Вы находитесь на странице: 1из 112

MODUL MANAJEMEN PUSKESMAS

DAFTAR ISI

1. REVITALISASI KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS


2. MEMBANGUN TIM KERJA PUSKESMAS
3. PERENCANAAN PUSKESMAS
4. MENGELOLA LOKAKARYA MINI PUSKESMAS
5. PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS
REVITALISASI KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Tujuan nasional pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan yang ptimal melalui
terciptana masarakat,bangsa dan negara Indonesia yang sehat sejahtera,yang ditandai oleh
penduduknya yang telah membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
serta memiliki derajat kesehatan yang ptimal iseluruh wilayah Indonesia. Undang-undang
dasar tahun 1945,pasal 28 H ayat 1,menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin,bertempat tinggal an menapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Dalam rangkah mencapai sasaran pembangunan nasional dan pemerataan layanan kesehatan
masyarakat, pemerintah telah membangun puskesmas di seluruh Indonesia. Seperti
dimaklumi bahwa konsep puskesmas sudah mulai dikembangkan sejak periode 1970-an.
Sejak itu,puskesmas telah berhasil memberikan knstribusinya alam meningkatkan status
kesehatan masyarakat di Indonesia. Kemudian pada periode 1980-1990 pembangunan
puskesmas ditingkatkan melalui pendekatan inpres sarana kesehatan.
Pembangunan puskesmas agak tersendat seiring dengan munculnya krisis moneter yang
berlanjur menjadi krisis ekonomi pada tahun 1997. Reformasi segala bidang mencapai
puncak dengan dikeluarkan UU n.22 tahun 1999 (sekarang dirubah menjadi UU no 32/2004)
tentang pemerintahan daerah yang lazim disebut dengan awal desentralisasi di Indonesia.
Adanya otonomi daerah dan desentralisasi diawal tahun 2000 tersebut,diikuti dengan
menguatnya kewenangan daerah dalam membuat kebijakan masih belum menunjukkan
perbaikan citra pelaanan puskesmas. Hal ini disebabkan oleh banak faktr dan variasi masalah
disemua jenjang administrasi pemerintahan. Munculnya isu bahwa pimpinan puskesmas
harus putra asli daerah dan perlakuan khusus terhadap pendatang antara lain menyebabkan
tidak betahnya tenaga kesehatan.
pada tahun 2004, departemen kesehatan menetapkan kebijakan dasar pusat kesehatan
masyarakat yang tertuang dalam kempenkes nomor 128/menkes/ SK/II/2004. Dalam konsep
puskesmas ada tiga fungsi pokok puskesmas yang ditetapkan dalam kebijakan tersebut
dimana puskesmas sebagai:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pemberdayaan masyrakat dan
3. Pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan
dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Penerapan dan pelaksanaan kebijakan tersebut didaerah ternyata sangat beragam
antara daerah satu dengan daerah lainnya. Adanya berbagai bantuan maupun pinjaman
dana dan negara asing (bilateral/multilateral) sudah menunjukkan hasil yang
bervariasi antara satu tempat dan tempat lainnya,namun secara keseluruhan belum
menunjukkan hasil yang optimal.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka departemen kesehatan bermaksud
melakukan upaya revitalisasi puskesmas dalam rangka meningkatkan kinerja layanan
puskesmas terhadap masyarakat.
Berikut ini adalah keadaan dan masalah utama yang dihadapi oleh puskesmas,antara
lain :

A. Sebaran puskesmas
Pada tahun 2008 terdapat 8234 unit.puskesmas di seluruh Indonesia (data Juni 2008).
Yang dimaksud dengan puskesmas dalam hal ini termasuk jaringan layanan yaitu
puskesmas pembantu,puskesmas keliling, puskesmas terapung/perairan dan di
beberapa tempat puskesmas rawat inap. Walaupun demikian,ternyata masih
diperlukan sejumlah puskesmas guna memenuhi kebutuhan layanan kesehatan kepada
masyarakat. Sebagai penanggungjawab wilayah dalam bidang kesehatan.
B. Keterbatasan (pelaksanaan) konsep puskesmas
Secara konseptual,puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan
kapbupaten kota. Sesuai dengan peraturan yang berlaku maka kedudukan kepala
puskesmas sebelum otonomi daerah adalah eselon IV/a sedangkan camat menjadi
eselon III. Sedangkan pengangkatan dokter sebagai CPNS semula adalah golongan
III/a saat ini menjadi golongan III/b. keaqdaan tersebut merupakan salah satu masalah
disamping masalah lain seperti masalah manajemen,teknis dan operasional yang tidak
mendukung penyelenggaraan puskesmas secara optimal.
C. Keterbatasan sumber daya pendukung puskesmas
Sesuai dengan kedudukannya sebagai UPT dinas kesehatan kabupaten/kota ,maka
ketersediaan sumberdaya puskesmas merupakan tanggungjawab pemerintah
kabupaten/kota. Fasilitas sarana,prasarana ,peralatan (gedung,alat,sararia pendukung
lainnya).ouskesmas dialokasikan melalui dana alokasi khusus ,akan tetapi realisasi
dilapangan belum sesuai dengan harapan.
Demikian pula halnya dengan ketersediaan tenaga di puskesmas. Pewmerintah pusat
telah mengeluarkan kebijakan pegawai tidak tetap bagi dokter dan bidan untuk daerah
terpencil dangat terpencil. Adapun pengangkatan PNS dan tenaga lainnya perlu
ditingkatkan lagi. Sesuai Kepmen nomor 128/Menkes/SK/II/2004,pimpinan
puskesmas adalah seorang sarjana kesehatan,namun diera otonomi ini dank arena
keterbatasan tenaga kesehatan maka dibeberapa tempat pimpinan puskesmas adalah
sarjana luar ilmu kesehatan.
Badan penyantun puskesmas (BPP) sebagai organisasai tokoh masyarakat peduli
kesehatan yang berperan sebagi mitra kerja puskesmas dalam menyelenggarakan
upaya pembangunan kesehatan di wilayah puskesmas sebagai mana sdiatur di dalam
Kepmenkes nomor 128/menkes/SK/II/2004,belum terbentuk dihampir semua daerah

D. Keterbatasan Pembiayaan Puskesmas


Sesuai dengan azas desentrailsasi,maka biaya penyelenggaraan puskesmas menjadi
tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota melalui APBD kabupaten/kota. Akan
tetapi kenyataan di lapangan, tidak setiap puskesmas mendapatkan biaya operasional
dan biaya pemeliharaan baik untuk sarana,prasarana dan peralatan. Disamping itu
biaya supervise dan kabupaten ke puskesmas juga tidak memadai.

E. Keterbatasan Pembinaan
Pembinaan puskesmas sepenuhnya tanggung jawab dinas kesehatan kabupaten/kota.
Peran dan kewenangan kepala puskesmas dalam penentuan priorotas kegiatan kurang
efektif terutama dalam pencapaian sasaran luar gedung (out reach coverage). Banyak
pelaksanaan kegiatan sangat tergantung pada kondisi SDM dan tersedianya biaya
operasional. Rentang kendali antara pusat dan puskesmas yang berkedudukan di
kecamatran terlalu jauh,sedangkan disisis lain kemampuan dinas kesehatan
kabupaten/kota dalam pembinaan puskesmas belum optimal.

Dalam menghadapi masalah kesehatan masyarakat,departemen kesehatan telah


menetapkan sasaran rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) 2006-2009
bidang kesehatan adalah 1) meningkatkan umur harapan hidup dari 66 tahun menjadi
71 tahun, 2) menurunkan angka kematian bayi dari 35 per 1000 kelahiran hidup
menjadi 26, 3)menurunkan angka kematian ibu dan 307 per 100.000 kelahiran hidup
menjadi 226 dan 4) menurunkan prevalensi gizi kurang pada balita dari 25,8%
menjadi 20%

Selanjutnya dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) 2010-2014


kesejahteraan masyarakat terus meningkat yang ditunjukkan oleh membaiknya
berbagai indicator pembangunan sumber daya manusia. Akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas telah lebih berkembang dan meningkat. Dalam
upaya mencapai target MDGs di bidang kesehatan penyelenggaraan upayta kesehatan
ditinhgkatkan intensitasnya dengan tetap memberikan perhatian khusus pada
penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan anak,pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin,penanggulangan penyakit dan gizi buruk,penanggulangan masa
kesehatan akibat bencana dan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, daerah
tertinggal, daerah perbatasan serta pulau-pulau terluar dan terdepan.

Untuk menunjang pencapaian target tersebut,departemen kesehatan telah merumuskan


visinya yaitu, “Memandirikan Masyarakat untuk hidup sehat”. Dan dilaksanakan
melalui berbagai program dibidang kesehatan dengan misis “Membuat rakyat sehat”.
Salah satu strategi yang dirumuskan untuk mencapai visi dan misi tersebut diatas
adalah meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas yang salah satunya telah diwujudkan melalui pemerataan pelayanan
kesehatan masyarakat, termasuk membangun puskesmas di seluruh Indonesia.

Pada tahun 2004 , departemen kesehatan menetapkan kebijakan dasar pusat kesehatan
masyarakat yang tertuang dalam kepmenkes nomor 128/menkes/sk/II/2004. Dalam
konsep puskesmas ada tiga fungsi pokok puskesmas yang ditetapkan dalam kebijakan
tersebut,dimana puskesmas sebagai 1) pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan 2) Pusat pembedayaan masyarakat dan 3. Pusat pelayanan kesehatan strata
pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.

Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan dasar yang ada di puskesmas dilakukan


sejalan dengan perkembangan kebijakan yang ada pada berbagai lintas sector terutama
terkait dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh departemen dalam negeri tentang
otonomi daerah yang tertuang dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 dan
undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah serta kebijakan lainnya yang mendukung pelaksanaan berbagai upaya kegiatan
untas sector. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan struktur disemua jenjang
administrasi pemerintahan dan berdampak pada berubahnya pola dukungan terhadap
manajemen dan pembiayaan operasional pelayanan kesehatan masyarkat.

Dengan adanya otonomi daerah dan desentralisasi tersebut,diikuti pula dengan


menguatnya kewenangan daerah dalam membuat berbagai kebijakan. Selama ini
penerapan dan pelaksanaan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan dalam kebijakan dasar puskesmas yang sudah ada ternyata sangat
beragam antara daerah satu dengan daerah lainnya,namun secara keseluruhan belum
menunjukkan hasil yang optimal.

Hasil yang belum optimal tersebut dapat diantisipasi dengan terbitnya peraturan
pemerintah nomor 36 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara
pemerintah.pemerintah daerah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pasal 3
menyebutkan bahwa urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai
dengan sumber pendanaan,pengalihan sarana dan prasarana serta
kepegawaian,disamping itu pasal 7 urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh
pemerintah daerah provinsi dan kabupaten kota.

Untuk pelaksanaan kegiatan tersebut dibutuhkan kejelasan peran dan fungsi masing-
masing unit,maka peraturan pemerintah nomor 41 tahun 2007 tentang organisasi
perangkat daerah,pasal 14 ayat 6 menyatakan bahwa pada dinas daerah dapat dibentuk
unit pelaksana teknis dinas untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional
dana tau penunjang yang mempunyai wilayan kerja satu atau beberapa kecamatan.
Sementara itu kepmenkes nomor 267 tahun 2008 tentang pedoman teknis
pengorganisasian dinas kesehatan daerah menyatakan urusan pemerintah daerah
provinsi dan urusan pemerintah daerah kabupaten kota,serta jabatan fungsional
kesehatan.

Disisi lain dapat dilihat berbagai perkembangan di daerah yang sangat beragam,mulai
dari pengembangan pelayanan pengobatan gratis,pelayanan dokter keluarga,upaya
kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang dibuat
terpisah,sampai dengan pengembangan penerapan international standardization
organization (ISO). Tetapi di sisi lain masih terdapat berbagai kekurangan
sumberdaya di puskesmas mulai dari dana operasional,keterbatasan tenaga medis, non
medis sampai pada kelemahan penerapan system informasi puskesmas serta
mekanisme rujukan ke rumah sakit.

Selain itu tuntutan masyarakat ,menyatakan bahwa dibutuhkan keberadaan dokter


pada setiap pelayanan kesehatan dan pelayanan dilakukan sesuai standar operational
procedural (SOP) yang berlaku. Hal ini sejalan dengan telah terbitnya undang-undang
nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran.

Menyadari banyaknya permasalahan yang saat ini terjadi maka puskesmas yang
diyakini dapat meningkatkan kinerja layanan puskesmas terhadap pelayanan
kesehatan masyarakat dan penyesuaian kebijakan lintas sector terkait dengan
puskesmas. Hal ini selaras dengan yang tercantum dalam RPJM 2010-2014
disebutkan bahwa revitalisasi puskesmas dilaksanakan agar dapat melaksanakan
pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan secara serasi
dan sinergis sesuai dengan perkembangan IPTEK kesehatan.

BAB II
PENGERTIAN,VISI,MISI, TUJUAN DAN FUNGSI

A. PENGERTIAN
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja
tertentu (kecamatan)

Pejelasan
a. Unite pelasana teknis
Yang dimaksud dengan unit pelaksana ; teknis adalah unsur pelaksana tugas teknis
pada
dinas.
Sebagtai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota (UPTD) puskesmas
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang dinas kesehatan kabupaten/kota

b. Pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan skesadaran,kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselelnggarakan berdasarkan
pada 1) perikemanusiaan; 2)pemberdayaan dan kemandirian ; 3) adil dan merata ; 4)
pengutamaan dan manfaat

c. Pertaanggung jawaban penyelenggaraan


Penanggung jawab penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di
wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota sedangkan puskesmas
bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya pembagunan kesehatan yang
dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.

d. Wilayah kerja
Wilayah kerja puskesmas meliputi kerja administrative/yaitu satu wilayah
kecamatan,satu atau beberapa desa/kelurahan di satu wilayah kecamatan.
DIsetiap kecamatan harus ada puskesmas. Faktor luas wilayah,kondisi
geografis,kepadatan jumlah penduduk merupakan dasar pertimbangan untuk
membangun dan menentukan wilayah kerja puskesmas. Agar dapat terjangkau
masyarakat di wilayah kerjanya puskesmas lebih sederhana yaitu puskesmas
pembantu dan puskesmas keliling

B. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselelnggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya
kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran
masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan,yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat,memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata
dan memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

C. Misi
Misi pengembangan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah :
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan puskesmas
menggerakkan sector lain agar pembangunan yanjg dilaksanakan mempunyai dampak dan
berkontribusi positif terhadapo kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.puskesams mendorong agar
setiap indovidu masyarakat termasuk swasta mempunyai tanggung jawab terhadap
kesehatannya.
3. Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu merata dan
terjangkau.puskesams menyelenggarakan pelayanan keseahtan yang sesuai standar,etika
profesi dan memuaskan masyarakat,mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi sehingga dapt dijangkau oleh seluruh masyarakat.
4. Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehata.puskesmas dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan mendayakan seluruh potensi sumberdaya kesehatan
yang ada secara optimal dan berhasil guna.

D. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran,kemauan nasional yakni meningkatkan kesadaran,kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah puskesmas agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

E. Fungsi
Fungsi puskesmas ada empat yaitu :
1. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan masyarakat melakukan upaya agar
individu,kelompok dan masyarakat memiliki kesadaran,kemauan dan
kemampuan melayani diri dan masyarakat untuk hidup sehat,berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya
2. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat
Puskesmas menyelenggarkan pelayanan kesehatan yang bersifat public dengan
tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
3. Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat individual
dengan tujuan utama menyembuhkan p[enyeakit dan pemulihan kesehatan
tanpa mengabaikan pemeliharaan dan mencegah penyakit.
4. Pusat rujukan kesehatan
Puskesmas menyelenggarakan rujukan baik berupa pelayanan kesehatan
masyarakat dan perorangan primer maupun informasi kesehatan bagi
masyarkat dan unitlain di wilayah kerjanya. Tujuannya adalah tanggung jawab
secara timbal balik penanganan masalah kesehatan baik secara vertical
maupun horizontal kepada yang lebih kompetern terjangkau dan sesuai standar

BAB III
KEDUDUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA

A. Kedudukan
Kedudukan puskesmas ditetapkan menurut keterkaitannya dalam system kesehatan
kabupaten/kota :
1. Sistem kesehatan kabupaten/kota
Kedudukan puskesmas dalam system kesehatan kabupaten/kota ada sebagai
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota di
wilayah kerjanya.
2. Sarana pelayanan kesehatan sekunder dan teretier
Kedudukan puskesmas terhadap sarana kesehatan sekunder dan tertier adalah
sebagai penerima rujukan balik dan pelaksana tindak lanjut perawatan bagi
masyarakat di wilayah kerjanya. Sarana kesehatan sekunder dan tertier
memberikan bantuan teknis medis dan kesehatan masyarakat secara
komp0rehensif kepada puskesmas.
Yang dimaksud dengan sarana pelayanan kesehatan sekunder dan tertier adlah
rumah sakit dan unit pelaksana teknis di bidang kesehatan lainnya
3. Sarana pelayanan kesehatan primer lainnya.
Diwilayah kerja puskesmas terdapat berbagai sarana pelayanan kesehatan primer
yaitu praktek dokter,praktek dokter gigi,praktek bidan,klinik dan balai
pengobatan. Kedudukan puskesmas terhadap sarana kesehatan primer lainnya
adalah sebagai mitra.
B. Organisasi
1. Struktur organisasi
Struktur organisasi puskesmas disusun dan diusulkan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota dengan enetapan melalui peraturan daerah sebagai berikut :
a. Kepala puskesmas
b. Kepala subag tata usaha
c. Kordinator
1) Pemberdayaan masyarakat
2) Pelayanan kesehatan masyarakat
3) Pelayanan kesehatan perorangan
`
Kepala puskesmas mempunyai tugas memimpin ,mengawasi dan mengkoordinasikan
kegiatan
puskesmas yang dilakukan dalam jabatan structural dan fungsional.
Kepala sub bagian tata usaha mempunyai tugas di bidang kepegawaian, keuangan,
perlengkapan, perencanaan, administrasi termasuk surat menyurat dan pencatatan
pelaporan.

Koordinator pemberdayaan masyarakat mempunyai tugas mengkoordinasikan antara lain


kegiatan promosi kesehatan penggalangan kemitraan,pembinaan desa siaga, pembinaan
UKBM
dan lain sebagainya sesuai dengan beban tugas yang dilimpahkan ke puskesmas oleh
dinas
kesehatan kabupaten/kota. Sesuai dengan jabatan fungsional,koordnator pemberdayaan
masyarakat juga melaksanakan kegiatan pelayanan sesuai profesinya.

Koordinator pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai tugas mengkoordinasikan


kegiatan antara lain pelayanan kesehatan ibu dan anak,keluarga berencana ,kesehatan
lingkungan,pencegahan dan penanggulangan penyakit, perbaikan gizi dan lain
sebagainya sesuai dengan beban tugas yang dilimpahkan ke puskesmas oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota. Pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan baik di dalam
maupun diluar gedung puskesmas dalam rangka menjangkau masyarakar di wilayah
kerjanya. Sesuai dengan jabatan fungsionalnya,coordinator pelayanan kesehatan
perorangan juga melaksanakan kegiatan pelayanan sesuai dengan profesinya.

Penanggung jawab puskesmas pembantu mempunyai tugas melaksanakan sebgaian tugas


puskesmas di wilayah kerja 1-3 desa. Sesuai dengan jabatan fungsionalnya,penanggung
jawab puskesmas pembantu juga melaksanakan kegiatan sesuai profesionya.

Bidan di desa (BdD) mempunyai tugas melaksanakan pelayanan di pos kesehatan desa
(poskesdes), surveilans factor resiko dan penggerakan masyarakat desa. Poskesdes
adalah UKBM yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan dan menyediakan
pelayanan keseahtan dasar bagi masyarakat desa. Sesuai dengan jabatan fungsional bidan
di desa juga melaksanakan kegiatan pelayanan sesuai profesinya
POLA STRUKTUR ORGANISASI
2. Kriteria personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi puskesmas disesuaikan
dengan tugas
dan tanggung jawab masing-masing unit sebagai berikut :
a. Kepala puskesmas adalah harus seorang sarjana di bidang kesehatan
yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat
b. Subag tata usaha adalah seorang sarjana di bidang administrasi
kesehatan atau sarjana dibidang manajemen yang kurikulum
pendidikannya mencakup administrasi kesehatan
c. Coordinator pelayanan kesehatan perorangan,pelayanan keseahtan
masyarakat dan pemberdayaan masyarakat dipilih dari jabatan
fungsional dengan persyarakat mempunyai jiwa pemimpin dan
menguasai program,ditetapkan melalui surat keputusan kepala dinas
kesehatan kabupaten /kota atas usulan kepala puskesmas.
d. Pelaksana tugas fungsional adalah seorang yang memenuhi kriteria
untuk jabatan fungsionalnya.
e. Penanggung jawab puskesmas pembantu ditetapkan melalui surat
keputusan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atas usulan kepala
puskesmas. Pada daerah tertentu dengan keterbatasan sumber
daya,maka penanggung jawab puskesmas pembantu dikoordinir oelh
kepala puskesmas dengan memberdayakan petugas puskesmas
f. Bidan di desa adalah bidan yang ditempatkan didesa sebagai
penanggungjawab poskesdes. Penempatan bidan desa ditetapkan
melalui surat keputusan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Eselonisasi
Puskesmas adalah unit dan pelasana teknis dinas kesehatran kabupaten/kota sesuai
dengan kedudukannya maka eselonisasi puskesmas adalah
a. Kepla puskesmas eselon IV-A dalam upaya untuk efisiensi dan
optimalisasi pelayanan di puskesmas,apabila tenaga yang akan
ditetapkan sebagai kepala puskesmas adalah menggunakan jabatan
fungsional
b. Kasubag tata usaha IV-B
c. Koodinator fungsional adalah fungsional (non eselon)
d. Penanggung jawab puskesmas pembantu adalah jabatan fungsional
C. Tata Kerja
Dalam menmyelenggarakan kegiatannya puskesmas wajib menerapkan prinsip
koordinasi dan sinkronisasi baik antar institusi dalam lingkungan kesehatan maupun
luar kesehatan termasuk masyarakat. Secara skematis tata kerja puskesmas dapat
digambarkan sebagai berikut.

SKEMA TATA KERJA PUSKESMAS

1. Dengan kantor kecamatan


Dalam melaksanakan fungsinya,puskesmas berkoordinasi dengan kantor kecamatan
melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat kecamatan. Koordinasi
tersebut iselenggarakan i tingkat kecamatan. Koorinasi tersebut mencakup
perencanaan. Penggerakan pelaksanaan pengawasan an pengenalian serta penilaian.
Dalam hal pelaksanaan fungsi penggalian sumberdaya masyarakat oleh puskesmas.
koorinasi engan kantr kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitasi.
2. Dengan dinas kesehatan kabupaten/kota
Puskesmas aalah unit pelaksana teknis inas kesehatan kabupaten/kota,dengan
demikian secara teknis dan aministratif,puskesmas bertanggung jawab kepaa dinas
kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab membina dan memberikan bantuan
administratif dan teknis kepada puskesmas.
3. Dengan pelayanan kesehatan primer
Puskesmas menjalin kemitraa dengan pelayanan kesehatan primer yang dikelola oleh
masyarakat atau swasta. kerjasama dan kemitraan yang diselenggarakan termasuk
rujukan dan pemantauan kegiatan/pelayanan. sedangkan sebagian pembina upaa
kesehatan bersumberaya masarakat,puskesmas melaksanakan bimbingan
teknis,pemberayaan dan rujukan.
4. Dengan pelayanan kesehatan sekuner/tertier
Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat dan pelaanan kesehatan
perorangan, puskesmas bekerjasama dengan pelayanan kesehatan sekunder/tertier.
a. Untuk pelayanan kesehatan perorangan kerjasama diselenggarakan dengan
rumah sakit dan balai balai kesehatan mata masyarakatbalai kesehatan kerja
masyarakat)
b. Untuk pelaanan kesehatan masyrakat,kerjasma di selenggarakan dengan inas
kesehatan, balai teknik kesehatan lingkungan,laboratorium kesehatan
daerah,berbagai balai kesehatan masyarakat.
5. Dengan lintas sektor
Pembangunan kesehatan bersifat multisektoral,dalam arti adanya pembangunan
berkaitan antar sektor. Oleh karenanya penyelenggaraan pembangunan kesehatan
yang dibebankan oleh puskesmas harus dikoorinasikan engan lintas sektor terkait di
tingkat kecamatan. Sehingga penyelenggaraan pembangunan kesehatan mendapat
dukungan lintas sektoor,dan disisi lain pembangunan yang dilaksanakan oleh sektor
lain tiak berdampak negatif terhadap kesehatan.
6. Dengan masyarakat
Proses pembangunan kesehatan memerlukan dukungan dari seluruh pihak termasuk
masyarakat, demikian pula halnya dengan puskesmas dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di kecamatan memerlukan dukungan aktif dan masyarakat
sebagai subyek maupun onyek pembangunan. Dukungan aktif masyarakat i
wujuddkan dalam bentuk forum masyarakat desa i tingkat kecamatan. Forum
masyarakat desa adalah wujud dari desa siaga,adapun di tingkat kecamatan perlu
adanya forum masyarakat kecamatan ang apat berbentuk konsil kesehatan kecamatan
atau badan penyantun puskesmas atau forum sehat.

FORUM MASYARAKAT DESA


Pengertian
Forum masyarakat desa adalah suatu forum yang menghimpun tokoh an masyarakat
peuli kesehatan yang melakukan identifikasi permasalahan kesehatan i masyarakat
dan mencari alternatif penyelesaian masa sesuai dengan ptensi yang dimiliki desa.

FORUM MASYARAKAT KECAMATAN


Pengertian
Suatu organisasi atau forum yang menghimpun tokoh-tokoh masyarakat peduli
kesehatan yang berperan sebagai mitra kerja puskesmas dalam menyelenggarakan
upaya kesehatan primer di wilayah kerja puskesmas
Fungsi
1. Melayanai pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan pembangunan kesehatan
leh
puskesmas (to serve)
2. Memperjuangkan kepentingan kesehatan dan keberhasilan pembangunan
kesehatan oleh puskesmas (to advocate)
3. melaksanakan tinjauan kritis dan memberikan masukan tentang kinerja
puskesmas
( to watch)
BAB IV
UPAYA DAN AZAS PENYELENGGARAAN

A. UPAYA
Upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas terdiri dari pelayanan
kesehatan masyarakat primer, upaya tersebut dikelompokkan menjadi wajib dan
pengembangan, yaitu
1. Upaya kesehatan wajib
1) Promosi kesehatan
2) Kesehatan Lingkungan
3) Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana
4) Perbaikan Gizi Masyarakat
5) Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
6) Pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan
Penetapan upaya kesehatan wajib pada konsep primary health care yaitu 'basic six,
berdasarkan permasalah kesehatan masyarakat di indonesia yaitu masih tingginya
AKI
dan AKB, serta upaya percepatan pencapaian MDG's Pelayanan kefarmasian dan
laboratorium kesehatan, wajib dilaksanakan karena merupakan satu kesatuan yang
tidak
terpisahkan dan pelaksanaan upaya kesehatan di Puskesmas

Adapun rincian kegiatan untuk masing-masing upaya ditetapkan berdasarkan kondisi


dan
permasalahan masalah kesehatan masyarakat setempat, dengan tetap berprinsip pada
pelayanan secara holistik, komprehensif dan terpadu.

2. Upaya kesehatan pilihan


Ditetapkan sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat dengan melalui
kajian dan evidence based. Jenis upaya kesehatan pilihan antara lain :
1) Pelayanan keperawatan kesehatan
2) Pelayanan kesehatan jiwa
3) Pelayanan kesehatan sekolah
4) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
5) Pelayanan kesehatan usia lanjut
6) Pelayanan kesehatan olah raga
7) Pelayanan kesehatan kerja
8) Pelayanan kesehatan mata
9) Pembinaan pengobatan tradisional
Pemilihan upaya kesehatan pilihan dilakukan oleh Puskesmas bersama dinas
kesehatan
kabupaten/ kota berdasarkan kajian (evidence based), dengan memperhatikan
masukan dan
masyarakat, melalui forum masyarakat. Upaya kesehatan pilihan dilakukan apabila
pelaksanaan upaya kesehatan wajib telah dilaksanakan secara optimal dalam hal target
cakupan dan mutu pelayanan. Penetapan upaya kesehatan pengembangan / pilihan
dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota berdasarkan kajian (evidance based).
Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan/ pilihan dapat ditetapkan
sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan kaupaten/kota sehingga menjadi upaya
wajib di daerah tersebut.

Apabila Puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan


pengembangan/pilihan, maka dinas kesehatan kabupaten/kota wajib
menyelenggarakannya. Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota penlu dilengkapi
dengan berbagai unit fungsional lainnya.

Dalam upaya percepatan penurunan AKI, AKB dan Gizi Buruk serta mendekatkan
akses pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, maka di setiap kecamatan, utamanya
daerah
pedesaan (rural) dikembangkan satu Puskesmas rawat inap Pengembangan Puskesmas
sebagai Puskesmas Rawat inap harus diperhatikan persyaratan jenis dan jumlah
tenaga, sarana dan prasarana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

Adanya pergeseran pola penyakit, perkem bangan pengetahuan dan kebutuhan


masyarakat tentang kesehatan maka telah muncul pula kebutuhan akan pelayanan
medis spesialistik. Dalam keadaan tersebut, Puskesmas dapat dikembangkan
pelayanan medik spesialistik. Keberadaan pelayanan tersebut dalam rangka
mendekatkari pelayanan rujukan dan penyelamatan sasaran risiko tinggi (a.l. ibu
hamil, bayi, gizi buruk). Keberadaan dokter spesialis di Puskesmas merupakan tenaga
konsulen yang diatur oleh Dinas kesehatan kabupaten/kota.

B. AZAS PENYELENGGARAAN
Azas penyelenggaraan Puskesmas adalah
a. Pertanggungjawaban wilayah Pertanggungjawaban wilayah artinya Puskesmas
bertanggungjawab terhadap pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat
yang bertempat tinggal/berada di wilayah kerjanya. Oleh karenanya
Puskesmas dalam melaksanakan tugasnya baik secara pasif maupun proaktif
menjangkau masyarakat di wilayah kerjanya. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan oleh Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling serta kegiatan
luar gedung (out reach activities) lainnya adalah realisasi dan
pertanggungjawaban wilayah.

b. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat berarti bahwa dalam melaksanakan setiap
kegiatannya Puskesmas harus mengikutsertakan masyarakat baik individu,
kelompok maupun masyarakat lainnya melalui kemitraan kesetaraan secara
berdampingan dan pro aktif. Diharapkan masyarakat mau dan mampu
berperan sebagai subyek dan pelaku pembangunan kesehatan
c. Keterpaduan
Penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas secara terpadu sejak tahap
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian baik kegiatan, dana, tenaga, serta
sumberdaya lainnya Keterpaduan yang dimaksud ada keterpaduan
i. lintas program
ii. lintas sektor
d. Rujukan
Sesuai dengan sistem kesehatan nasional, sebagai sarana pelayanan kesehatan
primer, maka tingkat kemampuan yang dimhliki oleh Puskesmas terbatas.
Oleh karenanya apabila tidak mampu melaksanakan pelayanan, maka
Puskesmas akan merujuk ke jenjang yang lebih tinggi yaitu pelayanan
sekunder. Sebagai pusat penyelenggara pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya maka Puskesmas akan menerima rujukan dan upaya kesehatan akan
menerima rujukan dan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat serta
pelayanan kesehatan swasta lainnya. Rujukan disini meliputi rujukan
pengetahuan, pasien dan spesimen yang bersifat dua arah. Yang dimaksud
dengan rujukan di sini adalah :
i Rujukan pelayanan kesehatan perorangan
ii Rujukan pelayanan kesehatan masyrakat
secara skematis jenjang rujukan pelaanan kesehatan adalah sebagai berikut :

SISTEM RUJUKAN
BAB V

MANAJEMEN PUSKESMAS

Penyelenggaraan berbagai pelayanan kesehatan baik perorangan maupun kesehatan

perlu ditunjang oleh manajemen yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian

kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran yang Puskesmas yang

efektif dan efisien. Manajemen Puskesmas meliputi 1) perencanaan; 2) pelaksanaan –

pengendalian; 3) pengawasan – pertanggungjawaban, yang harus dilaksanakan secara terkait

dan berkesinambungan.

Perencanaan yang dimaksud adalah kegiatan perencanaan tingkat Puskesmas,

pelaksanaan-pengendalian adalah rangkaian kegiatan mulai dan perorganisasian,

penyelenggaraan, pemantauan (a.l pemantauan wilayah setempat?IPWS dengan data dan

SP2TP dalam forum Lokakarya Mini Puskesmas). Adapun pengawasan pertanggungjawaban

adalah kegiatan pengawasan internal dan eksternal serta akuntabilitas petugas.

Seluruh rangkaian kegiatan manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terpadu dan

berkesinambungan.

A. Kepemimpinan
Pelaksaan 4 fungsi Puskesmas; yaitu (a) pusat pemberdayaan masyarakat, (b) pusat

pelayanan kesehatan masyarakat primer, (c) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer

dan (d) pusat rujukan kesehatan, memerlukan pola kepemimpinan yang holistik, strategis,

manajerial dan berkelanjutan (sustainable leadership).

Kepemimpinan holistik berarti kemampuan pimpinan Puskesmas yang menjadi “agent of

change” ditengah dinamika sosial masyarakat yang dilayaninya. Pimpinan Puskesmas perlu

memiliki ilmu dan ketrampilan dalam bidang

“community development” (pembangunan masyarakat), termasuk menggerakkan semua

elemen potensi masyarakat (modal sosial) dalam pembangunan kesehatan. Pemimpin

Puskesmas perlu memiliki kemampuan melakukan advovacy kepada aparat pemerintah

kecatamann, desa, organisasi sosial dan keagamaan, sektor usaha swasta, dll tentang perlunya

wawasan kesehatan dalam kegiatan pembangunan sosial-ekonomi di wilayah kerja

Puskesmas bersangkutan.

Kepemimpinan strategis berarti kemampuan memberikan respons yang tepat dan cepat

terhadap turbulensi perubahan lingkungan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas, termasuk

perubahan sosial, ekonomi, demografi, ekologi, dll. Kepemimpinan Puskesmas perlu

memiliki kemampuan mengidentifikasi resiko-resiko kesehatan serta dampak kebijakan

pembangunan terhadap kesehatan penduduk serta merumuskan intervensi stratefis untuk

mengatasi resiko dan dampak tersebut.

Kepemimpinan manajerial berarti kemampuan menggerakkan manajemen program kesehatan

sesuai dengan standar program yang ada, serta menggerakkan SDM Puskesmas

melaksanakan standar program tersebut dengan tehnik motivasi, komunikasi dan supervisi

yang efektif.

Kepemimpinan berkelanjutan berarti adanya kesempatan pemimpin Puskesmas menjalin

hubungan pribadi dan sosial dengan staf Puskesmas, aparat pemerintahan di kecamatan serta
dengan masyarakat yang dilayaninya. Menurut pengalaman empiris (penugasan di Puskesmas

selama 5 tahun dalam kebijakan masa lalu), masa lima tahun adalah waktu minimal yang

diperlukan untuk menjamin kepemimpinan berkelanjutan tersebut.

Kemamuan kepemimpinan holistic, strategis dan manajerial tersebut diberikan dalam bentuk

pelatihan kepemimpinan bagi SDM Puskesmas.

B. Manajemen Program

1. Perencanaan

Perencanaan adalah proses penyusunan rencana Puskesmas untuk mengatasi masalah

kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana Puskesmas dibedakan atas dua macam yaitu

Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk kegiatan pada setahun mendatang dan Rencana

Pelaksanaan Kegiatan (RPK) pada tahun berjalan. Perencanaan Puskesmas disusun meliputi

upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pilihan dan upaya inovatif baik terkait dengan

pencapaian target maupun mutu Puskesmas. Istilah RUK dan RPK merupakan istilah umum,

adapun istilah/terminologi yang dipergunakan dalam perencanaan disesuaikan dengan

pedoman penganggaran di daerah.

Proses perencanaan Puskesmas harus disesuaikan dengan mekanisme perencanaan yang ada

baik perencanaan sektoral maupun lintas sektoral melalui Musrenbang di setiap tingkatan

administrasi.

a. Rencana usulan Kegiatan (RUK) Rencana Usulan Kegiatan adalah perencanaan

kegiatan Puskesmas untuk tahun mendatang, sering disebut dengan istilah H+1.

Perencanaan disusun dengan mengacu pencapaian indikator Kecamatan Sehat dalam

mewujudkan pencapaian indikator SPM.

b. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)/ Plan of action (POA) Rencana Pelaksanaan

Kegiatan disusun setelah Puskesmas mendapatkan alokasi anggaran. Penyusunan RPK

berdasarkan RUK tahun yang lalu dengan dilakukan penyesuaian (adjustment) terhadap
target, sasaran dan sumberdaya. RPK disusun dalam bentuk matrik Gantt Chart dan

dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping).

2. Pelaksanaan Pengendalian

Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilian

terhadap kinerja penyelenggaraan rencana tahunan Puskesmas, baik rencana tahunan upaya

kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya kesehatan pilihan, dalam mengatasi masalah

kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Langkah pelaksanaan dan pengendalian adalah

sebagai berikut:

a. pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas pelu dilakukan

pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama,

pengorganisasian berupa penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap

kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja. Dengan perkataan lain, dilakukan

pembagian tugas seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas

Puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para

penanggungjawab ini dilakukan melalui penggalangan tim pada awal tahun kegiatan.

Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara tuntas sektoral. Ada dua

bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan:

1) Penggalangan kerjasama dua pihak yakni antara dua sektor terkait, misalnya antara

Puskesmas dengan sektor Sosial/Kesra pada waktu penyelenggaraan upaya kesehatan usia

lanjut (Usila).

2) penggalangan kerjasama banyak pihak yakni antar berbagai sektor terkait, misalnya

antara Puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agara, pada penyelenggaraan upaya

kesehatan sekolah (UKS).

Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan:

1) Secara langsung yakni antar sektor terkait


2) Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi kecamatan.

b. Penyelenggaraan

Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan

rencana kegiatan Puskesmas, dalam arti para penanggungjawab dan para pelaksana yang

telah ditetapka pada pengorganisasian. Untuk dapat terselenggaranya rencana tersebut perlu

dilakukan kegiatan sebagai berikut:

1) Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun terutama yang menyangkut

jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian tugas para

penanggungjawab dan pelaksana.

2) Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas seusai dengan rencana

pelaksanaan kegiatan yang telah disusun. Beban kegiatan Puskesmas harus terbagi

habis dan merata kepada seluruh peetugas.

3) Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Dalam

penyelenggaraannya harus memperhatikan:

a) Azas Penyelenggaraan Puskesmas

Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan keempat azas

penyelenggaraan Puskesmas yaitu pertanggungjawaban wilayah, pemberdayaan

masyarakat, keterpaduan dan rujukan.

b) Standar dan pedoman Puskesmas

Dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas harus mengacu pada standar dan pedoman

Puskesmas, baik yang bersifat teknis program, manajemen maupun administratif.

c) Kendali mutu

Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan kendali mutu, yaitu

kepatuhan terhadap standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi.


d) Kendali biaya

Penyelenggaraan kegiatan Puskesmas harus menerapkan kendali biaya yaitu

kepatuhan terhadap standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi dan

terjangkau oleh pemakai jasa pelayanan.

c. Pemantauan

Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara

berkala. Kegiatan pemantauan mencapuk hal-hal sebagai berikut:

1) Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai baik secara

internal maupun eksternal.

a) Telaahan internal yaitu telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan

hasil yang dicapai oleh Pueskesmas, dibandingkan dengan rencana dan standar

pelayanan. Data yang dipergunakan diambil dari SIMPUS. Kesimpulan

dirumuskan dalam bentuk kinerja (cakupan, mutu dan biaya) Puskesmas dan

masalah/hambatan. Telaahan bulanan ini di dalam forum Lokakarya Mini Bulanan

Puskesmas.

b) Telaahan eksternal yaitu telaahan tribulanan terhadap hasil kerja yang dicapai

oleh sarana pelayanan kesehatan primer serta sektor lainnya yang terkait di wilayah

kerja Puskesmas. Telahaan eksternal ini dilakukan dalam forum Lokakarya Mini

Tribulan Puskesmas.

2) Menyusun saran pengkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian

kinerja Puskesmas serta masalah dan hambatan yang ditemukan dari hasil telaahan

bulanan dan tribulan.

d. Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran dengan cara Penilaian Kinerja

Pueskesmas yang diukur enggunakan indikator kinerja Pueskesmas. Kegiatan tersebut

mencakup

1) Melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai,


dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan. Sumber data yang
dipergunakan dalam penilaian yaitu sumberd ata primer dan SIMPUS dan sumber data
sekunder yaitu hasil pemantauan bulanan dan tribulan, serta data lain yang dikumpukan
secara khusus.
2) Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian
serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun berikutnya.
3) Melaporkan hasil kegiatan kepada Dinas kesehatan Kabupaten/kota pada akhir tahun
berjalan.

3. Pengawasan pertanggungjawaban

Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses memperoleh kepastian atas kesesuaian

penyelenggaraan dan pencapaian tujuan Puskesmas terhadap rencana dan peraturan

perundang-undangan serta berbagai kewajiban yang berlaku. Untuk terselenggaranya

pengawasan dan pertanggungjaaban dilakukan kegiatan:

a) Pengawasan
Pengawasan dibedakan menjadi internal dan eksternal. Pengawasan internal dilakkan

secara melekat oleh atasan langsung, adapun pengawasan eksternal dilakukan oleh

masyarakat, dinas kesehatan kabupaten/kota serta berbagai institusi pemerintah

terkait. Pengawasan mencakup aspek administratif, keungan dan teknis pelayanan.

Apabila ditemukan adanya penyimpangan baik terhadap rencana, standar, peraturan

perundangan maupun berbagai kewajiban yang berlaku perlu dilakukan pembinaan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b) Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, Kepala Pueskesmas harus membuat laporan

pertanggungjawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiata, serta perolehan


dan penggunaan berbagai sumberdaya termasuk keungan dan laporan akubtabilitas

(LAKIP). Laporan tersebut disampaian kepada Dinas Kesehatan kabupaten/kota serta

pihak terkait lainnya, termasuk masyarakat melalui forum masyarakat. Apabila terjadi

penggantian Kepala Puskesmas ataupun penanggungjawab program, maka Kepala

Puskesmas dan penganggungjawab program yang lama diwajibkan membuat laporan

pertanggungjawaban masa jabatannya.

C. Manajemen Kefarmasian

Manajemen kefarmasian bertujuan untuk menjamin kelangsungan ketersediaan obat

dan pembekalan kesehatan dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas. Ruang

lingkupnya mencakup perencaan, pengadaan/penerimaan, penyimpanan, pencatatan dan

laporan.

Penerapan manajemen pengeloaan logistik obat ini terintegrasi dalam proses

manajemen Puskesmas.

D. Manajemen sarana, prasarana dan peralatan

Manajemen sarana, prasarana dan peralatan bertujuan untuk menjami pelayanan

terselenggara secara optimal. Ruang lingkup manajemen tersebut meliputi

pemeliharaan secara periodik termasuk dilakukannya kalibrasi.

E. Sistem Informasi

Sistem informasi meluputi pencatatan, pelaporan dan analisa data sebagai pendukung

perencanaan Puskesmas. Adapun sistem informasi yang digunakan adalah Sistem

informasi manajemen Puskesmas (SIMPUS), yang terintegrasi dan terpadu dalam

sistem informasi kesehatan daerah dan nasional.

F. Mutu Pelayanan

Mutu pelayanan Puskesmas merupakan salah satu aspek yang sangat penting meliputi

manajemen kasus dan manajemen mutu.


1. Manajemen kasus (Case Management) Manajemen kasus dalam arti pelayanan yang
diberikan berdasarkan standar yang telah ditetapkan dan dilaksanakan oleh tenaga
profesional. Standar yang dimaksud meliputi antara lain:
a. Pengobatan sccara rasional

b. Standar pelayanan medik di Pueskesmas

2. Manajemen Mutu Mekanisme atau metode untuk manajemen mutu Puskesmas harus
berkesinambungan. Untuk itu perlu adanya standar pelayanan maupun prosedur
pelayanan. Berbagai metode manajemen mutu telah berkembang sangat pesat. Untuk
penerapan di Puskesmas digunakan bentuk yang sederhana dan mudah dilaksanakan oleh
Puskesmas. Metode manajemen mutu, antara lain:
a. Quality Assurance (QA)
b. Sistem pengembangan manajemen kinerja klinik ( SPMKK)
BAB VI

SUMBER DAYA MANUSIA

A. KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA

Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan upaya wajib Puskesmas,

dibutuhkan sumberdaya manusia (SDM) yang mencukupi baik jumlah Pola Ketenagaan

Minimal harus dimiliki Puskesmas dengan tempat perawatan dan Puskesmas di daerah

terpencil, perbatasan dan kepulauan (puskesmas DTPK)

Pola Ketenagaan Wajib Puskesmas Minimal untuk Penyelenggaraan Upaya maupun

mutunya. Oleh Puskesmas (Puskesmas U).

Pola Ketenagaan Minam untuk penyelenggaraan Upaya Wajib Puskesmas

Keterangan :

 Jumlah Bidan di Desa (BdD) sesuai dengan jumlah desa di wilayah kerja Puskesmas
 Tidak termasuk tenaga untuk Puskesmas Pembantu
 Jumlah Juru sama dengan jumlah desa di wilayah kerja Puskesmas

Pola ketenagaan minimal ini dapat disesuaikan atau ditambah sejalan dengan peningkatan
beban kerja dalam penyeenggaraan upaya wajib Puskesmas atau adanya perluasan kegiatan
Puskesmas dengan upaya pilihan yang merupakan prioritas di suatu daerah. Beban kerja
Puskesmas dipengaruhi oleh jenis pelayanan/program, jumlah atau besaran keluaran (output)
program, dan keadaan geografis serta kondisi wilayah kerja Puskesmas. Guna
terselenggaranya upaya kesehatan di Puskesmas, diperlukan dukungan manajemen
Puskesmas yang efektif dan efisies. Pola kebutuhan SDM untuk penyelenggaraan manajemen
Puskesmas ada:
Pola kebutuhan SDM untu Penyelenggaraan Manajemen Puskesmas
No JENIS SDM PUSKESMAS
1 Ka Subag Tata Usaha (min. D III 1
Kes)
2 Staf Pencatatan Pelaporan (D III 1
Kes)
3 Staf Administrasi 2
(SMA/SMK/ekonomi/akutansi D
III)
4 Juru Mudi 1
5 Penjaga Puskesmas 1
JUMLAH 6

Kebutuhan tenaga Puskesmas untuk penyelenggaraan manajemen Puskesmas dapat ditambah


jenis maupun jumlahnya sejalan dengan peningkatan beban kerja manajemen Puskesmas.

B. PENGADAAN DAN PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA MANUSIA


Bekerja di Puskesmas merupakan salah satu awal karier seorang tenaga kesehatan.
Pemerintah bertanggung-jawab dalam memenuhi kebutuhan SDM di Puskesmas, melalui:
a. Pengangkatan tenaga Puskesmas sebagai Pegawai Negeri Sipil
b. Pengangkatan tenaga Puskesmas sebagai Pegawai Tidak Tetap (PU).
c. Pemenuhan kebutuhan tenaga Puskesmas dengan penugasan khusus.
Penanggungjawab utama pemenuhan kebutuhan SDM di Puskesmas adalah Pemerintah
Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah dapat memfasilitasi dan membantu
dalam pemenuhan kebutuhan tenaga di Puskesmas. SDM kesehatan harus bekerja sesuai
dengan kompetensinya. Untuk meningkatkan kualitas tenaga Pusesmas, Pemerintah
kabupaten/Kota dengan difasilitasi oleh Pemerintah provinsi dan Pemerintah, sesuai
kebutuhannya akan melaksanakan pelatuhan, baik pelatihan teknis fungsionat dalam
menyelenggarakan upaya Puskesmas, maupun pelatihan manajemen Puskesmas termasuk
pelatihan pengelolaan keuangan.
Guna mempertahankan kesinambungan keberadaan tenaga kesehatan di Puskesmas dalam

waktu

yang cukup lama “(“retensi”), Pemerintah Daerah dapat mengirimkan penduduk (putra/putri)

setempat (kabupaten/kota atau kecamatan) untuk mengikuti pendidikan tenaga kesehatan

sesuai kebutuhan.

C. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN SUMBER DAYA MANUSIA

Pembinaan SDM Puskesmas melalui supervisi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota (Dinas

Kesehatan) dan Rumah sakit daerah (kabupaten/kota) harus dilakukan, agar SDM Puskesmas

dapat menyelenggarakan upaya dan manajemen Ouskesmas dengan baik dan benar sesuai

dengan petunjuk teniks, pedom an pelaksanaan dan peraturan perundang undangan yang

berlaku.

Dalam rangka pelaksanaan tugas dan pekerjaannya di Puskesmas, sesuai peraturan yang

berlaku, Pemerintah kabupaten/Kota (Dinas Kesehatan) mengeluarkan izin praktik bagi

tenaga medis dan surat kerja atau sejenisnya bagi tenaga kesehatan lainnya termsuk

pemberian pelimpah kewenangan tambahan kepada tenaga kesehatan tertentu.


BAB VII

PEMBIAYAAN PUSKESMAS

Penyelenggaraan upaya kesehatan Puskesmas baik pelayanan kesehatan perorangan maupun

pelayanan kesehatan masyarakat perlu didukung dengan tersedinya pembiayaan anggaran

yang cukup. Anggaran yang dimaksud baik untuk penyelenggaraan pelayanan mapun

pengelolaan Puskesmas termasuk pemeliharaan sarana.

A. Sumber pembiayaan Puskesmas

Pendefinisi Puskesmas adalah unti pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota. Sesuai

dengan peraturan perundangan yang berlaku, maka sumber pembiayaan Puskesmas berasal

dari:

a. Pemerintah
i. Kabupaten/Kota
APBD II ( DAU, DAK, Dana Baagi Hasil, PAD) pemerintah kabupaten/kota

merupakan sumber utama pembiayaan kegiatan Puskesmas, atinya tanggungjawab

pemerintah kabupaten/kota)

ii. Provinsi
Pemerintah daerah provonsi memberikan dukungan pembiayaan melalui APBD I

pemerintah provinsi

iii. Pusat di dalam PP/2007 disebutkan bahwa pemerintah pusat dapat memberikan
dukungan pembiayaan bagi kegiatan prioritas. Pemerintah pusat memberikan
dukungan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam bentuk:
1) Dana Dekonsentrasi
2) Dana Tugas Pembantuan
3) Jamkesmas
4) Bansos
Anggaran yang berasal dari Pemerintah untuk penyelenggaraan Puskesmas tidak sepenuhnya

berupa dana akan tetapi dapat pula sarana pendukung lainnya. Sebagai contoh anggaran

untuk pembangunan gedung pengadan=an sarana dan pengadaan.

b. Pendapatan Puskesmas

Pendapatan Puskesmas baik berupa retribusi Puskesmas yang ditetapkan melalui Peraturan

Daerah, dimana mekanisme pengguannya disesuaikan dengan peraturan perundangan yang

belaku.

c. Sumber Lainnya

Sebagai sarana pelayanan kesehatan, Puskesmas dapat memberikan pelayanan bagi sleuruh

masyarakat dengan pembiayaan dari:

a) PT Askes yang diperintukkan sebagai imblas jasa pelayanan yang diberikan kepada

para peserta Akses.

b) PT Jamsostek, pada beberapa Puskesmas yang diwilayah kerjanya terdapat perusahaan,

dapat mengembangkan kerjasama dengan PT Jamsostek. Pembiayaan dan PT

Jamsostek ini peruntukannya adalah sebagai imbal jasa pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada peserta Jamsostek.

c) CSR/NGO, sebagai bentuk dukungan kepada kegiatan social termasuk kesehatan,

perusahaan mengalokasikan anggaran tertentu. Sebagai penyedia alayanan kesehatan

bagi masyarakat maka Puskesmas dimungkinkan untuk menerima dukungan CSR/NGO

ini. Adapun penggunaan dan pengelolaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

d) Masyarakat Dana yang berasal dari masyarakat tidak sepenuhnya untuk membiayai

Puskesmas akan tetapi sebagai pendukung pembiayaan untuk penyelenggaraan kegiatan

Puskesmas kepada masyarakat.


Sesuai dengan konsep yang telah disusun, maka pada masa depan pemerintah hanya

bertanggungjawab untuk pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat. Sedangkan pelayanan

kesehatan perorangan dibiayai oleh masyarakat sendiri melalui Sistem Jaminan Kesehatan

Nasional, kecuali untuk masyarakat miskin, sesuai dengan amanat UUD 45, adalah

tanggungjawab penuh pemerintah yang dikenal dengan program Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas).

B. Pengelolaan dana

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka pengelolaan keuangan

Puskesmas mengacu pada peraturan yang berlaku dengan tetap memberikan keluasaan

kepada Puskesmas untuk mengelola sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dan

kebutuhannya. Kepala Satuan Kerja (Puskesmas) bertanggungjawab baik fisik maupun

keuangan atas pelaksanaan kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam DIPA atau dokumen

anggaran lain yang dipersamakan.

Guna memenuhi tanggung jawab tersebut, Kepala Satker (Puskesmas) dalam

menyelenggarakan tugas-tugasnya, selain perlu ditunjang oleh kemampuan teknis juga perlu

ditunjang dengan kemampuan mengelola anggaran yang menjadi tanggungjawabnya agar

dalam pelaksanaannya terarah, terkendali, menghasilkan output (kinerja) dan outcome

(manfaat).

Kepala Satker (Puskesmas) wajib menyelenggarakan pembukuan atas uang yang dikelolanya

dan menyelenggarakan penatausahaan atas barang yang dikuasainya, serta membuat laporan

pertanggungjawaban mengenai pengelolaan uang dan barang yang dikuasainya kepada

instansi vertikal diatasnya.


Agar pelaksanaan kegiatan di Satuan Kerja (Puskesmas) dapat berjalan sesuai dengan

harapan, perlu dukungan terhadap kecukupan dan ketepatan waktu penyediaan dana untuk

Puskesmas.

Puskesmas dapat dikembangkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) apabila

memenuhi persayaratan baik aspek ketenagaan maupun kemampuannya, serta dipersiapkan

secara optimal. Dalam pengembangan sebagai BLUD, Puskesmas tetap sebagai

penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat yang dananya merupakan tanggungjawab

Pemerintah. Sehingga pada Puskesmas BLUD, pemerintah tetap berkewajiban menyediakan

dana untuk pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat.


BAB VIII
PERAN PUSAT DAN DAERAH
Dalam penyelenggaraan Puskesmas perli adanya pembagian peran antara lintas program dan
lintas sektor terkait baik pusat maupun daerah.
A. Pemerintah Kabupaten/Kota
Puskesmas adalah UPT Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, oleh karena itu Kabupaten/Kota
mempunyai peran utama dalam penyelenggaraan Puskesmas dengan:
1. Menjamin ketersediaan sumber daya Puskesmas (alat, obat, tenaga, sarana) sesuai
standar
2. Menyediakan dana operasional Puskesmas
Operasionalisasi Puskesmas merupakan tanggungjawab pemerintah daerah
kabupaten/kota. Dana operasional yang disediakan baik untuk pelayanan kesehatan
perorangan maupun pelayanan kesehatan masyarakat dalam arti pelayanan dalam
gedung maupun pelayanan luar gedung.
3. Melaksanakan pelatihan
Pengetahuan dan teknologi kesehatan berkembang sanat pesat, agar petugas dapat
memberikan pelayanan secara optimal maka perlu dilakukan pelatihan baik yang
menyangkut manajemen maupun teknis program.
4. Melakukan pembinaan dan fasilitasi
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas, artinya menyelenggarakan sebagian
tugas dinas oleh karenannya dinas kab/kota wajib melakukan pembinaan terhadap
Puskesmas agar pelaksaan tugas dapat optimal.
5. Pengembangan SDM
Pengembangan SDM sangat diperuntukkan agar petugas terjamin dalam pelaksaan
tugasnya. Pengembangan SDM menyangkut keterampilan maupun pola kariernya.

B. Pemerintah Provinsi
Peran pemerintah provinsi adalah :
1. Melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan berbagai standar dan pedoman
yang terkait dengan penyelenggaraan Puskesmas seusai dengan kondisi daerah a.l :
a. Standar sarana, prasarana dan peralatan
b. Standar kefarmasian
c. Standar ketenagaan
d. Standar pelayanan medis/pengobatan
e. Pedoman kerja Puskesmas
f. Peoman penyelenggaraan program
g. Pedoman pembinaan
2. Melaksanakan koordinasi dengan lintas sektor di tingkat provinsi
3. Melaksanakan sosialisasi
4. Melaksanakan advokasi
5. Melaksanakan tot kabupaten/kota

C. Pemerintah
Dalam pelaksanaan revitalisasi Puskesmas, maka peran dan tugas Pusat adalah:
1. Menyusun dan menetapkan berbagai standar dan pedoman yang terkait dengan
penyelenggaraan Puskesmas a.l :
a. Standar sarana, prasarana dan peralatan
b. Standar kefarmasian
c. Standar ketenagaan
d. Standar pelayanan medis/pengobatan
e. Pedoman kerja Puskesmas
f. Pedoman penyelenggaraan program
g. Pedoman pembinaan
2. Melaksanakan koordinasi dengan lintas sektor di tingkat pusat
a. Melaksanakan sosialisasi
b. Melaksanakan advokasi
c. Melaksanakan TOT Provinsi
BAB IX

PENUTUP

Disusunnya Kebijakan Revitalisasi Pusat Kesehatan masyarakat merupakan perubahan yang

sangat mendasar pada Kebijakan Dasar Puskesmas. Dalam upaya mengakomodir berbagai

perkembangan yang terjadi baik di bidang kesehatan maupun sektor lain yang berdampak

pada kesehatan. Pembaharuan ini akan menegaskan peran Puskesmas dalam pencapaian

Indonesia Sehat 2025.

Dukungan yang mantap dari berbagai pihak, baik dukungan politis, peraturan perundangan,

maupun sumber daya termasuk sumberdaya manusia dan pembiayaannya, sangat diperlukan

pada penerapan kebijakan Puskesmas yang baru ini.

Kebijakan Dasar Puskesmas ini merupakan acuan utama bagi kabupaten/kota dan propinsi

dalam mengembangkan kebijakan operasional dan penyelenggaraan Puskesmas, disesuaikan

dengan kondisi dan situasi daerah.

Dalam konteks desentralisasi, Revitalisasi Puskesmas seperti disampaikan dalam dokumen

ini memerlukan komitmen yang kuat dari pemimpin daerah (Bupati/Walikota). Dengan

perkataan lain, Bupati/Walikota adalah pucuk pimpinan dalam pelaksanaan Revitalisasi

Puskesmas di daerahnya masing-masing.


MEMBANGUN TIM KERJA PUSKESMAS

A. Konsep Dasar Tim Kerja

1. Perbedaan Tim Kerja dengan Kelompok Kerja


Secara sepintas, kebanyakan orang tidak dapat membedakan antara tim kerja dengan

kelompok kerja, padahal terdapat nuansa perbedaan-perbedaan yang mendasar diantara kedua

pengertian tersebut.

James F.Stoner (1996) mendefinisikan sebuah tim sebagai dua orang atau lebih

berinteraksi dan saling mempengaruhi kearah tujuan bersama.

Secara tradisional, terdapat dua tim dalam sautu organisasi; formal dan informal, akan tetapi

sekarang terdapat tim yang mempunyai karakteristik (ciri-ciri) keduanya. Stamatis (1996)

dengan jelas mendefinisikan TEAM melalui suatu akronim yang baik sekali yaitu:

T ogether

E everyolie

A chieves

M ore.

Artinya adalah: Setiap orang bila bekerja sama dapat mencapai lebih, jadi dengan bekerja

sama dalam suatu tim kerja, hasil yang akan dicapai akan lebih besar dari penjumlahan hasil-

hasil perseorangan, hal inilah yang dikenal dengan konsep Sinergi.

Perbedaan-perbedaan antara kelompok kerja dengan tim kerja dikemukakan oleh Stephen P.

Robbins (1996) yang mendefinisikan kelompok kerja sebagai kelompok yang terutama

berinteraksi untuk membagi informasi dan mengambil keputusan untuk membantu tiap

anggota dalam bidang tanggungjawabnya

Sedangkan tim kerja adalah kelompok yang upaya upaya individunya menghasilkan suatu

kinerja yang leboh besar daripada jumlah masukan-masukan individual.


Dengan demikian suatu kelompok kerja tidak perlu atau berkesempatan untuk melakukan

kerja kolektif yang menuntut upaya gabungan, kinerja mereka sekedar jumlah kinerja

sumbangan perseorangan dan tiap anggota kelompok karena tidak terdapat sinergi positif

yang akan menciptakan suatu tingkat keseluruhan kinerja yang lebih besar daripada jumlah

masukan masukan. Sedangkan dalam suatu tim kerja, terdapat sinergi positif melalui upaya-

upaya yang terkoordinasi. Upaya-upaya perseorangan mereka menghasilkan suatu tingkat

kinerja yang lebih besar daripada jumlah masukan perseorangan tersebut.

2. Nilai-nilai SDM Kesehatan

Nilai-nilai atau value dalam suatu tim memegang peranan penting, nilai organisasi

menyangkut jati diri organisasi tersebut, yang merupakan ciri spesifik yang melandasi para

anggotanya untuk berperilaku. Pada dasarnya nilai (value) adalah hal-hal yang secara

psikologis memberikan dorongan kepada prbadi seseorang dalam menghadapi kehidupan.

Nilai-nilai tersebut jika sudah tertanam dalam jiwa kita, ia akan emmbentuk suatu keyakinan,

dan keyakinan inilah yang akan melandasi seseoran untuk berperilaku.

Nilai-nilai dasar (values) adalah pondasi sebuah identitas korporat. Nilai-nilai adalah sesuatu

yang memaknai jati diri seseorang sebagai anggota korporasi dalam keadaan seperti apapun.

Penugasan 1

Perserta dibagi dalam kelompok 5-6 orang

Setiap kelompok mendiskusikan apakah Puskesmas membutuhkan tim kerja atau

kelompok

kerja? Apa alasannya tuliskan pada kerta flipchart.

Untuk membangun suatu tim kerja, Puskesmas perlu terlebih dahulu menanamkan

nilai-nilai yang harus dianut oleh seluruh anggota organisasi/petugas Puskesmas. Ini
menjadi bagian dan peran Kepala Puskesmas sebagai seorang manajer sekaligus

pemimpin di Puskesmas.

Nilai-nilai tersebut harus disosialisasikan kepada seluruh jajaran organisasi termasuk

komitmen untuk menerapkannya dalam pelaksanaan tugas sehari-hari serta mewujudkan visi

Puskesmas.

Departemen Kesehatan, guna mewujudkan visi “Masyarakat Yang Mandiri untuk Hidup

Sehat” dan mengemban misi “Membuat Rakyat Sehat”, menganut dan menjunjung tinggi

nilai-nilai:

 Berpihak kepada rakyat


 Bertindak cepat dan tepat
 Kerjasama tim
 Integritas Tinggi
 Transparansi dan Akuntabilitas

a. Berpihak kepada rakyat

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehata, Departemen kesehatan akan selalu


berpihak kepada rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap
orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama, dan
status sosial ekonomi. UUD 1945 juga menetapkan bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan
Sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Demikian halnya dengan puskesmas, setiap penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan


dan upaya kesehatan masyarakat, baik upaya kesehatan wajib maupun pengembangan,
harus berpihak kepada rakyat atau masyarakat diwilayah kerjanya, dalam rangka mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat diwilayah tersebut.

b. Bertindak cepat dan tepat


masalah kesehatan yang dihadapi makin bertambah kompleks dan berubah dengan cepat,
bahkan kadang-kadang tidak terduga, yang dapat menimbulkan masalah darurat kesehatan.
Dalam mengatasi masalah kesehatan, apalagi yang bersifat darurat, harus dilakukan
tindakan secara cepat. Tindakan yang cepat juga harus diikuti dengan pertimbangan yang
cermat, sehingga intervensi yang tepat dapat mengenai sasaran.

Puskesmas harus menanamkan keyakinan kepada seluruh petugas tentang betapa


berharganya waktu dalam penanggulangan masalah kesehata, baik upaya kesehatan
perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat, setiap menit bahkan setiap detiknya.
Respons terhadap masalah kesehatan harus sesegera mungkin, namun dengan pertimbangan
yang cermat, artinya selalu berpegang pada prinsip mutu, yaitu “Lakukan secara benar sejak
awal/pertama kali dan selamanya”

c. Kerjasama tim
Departemen kesehatan sebagai organisasi pemerintah memiliki sumber daya manusia yang
banyak. Sember daya manusia merupakan potensi bagi terbentuknya suatu tim besar. Oleh
karena itu, dalam mengemban tugas-tugas pembangunan kesehatan, harus dibina kerja tim
yang utuh dan kompak, dengan menerapkan prisip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan
sinergisme.

Berkaitan dengan itu, puskesmas meskipun besarnya bervariasi, merupakan suatu organisasi
yang didukung oleh SDM dengan latar belakang yang berbeda, baik dan segi pendidikan,
pengalaman, sosial, ekonomi, dan budaya. Karena itu perlu upaya untuk mempersatukan
mereka dalam suatu ikatan kerjasama tim yang solid serta memiliki integrasi tinggi.

d. Integrasi tinggi
Dalam oenyelenggaraan pembagunan kesehatan, setiap anggota (karyawan dan pimpinan)
Departemen kesehatan harus memiliki komitmen yang tinggi dalam upaya mencapai visi
dan misai yang telah ditetapkan. Setelah itu, dalam melaksanakan tugas, semua anggota
departemen kesehatan harus memiliki ketulusan hati, kejujuran, berkepribadian yang teguh,
dan bermoral tinggi.

Untuk membina organisasi agar SDMnya memiliki integrasi yang tinggi, biasanya pimpinan
organisasi dituntut untuk menteladani ciri-ciri sebagaimana yang disebutkan (tulus, jujur,
berkepribadian teguh serta bermoral tinngi) yang ditunjukkan dalam perilaku sehari-hari.
Integritas juga ditandai dengan komitmen terhadap pencapaian tujuan organisasi, yaitu
komitmen terhadap penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan puskesmas, dilaksanankan
dengan sepenuh hati dan tanggung jawab. Forum pertemuan puskesmas seperti lokakarya
mini, rapat rutin staf dapat di sarana pembinaan SDM agar memiliki integritas tinggi.

e. Transparansi dan Akuntabilitas


Dalam era demokrasi dan perkembangan masyarakat, yang lebih cerdas dan tanggap,
tuntutan atas pelaksanaan tugas yang transparan dan dapat dipertanggung-gugatkan
(akuntabel) terus meningkat. Oleh karenanya kegiatan pembangunann kesehatan yang
dilakukan oleh departemen kesehatan, harus dilaksanakan secara transparan, dapat
dipertanggungjawabkan dan dipertanggung gugatkan kepada publik.

Pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) atau yang sejenis dapat menjadi mitra
Puskesmas dlama rangka pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan penyelenggaraan
upaya kesehatan puskesmas kepada publik.
Penugasan 2
Sampai disini, untuk memantapkan pemahaman peserta mengenai nilai-nilai SDM.
Fasilitator memberi penugasan kelompok:

Setiap kelompok mendiskusikan tentang bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai


SDM dalam penyelenggaraan upaya kesehatna puskesmas:
 Aplikasi nilai berpihak kepada rakyat
 Aplikasi nilai bertindak cepat dan tepat
 Aplikasi nilai kerjasama tim
 Aplikasi nilai integritas tinggi
 Aplikasi nilai transparansi dan akuntabilitas

3. Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari kata latin “communicatio” dan bersumber dari cata
communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi
kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan,
maka komunikasi akan terjadi bila ada kesamaan makna mengenai apa yang
dipercakapkan.

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau


perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran
bisa berupa gagasan, ide, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari
benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul
dilubuk hati. Menurut Laswell komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas komunikasi, lihat pada gambar
dibawah ini:

Pemancaran Medium

Penerima Kata-kata

Gagasan Suara/ganggua

Terjemahan n
1) Apa yang anda katakan. Hal ini mungkin sangat kompleks dan bisa relevan ataupun
Pemancar
tidak.
2) Cara mengatakannya. Bahasa dan nada bicara yang anda gunakan harus memberi
kesan kritis.
3) Medium. Komunikasi tatap muka cukup memadai dalam beberapa situasi pelayanan,
tetapi tidak dalam situasi lainnya. Pilih media komunikasi secara cermat agar selaras
dengan berita, entah panjang, pendek, rumit atau sederhana. Apakah diperlukan
interaksi atau tidak?
4) Pemberi informasi. Anda barangkali tidak dapat sepenuhnya menyampaikan pesn.
Anda mungkin terpengaruh oleh berbagai kepentingan atau hal-hal yang berkaitan
atau oleh isi pesan itu yang membuat anda merasa kurang enak.
5) Pendengar. Komunikasi akan dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan seperti dengan
siapa anda berbicara, apa prioritas mereka, seberapa banyak yang telah mereka
ketahui, pola berpikir mereka.
6) Suara atau hal-hal yang mengganggu. Komunikasi akan terpengaruh bila masing-
masing kelompok menemuai keseulita untuk menyongkirkan gangguan dari orang lain
maupun suara di sekitar mereka.
7) Menangkap detai yang tidak relevan atau menyimpang dari pembicaraan.

Dalam membangun tim kerja puskesmas, komunikasi adalah penting, sebagai mana
dikemukakan oleh Synder (1988;209)”Kemampuan suatu tim untuk mencapai tujuannya
sangat tergantung pada kemampuan dan para anggotanya untuk berkomunikasi secara
efektif satu sama lain. Komunikasi interpersonal merupakan tumpuan bagi terjadinya
perencanaan, penyelesaian masalah, tindakan, refleksi serta evaluasi yang efektif”.
Sedangkan Thamhain (1990;16) menyatakan bahwa “ komunikasi yang buruk adalah
hambatan utama untuk terlaksananya tugas tim yang efektif serta tumbuhnya kinerja yang
inovatif, karena itu komunikasi yang lain, bebas kesegala arah dan menyeluruh adalah
sangat penting.”

Sehubungan dengan itu kepala puskesamas beserta staf/petugas perlu memahami dan
mampu menerapkan teknik komunikasi yang efektif yaitu:
 Komunikasi harus menghasikan pengertian yang sama. Hal ini sejalan dengan tujuan
komunikasi. Diperlukan sikap tulus dari kedua pihak yang berkomunikasi.
 Kesederhanaan dan kejelasan dalam berkomunikasi untuk membantu kelancaran umpan
balik oleh kedua belah pihak. Komunikasi harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti dan berdifat dua arh. Hindari penggunaan bahasa atau istilah-istilah
teknis/abstrak yang menyulitkan pengertian, terutama apabila berbicara dengan anggota
tim kerja dan luar sektor kesehatan.
 Beri kesempatan kepada pihak penerima pesan untuk mendapatkan kejelasan terhadap
pesan yang dianggap kurang jelas.
 Suatu pesan yang disampaikan harus singkat padat, lengkap mengandung semua informasi
yang perlu (comprehensive and complete), langsung (to the point) benar dan nyata (correct
and based on facts). Pesan tidak boleh mengandung informasi yang kurang atau
berlebihan.
 Hargai perbedaan pada setiap individu, karena mungkin setiap orang menentukan
pendekatan yang berbeda, boleh jadi karena latar belakang pendidikan, situasi atau sifat
pribadi manusianya.
 Pesan disampaikan dalam bentuk yang menarik, dalam gaya bicara ataupun penyajian.
 Menunjukkan sikap dan kepercayaan diri, serta keyakinan yang dapat mempengaruhi
penerima pesan.
 Menunjukkan kemampuan menjadi pendengar yang baik. Beri kesempatan kepada setiap
orang untuk menyampaikan pendapatnya, dan berusaha untuk memahami dengan
menunjukkan kesungguhan anda mendengarkan.
 Penting untuk selalu disadari bahwa komunikasi adalah proses tombal balik yang
mencakup penyampaian, penerimaan pesan dan siklus umpan balik.

Penugasan 3. Role playing komunikasi


Fasilitator memberi penugasan melakukan role play/ bermain peran
komunikasi

PETUNJUK ROLE PLAYING


Skenario:
Kepala puskesma Mawar baru kembali dan menghadiri rapat bulanan di Dinas
Kesehatan kabupaten secra rapat terfokus pada mengevaluasi kinerja dan pencapaian
imunisasi. Rupanya bupati menaruh perhatian terhadapa program imunisasi di
wilayah kabupatennya. Hasil evaluasi membuat kepala puskaesmas tersntak sekaligus
malu, karena pencapaian imunisasi Puskesmas Mawar adalah nomor 1 dari bawah,
masih terngiang-ngiang ditelinganya ketika kapala dinas menanyakan apaa]kah
kepalapuskesmas tidak pernah menggalang kerjasama lintas program maupun lintas
sektor untuk mensukseskan program imunisasi diwilayahnya? Ia bertekad untuk
mengatasi permaslahan ini.
Hari ini, kepala puskesmas Mawar mengadakan rapat, mendahului lokakarnya mini
bulanan yang seharusnya dilaksanakan minggu berikutnya. Pada rapat ini diminta hadar
bidan, perawat, petugas imunisai dan petugas gizi. Kepala puskesmas harus
mengkomunikasikan hasil rapat dinas kesehatan kabupaten kepada stafnya. Terapkan
prinsip-prinsip komunikasi yang efektif., agar staf anda memahami pesan yang anda
sampaikan serta anda jga mendapatkan komitmen mereka untuk meningkatkan bekerja
secara tim.
Pemegang peranan (Pemeran):
 1 orang pemeran kepala puskesmas
 1 orang pemeran bidan
 1 orang pemeran perawat
 1 orang pemeran petugas imunisasi
 1 orang pemeran petugas gizi

Pengamat :
Pilihlah beberapa orang pengamat, misalnya 3 orang pengamat.

Petunjuk bagi pengamat :


Lakukan pengamatan dengan cerat terhadap proses komunikasi yang berlangsung,
yaitu:
 Apakah kepala puskesmas menyampaikan tujuan rapat dengan jelas dam dimengerti
olah peserta rapat
 Apakah pesan yang disampaikan singkat padat, lengkap mengandung semua
informasi yang perlu, benar dan nyata berdasarkan fakta.
 Apakah memberi kesempatan kepada pihak penerima pesan untuk mendapatkan
kejelasan terhadap pesan yang dianggap kurang jelas
 Apakah gaya bicara dalam menyampaikan pesan menarik, tidak bertele-tele,
membosankan
 Apakah semua peserta rapat menunjukkan kemampuan mendengar yang baik
 Apakah komunikasi terjadi pada semua arah?
 Apakah ada yang tidak menunjukkan respon?
 Apakah ada yang merespon berlebihan?
 Apakah ada kesimpulan dan hasil komunikasi tersebut

Umpan balik hasil pengamatan:


 Setelah bermain peran selesai, mintalah pengamat menyampaikan hasil
pengamatannya.
 Kemudian mintalah hasil pengamatan dari peserta lain
 Beri kesempatan kepda para pemeran untuk menyampaikan perasaan dan
pengalamannya dalam bermain peran
 Fasilitator menyampaikan rangkuman.

4. Kemitraan
Kemitraan dibentuk oleh sekelompok individu atau institusi yang sepakat bekerja sama
dalam mencapai tujuan yang sama. Dalam membangun kemitraan perlu diperhatikan prinsip
dalam kemitraan, landasan kemitraan dan kunci keberhasilan kemitraan.
Prinsip dasar:
 Kesetaraan (Equity). Setiap mitra dalam keterlibatannya dalam pelaksanaan upaya
kesehatan harus diberi kepercayaan penuh, dihargai dan diberikan pengakuan dalam
hal kemampuan dan nilai-nilai yang dimiliki.
 Keterbukaan (Transparancy). Setiap mitra dalam keterlibatannya pelaksanaan upaya
kesehtan yakin dan setiap kesepakatan akan dilakukan dengan jujur tidak saling
merahasiakan sesuatu.
 Saling menguntungkan (mutual benefit). Setiap mitra dalam keterlibatannya dalam
pelaksanaan upaya kesehtan akan mendapatkan keuntungan atau manfaat bersama dan
kemitraan tersebut (keuntungan dan manfaat tidak selalu bersifat material).

Landasan kemitraan:
 Saling memahami keduduka, tugas, fungsi dan struktur masing-masing
 Saling memahami kemampuan (capacity)
 Saling menghubungi (linkage)
 Saling mendekati (proximity)
 Saling bersedia membantu dan dibantu (openess)
 Saling memberi dorongan dan mendukung (support)
 Saling menghargai (respect)

Kunci keberhasilan:
 Adanya komitmen/kesepakatan bersama
 Adanya kerjasama yang harmonis
 Adanya koordinasi yang baik
 Adanya kepercayaan sesama mitra
 Adanya kejelasan tujuan yang akan dicapai
 Adanya kejelasan peran dan fungsi dari amsing-masing mitra

Prinsip, landadan dan kunci keverhasilan kemitraan tersebut harus diterapkan baik dalam
membangun kemitraan lintas program maupun lintas sektor. Dari uraian tentang kemitraan,
jelaslah bahwa keberhasilan dalam membangun kemitraan merupakan kunci keberhasilan
membangun tim kerja puskesmas. Selanjutnya dalam membangun tim kerja puskesmas,
perhatikan juga tentang ciri-ciri tim yang efekti.
Ciri-ciri tim Efektif
Robbins (1996) mengemukakan bahwa suatu tim tidak otomatis menjadi produktif dan
mampu menigkatkan produktivitasnya berdasarkan penelitian karakteristik dasar dan efektif
adalah sebagai berikut:
a. Kejelasan tujuan
Suatu tim yang berkinerja tinggi memiliki pemahaman terhadap tujuan yang akan
dicapai, dan meyakini bahwa mewujudkan tujuan sangat bermanfaat atau merupakan
hal yang penting.

b. Keterampilan yang relevan


Tim yang efektif tersusun dan individu yang kompeten, mereka mempunyai
keterampilan teknis dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan
memerlukan karakteriktik personal yang dapat mencapai tujuan melalui kerjasama
dengan orang lain. Hal lain yang penting, dan sering tidak diperhatikan,tidak semua
orang yang mempunyai kemmpuan/keterampilan teknis, dapat bekerja baik sebagai
anggota tim. Tim yang berpenampilan baik atau berkinerja tinggi, adalah yang
mempunyai anggota yang mempunyai ketermapilan interpersinol / hubungan antar
manusia.
c. Komitmen
Anggota yang efektif menunjukkan loyalitas dan dedikasi atau pengabdian yang tinggi
pada tim. Mereka berkeinginan untuk melakukan apapun untuk membantu suksesnya
tim. Kesetiaan individu pada organisasi diawali dengan tahapan :
 Attach, yaitu individu dalam tim, asal ada, asal hadir, tidak berperan serta secara
aktif, individu tidak peduli dan tidak memahami misi dari suatu tim atau
organisasi
 Invole, yaitu ikut serta teribat dalam aktivitas tim/organisasi, namun misi dan
kepentingan individu yang dominan, jika kegiatan organisasi tidak sesuai
dengan kepentingannya, individu tersebut tidak akan aktif berperan.
 Commitment, individu akan berperan dalam tim dengan segenap potensi dan
daya serta kemampuannya, misi dan kepentigan tim atau organisaasi lebih
penting dan kepetingan individu, dan atau misi/kepentingan tim atau organisasi.
Jadi komitmen merupakan tahapan tertinggi dan kesetiaan individu pasa suatu
tim atau organisasi.
d. Saling percaya
Tim yang efektif memiliki karakteristik tingginya saling percaya diantara anggotanya,
dalam hal ini anggota tim meyakini integritas, karakter dan kemampuan yang lain,
tetapi mungkin dapat diketahui dari hungungan antar personal, kepercayaan itu mudah
pecah (hilang). Kepercayaan dan saling paercaya perlu diperhatikan dan diperlukan
perhatian yang cukup dari manajemen. Suasana saling percaya dalam tim atau
kelompok cenderung dipengaruhi oleh budaya organisasi dan tindakan dari manajemen.
Organisasi yang menganut nilai terbuka, ramah dan bekerja sama daam proses serta hal
lain yang mendorong komitmen anggota.
Menurut Fernando Bartomole (1989) terdapat 6 hal yang dapat membantu anggota tim
dalam menumbuhkan saling percaya, yaitu:
 Komunikasi timbal balik
 Mendukung ide anggota
 Menghargai dan mendelegasikan wewenang pada anggota tim
 Adil, objektif dalam memberikan penilaian dan penghargaan
 Dapat diramalkan, konsisten, mengembangkan rasa bangga dan hormat pada
anggota tim dengan menunjukkan kemampuan teknis dan professional.
e. Komunikasi yang baik
Tidak mengherankan tim efektif mempunyai karakteristik yang baik. Anggota dapat
menyampaikan pesan diantara anggota lain dalam bentuk yang jelas dapat dipahami
termasuk pesan non verbal. Komunikasi yang baik juga karakterikstik sehatnya
umpan balik anggota tim dalam membantu memberi petunjuk anggota tim dan
memperbaiki kesalahpahaman. Anggota yang bekerja sama jangka panjang anggota-
anggota tim dengan kinerja tinggi dapat dengan cepat dan efisien menyumbangkan
gagasan dam keinginan.
f. Kemampuan negosiasi
Ketika job diberikan kepada individu-individu, uraian tugas, prosedur dan peraturan
dari tiap dokumen format harus menjelaskan peran anggota tim. Tim yang efektif
disatu pihak cenderung luwes dan terus-menerus mengadakan penyesuaian. Ini
membutuhkan anggota tim yang mempunyai keterampilan proses negosiasi yang
memadai. Problem dan hubungan secara tetap berubah dalam suatu tim, karenanya
memerlukan anggota tim yang mampu menghadapi dan menerima perbedaan.
g. Kepemimpinan yang tepat
Pemimpin yang efektif fapat memotivasi suatu tim untuk mengikuti terus pada situasi
yang lebih sulit. Bagaimana pun pemimpin diharapkan dapat membantu kejelasan
tujuan, menunjukkan perubahan yang mungkin dengan mengatasi kelambanan,
meningkatkan kepercayaan diri anggota tim, serta membantu anggota tim
merealisasikan potensinya secara penuh. Yang lebih penting, pemimpin yang baik
tidak perlu terlalu mengarahkan atau mengkontrol, tetapi pemimpin tim yang efektif
lebih memerankan ke pelatihan dan sebagai fasilitas. Gaya kepemimpinan yang
efektif adalah yang mampu memerankan dorongan perilaku hubungan yang sesuai
dengan tingkat kematangan anggota.
h. Dukungan internal eksternal
Terakhir kodisi yang perlu untuk membuat tim efektif alaha dukuungan ailim dan
suasana. Dukungan internal tim menyediakan prasarana yang baik, termasuk
didalamnya menyediakan pelatihan, sistem dan alat ukur yang dapat dimengerti
dimana anggota tim dapat mengevaluasi kinerjanya secara keseluruhan, program
intensif untuk pengakuan dan penghargaan aktivitas tim dan sistem sumber daya
manusia yang mendukung. Prasarana internal yang baik dapat mnedukung anggota
tim dan menguatkan perilaku yang mengarah ke tingkat kinerja yang tinggi.
Dukungan eksternal, manajemen/orhganisasi menyediakan sumber-sumber
dana/material yang dibutukan tim dalam menyelesaikan tugasnya.

Agar tujuan tim tercpai perlu juga meningkatkan kekompkan tim, dalam hal ini J.F Stoner
(1996) menegmukakan terdpat 4 cara meningkatkan kekompakan tim, yaitu :
1. Memperkenalkan persaingan.
Terjadinya konflik dengan individu lain diluar tim, kelompk lain atau tim lain
dapat meningkatkan kekompakan suatu tim.
2. Meningkatkan keterkaitan antar pribadi
Orang cenderung bergabung dengan tim yang anggota mereka kenal atau kagumi.
Karenanya dalam suatu tim dapat dimulai dengan merekrut individu-indivisu
yang menganut nilai penting yang relative sama
3. Meningkatkan interaksi
Walaupun umumnya kita jarang dapat selalu lenyukai semua orang yang
bekerjasama dengan kita, tetapi meningkatknya interaksi dapat memperbaiki
persahabatan dan komunikasi. Anggota tim diupayakan dapat saling bertemu
bukan saja pada pertemuan formal, tetapi dalam pertemuan yang lain seperti
kegiatan rekreatif dan olahraga.
4. Mencitaptakan sarana bersama dan rasa kebersamaan pada anggota tim
Sasaran tim hendaknya diupayakan menjadi sasaran semua anggota tim, demikian
juga rasa kebersamaan perlu diciptakan dalam suatu tim untuk peningkatan
efektivitas tim kerja.
Georgia Shea dan Guzzo mengemukakan efektivitas suatu kelompk merupakan
dari tiga variabel, yaitu :
 Interdependensi tugas yaitu sejauh mana pekerjaan tim menuntut para anggotanya
untuk saling berinteraksi interpendensi tugas tingkat tinggi meningkatkan rasa potensi
tim.
 Rasa potensi yaitu keyakinan bersama kelompok bahwa tim dapat menjadi efektif.
 Interdependensi hash adalah suatu tingkat dimana konsekuensi kerja kelompok/ tim
dirasakan oleh semua anggota tim.

Penugasan 4. Mengidentifikasi langkah-langkah membangun tim kerja


puskesmas.

Sebagai pemantapan dan internalisasi terhadap sesi, fasilitator memberi


penugasan kepada peserta dalam kelompok untuk mengidentifikasi langkah-
langkah membangun tim kerja di wilayah puskesmas masing-masing.

PERENCANAAN PUSKESMAS

A. Pengumpulan dan Analisa Data Puskesmas

1. Data-data essensial di Puskesmas

a. Data Umum
1) Peta wilayah kerja Puskesmas serta fasilitas pelayanan (format 1). Data
wilayah mencakup luas wilayah, jumlah desa dusun RT/RW, jarak desa
dengan puskesmas, waktu tempuh ke puskesmas. Data ini dapat diperoleh
dikantor kelurahan/desa/kecamatan.
2) Data sumber daya. Data ini mencakup sumberdaya Puskesmas termasuk
Puskesmas pembantu dan bidan desa, yang mencakup:
3) Data peran serta masyarakat (format 3) mencakup jumlah posyandu, kader,
dukun bayi dan tokoh masyarakat
4) Data penduduk dan sasaran program (format 4). Data ini mencakup jumlah
penduduk seluruhnya berdasarkan jenis kelamin, kelompk umur sesuai sasaran
program, sosio ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kelurga miskin. Data ini dapat
diperoleh dikantor kelurahan/desa, kantor kecamatan dan data estimasi sasaran
di Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
5) Data sekolah (format 5). Data ini mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah
siswa klasifikasi sekolah, UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS, dll.
6) Data kesehatan lingkungan wilayah puskesmas (format 6). Data ini mencakup
lingkungan rumah sehat, tempat pembuatan makanan/minuman, tempat
umum, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, jamban keluarga dan
sistem pembuangan air limbah.
b. Data khusus (hasil penilaian kinerja Puskesmas)
1) Data khusus status kesehatan yang terdiri dari data kematian (format 7),
kunjungan kesakitan (format 8), pola penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang
ditemukan (format 9).
2) Kejadian luar biasa (format 10) dapat dilihat pada laporan W1 (Simpsus)
3) Cakupan program pelayanan kesehatan 1 tahun terakhir ditiap desa/kelurahan
(format 11)
4) Hasil survei yang dilakukan sendiri puskesmas atau pihak lain (format 12)

2. Metode Pengumpulan Data


a. Penentuan sumber data. Sumber utama data kinerja puskesmas adalah catatan
hasil kegiatan puskesmas yang terekam dalam sistem pencatatan dan pelaporan
yang berlaku (ST2TP), catatn hasil kegitan inovasif, maupun hasil pengumpulan
data lainnya seperti hasil survei kepuasan pelanggan untuk menilai mutu
pelayanan puskesmas. Sedangkan laporan yang dikirimkan ke dinas kesehatan
kabupaten/kota tidak dijadikan sebagai sumber data untuk penilaian. Untuk
kepentingan verifikasi oleh dinas kesehatan kabupatan/kota digunakan laporan
hasil penghitungan puskesmas, laporan SP2TP, laporan lain yang berkaitan
dengan hasil supervisi langsung kepuskesmas.
b. Format pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
format yang telah disepakati.
c. Pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan secara rutin oleh petugas atau
pengelolah program yang berangkutan. Data yang diperoleh diperbaharui setiap
bulan, sehingga pada akhir tahun diperoleh data yang baru.

3. Sumber Data
Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses kegiatan merubah data menjadi informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, termasuk untuk dasar
penyusunan perencanaan puskesmas. Kegiatan pengolahan data meliputi:
 Kegiatan untuk meneliti kelengkapan alat dan kebenaran data yang dikumpulkan
(cleaning and editing)
 Kegiatan penghitungan khususnya untuk mendapatkan nilai keadaan dan
pencapaian hasil kegiatan puskesmas (calculating).
 Kegiatan memasukkan data kedalam tabel yang akan menjadi suatu informasi
yang berguna dalam pengambilan keputusan (tabulating)

Pelaksanaan pengolahan data di tingkat puskesams dilakukan oleh kepala puskesmas


bersama tim kecil puskesmas. Sedangkan oengolahan di tingkat kabupaten/kota
dilakukan oleh tim kecil yang ditugaskan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.

4. Analisa Data
Data yang sudah diproleh kemudian dikoreksi untuk menjamin keakuratan dan kualitas
data. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisa. Analisa yang digunakan dengan
analisa deskriptif. Semua data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, grafik ataupun
bentuk pie. Dan hasil analisa data tersebut kemudian dapat diketahui rencana kebutuhan
masing-masing puskesmas. Analisa data dilakukan oleh tim pusksesmas. Hasil analisis
data, baik data umum maupun data khusus harus menghasilkan suatu rumusan atau
kesimpulan, yang nantinya akan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
Rumusan atau kesimpulan hasil analisis data adalah sebagai berikut:
 Berdasarkan data wilayah dan fasilitas kesehatan
a. Perlu/tidak peningkatan akses pelayana
b. Perlu/tidak peningkatan jumlah fasilitas pelayanan
c. Ada/tidak potensi untuk upaya kesehatan pengembangan
 Berdasrkan data ketenagaan (format 2a)
a. Ada/tidak tenaga yang harus ditingkatkan kualitasnya? Tenaga apa
b. Ada/tidak tenaga yang harus ditingkatkan kua tenaga apa? Misalnya
karena tidak mungkin menambah tenaga
 Bersarkan data keasaan obat dan bahan habis pakai (format 2b)
a. Apa saja obat yang banyak digunakan?
b. Apa saja obat yang banyak tersisa?
c. Ada/tidak potensi terjadinya pengobatan tidak rasional (masih perkiraan,
tidak perlu perhatian)
 Berdasarkan data keadaan peralatan kesehatan (format 2c)
a. Alat apa yang perlu perbaikan?
b. Alat apa yang perlu penambahan?
c. Apakah kendala peralatan kesehatan puskesmas saat ini potensial
mengganggu kelancaran pelayanan di puskesmas? Apakah masih bisa
diatasi?
 Berdasarkan data pembiayaan kesehatan di puskesmas (format 2d)
a. Biaya sudah/belum memadai untuk operasional puskesmas?
b. Ada/tidak potensi sumber biaya lain yang dapat digali oleh puskesmas?
 Berdasarkan data sarana prasarana kesehatan di puskesmas (format 2e)
a. Jenis sarana kesehatan apa yang kondisinya mengganggu kelancaran
pelayanan puskesmas?
b. Jenis sarana penunjang apa yng kondisinya menganggu kelancaran
pelayanan penunjang di puskesmas?
 Berdasarkan data peran serta masyarakat (format 3)
a. Bagaimana gambaran sasaran program menuntut kelompok umur/usia?
b. Adakah potensi upaya kesehatan pengembangan untuk kelompok keluarga
miskin dan sasaran program tersebut?
 Berdasarkan data penduduk dan sasaran prograam (format 4)
a. Bagaimana gambaran sasaran program menurut kelompk usia/umur?
b. Adakah potensi upaya kesehatan pengembangan untuk kelompok keluarga
miskin dan sasaran program teresebut?
 Berdasarkan data sekolah (format 5)
a. bagaimana persentase sekolah UKS
b. bagaimana persentase kader UKS di setiap jenjang sekolah
c. bagaimana persentase guru UKS di setiap jenjang sekolah
d. program apa yang potensial untuk pengembangan UKS
 Berdasarkan data kesehatan lingkungan (format 6)
a. bagaimana urutan persentase dan yang paling rendah ke yang paling tinggi
b. apa persentase yang paling rendah dan terjadi di banyak lokasi
 Berdasarkan data kematian (format 7)
a. apa penyebab kematian terbanyak
b. apa penyebab kematian perempuan terbanyak
c. apa penyebab kematian bayi/balita/usia sekolah/ usia lansia terbanyak
 Berdasarkan data kunjunagan (format 8)
a. persentase kunjungan baru dan lansia
b. jumlah kunjungan dari kelurahan/ desa terjauh/transportasi sulit
c. apakah potensial untuk meningkatkan akses pelayanan
 Berdasarkan data sepuluh penyakit terbanyak (format 9)
a. apa penyakit terbanyak pada laki-laki
b. apa penyakit terbanyak pada perempuan
c. apakah potensial untuk upaya kesehatan pengembangan
 Berdasarkan data kejadian luar biasa (format 10)
a. jenis KLB apa dengan jumlah kasus terbanyak?
b. jenis KLB apa dengan lokasi paling luas?
c. jenis KLB apa yang paling banyak menimbulkan kematian?
 Berdasarkan cakupan program pelayanan kesehatan (format 11)
a. Upaya kesehatan wajib apa yang pencapaiannya masih rendah?
b. Upaya kesehatan pengembangan apa yang telah dilaksanakan?
c. Upaya kesehatan apa yang pencapaiannya masih rendah?

Kerjakan Latihan 1.

Menganalissis Data
Petunjuk Latihan:
1. Peserta bekerja dalam kelompok Puskesmas
2. Dalam kelompok, melakukan kegiatan sbb:
 Identifikasi target puskesmas yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan kab/kota,
untuk program apa dan berapa
 Identifikasi target yang harus ditentukan oleh puskesmas: untuk program apa dan
hitunglah target tersebut berdasarkan SPM yang ditetapkan
 Identifikasi target yang harus ditentukan berdasarkan oerkiraan secara matematis:
untuk program apa? Dan berapa perkiraan targetnya?
 Identifikasi target yang bisa ditentukan berdasarkan hasil terbaik yang pernah
dicapai puskesmas: untuk program apa? Berapa hasil terbaik yang pernah dicapai?
Dan berapa target sekarang?

B. Target Program Puskesmas


Beberapa metode penentuan target yang dilakukan di Puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Target ditentukan dari dinas kesehatan kabupaten/kota
2. Misalnya untuk indikator keberhasilan program seperti TB (CDR 70%, Convertion
Rate 80%,dll), KIA/KB cakupan K4 80%, Linakes 70%.
3. Target ditentukan sendiri oleh puskesmas sesuai dengan ketersediaan seumber daya
yang tersedia di puskesmas. Untuk kegiatan ini puskesmas san staff bersama sama
menentukan target tersebut berdasarkan standar pelayanan minimal yang ditentukan
dari pusat/propinsi
4. Target dapat diperoleh dengan cara membuat perkiraan secara matematis terhadap
kemungkinan pencapaian program.
5. Target dapat juga ditetapkan berdasarkan prestasi terbaik yang pernah dicapai
puskesmas yang bersangkutan

Kerjakan Latihan 2.
Menentukan Target Puskesmas.

Petunjuk Latihan:
1. Peserta bekerja dalam kelompok Puskesmas
2. Dalam kelompok, melakukan kegiatan sbb:
 Identifikasi target puskesmas yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan
kab/kota, untuk program apa dan berapa.
 Identifikasi target yang harus ditentukan oleh puskesmas
 Untuk program apa
 Hitunglah target tersebut berdasarkan SPM yang ditetapkan
 Hitunglah target tersebut berdasarkan SPM yang ditetapkan

Identifikasi target yang harus ditentukan berdasarkan perkiraan secara matematis


- Untuk program apa
- Berapa perkiraan targetnya

Identifikasi target yang bisa ditentukan berdasarkan hasil terbaik yang pernah dicapai
Puskesmas
- Untuk program apa
- Berapa hasil terbaik yang pernah dicapai
- Berapa target sekarang

C. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan


Penyusunan rencana usulan kegiatan dilaksanakan dengan memperhatikan hal hal sebagai
berikut yaitu menyusun rencana kegiatan yang bertujuan untuk mempertahankan kegiatan
yang sudah dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang masih
bermasalah dan menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan
diwilayah tersebut. kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan diwilayah
tersebut dan kemampuan Puskesmas.
Penyusunan rencana usutan kegiatan terdiri dan langkah langkah:
1. Identifikasi masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identifikasi masalah dilaksanakan
dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut jenis program, cakupan, mutu
dan ketersediaan sumber daya.

Contoh: Tabel identifikasi masalah


No Program Target Pencapaian Kesengajaan
1
2
3

Untuk mengisi tabel tersebut, dapat diambil dan Format 11, Cakupan Program Pelayanan
Kesehatan No. A Upaya Kesehatan Wajib.
Target disi berdasarkan hasH penentuan target Puskesmas.
Pencapaian disi dan kolom jumlah pencapaian, yang merupakan kelurahan/desa. Kesenjangan
antara pencapaian dan target, merupakan masalah. Kemungkinan teridentifikasi beberapa
masalah.
Kerjakan Latihan 3.
Menentukan Identifikasi Masalah

Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok
o Siapkan tabel identifikasi masalah seperti pada contoh di halaman 172 modul ini.
o Siapkan format 11 Cakupan PelayananKesehatan btk A. Upaya Kesehatan waijib
yang telah disi dengan data Puskesmas.
o Isi kolom program dengan jenis program dan UpayaKesehatan Wajib
o Isi kolom target, dengan hasil pemantauan target Puskesmas untuk setiap program
o Isi kolom pencapaian dari kolom jumlah pencapaian yang merupakan rekapitutasi
pencapaian diseluruh kelurahan/desa.
o Isi kolom kesenjangan dengan membandingkan antara target dan pencapaian.
Program yang memiliki kesenjangan (negatif atau kurang dan target) merupakan
masalah.
o Identifikasi masalah-masatah tersebut, kemungkinan ada beberapa masalah.
Tuliskan semua masalah

2. Menetapkan urutan prioritas masalah


Mengingat keterbatasan kemampuan hiengatasi masalah sekaligus, maka perlu
masalah diprioritaskan dengan pendekatan tertentu. Berbagai metode untuk
memprioritaskan masalah seperti Kriteria matriks, MCUA, Hanlon, CARL dsb.
Penggunaan alat atau metode diserahkan pada masing masing Puskesmas.

Contoh kriteria matriks


Kriteria Masalah 1 Masalah 2 Masalah 3 Masalah 4
Tingkat
Urgensi/Urgency (U)
Tingkat
Keseriusan/Seriousnes
(S)
Tingkat
perkembangan /
Growth (G)
Total

Cara menggunakan/ mengisi matriks


a. Tentukan nilai untuk setiap kriteria, misalnya ditetapkan 1-5
b. Tingkatkan urgensi (U) : masalah yang sangat mendesak untuk segera ditanggulangi,
mendapatkan nilai yang lebih tinggi
c. Tingkat keseriusan (S) : Masalah yang perlu penanganan serius dan apabila tidak
diatasi akan semakin memprihatinkan/akibat semakin buruk, mendapatkan nilai yang
lebih tinggi.
d. Tingkat perkembangan (G) Masalah yang apabila tidak ditanggulangi akan semakin
meluas, mendapatkan nilai yang lebih tinggi
e. Hasil penilaian (Total): Nilai U x SxG.
f. Buat urutan prioritas berdasarkan urutan Nilai Total dan yang terbesar sampai
terkecil.

Kerjakan Latihan 4.
Menentukan Urutan Prioritas

Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok
o Buatlah nomor untuk setiap masalah yang terindetifikasi (misal masalah 1 :
Program…dst)
o Tentukan metode penentuan prioritas masalah yang dipilih oleh tim. (misalnya
metode kriteria USG
o Buatlah matriksnya. (lihat contoh matriks pada halaman 174). Buatlah kolom
masalah, Sejumlah masalah yang teridentifikasi
o Isilah nilai setiap kriteria dan setiap masalah dengan cara:
- Setiap anggota ketompok diminta untuk memberi nilai untuk kriteria (U) dan masalah 1,
kemudian dibuat reratanya. Nilai Rerata diisi pada masalah 1. Lakukan hal yang sama
untuk nilai kriteria (K) untuk masalah lainnya (masalah 2 dstnya)
- Untuk mengisi nilai kriteria (S), lakukan juga hal yang sama
- Demikian juga untuk nilai kriteria (G)
- Isi nilai total setiap masalah dengan perkalian nilai\ kriteria (U) x (S) x (G).
- Tuliskan urutan prioritas dari total nilai yang terbesar sampai yang terkecil
- Urutan prioritas masalah adalah:
(1)………………………………..
(2)………………………………..
(3)………………………………..

3. Merumuskan masalah
Perumusan masalah mencakup , Apa masalahnya, siapa yang terkena masalah,
Besarnya masalah, Dimana terjadinya dan Bilamana masatah itu terjadi (4W, 1H), What,
Who, When, Where, dan How Much. Contoh Rumusan Masalah.
Masih tingginya angka kematian balita akibat diare yaitu sebesar 20% di desa A, wilayah
Puskesmas), pada tahun 2006

Kerjakan Latihan 5
Merumuskan Masalah

Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok
 Masalah yang menjadi prioritas, dilakukan pengkajian
- Apa masalah tersebut?
- Siapa yang terkena?
- Berapa besar masalah tersebut (dalam jumlah nominal) dalam persen/dalam luas wilayah
yang terkena dsb)
- Dimana lokasi terjadinya?
- Bilamana kurun-waktu tertentu (musim tertentu dil)
 Buatlah datam rumusan pernyataan masalah (problem Statement) meliputi : 4W, 1 H
tersebut.

4. Mencari akar penyebab masalah.


Mencari akar penyebab masalah dapat digunakan antara lain dengan menggunakan alat/tools:
a. Diagram sebab akibat (Diagram Ishikawa) atau sering juga disebut diagram tulang ikan
b. Pohon Masalah ( problem tree)

Contoh pen ggunaan Diagram ishikawa.


Masalah: Cakupan persalinan tenaga kesehatan rendah (mis 40 %)
Langkah langkah:
1) Tuliskan masalah pada tulang ikan
2) Buat garis mendatar dengan panah menyentuh kepala ikan
3) Tetapkan kategori utama penyebab utama
4) Buat garis miring dengan anak panah kearah garis datar
5) Lakukan brainstorming dan fokuskan pada masing masing kategori sampai
mengakomodasi semua unsur dalam kategori tersebut
6) Ulangi hal yang sama pada kategori utama yang lain
7) Setelah semua ide/gagasan dicatat, lakukan klarifikasi untuk menghilangkan duplikasi,
ketidaksesuaian dengan masalah tersebut.

Mencari penyebab masalah dengan menggunakan Pohon masalah


(Problem Trees)
Langkah langkah:
1) Tuliskan masalah pada kotak dipuncak pohon masalah,
2) Buat garis vertikal menuju kotak tersebut
3) Tetapkan kategori utama dan penyebab dan tuliskan pada kotak dibawahnya dengan
arah panah menuju kekotak masalah
4) Lakukan brainstorming dan fokuskan pada masing masing kategori
5) Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama kekotak masalah masing kategori
lakukan untuk kategori utama yang lain.
6) Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat daftar sub penyebab dan
letakkan pada kotak yang ada dibawahnya.
7) Setelah semua pendapat tercatat, lakukan kiarifikasi data untuk menghilangkan
duplikasi, ketidaksesuaian dengan masalah, dll

POHON MASALAH
ANALISIS SEBAB AKIBAT
KEGIATAN:………………….

Catatan :
Untuk mengidentifikasi penyebab masalah, baik menggunakan kemungkinan
penyebab masalah dapat ditelusuri dari:
a. Input (sumber daya): manusial tenaga, jenis dan jumlah akan diagram Ishikawa
maupun pohon masalah, obat/ sarana/ fasilitas, prosedur kerja, dana dan lain-lain
b. Proses (pelaksanaan kegiatan) frekuensi, penggunaan metodel prosedur, kepatuhan
terhadap standar pelayanan, supervisi/ pembinaan dl
c. Lingkungan : kebijakan, political will dll

Buatlah kesimpulan dan hasil menenukan akar masalah tersebut


Akar penyebab masalah adalah……………
Kerjakan Latihan 6
Menentukan Akar Penyebab Masalah

Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok:
 Menentukan metode yang akan digunakan
 Tuliskan masalah prioritas yang akan ditelusuri akan penyebabnya
 Ikuti langkah-langkah dan metode yang dipilih pada halaman 176 dan 177, modul ini
 Dalam mengisi tulang ikan pada Diagram Ishikawa atau kotak-kotak pada diagram
pohon masalah, harus melibatkan semua naggota tim. Penentuannya harus
berdasarkan data! fakta. Ingat dan gunakan analisis data pada latihan 1,
 Buat kesimpulan akar penyebab masalah yaitu……

5. Menetapkan cara-cara pemecahan masalah:


Untuk menetapkan cara pemecahan masalah, dapat dilakukan dengan kesepakatan
diantara anggota tim. Bila tidak terjadi kesepakatan diantara tim dapat di kriteria
matriks. Untuk itu harus dicari alternatif pemecahannya.
Contoh:
Tabel Cara Pemecahan Masalah.
No Prioritas Penyebab Alternatif Pemecahan Ket
Masalah Masalah Pemecahan Masalah
Masalah Terpilih
1
2
3
4
dst

Cara pengisian tabel, sebagai berikut


a. Prioritas masalah ditulis sesuai dengan hasil urutan
b. Penyebab masalah ditulis berdasarkan hasil mencar
c. Alternatif pemecahan masalah diperoleh berdasarkan prioritas masalah
akar penyebab masalah hasil brainstorming anggota tim, tentang alternatif pemecahan
masalah yang diusulkan, ada beberapa alternatif
d. Pemecahan masalah terpilih dapat di peroleh melalui hasil kesepakatan anggota tim atau
menggunakan matriks USG, metode MCUA dan lain-lairn.

RUK, sebagai program hash analisis masalah. Untuk setiap prioritas masalah harus dapat
ditentukan pemecahan masalah terpilih. Pemecahan masalah terpilih akan menjadi bahan
penyusunan.

Kerjakan Latihan 7
Menetapkan Cara Pemecahan Masalah

Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok
 Review hasil prioritas masalah dan akar penyebab dari setiap masalah prioritas
tersebut.
 Buat tabel cara pemecahan masalah (contoh tabel pada halaman 179)
 Lakukan brainstorming, agar setiap anggota kelompok berpartisipasi
menyampaikan usulan alternatif pemecahan masalah.
 Buat kesepakatan tentang pemecahan masalah yang terpilih, atau
penentuannya dilakukan dengan menggunakan metode matriks USG/ MCUA,
dll.
 Tuliskan hasilnya pada kotak Pemecahan Masalah Terpilih. Hasil ini akan
menjadi bahan penyusunan RUK.

D. Pengusulan Rencana Usulan Kegiatan (RUK):


Pengusulan rencana usulan kegiatan meliputi upaya kesehatan wajilb, upaya kesehatan
pengembangan dan upaya kesechatan penunjang yang meliputi:
1. Kegiatan Kegiatan tahunan yang akan datang yang meliputi kegiatan rutin,
sarana/prasarana; operasional, dan program hasil analisa masalah.
2. Kebutuhan sumberdaya berdasarkan ketersediaan yang ada pada tahun sekarang.

3. Rekapitulasi rencana usulan kegiatan dan sumberdaya yang hasil analisa masalah
dibutuhkan kedalam format RUK Puskesmas.

RUK disusun dalam bentuk matriks, dengan memperhatikan berbagai kebijakan yang
berlaku, baik kesepakatan global, nasional, maupun daerah sesuai dengan masalah yang ada
sebagai hasil dan kajian data dan informasi yang tersedia di Puskesmas
1. RUK Upaya Kesehatan Wajitb
a) Menyusun rencana usufan kegiatan upaya kesehatan wajib kedalam matriks.
b) Mengajukan rencana usulan kegiatan upaya kesehatan wajib.

Rencana ini diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mendapat pembahasan


pembiayaannya. Apabila sumber pembiayaan berasal dan non pemerintah maka diusulkan
kepada institusi yang bersangkutan.

Waktu Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan.


c.) Jadwal penyusunan rencana usulan kegiatan dijakukan dengan memperhatikan sikius
kabupaten/kota, yaitu jadwal pembahasan yangdilakukan oteh
kabupaten/kota sehingga RUK tersebut harus sudah selesai atau sudah diterima oleh Dinas
Kesehatan kabupaten/kota sebelum dilakukan pembahasan, demikian pula dengan rencana
usulan kegiatan untuk mitra kerja puskesmas.

Matriks Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib

Catatan:
 Kegiatan disi dengan kegiatan dari paket program yang diusulkan dalam upaya
mencapai tujuan program
 Tujuan disi dengan tujuan dari setiap kegiatan program
 Sasaran adalah jumlah populasi atau area diwilayah kerja yang akan dicakup
 Target adalah jumlah bagian dari sasaran/ area yang akan diberikan pelayanan
oleh Puskesmas dihitung berdasarkan faktor koreksi kondisi geografis, jumlah
sumber daya dan target pasar serta pencapaian tahun lalu
 Besar biaya mengacu pada peraturan daerah yang ada
 Sumber pembiayaan dapat berasal dari pemerintah, swasta, masyarakat atau
pendapatan fungsional Puskesmas.

2. RUK Upaya Kesehatan Pengembangan


a) Identifikasi Upaya Kesehatan Pengembangan

Telah disebutkan bahwa upaya pengembangan dapat dipilih dari daftar upaya
kesehatan Puskesmas yang telah ada atau dapat berupasehatan yang
dikembangkan sesuai dengan kesehatan yang terjadi diwilayah kerja Puskesmas
diantaranya bisa berasal dan hasil analisis Puskesmas, seperti hasil analisis
berdasarkan 1, 3, 5, 9 dan 11.
Apabila Puskesmas mempunyal kemampuan, identifikasi masalah dilakukan
bersama sama masyarakat (kesehatan kecamatan/Badan penyantun Puskesmas
melalui pengumpulan data secara langsung di lapangan (Survei mawas diri).
Tetapi apabila kemampuan itu tidak dimiliki oleh Puskesmas, maka identifikasi
dilakukan melalui kesepakatan kelompok oleh petugas Puskesmas dengan
melibatkan konsil kesehatan kecamatan/ badan penyantun Puskesmas.

Dari hasil identifikasi ini kemungkinan akan muncul usulan Puskesmas yang
sangat beragam. Dengan pertimbangan kondisi sumberdaya yang ada, baik tenaga,
sarana maupun biaya, maka perlu dibuat penyusunan prioritas Apabila Puskesmas
belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan tersebut tetapi
telah menjadi kebutuhan masyarakat setempat maka dinas kesehatan
kabupaten/kota yang wajb menyelenggarakannya.
b) Menyusun RUK Upaya Kesehatan Pengembangan kedalam matriks

Matriks Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Pengembangan

Pada dasarnya pengisian matriks sama dengan pengisian matriks R.U.K. Upaya
Kesehatan Wajib.

c) Mengajukan RUK kegiatan Upaya Kesehatan Pengembangan RUK upaya


kesehatan pengembangan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
bersama sama dengan RUK upaya kesehatan wajib. RUK mi dapat juga diusulkan
kepada pihak pihak non pemerintah Puskesmas dapat melibatkan potensi yang ada
diwilayahnya untuk ikut serta dalam pembiayaan
tersebut. Penggalangan dana dapat ditakukan kepada masyarakat, perusahaan,
swasta, atau LSM melalui advokasi dan sosialisasi rencana kegiatan yang telah
disusun sehingga dapat dipahami oleh masyarakat dan mitra kerja Puskesmas.
Potensi lainnya dapat pula berasal dari pendapatan fungsional Puskesmas
pembiayaan lainnya.

Kerjakan Latihan 8.
Menyusun RUK

Petunjuk Latihan
1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas
2. Kegiatan dalam kelompok:
 Pelajari format RUK (matriks RUK)
 Susunlah RUK Upaya Kesehatan Wajb menggunakan matriks tersebut. Gunakan hasil
analis data dan informasi Puskesmas, serta hasil langkah-langkah pemecahan masalah
 Identifikasi Upaya Kesehatan Pengembangan yang akan dilaksanakan di Puskesmas
saudara. asil alisis data format 1,3,5,9 dan 11, dapat membantu dalam menentukan
Upaya Pengembangan, atau berdasar hasil SMD dll
 Susunlah RUK Upaya Kesehatan menggunakan matriks (contoh matriks pada
halaman 184)
 Gabunglah RUK Upaya kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan seba
Rencana Tahunan Puskesmas

E. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).


Tahap ini merupakan pelaksanaan upaya kesehatan wajib upaya kesehatan
pengembangan, upaya kesehatan penunjang maupun upaya inovasi dilaksanakan bersama
terpadu dan terintegrasi sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu
keterpaduan.
Langkah langkah.
1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang telah disetujui
2. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan rencana usulan kegiatan (RUK)
yang diusulkan dan situasi saat penyusunan RPK
3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan serta
sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi pelaksanaarn
4. Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas kesepakatan RPK
5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.

N Upaya K Sasara Targe Vol Rincian Tenaga Jadwa Biay


o Kesehatan e n t Ke Pelaksanaa Pelaksanaa l a
g g n n
1 Promkes
2 Kesling
3 KIA/KB
4 Perb
5 P3M
6 Pengobatan
7 …………….

Catatan:
No 7 dan seterusnya diisi dengan jenis upaya kesehatan pengembangan yang diusulkan

TAHAP-TAHAP PERENCANAAN TINGKAT PUSKESMAS

Dengan demikian Puskesmas sekarang memiliki rencana tahunan pusskesmas,


Meliputi:
a. Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya kesehatan
Pengembangan untuk 1 tahun
b. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan
Pengembangan untuk 1 tahun
MENGELOLA LOKAKARYA MINI PUSKESMAS
A. KONSEP LOKAKARYA MINI
1. Pengertian Lokakarya Mini
Lokakarya mini di Puskesmas dapat dibedakan 2 hal, yaitu Lokakarya Mini Bulanan
dan lokakarya Tribulan, dimana tujuan dan dua macam Lokakarya berbeda satu
sama lainnya Lokakarya Mini Bulanan adalah suatu kegiatan pertemuan intern
Puskesmas dalam rangka pemantauan hasil keria petugas Puskesmas dengan cara
membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil
kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan daridaerah binaan dengan
targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya menjadi Lokakarya
Mini tribulan adalah suatu kegiatan pertemuan lintas sektor secara tribulan dalam
rangka mengkaji hasil kegiatan kenjasama lintas sektor dan tersusunnya rencana
kerja tribulan berikutnya.

2. Tujuan Lokakarya Mini


Tujuan umum Lokakarya Mini adalah meningkatkan fungsi Puskesmas melalui
penggalangan kerjasama Tim baik intas program maupun lintas sektor serta
terlaksananyakegiatan Puskesmas sesuai dengan perencanaan.
Adapun tujuan khusus lokakarya mini di Puskesmas adalah:
 Tergalangnya kerjasama tim balik lintas program maupun lintas sektor
 Terpantaunya hasil kegiatan Puskesmas sesuai dengan perencanaan
 Teridentifikasinya masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas
 Teridentifikasinya penyebab masalah serta diupayakannya pemecahan masalah
 Tersusunnya rencana kerja untuk periode selanjutnya

3. Konsep Lokakarya Mini.


Sesuai dengan sistem Kesehatan Nasional tahun 2004 bahwa Puskesmas
merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama. Adapun fungsi
Puskesmas ada tiga, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat
dan keluarga serta sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Dalam melaksanakan kegiatannya puskesmas mengacu pada 4 azas
penyelenggaraan yaltu: wilayah kerja, pemberdayaan masyarakat, keterpaduan
dan rujukan Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan
program kegiatannya, untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen yang
baik. Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja
secara sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta
pengendalian, pengawasan dan penilaian.

Penerapan manajemen penggerakan bentuk forum pertemuan yang dikenal dengan


lokakarya mini.

4. Ruang Lingkup Lokakarya Mini


Pada dasarnya ruang lingkup Lokakarya Mini hal pokok yaitu:
a. Lokakarya Mini Lintas Program
Memantau pelaksanaan kegiatan berdasarkan perencanaan dan memecahkan masala
yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru
Pertemuan tersebut bertujuan:
 Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk puskesmas
pembantu dari Bidan Desa
 Mendapatkan kesepakatan untuk metaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan
yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan ( RPK)
 Meningkatkan motivasi petugas puskesmas untuk dapat melaksanakan kegiatan sesuai
dengan perencanaan
 Mengkaji Perlaksanaan REncana Kerja (RPK) yang telah disusun, memecahkan
masalah yang Terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam uk rencana kerja yang
baru.

b. Lokakarya Mini Lintas Sektor


Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor
yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan.

Pertemuan dilaksanakan untuk:


 Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan
mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
 Mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahkan masalah yang terjadi serta
menyusun upaya pemecahan dalam bentuk kerjasama.

B. LOKAKARYA MINI BULANAN PUSKESMAS

1. Tujuan Lokakarya Mini Bulanan


a. Tujuan Umum
Terselenggaranya lokakarya bulanan intern Puskesmas dalam rangka
pemantauan hasil kerja petugas puskesmas dengan cara membandingkan rencana
kerja bulan lalu dan setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan membandingkan
cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta tersusunnya rencana
kerja bulan berikutnya.
b. Tujuan Khusus
1) Diketahuinya hasil kegiatan puskesmas bulan lalu
2) Disampaikannya hasil rapat dan kabupaten/kota kecamatan dan berbagai kebijakan
serta program
3) Diketahuinya hambatan/masalah pelaksanaan kegiatan bulan lalu.
4) Dirumuskannya cara pemecahan masalah
5) Disusunnyarencana kerja bulan baru

2. Tahapan Lokakarya Mini Bulanan


Ada 2 tahapan lokakarya mini bulanan yaitu
a. Lokakarya Mini Bulanan Pertama
b. Lokakarya Mini Bulanan Rutin

3. Lokakarya Mini Bulanan Yang Pertama


a. Pengertian dan tujuan
Lokakarya Mini Bulanan yang pertama Lokakarya penggalangan tim
diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat terencana kegiatan
Puskesmas (RPK). Penorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggung
jawab dan pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh
program kerja dan wilayah Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada seluruh
petugas puskesmas, dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya.
b. Pelaksanaan Lokakarya mini bulanan yang pertama adalah sbb:
1) Masukan
a) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran, tanggung
jawab staf dan kewenangan puskesmas
b) Informasi tentang kebUakan, program dan konsep baru berkaitan dengan
puskesmas
c) Informasi tentang tata cara penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action)
Puskesmas

2) Proses
a) inventerisasi kegiatan puskesmas termasuk kegiatan lapangan/daerah binaan
b) Analisis beban kerja tiap petugas
c) Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan
d) Penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action) Puskesmas tahunan berdasarkan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas (RPKP)

3) Keluaran
a) Rencana Kegiatan (Plan Of Action POA) Puskesmas tahunan
b) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA
c) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan

c. Penyelenggaraan lokakarya mini bulanan pertama


Setelah dipahami tujuan dan lokakarya dan dan tahapan kegiatan tersebut diatas,
dapat diketahui materi yang akan diberikan/dibahas, maka selanjutnya untuk dapat
menyelenggarakan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pengarah: Kepala Puskesmas
2) Peserta
Seluruh petugas Puskesmas, termasuk petugas Puskesmas Pembantu dan Bidan di
Desa
3) Waktu pelaksanaan Lokakarya mini bulanan disesuaikan dengan kondisi dan
situasi Puskesmas serta kesepakatan dengan Dinas Kesehatarn Kabupaten/Kota.
Misalnya pada awal bulan atau hari sabtu minggu pertama atau hari lain yang
dianggap tepat.Demikian halnya dengan waktu penyelenggaraan diatur oleh
Puskesmas, misalnya penyelenggaraan pada jam 10.00 sampai 15.00 Prinsip yang
harus dipegang adalah bahwa Lokakarya mini bulanan dilaksanakan dengan
melibatkan seluruh petugas puskesmas taftis mengganggu aktivitas pelayanan
serta tercapai tujuan.

4) Tempat
Diupayakan agar lokakarya mini diselenggarakan di puskesmas, apabila apa
memungkinkan dapat menggunakan tempat lain yang lokasinya berdekatan
dengan puskesmas. Ruang yang dipakai hendaknya cukup untuk menampung
semua peserta.
5) Acara
Pada dasamya susunan acara Lokakarya Mini bulanan bersifat dinamis, dapat disusun
sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan waktu dan kondisi Puskesmas setempat.

Lokakarya Mini adalah sbb


a. Persiapan
 Penentuan dan pemberitahuan tentang waktu adalah (Hari, Tanggal, Jam)
 Penyiapan tempat berbentuk tapal kuda atau huruf "U"
 Penyiapan peralatanpapan tulis, kertas fiipchart, spidol
 Membuat visualisasi RPK, dan atau penggandaan format RPK yang sudah terisi untuk
tahun yang sedang berjalan.
 Formulir POA puskesmas
 Formulir rencana kerja bulanan.

b. Pelaksanaan
 Kepala Puskesmas/ Pimpinan rapat membuka dan menyampaikan tujuan serta agenda
lokakarya mini bulanan pertama ini
 kondusif diantara semuastaf puskesmas. Metode yang dapat di gunakan oleh setiap
orang diantara nya adalah : Brainstorming ,yaitu minta setiap orang secara bergiliran
menyampaikan apa pendapat/perasaannya selama pelaksanaan kegiatan tahunan yang
lalu apakah sudah merasa puas? Atau metode Buzgroup yaitu minta berpasangan dua
orang dulu saling bercerita perasaan/pengalaman yang paling terkesan selama
pelaksanaan kegiatan tahun lalu,kemudian bergabung empat-empat orang,kemudian
berdelapan sampai terdengar suasana riuh.
 Penjelasan tentang RPK oleh kepala puskesmas/pimpinan rapat
Beri waktu untuk tanya jawab

 Penjelasan apabila ada program baru untuk tahun yang sedang berjalan.
Berdasarkan RPK,disusun POA puskesmas satu tahun tersebut,menggunakan format

POA yang sudah biasa di pakai oleh puskesmas.

 Pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana pelaksanaan kegiaan


puskemas,yaitu dengan menentukan para penanggung jawab dan pelaksana kegiatan
puskesmasyaitu dengan menentukan para penanggung jawab dan pelaksana untuk
setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja. Dalam hal ini dilakukan
analisis beban kerja secara praktis dan sederhana, yaitu :
- Intervensi seluruh program kerja dan kegiatan serta wilayah kerja.

- Intervensi seluruh petugas puskesmas dan kemampuan yang dimilikinya

- Bagi habis seluruh program kerja dan kegiatan serta wilayah kerja kepada

seluruh petugas puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan dan

beban kerja yang merata. Hasilnya berupa matriks pemabagian tugas/beban

kerja dan wilayah kerja/daerah binaan. Contoh matriks

NO Nama Petugas Program Kegiatan Sasaran Target Lokasi


Kegiatan

 Kepala puskesmas /pimpinan rapat memfasilitasi tercapainya kesepakatan untuk


melaksanakan POA ada beberapa cara yaitu :
- Melakukan ikrar bersama secara lisan.
- Membuat ikrar tertulis yang ditand tangani semua petugas.
- POA dilampiri dengan pernyataan semua petugas untuk melaksanakannya.
1. Lokakarya Mini Bulanan Rutin
a. Pengertian dan tujuan
Lokakarya bulanan puskesmas ini di selenggarakan sebagai tindak lanjut

dan lokakarya mini bulanan yang pertama. Lokakarya bulanan rutin ini

dilaksanakan untuk membantu pelaksanaan POApuskesmas ,yang

dilakukan setiap bulan secara teratur. Penanggung jawab

penyelenggaraan lokakarya mini bulanan adalh kepala puskesmas,yang

dalam pelaksanaannya di bantu staff puskesmas dengan mengadakan

rapat kerja seperti biasanya. Focus utama lokakarya mini bulanan rutin

adalah : ditekankan kepada masalah pentingnya kesinambungan arah

dan kegiatan antara hal-hal yang di rencanakan,pelaksaan seta

hasilnya,agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat

berhasilguna dan berdaya guna.

b. Pelaksanaan lokakarya mini bulanan rutin


Pelaksanaan lokakarya mini bulanan rutin puskesmas adalah sebagai

berikut :

1) Masukan
a) Laporan hasil kegiatan bulan lalu
b) Informasi tentang hasil rapat di kabupaten /kota
c) Informasi hasil rapat di kecamatan
d) Informasi tentang kebijakan,program dan konsep baru
2) Proses
a) Analisis hambatan dan masalah,antara lain dengan
menggunakan PWS
b) Analisis sebab masalah,khusus untuk mutu dikaitkan dengan
kepatuhan terhadap standar pelayanan
c) Merumuskan alternative pemecahan masalah
3) Keluaran
a) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
b) Rencana kerja bulanan yang baru
c. Penyelenggaraan lokakarya mini bulanan rutin
1) Pengarah : Kepala Puskesmas
2) Peserta
Seluruh petugas Puskesmas,termasuk petugas Puskesmas Pembantu

dan Bidan di Desa

3) Waktu
Waktu pelaksanaan Lokakarya mini bulanan di sesuaikan dengan

kondisidan situasi Puskesmas serta kesepakatan dengan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Misalnya pada awal bulan atau hari

sabtu minggu pertama atau hari lain yang dianggap tepat.

Demikian halnya dengan waktupenyelenggaraan diatur oleh

puskesmas ,misalnya penyelenggaraan pada jam 10.00 sampai

15.00. Prinsip yang harus di pegang adalah Lokakarya mini

bulanan dilaksanakan dengan melibatkan seluruh petugas

Puskesmas tanpa mengganggu aktivitas pelayanan serta dapat

tercapai tujuan.

4) Tempat
Di upayakan agar Lokakarya mini dapat di selenggarakan di

Puskesmas, apabila tidak memungkinkan dapat menggunakan

tempat lain yang lokasinya berdekatan dengan Puskesmas. Ruang

yang di pakai hendkanya cukup untuk menampung semua peserta.

5) Acara
Seperti halnya susunan acara lokakarya mini bulanan pertama, susunan

bersifat dinamis disusun dengan kebutuhan,ketersedian waktu dan

kondisi Puskesmas setempat. Lokakarya mini bulanan rutin pada

dasarnya adalah pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan bulan


yang lalu dan penyusunan rencana kerja bulan yang akan datang.

Sebagai contoh, susunan acara :

a. Persiapan meliputi :
 Penentuan dan pembertahuan tentang waktu
(Hari,tanggal,jam)
 Penyiapan tempat,berbentuk tapal kuda/huruf “U”
 Penyiapan peralatan : papan tulis,kertas flipchart,dan
spidol
 Membuat visualisasi hasil kegiatan bulan
lalu,bandingkan dengan target bulanan. Sebaiknya
dengan penanggung jawab membuat visualisasi PWS,
atau bentuk lain yang akan memudahkan peserta rapat
memahaminya
 Formulir penyusunan rencana kerja bulanan
 Notulen hasil rapat di kecamatan atau dinas kesehatan
yang harus di informasikan dan ditindak lanjuti.

b. Pelaksanaan
 Kepala Puskesmas/pimpinan rapat membuka
,menyampaikan tujuan dan agenda rapat.
 Pada 5-10 menit pertama lakukan dialog terbuka untuk
semua anggota rapat untuk memotivasi dan
menumbuhkan suasana akrab dan harmonis.
 Kepala Puskesmas/Pimpinan rapat menyampaikan
tentang hasil rapat sebelumnya di kecamatan dan dinas
kesehatan,peserta apabila ada,program baru yang perlu
di informasikan kepada peserta rapat. Beri waktu untuk
Tanya atau klarifikasi. Buat kesimpulan apabila ada hal-
hal yang perlu ditindak lanjuti
 Melakukan inventarisasi kegiatan bulan lalu. Pimpinan
rapat memfasilitasi penyampaian kegiatan bulan lalu
oleh asing-masing penanggung jawab program. Pada
intinya penyampaian tentang pencapaian target buln
tersebut menggunakan formulir target cakupan,trend
pencapian (dengan menggunakan grafik PWS). Beri
kesempatan Tanya jawab atau klarifikasi,sesuai dengan
waktu yang tersedia.
 Melakukan analisis masalah dan pemecahan. Pimpinan
rapat memfasilitasi para penanggung jawab dan
pelaksana program untuk mengidentifikasi
masalah,penyebab,dan cara mengatasinya. Dapat di
gunaka formulir analisis masalah,penyebab masalah dan
cara pemecahannya.
 Hasil analisis masalah tersebut, dapat di gunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana
kerja bulan yang akan datang (yang dihadapi)
 Melakukan penyusunan kegiatan dan pembagian tugas
bulan yang akan datang.
Rencana kegiatan berdasarkan :

- Target yang harus di capai bulan mendatang


- Target yang tercapai bulan lalu
- Hasil analisis masalah
Tuangkan dalam format rencana kerja bulanan pemabgian

tugas bulan yang lalu, dengan pertimbangan beban

tugas bulan yang lalu akan datang serta analisis

masalah. Kemungkinan ada masalah di desa tertentu

pula untuk pemecahannya.

 Kepala Puskesmas Pimpinan rapat memfasilitasi


terjadinya kesepakatan terjadinya kesepakatan bersama
untuk melaksanakan rencana kerja baru tersebut.

Kerjakan Penugasan 1.Diskusi Kelompok

PENUGASAN 1
DISKUSI KELOMPOK
PETUNJUK DISKUSI :
1. Tugas dibagi menjadi menjadi 3 kelompok (kelompok 1,2,dan 3)
2. Tugas kelompok :
- Kelompok 1,mendiskusikan Ruang Lingkup dan tujuan lokakarya mini
- Kelompok 2,mendiskusikan tujuan,tahapan kegiatan serta penyelenggaraan
lokakarya mini bulanan
- Kelompok 3,mendiskusikan tujuan,tahapan kegiatan serta penyelenggaraan
lokakarya mini tribulan lintas sector
3. Masing-masing kelompok untuk merumuskan hasil diskusi nya dikertas
transparan atau membuat power poin untuk persentasi
4. Waktu diskusi kelompok : 30 menit
5. Waktu Persentasi setiap kelompok mempresentasikan hasilnya selama 20
menit untuk tanggapan hasil kelompok lainnya. Jadi waktu persentasi total
setiap kelompok menghabiskan waktu 30 menit.
6. Fasilitator memberikan masukan 5 menit pada setiap kelompok
7. Pembulatan fasilitator 15 menit.

Waktu keseluruhan untuk diskusi dan persentasi serta pembulatan fasilitator : 140

menit.

Kerjakan penugasan 2 dan 3. Bermain peran/role

playing lokakarya mini bulanan yang pertama

dan rutin
PENUGASAN 2

BERMAIN PERAN/ROLE PLAYING LOKAKARYA MINI BULAN

PERTAMA

PETUNJUK :

1. Buatlak kelompok sebanyak 10 orang,dengan cara mengambil 3 orang dari


kelompok 1,3 orag dari kelompok 2 dan 4 orang dari kelompok 3 untuk
melakukan role playing bagaimana melaksanakan Lokakarya Mini Bulanan
Pertama Puskesmas. Tunjukah observer dari setiap kelompok 2 orang (2x3
kemlompok = 6 orang yang jadi observer)
2. Dari 10 orang tersebut berperan sebagai berikut :
1 orang sebagai Kepala Puskesmas

1 orang sebagai Dokter Puskesmas

1 orang sebagai Koordinator Bidan

1 orang sebagai Perawat

1 orang sebagai Sanitarian

1 orang sebagai Tenaga Gizi

1 orang sebagai Tenaga Obat

1 orang Pengelola Keuangan


1 orang Pengelola Laporan

1 orang sebagai Kepala Puskesmas

1 orang sebagai TU Puskesmas

Waktu Role Playing 45 menit

3. Skenario
Setiap orang dalam kelompok mempelajari dengan seksama penyelenggaraan

lokakarya mini bulanan rutin pada halaman 8 terutama butir acara. Ikuti

langkah-lankahnya sampai menghasilkan :

 Pembagian tugas/beban kerja dan wilayah kerja/daerah binaan


 Kesepakatan POA
4. Setelah selesai ,fasilitator menggali semua peserta tentang perasaaannya
selama melakukan role playing,pengalamannya serta hambatan yang
dirasakan. Waktu 10 menit
5. Setelah selesai menggali semua peserta role playing kemudian fasilitator
memberikan ksempatan kepada 6 orang observer untuk menyampaikan
hasilobservasinya kepada floor. Waktu selama 15 manit
6. Kementator umum dari fasilitator tetang jalannya role playing 15 menit.

Waktu keseluruhan dalam penugasan 2:90 menit

PENUGASAN 3

BERMAIN PERAN/ROLE PLAYING LOKAKARYA MINI BULAN

RUTIN

PETUNJUK :

1. Buatlah kelompok sebanyak 10 orang dengan cara mengambil 3 orang dari


kelompok 1, 3 orang dari kelompok 2 dan 4 orang dari kelompok 3 untuk
melakukan bagaimana melaksanakan lokakarya mini bulanan rutin puskesmas.
Tunjuklah observer dari setiap kelompok 2 orang (2x3 kelompok = 6 orang
yang jadi observer)
2. Dari 10 orang tersebut berperan sebagai berikut :
1 orang sebagai Kepala Puskesmas

1 orang sebagai Dokter Puskesmas

1 orang sebagai Koordinator Bidan


1 orang sebagai Perawat

1 orang sebagai Sanitarian

1 orang sebagai Tenaga Gizi

1 orang sebagai Tenaga Obat

1 orang Pengelola Keuangan

1 orang Pengelola Laporan

1 orang sebagai Kepala Puskesmas

1 orang sebagai TU Puskesmas


Waktu Role Playing 45 menit

3. Skenario
Setiap orang dalam kelompok mempelajari dengan seksama penyelenggaraan

lokakarya mini bulanan rutin pada halaman 8 terutama butir acara. Ikuti

langkah-lankahnya sampai menghasilkan :

Pembagian tugas/beban kerja dan wilayah kerja/daerah binaan


Kesepakatan POA
4. Setelah selesai ,fasilitator menggali semua peserta tentang perasaaannya
selama melakukan role playing,pengalamannya serta hambatan yang
dirasakan. Waktu 10 menit
5. Setelah selesai menggali semua peserta role playing kemudian fasilitator
memberikan ksempatan kepada 6 orang observer untuk menyampaikan
hasilobservasinya kepada floor. Waktu selama 15 manit
6. Kementator umum dari fasilitator tetang jalannya role playing 15 menit.

Waktu keseluruhan dalam penugasan 3:90 menit

C. LOKAKARYA MINI TRIBULAN LINTAS SEKTOR

1. Tujuan Lokakarya mini Tribulan Lintas Sektor


a. Tujuan Umum
Terselenggaranya lokakarya tribulan lintas sector dalam rangka mengkaji hasil

kegiatan kerjasama lintas sector dan tersusunnya rencana kerja tribulan

berikutnya.
b. Tujuan Khusus
1. Dibahas dan dipecahkan secara bersama (Lintas Sektor masalah dan hambatan
yang di hadapi)
2. Dirumuskan mekanisme/rencana kerja lintas sektoral yang baru untuk tribulan
yang akan datang

2. Tahapan Kegiatan Lokakarya Mini Tribulan Lintas Sektor


Lokakarya mini tribulan lintas sector dilaksanakan dalam dua tahap yaitu :

a. Lokakarya Mini tribulan yang pertama


Lokakarya mini tribulan yang pertama merupakan lokakarya penggalangan

tim,diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian

Pengorganisasian dilaksanakan untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan

sektoral yang terkait dengan kesehatan

Pengorganisasian dilaksanakan untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan

sektoral yang terkait dengan kesehatan

Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggung jawab dan

pelaksana setiap kegiatan serta untuk suatu wilayah kerja. Seluruh program kerja

dan wilayah kerja kecamatan dilakukan pemabgian habis kepada seluruh sektor

terkait,dengan mempertimbangkan kewenangan dan bidang yang dimilikinya.

b. Lokakarya mini tribulan rutin


Sebagaimana lokakarya bulanan puskesmas,maka lokakarya bulanan lintas sektor

merupakan tindak lanjut dan lokakarya penggalangan kerjasama lintas sektor yang

telah dilakukan dan selanjutnya dilakukan tiap tribulan secara tetap

3. Pelaksanaan Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama dan Tribulan Rutin

a. Pelaksanaan Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama


1) Masukan
a) Penggatangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok
b) Informasi tentang program lintas sektor
c) Informasi tentang program kesehatan
d) Informasi tentang kebijakan,program dan konsep baru
2) Proses
a) Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor
b) Analisis masalah peran bant dan masing-masing sektor
c) Pembagian peran dan tugas masing-masing
3) Keluaran
a) Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung program
kesehatan
b) Rencana kegiatan masing-masing sektor

c. Pelaksanaan Lokakarya Mini Tribulan Rutin


Penyelenggaraan dilakukan oleh Camat dan Puskesmas di bantu sektor terkait di

kecamatan. Lokakarya Tribulan Lintas sektor dilaksanakan sebagai berikut :

1) Masukan
a) Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan dukungan sektor
terkait
b) Intervensi masa hambatan dan masing-masing sektor dalam
c) Pelaksanaan program kesehatan
d) Pemberian informasi baru
2) Proses
a) Analisis hambatan dan masa pelaksanaan program kesehatan
b) Analisis hambatan dan masa dukungan dan masing-masing sektor
c) Merumuskan cara menyelesaikan masalah
d) Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk tribulan baru

4. Penyelenggara Lokakarya Mini Tribulan Lintas Sektor


a. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama
1) Persiapan
Sebelum Lokakarya dilaksanakan perlu diadakan persiapan yang meliputi :

a) Pendekatan kepada camat


1. Memimpin lokakarya dengan menjelakan acaranya
2. Mengkoordinasikan sektor-sektor agar menyajikan lapora kegiatan
dan pembinaan
3. Mempersiapkan tempat penyelenggaraan lokakarya
b) Puskesmas melaksanakan
1. Pembuatan visualisasi hasil-hasil kegiatan dalam bentuk yang
mudah di pahami oleh sektor antara lain dalam bentuk PWS
2. Persiapan alat-alat tulis kantor dan formulir kerja tribulan lintas
sektor
3. Persiapan catatan hasil kesepakatan yang lalu dan instruksi/surat-
surat yang berhubungan dengan peran serta masyarakat yang
berkaitan dengan sektor kesehatan
4. Penugasan salah seorang staff untuk membuat notulen lokakarya
5. Pembuatan surat-surat undangan lokakarya untuk ditanda tangani
camat

2) Peserta
Lokakarya mini tribulan lintas sektor di pimpin oleh camat,adapun peserta

lokakarya mini tribulan adalah sbb :

a) Dinas kesehatan kabupaten /kota


b) Tim penggerak PKK kecamatan
c) Puskesmas di wilayah kecamatan
d) Staff kecamatan antara lain sekretaris kecamatan,unit lain yang terkait
e) Lintas sektor di kecamatan antara lain : Pertanian, agama, pendidikan
,BKKBN, Sosial
f) Lembaga/Organisasi kemasyarakatan antara lain : TPPKK
kecamatan,BPP/BPKM/Council Kesehataan kecamatan (apabila sudah
terbentuk)

3) Waktu
Lokakarya mini tribulan lintas sektor yang pertama di selenggarakan pada

bulan pertama tahun anggaran berjalan.Adapun waktu penyelenggaraan

disesuaikan dengan kondisi setempat. Yang perlu di jadikan pertimbangan

ada diupayakan agar seluruh peserta dapat menghadiri lokakarya

4) Tempat
Tempat penyelenggaraan lokakarya mini tribulan lintas sektor adalah

kecamatan atau di tempat lain yang di anggap sesuai

5) Acara
Lokakarya ini di selenggarakan dalam waktu kurang lebih 4 jam. Secara

umum jadwal acara lokakarya mini tribulan yang pertama aadalah sebagai

berikut :
 Pembukaan oleh camat
Kemungkinan puskesmas harus mempersiaokan bahan sabutan

camat

 Dinamika kelompok
Pada lokakarya mini tribulan yang pertama perlu di lakukan

dinamisasi atau bina suasana dalam raagka menggalang tim agar

termotivasi untuk saling membantu kerjasama dalam program

yang bermanfaat bagi masyarakat di wilayah kecamatan.

Puskesmas harus mempersiapkan diri untuk acara ini, bisa fasilitas

oleh ptugas PKM puskesmas,atau minta bantuan dan petugas

promkes dinas kabupaten/kota

 Penyampaian kegiatan masing-masing sektor dalam


mengembangkan peran serta masyaakat termasuk di bidang
kesehatan
 Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor. Setiap
perwakilan sektor menyampaikan apa saja bentuk peran bantu
untuk mendukung upaya kesehatan,apakah dalam bentuk :
keterlibatan tenaga,fasilitas (sarana,penggerakan/pemberdayaan
masyarakat,kegiatan yang dapat di integrasikan dll. Hasil
inventarisasi sebaiknya di tuliskan di papan tulis/kertas flipchart.
Dapat di gunakan matriks berikut :

No Sektor/Unit Penanggung jawab (orang) Bentuk keterlibatan dalam hal


:

 Apabila sudah sepakat dengan peran/keterlibatan tersebut,kemudian camat memimpin


untuk pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing sektor. Bisa berupa
tanggung jawab untuk program tertentu dan untuk lokasi tertentu
 Merumuskan rencana kerja 3 bulan kepala puskesmas bersama-sama sektor-sektor
lain,merumuskan kerja 3 bulan,sehingga jelas program/upaya kesehatan apa,sektor
apa saja yang terlibat,apa peran dan tanggung jawab,dimana,kapan. Dapat dibuat
dalam satu matriks :

Rencana Kerja Tribulan Lintas Sektor


Bulan…Bulan…Bulan…

Contoh Matriks

No Program Kegiatan Sektor Peran Tanggung Lokasi Waktu


Keterlibatan Jawab

 Camat memimpin untuk mencapai kesepakatan tentang rencana kerja tribulan tersebut
serta kesepakatan untuk melaksanakannya. Kemudian menutup acara lokakarya mini
triibulan lintas sektor
Catatan

Petugas puskesmas mencatat semua hasil lokakarya mini sejak awa sampai selesai rapat

tersebut

b. Penyelenggaraan Lokakarya Mini Trbulan Rutin


1) Persiapan
Pada prinsipnya sama dengan persiapan penyelenggaraan lokakarya mini tribulan

yang pertama

2) Peserta
Pada prinsipnya peserta lokakarya mini tribulan adalah sama,baik pada lokakarya

tribulan yang pertama maupun rutin

3) Waktu
Setelah di selenggarakan lokakarya mini tribulan yang pertama ,selanjutnya secara

rutin dilakukan setiap 3 bulan sekali

4) Tempat
Lokakarya mini tribulan di koordinasi oleh camat karena itu tempat sebaiknya di

kecamatan atau tempat lain yang di anggap sesuai

5) Acara
 Pembukaan oleh camat. Kemungkinan puskesmas harus mempersiapkan
bahan sambutan camat.
 Penyampaian laporan kegiatan masing-masing sektor berdasarkan rencana
tribulan yang lalu
 Kepala Puskesmas memfasilitasi identifikasi masalah hambatan yang di
hadapi masing-masing sektor. Kemudian dilakukan analisis masalah dan
hambatan tersebut
 Kepala puskesmas dan camat memfasilitasi pemecahan masalah yang harus di
lakukan
 Kepala puskesmas dan camat memfasilitasi penyusun rencana tribulan
berikutnya

Kerjakan penugasan 4. Bermain peran/role

playing lokakarya mini tribulanan

PENUGASAN 4

BERMAIN PERAN/ROLE PLAYING LOKAKARYA MINI TRIBULAN

PETUNJUK :

1. Buatlah kelompok sebanyak 10 orang yang berbeda dengan role playing


sebelumnya dengan cara mengambil 3 orang dari kelompok 1,3 orang dari
kelopok 2 dan 4 orang dari kelompok 3 untuk melakukan role playing bagaiman
melaksanakan lokakarya mini bulanan lintas sektor. Tunjuklah observer yang
berbeda dengan role playing 1 dari setiap kelompok 2 orang (2x3 kelompok =6
orang yang jadi observer)
2. Dari 10 orang tersebut berperan sebagai berikut :
1 orang sebagai Kepala Puskesmas

1 orang sebagai Dokter Puskesmas

1 orang sebagai Dinas Kesehatan Kab/Kota

1 orang dari tim Penggerak PKK

1 orang sebagai Sekertaris Camat

1 orang sebagai Petugas Pembangunan Desa

1 orang sebagai Wakil BKKBN

1 orang dari Pertanian

1 orang dari Departemen Agama

1 orang sebagai wakil dari BKKBN


Waktu Role Playing 45 menit

3. Skenario
Setiap orang dalam kelompok mempelajari dengan seksama penyelenggaraan

lokakarya mini bulanan rutin pada halaman 8 terutama butir acara.Ikuti langkah-

lankahnya sampai menghasilkan inventarisasi peran masing-masing sektor serta

kesepakatan untuk melaksanakannya.

Waktu 60 menit

4. Setelah selesai role playing. Fasilitator menggali semua peserta role playing
tentang perasaannya selama melakukan role playing,pengalamannya serta
hambatan yang di rasakan. Waktu 10 menit
5. Setelah selesai menggali semua peserta role playing,kemudian fasilitator
memberikan kesempatan kepada 6 orang observer utuk menyampaikan hasil
observasi kepada floor. Waktu 10 menit
6. Komentator umum fasilitator tentang jalannya role playing 10 menit
Waktu keseluruhan dalam acara role playing : 90 Menit

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Contoh susunan acara penyelenggaraan Lokakarya Mini yang Pertama :

JAM ACARA PENGARAH

10.00-10.30 Pembukaan Kepala Puskesmas

10.30-11.15 Dinamika Kelompok Kepala Puskesmas &


staff

11.15-12.15 Pengenalan Program Baru Kepala Puskesmas &


staff

12.15-13.15 Istirahat

13.15-14.00 POA Puskesmas Kepala Puskesmas &


staff
14.00-15.00 - Analisis Beban Kerja Kepala Puskesmas &
- Pembagian Tugas dan Daerah staff
Binaan

15.00-15.15 Kesempatan untuk melaksanakan Kepala Puskesmas


Rencana Kerja Baru

15.15-15.30 Penutupan Kepala Puskesmas &


staff

Contoh susunan acara pada Lokakarya Mini Bulanan-Rutin :

JAM ACARA PENGARAH

10.00-10.30 Pembukaan Kepala Puskesmas

10.30-11.15 Pengenalan Program Baru Kepala Puskesmas & staff

11.15-12.15 Inventarisasi Kegiatan Bulan Lalu Pimpinan Rapat

12.15-13.15 Istirahat

13.15-14.00 Analisa Masalah dan Pemecahan Pimpinan Rapat

14.00-15.00 Penyusunan Kegiatan dan Pembagian Pimpinan Rapat


tugas bulan yang akan datang

15.00-15.30 Kesepakatan Untuk Melaksanakan Kepala Puskesmas


Rencana Kegiatan Baru

15.30-15.45 Penutupan Kepala Puskesmas


Contoh susunan acara pada Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama :

JAM ACARA PENGARAH

09.00-09.15 Pembukaan Camat

09.15-10.00 Dinamika Kelompok Tim

10.00-10.15 Istirahat

10.15-11.15 Kegiatan masing-masing sektor Camat


dalam mengembangkan peran serta
masyarakat

11.15-12.15 Inventarisasi peran bantu masing- Sektor terkait


masing sektor

12.15-13.00 Istirahat

13.00-13.45 Analisa hambatan dan masalah dalam Sektor terkait


peran bantumasing-masing sektor

13.45-14.15 Pembagian masing-masing sektor Sektor terkait

14.15-14.45 Perumusan rencana kerja masing- Sektor terkait


masing dalam 3 bulan yang akan
datang

14.45-15.00 Kesepakatan dan Penutupan Camat


Contoh susunan acara pada Lokakarya Mini Tribulan Rutin :

JAM ACARA PENGARAH

10.00-10.15 Pembukaan Camat

10.15-11.15 Laporan Kegiatan Sektor Terkait Camat

11.15-11.45 Masalah/hambatan dari masing- Kepala Puskesmas


masing sektor

11.45-12.15 Analisis Masalah dan Hambatan Kepala Puskesmas

12.15-12.45 Pemecahan Masalah Kepala Puskesmas


&Camat

12.45-13.15 Rencana Kerja Tribulan Kepala Puskesmas


&Camat

13.15-13.30 Kesepakatan Pembinaan Ketua Tim Penggerak


PPK & Camat

15.15-15.30 Kesepakatan Bersama & Penutupan Camat


PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS

A. Konsep Penilaian Kinerja Puskesmas


1. Pengertian
Penilaian secara umum kegiatan mengumpulkan data dan informasi yang bersifat

factual,signifika dan relevan yang selanjutnya melakukan proses mengukur dengan

cra membandingkan hasil yang di capai dengan target atau rencana yang telah di

tetapkan,serta melakukan analisis terhadap informasi yang di dapat secara

sistematis,obyektif dan terdokumentasi,dan di akhiri dengan melakukan proses

pengambilan keputusan.

Kinerja merupakan terjemahan dan kata “Performance” dalam bahasa inggris,dan

dalam beberapa literatr juga dikenal dengan kata “Prestasi” dan “Unjuk Kerja”.

Menurut Bernardin dan Russel (1993) bahwa yang dimaksud dengan ‘Performance is

defined as the record of outcomes produced on specified job function or activity

during a specified time periode” (catatan tentang hasil-hasil yang di peroleh dan

fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.

Kinerja merupakan kondisi yang harus di ketahui dan di informasikan kepada pihak-

pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil atau instansi di hubungkan

dengan target atau rencana.

Penilaian kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian terhadap

hasil kerja/prestasi Puskesmas


5.5 PENYAJIAN DATA

Setiap data yang di peroleh dengan cara apapun, tidak akan bermanfaat dan

terbaca sebelum diolah dan disajikan, karena data yang diperoleh dari suatu

pengumpulan data terutama dari sumber primer, sifatnya masih kasar dan mentah.

Data yang sudah diolah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai perlu disajikan

dalam bentuk-bentuk yang mudah dimengerti. Data yang telah diolah sesuai

dengan tujuan yang diinginkan dapat disajikan kedalam bentuk-bentuk penyajian

data yang mudah dibaca untuk kemudian disimpulkan. Beberapa bentuk

penyajian data dapat berupah narasi , tabel, dan grafik. Semua bentuk penyajian

data harus dapat berbicara sendiri ( orang tidak bertanya dan ragu tentang data

yang disajikan) dan mudah dimengerti oleh orang lain. Bentuk-bentuk penyajian

data hanyalah sekedar alat pengungkap informasi yang masing-masing bentuk

penyajian data tersebut mempunyai kekurangan dan kelebihan dalam memberikan

informasi.

1. Penyajian Bentuk Narasi.

Penyajian dalam bentuk narasi dimaksudkan untuk memberikan suatu keterangan

tentang prosedur atau hasil suatu pelayanan. Data disajikan dalam bentuk rangkain

kalimat untuk menjelaskan kumpulan data yang diperoleh. Penyajian data bentuk ini

kurang memberikan gambaran yang tepat tentang informasi yang dimaksudkan dan

kurang efektif karena dapat membosankan pembaca

2. Penyajian bentuk tabel

Suatu tabel terdiri dari judul, kepala tabel (stub box head), badan tabel, dan

kelengkapan lainnya seperti catatan kaki, sumber data, nomor tabel, key dan

sebagainya. Penyajian data dalam bentuk tabel lebih mampu memberikan gambaran

perbandingan atau perbedaan-perbedaan dibandingkan penyajian bentuk narasi. Pada


dasarnya terdapat dua bentuk penyajian data dengan tabel, yaitu tabel distribusi

frekuensi dan tabel silang. Tabel distribusi frekuensi hanya melibatkan satu variable,

sedangkan tabel silang

(disebut juga tabel bivariate) melibatkan dua variabel yang disilangkan (variabel

pertama pada “stub” dan variabel lainnya pada “ box head” ). Selain meyajikan nilai

muntlak dari data persentase, kadang-kadang variabel terdiri dari subvariabel.

Misalnya tingkat kepuasan pasien yaitu puas, atau kurang puas, tidak puas. Berbagai

hal yang perlu diperhatikan dalam tabel silang ini antara lain :

 Tabel silang harus sesederhana mungkin, artinya lebih baik membuat lebih

dari satu tabel dari pada satu tabel silang yang rumit.

 Tabel silang harus jelas sehingga mudah dimengerti. Judul harus ada pada

setiap kolom dan baris.

 Unsur-unsur tabel yang diutarakan perlu ditunagkan dengan jelas, sehingga

pembaca mengerti apa yang disajikan dan tidak terjadi apa yang disebut tabel

mati yang tidak berbicara apa-apa. Judul tabel harus mengungkapkan tentang

“ apa, dimana, dan kapan” judul ditempatkan dibagian atas tabel. Berikut ini

dikemukakan contoh tabel distribusi frekuensi ( tabel 5.1 dan tabel 5.2 ) serta

tabel silang (tabel 5.3) sebagai berikut.


5.5 PENYAJIAN DATA

Setiap data yang di peroleh dengan cara apapun, tidak akan bermanfaat dan

terbaca sebelum diolah dan disajikan, karena data yang diperoleh dari suatu

pengumpulan data terutama dari sumber primer, sifatnya masih kasar dan mentah.

Data yang sudah diolah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai perlu disajikan

dalam bentuk-bentuk yang mudah dimengerti. Data yang telah diolah sesuai

dengan tujuan yang diinginkan dapat disajikan kedalam bentuk-bentuk penyajian

data yang mudah dibaca untuk kemudian disimpulkan. Beberapa bentuk

penyajian data dapat berupah narasi , tabel, dan grafik. Semua bentuk penyajian

data harus dapat berbicara sendiri ( orang tidak bertanya dan ragu tentang data

yang disajikan) dan mudah dimengerti oleh orang lain. Bentuk-bentuk penyajian

data hanyalah sekedar alat pengungkap informasi yang masing-masing bentuk

penyajian data tersebut mempunyai kekurangan dan kelebihan dalam memberikan

informasi.

3. Penyajian Bentuk Narasi.

Penyajian dalam bentuk narasi dimaksudkan untuk memberikan suatu keterangan

tentang prosedur atau hasil suatu pelayanan. Data disajikan dalam bentuk rangkain

kalimat untuk menjelaskan kumpulan data yang diperoleh. Penyajian data bentuk ini

kurang memberikan gambaran yang tepat tentang informasi yang dimaksudkan dan

kurang efektif karena dapat membosankan pembaca

4. Penyajian bentuk tabel

Suatu tabel terdiri dari judul, kepala tabel (stub box head), badan tabel, dan

kelengkapan lainnya seperti catatan kaki, sumber data, nomor tabel, key dan

sebagainya. Penyajian data dalam bentuk tabel lebih mampu memberikan gambaran

perbandingan atau perbedaan-perbedaan dibandingkan penyajian bentuk narasi. Pada


dasarnya terdapat dua bentuk penyajian data dengan tabel, yaitu tabel distribusi

frekuensi dan tabel silang. Tabel distribusi frekuensi hanya melibatkan satu variable,

sedangkan tabel silang

(disebut juga tabel bivariate) melibatkan dua variabel yang disilangkan (variabel

pertama pada “stub” dan variabel lainnya pada “ box head” ). Selain meyajikan nilai

muntlak dari data persentase, kadang-kadang variabel terdiri dari subvariabel.

Misalnya tingkat kepuasan pasien yaitu puas, atau kurang puas, tidak puas. Berbagai hal

yang perlu diperhatikan dalam tabel silang ini antara lain :

 Tabel silang harus sesederhana mungkin, artinya lebih baik membuat lebih

dari satu tabel dari pada satu tabel silang yang rumit.

 Tabel silang harus jelas sehingga mudah dimengerti. Judul harus ada pada

setiap kolom dan baris.

 Unsur-unsur tabel yang diutarakan perlu ditunagkan dengan jelas, sehingga

pembaca mengerti apa yang disajikan dan tidak terjadi apa yang disebut tabel

mati yang tidak berbicara apa-apa. Judul tabel harus mengungkapkan tentang

“ apa, dimana, dan kapan” judul ditempatkan dibagian atas tabel. Berikut ini

dikemukakan contoh tabel distribusi frekuensi ( tabel 5.1 dan tabel 5.2 ) serta

tabel silang (tabel 5.3) sebagai berikut.


3. Penyajian Bentuk Grafik

Penyajian data dalam bentuk grafik (diagram) meliputi grafik garis (run chart),

grafik batang/balok, dan grafik lingkaran. Penyajian bentuk ini dimaksudkan

untuk membandingkan karakteristik dari populasi lebih dari satu. Jenis grafik

lainnya berupa diagram bingka (peta), diagram gambar (picto gram), control chart,

dan sebagainya.

Penyajian bentuk grafik mempunyai kemampuan memberikan informasi

mengenai gambaran situasi yang telah terjadi melalui gambaran agregat dari data

dan perbandingan-perbandingan serta sebagai dasar untuk analisis data lebih

lanjut.

Histogram dan frekuensi poligon berguna untuk melihat bentuk distribusi dari

populasi yang karakteristiknya diteliti, sedangkan diagram pencar (catter diagram)

berguna untuk melihat adanya hubungan antara dua variabel.

Grafik garis (line diagram) atau run chart, yaitu suatu penyajian data yang berguna

untuk melihat variasi atau kecenderungan (trend) dari suatu keadaan, sedangkan

control chart adalah suatu penyajian data untuk melihat adanya variasi khusus

yang berada di luar batas toleransi.

Syarat grafik yang baik meliputi prinsip kesederhanaan dan tidak meragukan

(self explanation). Judul harus jelas, ringkas. dan lengkap, yaitu menggambarkan

"apa, di mana, dan kapan". Judul ditempatkan di bagian bawah grafik. Selain itu,

terdapat skala yang dipakai dan penjelasan-penjelasan yang dianggap parlu.

Beberapa contoh penyajian data dengan grafik diantaranya berupa grafik batang,

grafik garis, grafik diagram pencar, diagram Pareto serta peta kendali. Masing-

masing penyajian data tersebut dijelaskan sebagai berikut :


a. Penyajian data dengan grafik batang

Terdapat beberapa bentuk penyajian data dengan menggunakan grafik batang (bar

diagram) misalnya grafik batang yang dibuat secara vertical, namun grafik batang

dapat pula dibuat secara horizontal. Penampilan grafik batang dapat dalam bentuk

grafik tunggal ( single Bar ) lebih dari satu batang (multiple bar) maupun grafik

batang bertingkat (sub divided bar). Gambar 5.1 mengilustrasikan salah satu bentuk

penyajian data menggunakan grafik batang tunggal.

b. Penyajian data dengan grafik garis

Untuk melukis tingkat kepuasan pasien tiap tahun, kunjungan pasien tiap bulan, atau

keadaan lainnya secara berkesinambungan dalam penjaminan mutu pelayanan

kesehatan, dapat digunakan grafik garis (line diagram)

Dalam satu grafik garis dapat disajikan lebih dari satu garis apabila jenis data yang

disajikan terdiri atas dua atau lebih. Gambar 5.2 contoh grafik garis rata-rata tingkat

kepuasan pasien dalam persen yang diukur setiap tahun selama 5 tahun terakhir

dengan data yang disajikan pada tabel 5.4

c. Penyajian data dengan grafik lingkaran.

Grafik lingkaran (pie diagram) atau disebut juga dengan diagram pastel umumnya

digunakan untuk menggambarkan data atribut. Secara manual, caranya adalah dengan

mengubah frekuensi data menjadi persen terlebih dahulu. persentase diubah menjadi

derajat dengan mengalikan persen dengan 360. Akan tetapi, dengan menggunakan

software misalnya SPSS, kita cukup dengan memasukkan data untuk selanjutnya

grafik dapat disajikan dengan mengklik sesuai petunjuk. Gambar 5.3 mengilustrasikan

contoh grafik lingkaran dari daya tanggap petugas berdasarkan persepsi pasien.

d. Penyajian data menggunakan Histogram


Histogram adalah grafik batang yang disusun secara teratur berhimpitan satu dengan

lainnya tanpa ruang antara menggunakan kelas interval. Penyajian data dengan

menggunakan histogram bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya distribusi nilai

yang ada. Contoh histogram dapat dilihat pada gambar 5.4 berikut ini

e. Penyajian data menggunakan diagram pencar

Diagram pencar (scatter diagram) disebut juga diagram tebar dibuat jika kumpulan

data terdiri dari dua variabel dengan nilai kuantitatif dan diagramnya dibuat dengan

system sumbu koordinat, dan diagramnya dibuat dengan system sumbu koordinat.

Dengan demikian gambarnya akan berupa kumpulan titik-titik. Titik-titik dalam

diagram pencar didapat dari menghubungkan titik-titik pada sumbu absis dan ordinat,

sehingga diperoleh titik koordinat. dari titik-titik koordinat ini jika dihubungkan akan

diperoleh suatu garis.

Bila garis ini berupa garis yang lurus, maka disebut korelasi linear atau korelasi

sederhana. Akan tetapi jika garis tersebut bergerak dari arah kiri bawah kea rah kanan

atas disebut korelasi positif dan sebaliknya jika garis tersebut bergerak dari arah kiri

bawah kearah kanan, disebut korelasi negative. Bila garis tersebut horizontal, maka

kedua variabel tersebut tidak mempunyai korelasi.

Jika perubahan pada absis diikuti perubahan yang sama pada ordinat dari suatu

diagram pencar, maka semua titik koordinat akan terletak pada suatu garis lurus.

Keadaan seperti ini disebut korelasi sempurna. Akan tetapi, bila titik-titik tersebut

tidak membentuk suatu pola garis apapun, kemungkinan sekali variabel-variabel

tersebut tidak saling berhubungan. Gambar 5.5 berikut ini mengilustrasikan contoh

diagram pencar dari tinggi badan dan berat badan pasien.

f. Penyajian data menggunakan diagram paretto


Diagram paretto adalah suatu teknik untuk menggambarkan keadaan bahwa penyebab

yang jumlahnya sedikit memberi efek yang besar. Dalam pemecahan masalah mutu

pelayanan kesehatan, analisis ini sering digunakan untuk menentukan prioritas

penyebab masalah kesehatan. Analisis paretto menggunakan diagram, terutama grafik

batang serta analisis sebab-akibat dan grafik komulatif.

Secara manual cara membuat diagram paretto dapat dikemukakan dengan contoh berikut:

Contoh cara membuat diagram paretto

Diketahui masalah mutu pelayanan kesehatan adalah tingkat kepuasan pasien dalam

menerima pelayanan di puskesmas sukamaju masih rendah. Selanjutnya, dilakukan

pencarian data yang mungkin menjadi penyebab masalah. Semua penyebab masalah

diteliti, misalnya data dari 96 responden berkaitan dengan :

 Ketanggapan petugas dalam memberi pelayanan, sebanyak 18 responden

mengatakan petugas tidak tanggap.

 Empati petugas dalam melayani pasien sebanyak 24 responden.

 Kehandalan petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien sebanyak 10

responden

 Jaminan pelayanan kesehatan sebanyak 28 responden

 Penampilan fisik pelayanan sebanyak 16 responden mengatakan tidak baik.

Setelah itu, dibuat lembar data diagram Pareto berupaa jumlah total, total kumulatil,

persentase dari jumlah total, dan persentase kumulatif. Semuanya itu kemudian diurutkan

berdasarkan jumlah kejadian dari yang besar ke yang kecil. item Iain-lain (jika ada)

ditempatkan pada nomor garis terakhir. tanpa memperhatikan besar kecilnya jumlah, karena

Iain-lain itu adalah kumpulan item yang ada. untuk lebih jelasnya, lihat Tabel 56.
Tahap berikutnya adalah menggambarkan diagram Pareto dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Buatlah sumbu mendatar dan dua sumbu tegak lurus.

2. Sumbu vertikal sebelah kiri dimulai dari angka 0 sampai angka total keseluruhan

(dalam bentuk angka nominal).

3. Sumbu vertikal sebelah kanan dimulai dari angka 0% sampai 100%. Angka ini

dalam bentuk persentase kumulatif.

4. Sumbu mendatar merupakan jumlah interval item yang diklasifikasikan.

5. Buatlah diagram batang masing-masing item berdasarkan besar kecilnya data.

6. Tarik garis dari titik puncak sebelah kanan dari setiap item data kumulatif dan

hubungkan dengan sisi puncak balok yang paling kiri (penyebab masalah yang

paling banyak), dengan demikian akan tampil sebuah grafik Pareto.

7. Akan tetapi, dengan tersedianya perangkat statistik (software) pada komputer

seperti program SPSS, maka grafik Pareto akan lebih mudah dibuat. Gambar 5.6

berikut ini mengilustrasikan contoh grafik Pareto (data dari 96 responden) yang

datanya dianalisis mennggunakan software SPSS.

Dalam hukum pareto dikemukakan, jika 80% dari seluruh penyebab masalah

terselesaikan, maka hal itu dapat dikategorikan cukup baik. Untuk menentukan penyebab-

penyebab tersebut, tarik garis lurus dari angka 80% kearah kiri sampai menyentuh garis

dari titik puncak kearah data komulatif, kemudian tarik gari ssecara vertikal kearah bawah

sampai menyentuh balok pada sumbu horizontal. Penyebab masalah yang termasuk ke

dalam 80% tersebut. ( secara berurutan mulai dari garis besar , merupakan penyebab

masalah yang harus menjadi perhatian utama untuk dipecahkan.

g. Penyajian Data dengan peta kendali


Peta kendali atau disebut dengan grafik kendali (control chart) pertama kali

diperkenalkan oleh Walter A. Shewhart pada tahun 1924. Grafik ini mirip dengan

grafik garis, tetapi terdapat garis yang merupakan batas kendali atas (upper control

limit) dan batas kendali bawah (lower control limit) .

Peta Kontrol digunakan untuk mengetahui apakah suatu proses atau kejadian berada dalam

kendali statistic apabila data dari variabel-variabel tersebut berada di antara batas kendali atas

dan batas kendali bawah. Hal ini disebut dengan kondisi stabil atau dalam kendali.

Sebaliknya jika data dari variabel-variabel yang dimaksud berada di luar batas kendali atas

dan bawah, maka disebut tidak stabil atau diluar kendali. Gambar 5.7 mengilustrasikan

contoh salah satu bentuk peta control tentang tingkat kepuasan pasien kepada masing-masing

dimensi mutu pelayanan kesehatan.

5.6 ANALISIS DATA

Kumpulan data yang di peroleh dari suatu pengumpulan data akan tampak

polanya setelah kumpulan data tersebut diolah dan disajikan. Hasil analisis data

adalah diperolehnya gambaran atau informasi yang dapat menggambarkan suatu

situasi, perbedaaan antara situasi, perkembangan situasi atau hubungan antara

variable yang selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan kejadian

atau kerangka pemikiran yang ada. Data yang sudah diolah dapat dianalisis secara

univariat, bivariat, dan analisis lanjut (multivariate)

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah hasil analisis yang kesimpulannya dapat

menggambarkan atau mendeskripsikan perkembangan keadaan atau dinamika

suatu keadaan. Analisis univariat meliputi analisis persentase, rata-rata, median,


modus, proporsi, rasio, rate, simpangan baku, dan sebagainya. Berikut

dikemukakan secara ringkas beberapa analisis univariat yang sering digunakan

dalam program penjaminan mutu pelayanan kesehatan.

a. Analisis persentase

Salah satu cara analisis yang sederhana yang dapat dilakukan pada penyajian data

bentuk tabel adalah analisis persentase. Persentase sesungguhnya adalah suatu

proporsi dengan angka dasar (konstanta) 100. Bila ingin menganahsis ha pada

baris (membandingkan hal dalam baris), maka dibuat persentase terhadap kolom

masing-masing. Sebaliknya, bila ingin menganalisis hal pada kolom, maka dibuat

persentase terhadap baris masing-masing. Perhatikan contoh yang sajikan pada

Tabel 5.7 dan 5.8.

b. Analisis rata-rata hitung

Analisis rata-rata (rata-rata hitung) adalah suatu ukuran nilai tengah yang

diperoleh dengan cara menjumlahkan semua nilai pengamatan yang didapat,

selanjutnya dibagi dengan banyaknya pengamatan yang ada. Nilai rata-rata hitung

mempertimbangkan semua nilai pengamatan. Misalnya, nilai rata-rata tingkat

kepuasan pasien berdasarkan hasil survei terhadap sejumlah responden. Caranya

adalah dengan menjumlahkan semua nilai yang ada dibagi dengan jumlah

responden.

c. Median

Median adalah nilai pengamatan yang ada di tengah, setelah data disusun

berurutan mulai dari nilai terendah atau sebaliknya. Jadi, nilai median adalah

posisi tempat dari suatu distribusi. Nilai median lebih stabil karena tidak

dipengaruhi oleh nilai pengamatan yang ekstrem. Akan tetapi, nilai median tidak
mempertimbangkan nilai-nilai sebagian besar pengamatan, sehingga secara umum

kurang efisien dibandingkan dengan rata-rata hitung. Nilai median kelompok

gabungan tidak dapat disamakan dengan jumi nilai median masing-masing

kelompok.

d. Modus

Modus atau mode adalah nilai yang sering muncul.Nilai modus ditunjukkan oleh

puncak-puncak kurva distribusinya. Satu puncak disebut dengan unimodal , dua

puncak disebut bimodal sedangkan banyak puncak disebut Multimodal. Nilai

modus jarang digunakan dalam pelayanan kesehatan karena distribusinya yang

meragukan, terutama bila dihadapkan pada distribusi yang mempunyai banyak

gelombang naik turun.

e. Proporsi

Proporsi adalah suatu perbandingan dimana pembilang (numerator) selalu bagian

dari penyebut (denominator). Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu

variabel dalam populasinya. Apabiln angka dasar (konstanta) yang dipakai adalah

100, maka disebut persentase.

f. Rate

Rate adalah perbandingan antara jumlah suatu kejadian terhadap jumlah penduduk

yang mempunyai risiko terhadap kejadian tersebut, menyangkut interval waktu.

Rate digunakan untuk menyatakan dinamika atau kecepatan kejadian tertentu

dalam suatu kelompok populasi tertentu. Dalam penjaminan mutu pelayanan

kesehatan di puskesmas, salah satu indikator yang dipakai adalah angka

kunjungan (visit rate) yaitu jumlah kunjungan selama satu tahun dibagi dengan

jumlah populasi (penduduk) di wilayah kerja puskesmas tersebut.


g. Rasio

Rasio adalah perbandingan dua angka yang tidak saling tergantung yang

menyatakan besar suatu kejadian.

Contoh:

Rasio tingkat kepuasan laki-laki dan perempuan dalam pelayanan kesehatan

adalah jumlah laki-laki yang puas dibagi dengan jumlah perempuan yang puas

dikaiikan dengan konstanta.

2. Alisis bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk menjelaskan hubungan dan

besarnya hubungan atau pengaruh antara satu variabel independen dan variabel

dependen dengan mengunakan metode Kaplan Meier. Bila variabel independen

merupakan variabel kategori yang lebih dari dua kategori, maka dibuat suatu

dummy variable, di mana salah satu kategori dari variabel dianggap sebagai

reference group. Analisis bivariat dapat juga digunakan untuk melihat ada atau

tidaknya manfaat dari suatu kegiatan tertentu.

Dalam penjaminan mutu pelayanan kesehatan, bentuk-bentuk analisis bivariat

yang sering digunakan antara lain berguna untuk mulihat hubungan mutu

pelayanan dengan tingkat kepuasan pasien atau pengaruh mutu pelayanan

kesehatan terbadap tingkat kepuasan pasien menggunakan uji statistik Chi Square,

jika datanya adalah data kategori-kategori; menggunakan uji korelasi product

moment atau uji regresi sederhana, jika datanya adalah data numerik-numerik.

Selain itu, dapat pula digunakan berbagai uji statistik lainnya sesuai keperluan

seperti uji T, atau uji Anova jika datanya adalah kategorik-numerik, uji

normalitas, dan sebagainya.


3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah analisis yang bertujuan untuk melihat hubungan

variabel independen dengan variabel dependen secara bersama-sama. Terdapat

beberapa uji statistik yang bisa digunakan untuk analisis multivariat, salah satunya

adalah uji Regresi Cox. Pemilihan kandidat menggunakan Regresi Cox dapat

dilakukan dengan metode forward selection atau backward selection. Jika di

antara variabel independen terjadi interaksi dengan waktu, pengujian

menggunakan Regresi Cox dengan Time Dependen Covariat. Jika tidak terdapat

interaksi, maka digunakan pemodelan dengan Cox Proportional Hazard (Regresi

Cox). Dalam penjaminan mutu pelayanan kesehatan, uji ini misalnya, dapat

digunakan untuk mengetahui hubungan antara kovariat (dimensi mutu

kehandalan, ketanggapan, empati, jaminan, dan penampilan fisik dengan tingkat

kepuasan Pasien.

Uji statistik lainnya yang dapat digunakan adalah regresi logistik menggunakan

variabel dependen kategorik yang bersifat dikotomus. Jika hanya satu variabel

independen dan satu variabel dependen yang bersifat dikotomus, maka digunakan

uji regresi logistik sederhana, dan

Jika terdapat beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen yang

bersifat dikotomus, maka digunaknn uji regresi logistik ganda. Selain itu. dapat

pula digunakan uji statistik linear ganda yang bertujuan untuk mendapatkan model

regresi yang paling pas menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan

variabel dependen, dan sebagainya.


BAB 6

Kerjasama Tim

Dalam Penjaminan

Mutu

Daftar Isi

Pendahuluan

6.1 Batasan Tahapan Perkembangan Tim

6.2 Tahapan perkembangan tim

6.3 mengelolah pertemuan tim

6.4 mengelola konflik yang timbul dalam tim

6.5 upaya-upaya yang harus dilakukan

6.6 lagkah-langkah penyelesaian konflik


PENDAHULUAN

Dalam pelayanan kesehatan modern dan bermutu dikenal adanya cara kerja secara

tim. Ada pendapal yang mengatakan tim sama dangan kelompok. Dalam buku ini

dikemukakan bahwa tim tidak sama dengan kelompok karena di dalam kelompok

hanya terbatas pada interaksi satu sama lain dalam mencapai tujuan bersama,

sedangkan dalam tim upaya untuk pencapaian tujuan jauh lebih luas dari itu.

Dalam penjaminan mutu pelayanan kesehatan, tim yang diharapkan adalah tim

yang dinamis. dan jika diibaratkan dengan yang lain, tim yang dimaksud tidak

ubahnya seperti tim sepak bola yang antara satu dengan lainnya saling bekerja

sama untuk memasukkan bola kegawang lawan guna mencapai tujuan bersama.

Sehubungan dengan itu, dalam penjaminan mutu pelayanan, tim harus mampu

mombangun rasa kebersamaan dan setiap anggota tim harus mampu menerima

rasa keberagaman dari anggota tim, saling menghargai dan dilandasi oleh

keterbukaan.

6.1 BATASAN

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya. penjaminan mutu pelayanan

kesehatan terkait erat dengan pemecahan masalah pelayanan yang ada. Oleh

karena itu, prinsip yang dianut dalam penjaminan mulu adalah mendorong

kerjasama tim untuk melakukan pemecahan masalah yang ditemui dalam

organisasi.

Penyelesaian masalah yang rumit (konipleks) memerlukan kerjasama yang efektif

dari semua anggota tim yang terlibat. Dengan demikian, diperlukan tim yang

dinamis. yaitu tim yang memiliki kinerja tinggi, tim yang dapat memanfaatkan
segala energy yang ada untuk menghasilkan sesuatu untuk meningkatkan mutu

pelayanan.

Tim adalah sekelompok orang yang bertindak bersama sebagai suatu kesatuan

yang utuh mempunyai ketergantungan satu sama lain, saling mempercayai saling

menjunjung tinggi kelebihan serta saling mengisi kekurangan untuk mencapai

suatu tujuan sedangkan kelompok adalah sekumpulan orang disuatu tempat tanpa

keterkaitan tugas dan tujuan satu sama lain.

dalam kajian mutu pelayanan kesehatan, keberadaan tim harus diarahkan menjadi tim

pembelajaran (team learning) , yaitu suatu proses menumbuhkan kemitraan dan

mengembangkan kapasitas tim untuk mencapai hasil yang diharapkan oleh anggota

tim. Tim pembelajaran merupakan unit pembelajaran yang fundamental dalam

organisasi modern. Tim pembelajaran menjadi kunci dari pembelajaran dalam

organisasi, hampir semua keputusan penting di putuskan dalam tim. Belajar sendiri

pada suatu tingkat tertentu kurang relevan untuk organisasi. Keterampilan yang

berkembang dalam tim akan menjadi dorongan bagi anggota tim pembelajaran

berkembang berdasarkan perkembangan visi bersama, serta kepribadian dan bakat

yang dimiliki. Menurut ahli yang dimuat dalam pelatihan learning organization

(Pusdiklat Kesehatan, Depkes RI 2001), ada 3 dimensi dalam tim pembelajaran, yaitu:

1. Keharusan untuk berpikir jernih dan mendalam saat menghadapi masalah.

2. Kebutuhan untuk bertindak inovatif dan terkoordinasi.

3. Kesediaan anggota tim untuk berperan dalam tim-tim lain sehingga saling menunjang dan

saling melengkapi.

Tim pembelajaran merupakan proses kemitraan dan pengembangan kapasitas

untuk mewujudkan hasil yang didambakan. Melalui kemitraan akan tumbuh rasa
kebersamaan yang kuat di mana masing-masing individu akan proaktif

menyalurkan energinya sehingga terwujud kesamaan tujuan, visi, dan pemahaman

di antara individu. Dengan demikian, kemitraan perlu dipupuk sebelum

pemberdayaan individu yang akan memberdayakan tim secara keseluruhan.

Pada prinsipnya, pembelajaran tim dilaksanakan melalui dialog dan diskusi.

Dialog tidak mencari kesepakatan, tetapi menemukan suatu pemahaman yang

mendalam tentang suatu masalan yang kompleks, sedangkan dalam diskusi

menemukan kesepakatan dan keputusan.

Tim mutu yang dibentuk, baik di puskesmas maupun di rumah sakit, selain

memlliki kemampuan teknis medis sesuai dengan bidang yang dilaksanakan juga

harus memiliki kemampuan lain seperti kemampuan memecahkan masalah mutu

secara bersama , komunikasi secara efektif, melakukan motivasi, berkoordinasi,

negosiasi, dan melakukan advokasi.

Вам также может понравиться