Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Oleh :
ii
Evaluasi Program Cakupan Imunisasi Tetanus Toxoid pada Ibu Hamil
Lembar Persetujuan
Pembimbing
Penguji 1 Penguji 2
dr. E. Irwandy Tirtawidjaja Prof, Dr, dr. A. Aries Soesanto, MS, Sp.OK
iii
Evaluasi Program Cakupan Imunisasi Tetanus Toxoid pada Ibu Hamil
Email: Giovanoberilkarel31@gmail.com
Abstrak
Sepanjang tahun 2013, WHO memperkirakan 49.000 bayi baru lahir meninggal akibat TT. Di
Indonesia pada tahun 2014, dilaporkan terdapat 84 kasus tetanus neonatorum dari 15 provinsi dengan
jumlah meninggal 54 kasus. Dengan demikian CFR tetanus neonatorum pada tahun 2014 sebesar
64,3%, meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 53,8%. Penyakit ini tidak dapat dibasmi
melainkan hanya dapat ditekan (eliminasi) dengan persalinan dan penanganan tali pusat yang higienis,
dan/atau dengan imunisasi ibu dengan vaksin tetanus. Berdasarkan data dari Subdit Surveilens, Ditjen
P2&PL, Departemen Kesehatan pada tahun 2007-2011 menunjukkan jumlah kasus tetanus
neonatorum paling besar terjadi pada ibu hamil yang tidak divaksinasi. Oleh karena itu, untuk
mencapai target upaya Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN), di setiap kabupaten/kota kurang dari 1
per 1000 bayi lahir hidup, perlu dilakukan akselerasi upaya imunisasi TT bagi wanita usia subur
termasuk ibu hamil didalamnya sebanyak 5 dosis. Secara operasional, status ETN ini dapat diukur
dengan unit terkecilnya pada kabupaten/kota dengan indikator penilaian cakupan imunisasi TT2+
pada ibu hamil. Di puskesmas Wanakerta, Kabupaten Karawang, evaluasi program imunisasi TT2+
pada ibu hamil periode Agustus 2015 sampai dengan Juli 2016 didapatkan cakupannya sebesar
63,74% dari target program imunisasi TT2+ pada ibu hamil sebesar 90%. Penyebab masalah ini
antara lain belum pernah dilakukan penyuluhan kelompok mengenai imunisasi TT, tidak tersedianya
leaflet atau poster untuk sosialisasi, jadwal imunisasi di puskesmas yang tidak tetap serta skrining TT
ibu hamil tidak menggunakan panduan pertanyaan penapisan. Dengan demikian, diharapkan
puskesmas agar dapat mengoptimalkan tenaga kesehatannya serta kader untuk memberikan
bimbingan, membuat media sosialisasi, dan mengoptimalkan penyuluhan kelompok.
iv
Daftar Isi
v
4.3. Data Khusus ..............................................................................................................10
4.3.1. Masukan ..........................................................................................................10
4.3.2. Proses ..............................................................................................................14
4.3.3. Keluaran ..........................................................................................................19
4.3.4. Lingkungan .....................................................................................................21
4.3.5. Umpan Balik ...................................................................................................21
4.3.6. Dampak ...........................................................................................................22
Bab V. Pembahasan Masalah .................................................................................................23
5.1. Masalah Menurut Variabel Keluaran ........................................................................23
5.2. Masalah Menurut Variabel Masukan ........................................................................23
5.3. Masalah Menurut Variabel Proses ............................................................................24
5.4. Masalah Menurut Variabel Lingkungan ...................................................................24
Bab VI. Perumusan Masalah..................................................................................................25
6.1. Masalah Menurut Keluaran ......................................................................................25
6.2. Masalah dari Unsur Lain ...........................................................................................25
6.2.1. Dari Masukan ..................................................................................................25
6.2.2. Dari Proses ......................................................................................................25
6.2.3. Dari Luar Sistem (Lingkungan) ......................................................................26
Bab VII. Prioritas Masalah ....................................................................................................27
Bab VIII. Penyelesaian Masalah ............................................................................................28
Bab IX. Penutup .....................................................................................................................29
8.1. Kesimpulan ...............................................................................................................29
8.2. Saran .........................................................................................................................29
Referensi ................................................................................................................................32
Lampiran ................................................................................................................................33
vi
Bab I
Pendahuluan
Tetanus pada maternal dan neonatal merupakan penyebab kematian paling sering
terjadi akibat persalinan dan penanganan tali pusat tidak bersih.2 Tetanus ditandai dengan
kaku otot yang nyeri karena disebabkan oleh neurotoxin yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani pada luka anaerob (tertutup). Tetanus neonatorum (TN) adalah tetanus pada bayi usia
hari ke 3 sampai hari ke 28 setelah lahir dan Tetanus maternal (TM) adalah tetanus pada
kehamilan dan dalam 6 minggu setelah melahirkan. Saat ini kematian akibat tetanus pada
maternal dan neonatal dapat dengan mudah dicegah dengan persalinan dan penanganan tali
pusat yang higienis, dan/atau dengan imunisasi ibu dengan vaksin tetanus.2
WHO memperkirakan pada tahun 2013 (angka estimasi tahun terakhir yang ada),
49.000 bayi baru lahir meninggal akibat TN. Berdasarkan data WHO bulan Agustus tahun
2015, masih terdapat 21 negara yang masih belum eliminasi tetanus neonatorum dan tetanus
maternal, salah satunya adalah Indonesia.2
Di Indonesia pada tahun 2014, dilaporkan terdapat 84 kasus tetanus neonatorum dari
15 provinsi dengan jumlah meninggal 54 kasus. Dengan demikian CFR tetanus neonatorum
pada tahun 2014 sebesar 64,3%, meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 53,8%.1
Gambaran kasus menurut faktor risiko status imunisasi menunjukkan bahwa sebanyak
54 kasus (74%) terjadi pada kelompok yang tidak diimunisasi. Sebanyak 51 kasus (68,9%)
melakukan pemeriksaan kehamilan dengan dokter/bidan/perawat. Menurut faktor penolong
persalinan, 50 kasus (68,5%) ditolong oleh penolong persalinan tradisional, misalnya dukun.
Menurut alat yang digunakan untuk pemotongan tali pusat, sebagian besar kasus dilakukan
pemotongan tali pusat dengan gunting yaitu 46 kasus (59%).1 Hal ini menyebabkan tetanus
masih merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia.2
Pada tahun 2007, Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah kasus tetanus
neonatorum terbanyak di Indonesia, dengan 35 kasus. Sedangkan pada tahun 2011, angka
kasus tetanus neonatorum di Jawa Barat turun menjadi hanya 2 kasus.2
Oleh karena basil tetani yang dalam bentuk spora dapat bertahan bertahun-tahun di
tanah dan saluran cerna, maka penyakit ini tidak dapat dibasmi melainkan hanya dapat
ditekan (eliminasi) sehingga kematian ibu dan bayi akibat tetanus dapat pula ditekan. Oleh
7
karena itu, untuk mencapai target upaya Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN), di setiap
kabupaten/kota kurang dari 1 per 1000 bayi lahir hidup, perlu dilakukan akselerasi upaya
imunisasi TT bagi wanita usia subur termasuk ibu hamil didalamnya sebanyak 5 dosis.3
Secara operasional, status ETN ini dapat diukur dengan unit terkecilnya pada
kabupaten/kota dengan indikator penilaian cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil.
Sehingga, setiap kabupaten yang telah mencapai eliminasi tetanus harus mempertahankan
status tersebut dan berusaha melakukan percepatan tercapainya status T5 bagi seluruh wanita
usia subur termasuk ibu hamil didalamnya.3
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya
adalah:
1.2.1 Angka kematian bayi baru lahir akibat tetanus neonatorum secara global menurut WHO
pada tahun 2013 adalah sebesar 49.000 bayi.
1.2.2. Di Indonesia pada tahun 2014, dilaporkan terdapat 84 kasus tetanus neonatorum dari
15 provinsi dengan jumlah meninggal 54 kasus. Dengan demikian CFR tetanus
neonatorum pada tahun 2014 sebesar 64,3%, meningkat dibandingkan tahun 2013 yang
sebesar 53,8%.
1.2.3 Sebagian besar (74%) kasus tetanus neonatorum di Indonesia terjadi pada ibu yang
tidak divaksinasi.
1.2.4 Penyakit tetanus ini tidak dapat dibasmi melainkan hanya dapat ditekan (eliminasi).
1.3 Tujuan
Mengetahui tingkat keberhasilan program imunisasi tetanus toxoid 2+ pada ibu hamil di
puskesmas Wanakerta, Kabupaten Karawang periode Agustus tahun 2015 sampai dengan Juli
tahun 2016.
8
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.2 Diketahuinya cakupan pelayanan imunisasi tetanus toxoid 2+ pada ibu hamil di
puskesmas Wanakerta, Kabupaten Karawang periode Agustus tahun 2015 sampai
dengan Juli tahun 2016.
1.4 Manfaat
1.4.1.1 Menerapkan ilmu pengetahuan mengenai program puskesmas yang telah diperoleh
selama duduk dibangku kuliah.
1.4.1.2 Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengevaluasi suatu program puskesmas
melalui pendekatan sistem.
1.4.1.4 Membina bakat terutama dalam bidang manager yang diperlukan sebagai modal untuk
menjadi dokter puskesmas nantinya.
1.4.2.1 Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan masyarakat.
9
1.4.3 Bagi Puskesmas yang Dievaluasi
1.4.3.2 Memberikan masukan dalam meningkatkan kerjasama dan membina peran serta
masyarakat dalam melaksanakan program imunisasi tetanus toxoid ibu hamil secara
optimal.
1.4.4.1 Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dan kader dalam kegiatan imunisasi
di wilayah kerja puskesmas Wanakerta Kabupaten Karawang.
1.5 Sasaran
Semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja puskesmas Wanakerta, Kabupaten Karawang
periode Agustus tahun 2015 sampai dengan Juli tahun 2016.
10
Bab II
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan hasil kegiatan bulanan
puskesmas mengenai program imunisasi TT2+ pada ibu hamil di Puskesmas Wanakerta,
Kabupaten Karawang, periode Agustus tahun 2015 sampai dengan Juli tahun 2016, yang
berisi kegiatan sebagai berikut:
2.2 Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis
data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program
imunisasi Tetanus Toxoid 2+ pada ibu hamil di Puskesmas Wanakerta, Kabupaten Karawang
periode Agustus tahun 2015 sampai dengan Juli tahun 2016 dengan cara membandingkan
cakupan hasil program terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab
masalah dengan menggunakan pendekatan sistem.
11
Bab III
Kerangka Teori
Bagan di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu:
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man),
dana (money), sarana (material), metode (method).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari
unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
12
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh
sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik
dan non fisik.
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa rapat
bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.
Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan sebagai
target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan, proses,
keluaran, lingkungan dan umpan balik pada program imunisasi TT2+ seperti yang tertera
pada lampiran.
13
Bab IV
Penyajian Data
Sumber data dalam evaluasi ini berasal dari data sekunder berupa:
1. Lokasi Puskesmas
Puskesmas Wanakerta terletak di Desa Wanakerta Kecamatan Telukjambe Barat yang
merupakan Puskesmas Induk dengan luas wilayah 6.107 Ha yang terdiri dari tanah
darat 4.064 Ha dan pesawahan 2.043 Ha.
2. Bangunan
Puskesmas Induk dengan luas wilayah 6.107 Ha yang terdiri dari tanah darat 4.064 Ha
dan pesawahan 2.043 Ha.
3. Batas wilayah kerja Puskesmas Wanakerta, Kabupaten Karawang :
Sebelah Utara : Wilayah kerja Puskesmas Wadas
Sebelah Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pangkalan
Sebelah Timur : Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciampel
Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Bekasi
4. Luas wialayah kerja Puskesmas Wanakerta
UPTD Puskesmas Wanakerta berjarak ± 5 KM dari Kantor Kecamatan Telukjambe
Barat dan ± 15 KM dari Kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Karawang dengan
waktu tempuh ± 30 Menit menggunakan kendaraan roda empat. UPTD Puskesmas
14
Wanakerta mempunyai wilayah kerja terdiri dari 10 desa, 20 dusun, 40 RW dan 112
RT dengan jarak desa terjauh 7,5 KM dari Puskesmas Wanakerta dengan waktu
tempuh ± 45 Menit dengan kendaraan roda empat dan ± 30 Menit dengan kendaraan
roda dua. Secara administratif terdiri dari 10 desa :
Desa Wanajaya
Desa Wanakerta
Desa Wanasari
Desa Karangmulya
Desa Mulyajaya
Desa Mekarjaya
Desa Parungsari
Desa Karangligar
Desa Margamulya
Desa Margakaya
15
7. Pada Kecamatan Telukjambe Barat didapatkan proporsi penduduk miskin dan
keluarga miskin sebesar 14.120 dan 6.775. Ini merupakan bukti cukup banyaknya
penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas Wanakerta, Kecamatan Telukjambe
Barat, sehingga harus menjadi perhatian dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
8. Sarana pendidikan terbanyak SD dan TK sebanyak masing-masing 28 dan 23.
Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Wanakerta,
antara lain : Puskesmas (1), Posyandu (57), Balai Pengobatan 24 Jam (1), Praktik Dokter
Umum (6), Praktik Bidan (24).
4.3.1 Masukan
a) Tenaga
Kepala Puskesmas : 1 orang
Koordinator Program Imunisasi : 1 orang
Petugas Pengelola Vaksin : 1 orang
Pelaksana Imunisasi : 12 orang
b) Dana
APBD tingkat II : Ada
BOK : Ada
c) Sarana
Medis
16
Peralatan suntik
Auto Disable Syringe (0,5ml) : Ada
Alkohol 70 % : Ada
Cold Chain:
• Lemari es : 1 buah
• Mini freezer : 1 buah
• Vaccine carrier (cold box) : 6 buah
• Termos + 4 buah cold pack : Sejumlah tim lapangan
Vaksin
• Tetanus Toxoid : Ada
Non Medis
Leaflet : Tidak ada
Poster : Tidak ada
Gedung Puskesmas
• Ruang Pendaftaran : 1 ruang
• Ruang Tunggu : 1 ruang
• Ruang Periksa : 1 ruang
• Kamar Obat : 1 ruang
Posyandu (57 pos) : Bukan Sistem lima meja
Buku KIA : Ada
Buku pencatatan hasil imunisasi : Ada
Buku pencatatan stok vaksin : Ada
Kartu pencatatan suhu lemari es : Ada
Kartu pencatatan suhu freezer : 1 lembar/bulan
Kapas dan tempatnya : Ada
Safety box : tidak setiap tim lapangan ada
Kartu TT seumur hidup : tidak ada
d) Metode
1. Penentuan besar sasaran ibu hamil yang belum mencapai status T5
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun
waktu 1 tahun. Ibu hamil menjadi sasaran imunisasi TT untuk melindungi ibu
dan bayi dari tetanus. Besar sasaran ibu hamil didapat dari:
17
2. Penghitungan kebutuhan logistik imunisasi TT
Logistik imunisasi terdiri dari vaksin, Auto Disable Syringe (ADS), dan safety
box. Dalam menghitung jumlah kebutuhan vaksin perlu diperhatikan jumlah
sasaran, target cakupan, dan dosis efektif.
Alat suntik yang dipergunakan dalam pemberian imunisasi adalah alat suntik
yang akan mengalami kerusakan setelah sekali pemakaian (Auto Disable
Syringe/ADS). Ukuran ADS untuk vaksin TT adalah 0,5 ml.
Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas pelayanan imunisasi
sebelum dimusnahkan. Safety box ukuran 2.5 liter mampu menampung 50 alat
suntik bekas, sedangkan ukuran 5 liter menampung 100 alat suntik bekas.
Limbah imunisasi selain alat suntik bekas tidak boleh dimasukkan ke dalam
safety box.
18
Lindungi vaksin dari cahaya matahari langsung dan sumber panas.
Pastikan vaksin TT yang belum terbuka selalu berada di dalam vaccine
carrier selama pelayanan.
Vaksin yang bisa dipakai adalah vaksin yang belum kedaluarsa dengan
kondisi VVM A atau B dan tidak pernah beku.
Sementara menunggu sasaran datang, vaksin yang telah dibuka
disimpan di antara busa (spons) pada vaccine carrier.
Vaksin berikutnya dibuka setelah vaksin sebelumnya habis terpakai.
Jangan mengisi vaksin ke dalam semprit sebelum sasaran siap untuk
disuntik.
5. Penapisan sederhana status TT ibu hamil
Penapisan dilakukan berdasarkan riwayat imunisasi yang tercatat
maupun berdasarkan ingatan.
Apabila data imunisasi saat bayi tercatat pada kartu imunisasi atau
buku KIA maka riwayat imunisasi TT pada saat bayi dapat
diperhitungkan.
Tidak terdapat panduan pertanyaan untuk penapisan/skrining
Perhatikan interval minimum yang dianjurkan untuk menentukan
status TT ibu hamil.
Untuk ibu hamil yang sudah mencapai status T5 tidak perlu lagi
mendapat imunisasi TT saat hamil.
6. Pelayanan imunisasi TT pada ibu hamil
Pelayanan imunisasi dapat dilakukan di dalam gedung (Puskesmas) atau di luar
gedung (Posyandu).
7. Penyuluhan/kampanye imunisasi.
Penyuluhan dapat dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok agar ibu
hamil memahami kegunaan imunisasi TT.
8. Pemantauan imunisasi TT
Dengan pemantauan kita dapat menjaga agar masing-masing kegiatan sejalan
dengan ketentuan program. Pemantauan dilakukan menggunakan Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) berfungsi untuk meningkatkan cakupan, jadi sifatnya
lebih memantau kuantitas program. Prinsip PWS:
Memanfaatkan data yang ada dari laporan cakupan imunisasi.
Menggunakan indikator sederhana.
19
Dimanfaatkan untuk mengambil keputusan setempat.
Teratur dan tepat waktu setiap bulan.
Sebagai umpan balik untuk dapat mengambil tindakan.
Membuat grafik yang jelas dan menarik untuk masing-masing
indikator di atas, untuk memudahkan analisa.
9. Pencatatan dan pelaporan program imunisasi TT pada ibu hamil
Pencatatan dan pelaporan dalam program imunisasi memegang peranan penting
dan sangat menentukan. Selain menunjang pelayanan imunisasi juga menjadi
dasar untuk membuat perencanaan dan evaluasi.
Alat – alat pencatat dasar yang harus dimiliki puskesmas :
Buku register imunisasi
Kartu Imunisasi
Buku stock vaksin
Buku grafik pencatatan suhu
Sistem untuk menindak lanjuti drop out
4.3.2 Proses
4.3.2.1 Perencanaan
1. Penentuan besar sasaran ibu hamil untuk imunisasi TT
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun
waktu 1 tahun. Ibu hamil menjadi sasaran imunisasi TT untuk melindungi ibu
dan bayi dari tetanus.
Besar sasaran : 1459 ibu hamil
Target cakupan : Cakupan Imunisasi Tetanus Toxoid 2+ ibu
hamil adalah 90%
2. Penghitungan kebutuhan logistik.
Logistik imunisasi terdiri dari vaksin, Auto Disable Syringe (ADS), dan safety
box.
Kebutuhan vaksin = Jumlah sasaran x target cakupan
IP vaksin
1459 𝑥 90%
= 𝑥 1 𝑣𝑖𝑎𝑙
7
= 187 vial
20
Kebutuhan alat suntik = jumlah sasaran x target cakupan
= 1459 x 90%
= 1313 buah
21
Pastikan vaksin TT yang belum terbuka selalu berada di dalam vaccine
carrier selama pelayanan.
Vaksin yang bisa dipakai adalah vaksin yang belum kedaluarsa dengan
kondisi VVM A atau B dan tidak pernah beku.
Sementara menunggu sasaran datang, vaksin yang telah dibuka
disimpan di antara busa (spons) pada vaccine carrier.
Vaksin berikutnya dibuka setelah vaksin sebelumnya habis terpakai.
Jangan mengisi vaksin ke dalam semprit sebelum sasaran siap untuk
disuntik.
5. Penapisan sederhana status TT ibu hamil
Penapisan dilakukan berdasarkan riwayat imunisasi yang tercatat
maupun berdasarkan ingatan.
Apabila data imunisasi saat bayi tercatat pada kartu imunisasi atau
buku KIA maka riwayat imunisasi TT pada saat bayi dapat
diperhitungkan.
Tidak terdapat panduan pertanyaan untuk penapisan/skrining
Perhatikan interval minimum yang dianjurkan untuk menentukan
status TT ibu hamil.
Untuk ibu hamil yang sudah mencapai status T5 tidak perlu lagi
mendapat imunisasi TT saat hamil.
6. Pelayanan imunisasi TT pada ibu haml
Pelayanan imunisasi dapat dilakukan di puskesmas 2x dalam seminggu dan di
posyandu setiap 1 bulan sekali. Dengan cara pemberian vaksin TT sesuai
ketentuan pada metode di atas.
7. Penyuluhan/kampanye imunisasi.
Penyuluhan dapat dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok agar ibu
hamil memahami kegunaan imunisasi TT. Penyuluhan perorangan dilakukan
setiap hari ketika ibu hamil datang ke puskesmas/posyandu. Sedangkan
penyuluhan kelompok dilakukan setiap bulan.
8. Pemantauan imunisasi TT
Dengan pemantauan kita dapat menjaga agar masing-masing kegiatan sejalan
dengan ketentuan program. Pemantauan dilakukan menggunakan Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) berfungsi untuk meningkatkan cakupan, jadi sifatnya
lebih memantau kuantitas program.
22
9. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berjenjang dari posyandu hingga ke
pusat setiap bulan.
4.3.2.2 Pengorganisasian
Adanya pembagian dan pemberian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugrasnya.
Kepala Puskesmas
Bpk. Guruh Sapta, SKM
Koordinator
Program Imunisasi
Ibu Titin K, AmKeb
Pelaksana
Program Imunisasi
Bidan Desa
4.3.2.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan secara
berkala:
Besar sasaran ibu hamil menjadi sasaran untuk diberikan imunisasi TT adalah
sebanyak 1459 ibu hamil.
23
3. Pendistribusian dan pengelolaan vaksin
Vaksin tetanus toxoid dari kabupaten ke puskesmas menggunakan vaccine carrier
dengan cool pack. Disertai Surat Bukti Barang Keluar dan Vaccine Arrival Report.
Distribusi dari puskesmas ke posyandu biasanya di ambil sendiri oleh bidan desa
setiap bulannya sesuai jadwal posyandu di masing-masing desa.
Pencatatan suhu dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan menjelang pulang
siang/sore.
24
4.3.2.4 Pengawasan
Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berkala setiap bulan oleh pemegang
program imunisasi.
Lokakarya Mini Puskesmas yang dilakukan setiap awal bulan.
4.3.3 Keluaran
Tabel 4.2 Data Cakupan Penyuluhan Kelompok Imunisasi Tentang Tetanus Toxoid pada Ibu
Hamil di Puskesmas Wanakerta Periode Agustus 2015 sampai dengan Juli 2016
Sasaran Hasil
Dilakukan setiap kali kunjungan ibu hamil Tidak dilakukan dan tidak terdapat
saat ANC pencatatannya.
Tabel 4.3 Data cakupan Imunisasi Tetanus Toxoid pada Ibu Hamil di Puskesmas Wanakerta
Periode Agustus 2015 sampai dengan Juli 2016
25
Keterangan:
TT1 : Status imunisasi tetanus toxoid seorang wanita, dimana ia telah menerima 1x
suntikan TT selama hidupnya.
TT2 : Status imunisasi tetanus toxoid seorang wanita, dimana ia telah mendapat suntikan
DPT sebanyak 3x saat balita, atau ia pernah mendapat 2x suntikan TT selama
hidupnya.
TT3 : Status imunisasi tetanus toxoid seorang wanita, dimana ia telah mendapat suntikan
DPT sebanyak 3x saat balita dan 1x suntikan DT, atau ia pernah mendapat 3x
suntikan TT selama hidupnya.
TT4 : Status imunisasi tetanus toxoid seorang wanita, dimana ia telah mendapat suntikan
DPT sebanyak 3x saat balita, 1x suntikan DT dan 1x suntikan TT, atau ia pernah
mendapat 4x suntikan TT selama hidupnya.
TT5 : Status imunisasi tetanus toxoid seorang wanita, dimana ia telah mendapat suntikan
DPT sebanyak 3x saat balita, 1x suntikan DT dan 2x suntikan TT, atau ia pernah
mendapat 5x suntikan TT selama hidupnya.
TT2+ : Status imunisasi tetanus toxoid seorang ibu hamil, dimana ia telah mendapatkan
status TT5 sebelumnya, atau ia pernah mendapatkan suntikan TT selama masa
kandungannya sesuai dengan interval penyuntikan.
Cakupan Pelayanan Imunisasi TT 2+ Ibu Hamil Periode Agustus 2015 sampai dengan Juli
2016 adalah:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑏𝑢 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑚𝑢𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑇2, 𝑇𝑇3, 𝑇𝑇4, 𝑇𝑇5
𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑥 100%
𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
930
= 1459 𝑥 100%
= 63,74 %
Tabel 4.4 Data Cakupan Penyuluhan Perorangan Tentang Imunisasi Tetanus Toxoid pada Ibu
Hamil di Puskesmas Wanakerta Periode Agustus 2015 sampai dengan Juli 2016
26
Sasaran Hasil
Dilakukan setiap kali kunjungan ibu hamil Dilakukan setiap kali kunjungan ibu hamil
saat ANC saat ANC
Tabel 4.5 Data Cakupan Penyuluhan Kelompok Imunisasi Tentang Tetanus Toxoid pada Ibu
Hamil di Puskesmas Wanakerta Periode Agustus 2015 sampai dengan Juli 2016
Sasaran Hasil
4.3.4 Lingkungan
Lingkungan Fisik
Lingkungan Non-Fisik
Pencatatan dan pelaporan : adanya pencatatan dan pelaporan setiap bulan secara
lengkap mengenai program imunisasi tetanus toxoid ibu hamil.
Rapat kerja dalam bentuk lokakarya mini : 1 bulan sekali
27
4.3.6 Dampak
28
Bab V
Pembahasan
Besar
No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian
Masalah
Cakupan penapisan Dilakukan setiap
1. sederhana status TT ibu kali kunjungan ibu 0% 100%
hamil hamil saat ANC
Cakupan imunisasi TT2+
2. 90% 63,74% 29,17%
pada ibu hamil
Cakupan Penyuluhan Setiap bulan
3. 0% 100%
kelompok (12 x/tahun)
29
5.1.3 Masalah Menurut Proses
30
Bab VI
Perumusan Masalah
a) Cakupan penapisan sederhana status TT ibu hamil tidak tercapai karena tidak
pernah dilaksanakan dengan besar masalah 100%
b) Cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil hanya mencapai 63,74% dari target 90%
dengan besaran masalah adalah 29,17%
c) Cakupan penyuluhan kelompok tidak tercapai karena tidak pernah dilaksanakan
dengan besarnya masalah 100%.
a) Tidak adanya jadwal yang tetap mengenai pelayanan imunisasi TT ibu hamil di
puskesmas.
b) Belum pernah dilaksanakannya penyuluhan/sosialisasi kelompok mengenai
imunisasi TT pada ibu hamil.
c) Tidak menggunakan panduan pertanyaan untuk penapisan/skrining.
d) Waktu minimal antara pemberian vaksin TT pada ibu hamil tidak diperhatikan.
31
6.2.3 Dari Luar Sistem (Lingkungan)
32
Bab VII
Prioritas Masalah
a) Cakupan penapisan sederhana status TT ibu hamil tidak tercapai karena tidak pernah
dilaksanakan dengan besar masalah 100%
b) Cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil hanya 63,74% dari target 90% dengan besaran
masalah adalah 29,17%
c) Cakupan penyuluhan kelompok tidak tercapai karena tidak pernah dilaksanakan dengan
besarnya masalah 100%.
Prioritas Masalah :
Masalah
No. Parameter
A B C
1 Besarnya masalah 5 5 5
2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan 3 5 3
3. Keuntungan sosial bila masalah selesai 3 4 4
4. Teknologi yang tersedia 4 4 4
5. Sumber daya yang tersedia 4 5 4
Total 19 23 20
33
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
Cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil hanya mencapai 63,74% dari target 90% dengan
besaran masalah adalah 29,17%
Penyebab :
Penyelesaian masalah :
a) Dibuat leaflet dan poster mengenai pentingnya imunisasi TT pada ibu hamil
sehingga tidak hanya ibu hamil melainkan seluruh lapisan masyarakat juga
mengetahui kegunaan imunisasi ini.
b) Dibuatkan Kartu TT Seumur Hidup untuk ibu hamil atau wanita usia subur.
34
c) Dibuatkannya jadwal imunisasi TT yang tetap di puskesmas, idealnya dua kali
seminggu sehingga ibu yang tidak sempat ke posyandu bisa mendapatkan
imunisasi TT di puskesmas.
i) Dibuatkan panduan pertanyaan untuk skrining sederhana status TT ibu hamil.
d) Tenaga medis diberi penyuluhan mengenai pentingnya memperhatikan waktu
minimal antara pemberian vaksin TT karena akan mempengaruhi status TT pada
ibu hamil tersebut.
e) Ditinjau ulang mengenai pelaksanaan posyandu menggunakan sistem lima meja
sehingga setiap ibu hamil mendapat penjelasan yang cukup mengenai pentingnya
imunisasi TT untuk mereka.
f) Menyebarluaskan pelaksanaan posyandu melalui ketua RT atau kader 1 minggu
sebelum pelaksanaan, lalu 3 hari sebelum pelaksanaan, 1 hari sebelum
pelaksanaan, dan pada hari pelaksanaan. Sehingga tidak ada ibu hamil yang
terlewatkan pelayanan posyandu di wilayahnya.
Cakupan penyuluhan kelompok mengenai imunisasi TT pada ibu hamil tidak tercapai karena
tidak pernah dilaksanakan dengan besarnya masalah 100%.
Penyebab :
Penyelesaian masalah :
a) Menyusun pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan tertulis
mengenai pelaksanaan penyuluhan, rincian tugas, serta membuat jadwal
penyuluhan secara teratur.
35
Bab IX
Penutup
8.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program imunisasi Tetanus Toxoid ibu hamil yang dilakukan dengan cara
pendekatan sistem di Puskesmas Wanakerta, Kabupaten Karawang, periode Agustus 2015
sampai dengan Juli 2016 belum berjalan dengan baik mengingat beberapa masalah yang
ditemukan pada hasil evaluasi sebagai berikut:
a) Cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil hanya mencapai 63,74% dari target 90%
dengan besaran masalah adalah 29,17%.
b) Cakupan penyuluhan kelompok mengenai imunisasi TT pada ibu hamil tidak tercapai
karena tidak pernah dilaksanakan dengan besarnya masalah 100%.
Selain itu penapisan sederhana status TT ibu hamil di Puskesmas Wanakerta, Kabupaten
Karawang, periode Agustus 2015 sampai dengan Juli 2016 tidak dapat dilakukan dengan baik
karena tidak tersedianya kartu status TT seumur hidup ibu hamil serta tidak tersedianya
panduan pertanyaan untuk penapisan sederhana status TT ibu hamil.
b) Menyusun pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan tertulis mengenai
pelaksanaan penyuluhan, rincian tugas, serta membuat jadwal penyuluhan secara
teratur.
c) Dibuatkannya jadwal imunisasi TT yang tetap di puskesmas, idealnya dua kali
seminggu sehingga ibu yang tidak sempat ke posyandu bisa mendapatkan imunisasi
TT di puskesmas.
d) Tenaga medis diberi penyuluhan mengenai pentingnya memperhatikan waktu
minimal antara pemberian vaksin TT karena akan mempengaruhi status TT pada ibu
hamil tersebut.
36
e) Dibuatkan Kartu TT Seumur Hidup untuk ibu hamil atau wanita usia subur.
f) Dibuatkan panduan pertanyaan untuk skrining sederhana status TT ibu hamil.
g) Pelaksanaan posyandu menggunakan sistem lima meja sehingga setiap ibu hamil
mendapat penjelasan yang cukup mengenai pentingnya imunisasi TT untuk mereka.
h) Dibuat leaflet dan poster mengenai pentingnya imunisasi TT pada ibu hamil sehingga
tidak hanya ibu hamil melainkan seluruh lapisan masyarakat juga mengetahui
kegunaan imunisasi ini.
37
Referensi
38
Lampiran
Varibel dan Tolok Ukur Program Imunisasi Tetanus Toxoid
II. PROSES
A. Perencanaan
1. Menentukan sasaran dan target cakupan
imunisasi Tetanus Toxoid
- Besar sasaran ibu hamil 1,1 x angka kelahiran kasar x jumlah
penduduk
- Target cakupan Cakupan Imunisasi Tetanus Toxoid ibu
hamil : 90%
Ibu hamil yang sudah mencapai status
T5 tidak perlu lagi mendapat imunisasi
TT pada saat hamil.
2. Merencanakan Kebutuhan Logistik
imunisasi TT
Kebutuhan vaksin Jumlah sasaran x target cakupan × 1 vial
IP Vaksin
Kebutuhan alat suntik jumlah sasaran x target cakupan
Kebutuhan cold chain:
- Lemari es 1 buah
- Vaccine carrier 3 buah
- Freeze tag 1 buah
- Cold box 3 buah
- Termos + 4 buah cold pack Sejumlah tim lapangan
- Vaksin disimpan pada suhu antara 20 C
hingga 80 C.
- Bagian bawah lemari es diletakkan
kotak dingin cair (cool pack) sebagai
penahan dingin dan kestabilan suhu.
- Vaksin TT diletakkan lebih jauh dari
evaporator.
3. Pendistribusian dan pengelolaan
- Beri jarak antara kotak vaksin minimal
Vaksin Tetanus Toxoid
1-2 cm atau satu jari tangan agar terjadi
sirkulasi udara yang baik.
- Letakkan 1 buah thermometer Muller di
bagian tengah lemari es.
- Pencatatan suhu sehari 2x yaitu pada
pagi hari dan menjelang pulang
siang/sore.
- Vaksin TT disimpan pada suhu 20 – 80
C.
- Pada saat pengiriman maupun di tempat
pelayanan, vaksin disimpan dalam
vaccine carrier dengan 4 kotak dingin
cair. Jangan gunakan es batu/kotak
dingin beku. Ingat! Pembekuan merusak
4. Rantai dingin vaksin TT di lapangan
vaksin TT.
- Lindungi vaksin dari cahaya matahari
langsung dan sumber panas.
- Pastikan vaksin TT yang belum terbuka
selalu berada di dalam vaccine carrier
selama pelayanan.
- Vaksin yang bisa dipakai adalah vaksin
yang belum kedaluarsa dengan kondisi
VVM A atau B dan tidak pernah beku.
- Sementara menunggu sasaran datang,
vaksin yang telah dibuka disimpan di
antara busa (spons) pada vaccine
carrier.
- Vaksin berikutnya dibuka setelah vaksin
sebelumnya habis terpakai.
- Jangan mengisi vaksin ke dalam semprit
sebelum sasaran siap untuk disuntik.
- Penapisan dilakukan berdasarkan
riwayat imunisasi yang tercatat maupun
berdasarkan ingatan.
- Apabila data imunisasi saat bayi tercatat
pada kartu imunisasi atau buku KIA
maka riwayat imunisasi TT pada saat
bayi dapat diperhitungkan.
- Dapat menggunakan panduan
pertanyaan untuk penapisan/skrining
5. Penapisan sederhana status TT ibu yang tertera pada lampiran. Untuk ibu
hamil hamil yang lahir setelah 1977 dimulai
dari pertanyaan saat BIAS, untuk yang
lahir sebelum 1977 langsung dimulai
pada pertanyaan imunisasi saat hamil.
- Perhatikan interval minimum yang
dianjurkan untuk menentukan status TT
ibu hamil.
- Untuk ibu hamil yang sudah mencapai
status T5 tidak perlu lagi mendapat
imunisasi TT saat hamil.
Jadwal pelayanan adalah dua kali seminggu
6. Pelayanan Imunisasi tetanus toxoid
di puskesmas dan 1 bulan sekali di
pada ibu hamil
posyandu.
Cara pemberian:
- Imunisasi TT pada ibu hamil
diberikan dengan melihat status
imunisasi hasil penapisan.
- Menggunakan alat suntik ADS 0,5
ml.
- Buka tutup jarum dan segera buang
tutup jarum ke dalam safety box.
Jangan menarik torak sebelum
digunakan.
- Tusukkan jarum tersebut ke karet
penutup vial vaksin, pastikan ujung
jarum selalu berada dalam vial
vaksin sehingga tidak ada udara
yang masuk ke dalam semprit.
- Tarik torak perlahan-lahan agar
cairan vaksin masuk ke dalam
semprit sampai torak terkunci
otomatis.
- Cabut jarum dari karet vial,
keluarkan udara yang tersisa dengan
cara mengetuk alat suntuk dan
mendorong sampai tepat pada skala
0,5 ml.
- Bersihkan kulit dengan kapas basah,
tunggu hingga kering, kemudian
suntikkan vaksin secara
intramuskular pada deltoid.
- Alat suntuk yang telah dipakai
langsung dibuang ke dalam safety
box tanpa menutup jarum untuk
menghindari risiko tertutup jarum.
7. Penyuluhan/kampanye imunisasi TT Setiap kali kunjungan di
- Perorangan Puskesmas/posyandu
Sebulan sekali
- Kelompok
8. Pencatatan dan pelaporan Setiap satu bulan sekali
Terdapat struktur organisasi tertulis dan
B. Pengorganisasian pembagian tugas yang jelas dalam
melaksanakan tugas
C. Pelaksanaan
1. Pemenuhan kebutuhan logistik imunisasi Sesuai dengan perencanaan yang telah
TT ditetapkan sebelumnya pada bagian di atas.
Dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pada
1. Pendistribusian dan pengelolaan vaksin perencanaan agar menjaga kualitas vaksin
secara optimal.
Mengikuti tata cara pada perencanaan
2. Rantai dingin vaksin TT di lapangan
untuk menjaga kualitas vaksin
Menggunakan panduan pertanyaan untuk
3. Penapisan sederhana status TT ibu hamil
penapisan/skrining seperti yang terlampir.
4. Pelayanan imunisasi TT pada ibu hamil
Dua kali seminggu di puskesmas dan 1
Jadwal
bulan sekali di posyandu.
Sesuai metode yang telah ditetapkan pada
Cara pemberian
perencanaan di atas.
5. Penyuluhan/kampanye
Perorangan Setiap kali kunjungan di
Puskesmas/posyandu
Kelompok Sebulan sekali
D.
D.Pengawasan
6. Pencatatan dan pelaporan Setiap bulan
Laporan : bulanan
7. Pengawasan
Rapat : bulanan
III. KELUARAN
Menghitung cakupan TT2+ ibu hamil =
1. Cakupan imunisasi TT2+ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑏𝑢 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑚𝑢𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑇2, 𝑇𝑇3, 𝑇𝑇4, 𝑇𝑇5
𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 𝑑𝑖 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠
𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛