Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MENINGITIS TUBERKULOSIS
Oleh :
1740312065
Preseptor:
2018
BAB I
PENDAHULUAN
menutupi otak dan medula spinalis yang dikenal sebagai meninges . Inflamasi dari
meningen dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau mikroorganisme lain
kematian akibat meningitis dan ensefalitis mencapai 0,8% dari seluruh kematian
peringkat ke-7 atau 3,2% dari seluruh kematian akibat penyakit menular.
pada daerah Asia Tenggara, meningitis yang paling sering dijumpai adalah
meningitis tuberkulosis. 3
menjadi perhatian bagi pihak pemerintah maupun kalangan medis, oleh karena itu
bagian kunci untuk membantu dokter dan tenaga medis lainnya dalam membuat
dibagi menjadi dua menurut pemeriksaan Cerebrospinal Fluid (CSF) atau disebut
2.2. Epidemiologi
dimana insidensi tuberkulosis lebih tinggi terutama bagi Orang dengan HIV/AIDS
5
(ODHA). Meningitis tuberculosis merupakan penyakit yang mengancam jiwa
dan memerlukan penanganan tepat karena mortalitas mencapai 30%, sekitar 5:10
umur, status gizi dan faktor genetik yang menentukan respon imun seseorang.
Penyakit ini dapat menyerang semua umur, anak-anak lebih sering dibanding
dengan dewasa terutama pada 5 tahun pertama kehidupan. Jarang ditemukan pada
usia dibawah 6 bulan dan hampir tidak pernah ditemukan pada usia dibawah 3
bulan. 5,6
2.3 Patofisiologi
regional. Basil tersebut dapat masuk ke jaringan meningen atau parenkim otak
Tahap kedua adalah bertambahnya ukuran rich foci sampai kemudian ruptur ke
merupakan bentuk tuberkulosis paling fatal dan menimbulkan gejala sisa yang
sering dijumpai dan diperkirakan sekitar 5,2% dari semua kasus tuberkulosis
meningitis yang disertai klinis yang mengarahkan ke infeksi tuberkulosa dan pada
hasil foto rontgen toraks serta cairan serebrospinalis menunjukkan infeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis. Gejala klinis saat akut adalah defisit saraf kranial,
nyeri kepala, meningismus, dan perubahan status mental. Gejala prodromal yang
2. Nyeri kepala
3. Kaku kuduk.
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau stadium
prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti gejala
infeksi biasa. Permulaan penyakit bersifat subakut, pada orang dewasa terdapat
panas yang hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan,
berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat, gangguan kesadaran.
hemiparese atau quadripare, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-
tanda peningkatan intrakranial berupa muntah hebat. Stadium III atau stadium
lebih berat sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia
1. Anamnesa
nyeri kepala dan kaku kuduk. Gejala lain seperti mual muntah, penurunan
kesadaran. 8
2. Pemeriksaan Fisik
Brudzinski II. 8
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah
5) Ureum, kreatinin dan fungsi hati penting untuk menilai fungsi organ
4. Kultur 8
lumbal pungsi atau jika tidak dapat dilakukan oleh karena suatu sebab
seperti adanya hernia otak. Sampel kultur dapat diambil dari Darah, 50%
Meningitidis.
5. Pemeriksaan Radiologis
Scan dan MRI. Foto thorax untuk melihat adanya infeksi sebelumnya pada
dapat disingkirkan. Temuan pada CT-Scan dan MRI dapat normal, penipisan
sulcus, enhancement kontras yang lebih konveks. Pada fase lanjut dapat pula
Contrast-enhanced, didapatkan
Diagnosis pasti meningitis TB dapat dibuat hanya setelah dilakukan
pungsi lumbal pada pasien dengan gejala dan tanda penyakit di sistem saraf pusat
(defisit neurologis), basil tahan asam positif dan atau atau M.tuberculosis
terdeteksi menggunakan metode molekular dan atau atau setelah dilakukan kultur
untuk basil tahan asam dan isolasi kultur memiliki sensitivitas rendah. Metode
molekular yang paling baru juga memiliki sensitivitas dan spesifitas yang rendah
namun dapat digunakan untuk mengetahui konsentrasi bakteri yang berada di CSF
mungkin bisa meningitis TB (possible) jika skor di atas 6 di bawah 10. Penilaian
bakterial lain, yaitu pada meningitis bakterial tipikal penemuan pada cairan
serebrospinalis adalah berwarna keruh putih, pleocytosis yang sangat tinggi dan
2.6 Tatalaksana
selama 6 minggu.11
2.7 Komplikasi Meningitis
Komplikasi meningitis pada onset akut dapat berupa perubahan status mental,
edema serebri dan peningkatan tekanan intrakranial, kejang, empiema atau efusi
atau quadriparesis, kebutaan. Pada onset lanjut dapat terjadi epilepsi, ataxia,
2.8 Prognosis
neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek,
yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan kematian. Pada meningitis Tuberkulosa,
angka kecacatan dan kematian pada umumnya tinggi. Prognosa jelek pada bayi
dan orang tua. Angka kematian meningitis TBC dipengaruhi oleh umur dan pada
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Nn. N
No RM : 01.00.35.15
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Suku : Minang
ANAMNESIS
Keluhan utama:
banyak tidur, namun sejak 2 hari sebelum masuk RS pasien tidak lagi
diseluruh bagian kepala seperti dihimpit, sakit kepala hilang timbul, hilang
tidak diketahui.
- Batuk ada, 2 minggu sebelum masuk RS, batuk disertai dahak, batuk tidak
berdarah
- Gigi berlubang tidak ada, keluar cairan dari telinga tidak ada
- BAB frekuensi lebih jarang, warna dan konsistensi biasa. BAK warna dan
jumlah biasa
- Tidak ada anggota keluarga yang batuk-batuk lama ataupun minum obat
rutin 6 bulan
- Tidak ada anggota keluarga dengan hipertensi, DM, stroke dan penyakit
jantung
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
c. Status Neurologis:
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
kornea +/+
N I (Olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif Sulit dinilai Sulit dinilai
Objektif (dengan bahan) Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
N II (Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Sulit dinilai Sulit dinilai
Lapangan pandang Sulit dinilai Sulit dinilai
Melihat warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Funduskopi Tidak dilakukan pemeriksaan
N III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Normal Normal
Ptosis (-) (-)
Gerakan bulbus Doll’s eye movement (+) Doll’s eye movement (+)
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Ekso/endoftalmus (-) (-)
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Refleks cahaya (+) menurun (+) menurun
Refleks akomodasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Refleks konvergensi Sulit dinilai Sulit dinilai
N IV (Troklearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah (+) (+)
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai
N VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral (+) (+)
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai
N V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut Sulit dinilai Sulit dinilai
Menggerakkan rahang Sulit dinilai Sulit dinilai
Menggigit Sulit dinilai Sulit dinilai
Mengunyah Sulit dinilai Sulit dinilai
Sensorik
Divisi Oftalmika
Refleks kornea (+) (+)
Sensibilitas Sulit dinilai Sulit dinilai
Divisi maksila
Refleks masseter Sulit dinilai Sulit dinilai
Sensibilitas Sulit dinilai Sulit dinilai
Divisi mandibula
Sensibilitas Sulit dinilai Sulit dinilai
N VII Fasialis
Kanan Kiri
Raut wajah Plika nasolabialis kanan lebih datar
Sekresi air mata Normal Normal
Fisura palpebra Normal Normal
Menggerakkan dahi Sulit dinilai Sulit dinilai
Menutup mata Sulit dinilai Sulit dinilai
Mencibir/bersiul Sulit dinilai Sulit dinilai
Memperlihatkan gigi Sulit dinilai Sulit dinilai
Sensasi lidah 2/3 Sulit dinilai Sulit dinilai
Hiperakusis Sulit dinilai Sulit dinilai
N VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berisik Sulit dinilai Sulit dinilai
Detik arloji Sulit dinilai Sulit dinilai
Rinne test Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
Weber test Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
Swabach test
Memanjang Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
Memendek
Nistagmus (-) (-)
Pendular
Vertikal
Siklikal
Pengaruh posisi kepala (-) (-)
N IX (Glossopharingeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Sulit dinilai Sulit dinilai
Refleks muntah/Gag reflex (+) (+)
N X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris
Uvula Di tengah
Menelan Sulit dinilai
Suara (+)
Nadi Teratur
N XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Sulit dinilai Sulit dinilai
Menolah ke kiri Sulit dinilai Sulit dinilai
Mengangkat bahu ke
Sulit dinilai Sulit dinilai
kanan
Mengangkat bahu ke kiri Sulit dinilai Sulit dinilai
N XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Sulit dinilai
Kedudukan lidah
Sulit dinilai
dijulurkan
Tremor Sulit dinilai
Fasikulasi Sulit dinilai
Atrofi Sulit dinilai
6. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil Sulit dinilai
Sensibilitas nyeri (+)
Sensibilitas termis Sulit dinilai
Sensibilitas sendi dan posisi Sulit dinilai
Sensibilitas getar Sulit dinilai
Sensibilitas kortikal Sulit dinilai
Stereognosis Sulit dinilai
Pengenalan 2 titik Sulit dinilai
Pengenalan rabaan Sulit dinilai
7. Sistem Refleks
1. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps ++ ++
Berbamgkis Triseps ++ ++
Laring APR ++ ++
Maseter KPR ++ ++
Dinding perut Bulbokavernosus
Atas Cremaster
Tengah Sfingter
Bawah
2. Patologis
Lengan Tungkai
Hoffman-Tromner (-) (-) Babinski (-) (-)
Chaddoks (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
Klonus paha (+) (+)
Klonus kaki (+) (+)
8. Fungsi otonom
Miksi : terpasang kateter
Defekasi : baik
Sekresi keringat : baik
9. Fungsi luhur
Darah
Rutin
- Hb : 11,1 g/dl
- Leukosit : 6.170/mm3
- Trombosit : 262.000
- Hematokrit : 34 %
Kimia Klinik
- GDS : 160 mg/dl
- Ureum/kreatinin : 21 mg/dL / 0,6 mg/dL
- Natrium/kalium/Cl : 135 mmol/L / 3,5 mmol/L / 98 mmol/L
Pemeriksaan Penunjang
kiri.
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
O2 3L/menit
B6 3 X 1 tab (po)
RENCANA PEMERIKSAAN
PROGNOSIS:
Quo ad vitam : dubia ed malam
Quo ad sanam : dubia ed malam
Quo ad fungsionam : dubia ed malam
BAB IV
DISKUSI
sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien mengeluhkan sakit kepala dan
meningeal berupa kaku kuduk dan kernig yang positif. Data dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik di atas telah memenuhi trias meningitis, yaitu nyeri kepala,
batuk berdahak, lemah dan lesu, penurunan nafsu makan dan berat badan. Gejala
ini mengarah kepada gejala sugestif tuberculosis. Selain itu, sakit kepala yang
tidak khas selama 2-8 minggu sebelum timbulnya gejala iritasi meningeal. Gejala
nonspesifik ini meliputi malaise, anoreksia, rasa lelah, demam, mialgia dan sakit
kepala. Riwayat tuberkulosis hanya didapatkan pada sekitar 10% pasien. Durasi
ditemukan pada pasien ini, muntah proyektil tidak ada, pupil tampak isokor,
diameter 4 mm, hipertensi tidak ada, bradikardi tidak ada dengan tidak ada
refleks fisiologis ++ dan reflek patologis negatif. Pada pasien juga ditemukan
penyakit ini diduga terjadi dalam dua tahap. Pada tahap awal, bakteremia
lesi primer tuberkulosis di otak yang dapat mengalami dorman dalam waktu lama.
abses sehingga terjadi defisit neurologis fokal, dan vaskulitis obliteratif yang
dapat menyebabkan infark dan sindrom stroke. Pada beberapa kondisi, meningitis
kesadaran, palsi nervus kranial, parese dan kejang. Pada pasien telah ditemukan
adanya penurunan kesadaran, hemiparese dextra dan hidrosefalus ( post shunting).
15
didefinisikan dengan ada atau tidaknya peningkatan protein >45 mgdL. Penurunan
glukosa didefinisikan ada atau tidaknya penurunan > 50% glukosa LCS
didefinisikan ada atau tidak peningkatan kadar lekosit total LCS lebih dari 50
lekosit/mm3.16
Pada kasus ini, pada analisa LCS ditemukan cairan LCS warna bening
dan glukosa 78 mg/dl. Pada LCS ditemukan peningkatan jumlah sel dengan
peningkatan sel mononuklear yang lebih dominan dan penurunan glukosa > 50%
glukosa serum. Hasil LCS ini menyerupai hasil LCS pada meningitis TB.
pada 75% pasien setelah 3-6 minggu biakan. Pemeriksaan lain yang dapat
dalam CSS sekitar 54%, namun hasil positif-palsu juga dapat terjadi sekitar 3-
20% kasus.16,17
Pemeriksaan radiologi berupa CT Scan tidak selalu spesifik
obliterasi sisterna basalis oleh eksudat isodens atau hiperdens ringan temuan yang
paling umum ditemukan. Gambaran yang lebih baik dapat ditemukan dari
mungkin terjadi, yaitu hidrosefalus, vaskulitis, infark dan neuropati kranial. Pada
kasus ini, hasil dari CT Scan menunjukan adanya hidrosefalus, yang merupakan
Pada kasus ini, jika merujuk pada skor kriteria diagnosis meningitis TB,
diperoleh skor kriteria klinis 6, skor kriteria LCS 4, skor kriteria cerebral imaging
3, dengan total skor 13, sehingga pasien dapat didiagnosa dengan probable
meningitis TB.7
fase intensif dan rifampisin, isoniazid selama 4 bulan fase lanjutan (2RHZE/4RH).
obat harian OAT adalah isoniazid 5 (4-6) mg/kgBB, maksimum 300 mg/hari;
awalnya dan dilanjutkan dengan pemberian per oral sesuai klinis pasien. Respon
mendorong struktur pada bagian dasar otak, nervus dan pembuluh darah di daerah
komplikasi neurologis. 18
diagnosis pasien saat ini yaitu meningitis tuberkulosis dengan GCS 10 yang
memiliki risiko kematian yang tinggi. Tingginya angka mortalitas pada pasien
meningitis terkait dengan hidrosefalus, resistensi obat, gagal terapi, lanjut usia,
kejang, penurunan kesadaran dengan GCS 10 dan infeksi HIV. Pasien dengan
saat pasien masuk rumah sakit. Stroke terjadi pada 30- 45% pasien meningitis.
DAFTAR PUSTAKA