/kartu
pelanggaran, dan 4) Membuat tata tertib baru yang isinya tentang pemberian
denda terhadap siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang tempat.

3. Manfaat PHBS
Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif dan
preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup
sehat merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan perilaku
perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi sehat dapat
meningkatkan, memelihara, dan melindungi kualitas kesehatan baik fisik, mental,
spiritual maupun sosial. Perilaku hidup sehat meliputi perilaku proaktif untuk:
a. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur dan
hidup sehat;
b. Menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit;
c. Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit;
d. Berpartisipasi aktif daalam gerakan kesehatan masyarakat.
Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah
yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah
19

terlindungi dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses


belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa, citra sekolah
sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu minat orang tua
dan dapat mengangkat citra dan kinerja pemerintah dibidang pendidikan, serta
menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain (Depkes RI, 2008).

4. Sasaran PHBS
Sasaran PHBS menurut Depkes RI (2008) dikembangkan dalam lima
tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempat-tempat
umum, institusi pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS di
institusi pendidikan adalah seluruh warga institusi pendidikan yang terbagi dalam:
a. Sasaran Primer
Sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya
atau murid dan guru yang bermasalah (individu/ kelompok dalam institusi
pendidikan yang bermasalah).
b. Sasaran Sekunder
Sasaran yang mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang
bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan
sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait.
c. Sasaran Tersier
Merupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu dalam mendukung
pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di
institusi pendidikan seperti, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas,
guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid.
D. Konsep Asuhan Keperawatan pada Area Kelompok Khusus (UKS)
Berikut 5 tahapan proses keperawatan yang dapat dilaksanakan oleh
perawat komunitas:

1. Pengkajian

a. Core (Kelompok anak usia sekolah) : demografi kelompok usia sekolah


(nama anak usia sekolah, umur anak usia sekolah, jenis kelamin anak usia
sekolah, urutan anak dalam keluarga, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
20

pendidikan orang tua, suku, alamat). Riwayat kesehatan : riwayat penyakit


yang pernah diderita, riwayat immunisasi, riwayat tumbuh kembang. Riwayat
sekolah : visi misi sekolah, nilai dan keyakinan sekolah dalam kesehatan.
Pemeriksaan fisik anak usia sekolah mulai dari kepala sampai kaki (semua
system dilakukan pemeriksaan fisik).

b. Pengkajian sembilan subsistem:

1) Lingkungan fisik sekolah

- Apakah lingkungan fisiknya aman untuk belajar dan bermain anak


usia sekolah?

- Adakah sumber air bersih?

- Apakah tersedia toilet yang cukup dan bersih?

- Bagaimana penghijauan di sekolah?

- Apakah lingkungan sekolah dekat tempat yang mengancam


keselamatan: dekat pusat perbelanjaan, bioskop, sungai, tempat
pembuangan limbah/ sampah, polusi udara/suara, dan jalan raya?

2) Pendidikan

- Apakah kurikulum yang ada juga mengajarkan nilai-nilai dasar


kesehatan?

- Bagaimana cara guru melatih perilaku hidup bersih dan sehat pada
anak usia sekolah?

3) Keamanan dan Transportasi

- Anak sekolah menggunakan transportasi jenis apa bila ke sekolah?

- Adakah fasilitas transportasi yang tersedia yang dapat digunakan


oleh siswa untuk kebutuhan emergency?
21

- Bagaimana cara/system sekolah melindungi keamanan anak usia


sekolah dari bahaya fisik, psikologis, maupun social?

4) Politik dan Pemerintahan

- Adakah kebijakan pemerintah pusat/daerah/local yang mendukung


pemeliharaan kesehatan anak usia sekolah?

- Bagaimana penerapannya di sekolah?

5) Pelayanan Kesehatan

- Adakah fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia untuk anak usia


sekolah, misalnya : ruang UKS, dokter/perwat sekolah yang siaga di
sekolah, atau system rujukan dokter praktik/puskesmas/klinik/rumah
sakit terdekat dengan sekolah?

- Bagaimana pelayanan yang diberikan seperti : pemantauan tumbuh


kembang seara rutin, program imunisasi anak usia sekolah,
pendidikan kesehatan oleh tenaga kesehatan?

6) Pelayanan Social

- Adakah fasilitas social yang dapat dimanfaatkan untuk anak usia


sekolah, misalnya layanan konseling oleh guru kelompok belajar,
kelompok seni anak, dan lain-lain?

7) Komunikasi

- Media komunikasi yang dapat digunakan untuk memfasilitasi


perkembangan kelompok anak usia sekolah seperti : mading, Koran,
bulletin, majalah sekolah/anak-anak, radio, TV, telepon?

- Bagaimana cara anak sekolah dan keluarganya menerima informasi


tentang perkembangan belajar dan kondisi tumbuh kembag anak?

8) Ekonomi
22

- Bagaimana rata-rata pendapatan orang tua siswa?

- Bagaimana sekolah membiayai pelaksanaan proses belajar mengajar


di sekolah, apakah sepenuhnya dibantu Pemerintah/swadaya
masyarakat?

9) Rekreasi

- Adakah tempat rekreasi yang bisa digunakan anak usia sekolah,


seperti lapang olahraga, dan taman bermain?

- Apakah aman untuk digunakan dan cukup dengan jumlah murid


yang ada?

2. Diagnosis Keperawatan Komunitas

Berikut masalah keperawatan komunitas pada kelompok khusus anak usia


sekolah yang dapat dirumuskan menjadi diagnosis keperawatan seperti:

a. Risiko gangguan tumbuh kembang anak usia sekolah

b. Risiko peningkatan kejadian cidera pada anak usia sekolah

3. Intervensi Keperawatan

Untuk menentukan intervensi keperawatan yang akan kita lakukan, bisa


menggunakan pendekatan tiga level pencegahan dalam membuat perencanaan
keperawatan yaitu :

a. Pencegahan Primer (Primary Prevention)

1) Program Promosi Kesehatan


23

a) Pendidikan kesehatan tentang : manfaat makanan sehat dan cara


memilih jajanan sehat, kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah,
keberihan diri (rambut, kulit, kuku, pakaian, sepatu) cara mencuci
tangan yang baik, kebutuhan latihan fisik anak usia sekolah, cara
belajar yang baik dan konsentrasi, dan lain-lain sesuai dengan
kebutuhan anak sekolah.

b) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (perawat dapat


meminta bantuan guru dan kader kesehatan sekolah untuk
melakukan pengukuran TB/BB setiap 4 bulan dan mencatatnya di
KMS anak sekolah). Mengingat banyak sekolah yang ada di wilayah
binaan perawat, maka sebaiknya perawat sudah membuat jadwal
kunjungan tenaga kesehatan secara berkala minimal 6 bulan sekali
untuk tiap sekolah.

c) Memberikan layanan konseling tumbuh kembang anak usia sekolah


atau masalah kesehatan.

d) Membentuk kelompok swabantu anak usia sekolah sebagai support


bagi anak sekolah, orang tua atau keluarga yang memiliki anak usia
sekolah.

2) Program Proteksi Kesehatan


a) Pelayanan imunisasi : pemberian immunisasi untuk anak SD kelas 1
pemberian DT dan kelas VI (wanita) pemberian TT.
b) Program pencegahan kecelakaan pada anak sekolah seperti
memfasilitasi zebra cross untuk penyebrangan, menyediakan petugas
yang membantu anak sekolah menyebrang, menganjurkan anak
menggunakan pelindung lutut/ helm jika bersepeda, menganjurkan
sekolah untuk menjaga kebersihan lantai agar tidak licin (membuat
tanda peringatan bila sedang dibersihkan), menganjurkan sekolah
untuk dapat memperhatikan keselamatan anak seperti; tangga dibuat
tidak curam, lapangan bermain tidak berbatu, menganjurkan
keluarga untuk meningkatkan pengawasan pada anak usia sekolah
24

khususnya anak usia sekolah yang tinggal di dekat jalan, sungai atau
tempat yang berbahaya, pemantauan yang ketat terhadap jajanan
yang dijual di sekolah.
c) Perlindungan caries pada anak usia sekolah : flouridasi
d) Perlindungan anak usia sekolah dari child abuse : meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap keselamatan dan kesehatan anak
usia sekolah, termasuk sikap guru yang mendidik bukan
menghukum, membuat sistem pelaporan dan sanksi yang jelas
apabila menemukan anak-anak usia sekolah yang mengalami
tindakan kekerasan baik fisik, emosional atau seksual dari orang lain,
untuk segera diproses secara hukum yang berlaku di Indonesia.

b. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)


1) Deteksi dini dan pengobatannya, sebagai deteksi tumbuh kembang anak
sekolah, atau penyakit untuk segera ditegakkan diagnosis dan pengobatan
sejak dini.
2) Perawatan emergency, misalnya diberikan pada anggota anak usia
sekolah.
3) Perawatan akut dan kritis, diberika pada anak usia sekolah yang
mengalami sakit akut seperti diare, demam dan lain-lain. Perawatan juga
diberikan pada anak usia sekolah dengan penyakit kritis.
4) Diagnosis dan terapi, perawat komunitas dapat menegakkan diagnosis
keperawatan dan segera memberikan terapi keperawatannya.
5) Melakukan rujukan untuk segera mendapatkan perawatan lebih lanjut.

c. Pencegahan Tersier (Tertiary Prevention)


1) Memberikan dukungan pada upaya pemulihan anak usia sekolah setelah
sakit dengan memelihara kondisi kesehatan agar tumbuh kembangnya
optimal.
2) Memberikan konseling perawatan lanjut pada kelompok anak usia
sekolah pada masa pemulihan.

4. Implementasi
25

Bisa menggunakan empat strategi dalam melaksanakan perencanaan yang


telah disusun sebelumnya, yaitu melalui :
a. Pemberdayaan Komunitas Sekolah
Hal ini penting dilakukan agar komunitas sekolah peduli terhadap masalah
kesehatan anak usia sekolah. Pemberdayaan disesuaikan dengan kemampuan yang
ada di komunitas, misalnya : Sekolah mendirikan kantin sehat dan jujur, yang
menjual jajanan yang sehat (bebas pewarna atau pemanis buatan, bebas pengawet,
serta memperhatikan masa kadaluwarsanya) dan siswa dibiasakan untuk jujur
mengambil dan membayar sendiri di kotak yang telah disediakan.

b. Proses Kelompok
Perawat komunitas juga dapat menggunakan pendekatan kelompok, agar
implementasi dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Kelompok yang terdiri dari
anak sekolah yang mempunyai masalah yang sama, kelompok ini akan sangat
bermanfaat membantu keluarga menemukan solusi masalah kesehatan. Contoh :
dibentuknya kelompok swabantu anak usia sekolah yang mengalami gangguan
konsentrasi belajar, kelompok ini dengan difasilitasi oleh guru dan perawat
komunitas akan mencoba mengenali penyebab dan mencarikan solusi, serta
melatih konsentrasi anak. Anjuran untuk latihan berenang cukup efisien untuk
membantu anak belajar konsentrasi.

c. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan seperti dijelaskan diawal akan sangat membantu anak
sekolah meningkatkan pengetahuannya untuk merubah perilaku hidup lebih sehat.

d. Kemitraan
Kemitraan perlu dibentuk agar ada jejaring kerja, contoh : bermitra dengan
pedagang kantin agar dapat menyediakan makanan yang murah dan sehat.
Bermitra dengan perusahaan/percetakan buku yang dapat memberikan buku
murah bagi anak. Tentu masih banyak lagi kemitraan yang dapat saudara bangun
dalam rangka meningkatkan kesehatan anak usia sekolah.

5. Evaluasi Keperawatan
Perawat komunitas bersama komunitas dapat mengevaluasi semua
implementasi yang telah dilakukan dengan merujuk pada tujuan yang telah
ditetapkan yaitu mencapai kesehatan anak usia sekolah yang optimal.
26

Вам также может понравиться