Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Segala puji bagi Allah,kita memohon pertolongan dan ampunanNya. Kita berlindung kepada Allah
dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kita. Salawat dan salam kepada contoh tauladan kita
Nabi Muhammad SAW, yang mentarbiyah umat manusia menuju kemuliaan dan kemenangan.
ikhwatifillah sudah beberapa minggu ini edisi taujihat kaderisasi tidak muncul, mudah-mudahan
untuk kedepannya Allah memudahkan setiap kendala-kendala yang kita temui, sehingga taujihat
pekanan ini akan kita rutinkan setiap minggunya, dan bagi pembaca pun bisa mengambil semua ibroh
yang akan disajikan, semoga Allah meridhoi apa yang kita kerjakan.
Pada kesempatan ini saya ingin mengulang kembali cerita sahabat yang paling disayangi Rasulullah
SAW, yaitu Abu Bakar Siddiq.
Tatkala Hamzah bin Abdul Muttalib dan umar bin khattab masuk islam, betapa besar pengaruh
mereka dalam memperkuat Islam. Keduanya terkenal garang dan berpendirian teguh, kuat dan
ditakuti oleh lawan, dan juga seorang Abu Bakar, bahwa dialah orang yang pertama ditempatkan
Allah untuk memperkuat agamaNya, jiwa yg begitu damai, begitu yakin dengan keimanannya akan
kebenaran, yang mengajak orang berdakwah dengan cara yang bijaksana dan nasihat yang baik. Ini
terbukti ketika nabi melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj, Rasullullah berbicara kepada penduduk
Makkah bahwa Allah telah memperjalankannya malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa dan
bahwa ia bersembahyang disana, oleh orang-orang musyrik kisah itu diperolok, mana mungkin hanya
satu malam saja Muhammad pergi pulang ke Mekah! Tidak sedikit mereka yang sudah Islam
kemudian berbalik murtad, dan tidak sedikit pula dari yang masih merasa sangsi. Mereka pergi
menemui Abu Bakar , karena mereka mengetahui keimanannya dan persahabatannya dengan
Muhammad, mereka menceritakan kejadian itu dan Abu bakar terkejut, ia berkata :
“kalian berdusta.”
“sungguh” kata mereka. “Dia di mesjid sedang berbicara dengan orang banyak”
“dan kalaupun itu yang dikatakannya, tentu ia akan mengatakan yang sebenarnya.”kata Abu bakar
lagi.
Abu Bakar lalu pergi ke mesjid dan mendengarkan Nabi yang sedang menggambarkan
BaitulMukandas. Abu bakar sudah pernah mengunjungi kota itu. Setelah Nbi melukiskan keadaan
masjidnya, Abu Bakar berkata : “Rasulullah, saya percaya.” , sejak itu Muhammad memanggil Abu
Bakr dengan “as-Siddiq.” . Pernahkah kita bertanya dalam hati, sekiranya Abu Bakr juga sangsi
seperti yang lain mengenai apa yang diceritakan Rasulullah tentang isra’ itu, maka apa pula kiranya
yang akan terjadi dengan agama yang baru tumbuh ini, akibat kesangsian itu? Dapatkah orang
memperkirakan berapa banyak jumlah orang menjadi murtad, dan goyahnya keyakinan dalam hati
kaum muslimin yang lain? Pernahkah kita ingat betapa jawaban Abu Bakr ini memperkuat keyakinan
orang banyak, dan betapa pula ketika itu ia telah memperkuat kedudukan Islam? Bahwa iman yang
sungguh-sungguh adalah kekuatan yang paling besar dari pada kekuatan kekuasaan. Kata-kata Abu
Bakr itu sebenarnya merupakan salah satu inayah Illahi demi agama yang benar ini. Kata-kata itulah
sebenarnya yang merupakan pertolongan dan dukungan yang besar, mungkin melebihi dukungan
yang diberikan oleh kekuatan Hamzah dan Umar sebelumnya, karna Abu bakar termasuk orang
pertama berdakwah bersama Rasulullah, dan karna kesenangan bergaul dan keakrabannya dengan
masyarakat, besar pengaruhnya terhadap muslimin yang mula-mula masuk Islam, seperti Usman bin
Affan, Saad bin Abi Waqas dan lain-lain. Dan tak jarang pula Abu bakar menggunakan hartanya
dijalan dakwah untuk menyantuni orang-orang lemah karna Abu Bakr seorang pedagang yang sukses.
Abu Bakar mempunyai tempat tersendiri sehingga Rasulullah berkata : “Kalau ada diantara hamba
Allah yang akan kuambil sebagai khalil( teman kesayangan), maka Abu Bakr-lah khalil-ku.
Satu lagi cerita dari sekian banyak cerita yang membuat kita haru yaitu peristiwa hijrah Nabi ketika
orang Quraisy berkomplot hendak membunuh Nabi, kalau Abu Bakr menemani Muhammad dalam
hijrahnya dimana dalam kondisi pihak Quraisy ingin membunuh Nabi, tidak bisa tidak Abu Bakr juga
pasti terbunuh. Tapi apa yang Abu Bakr katakan, ia merasa sangat gembira kalau ia hijrah bersama
Rasulullah, Allah akan memberi pahala dan ini suatu kebanggaan yang tiada taranya. Kalau ia sampai
mati terbunuh bersama Nabi, itu adalah mati syahid yang akan mendapatkan surga. Dan ketika di Gua
Tsur, saat itu Abu Bakr sudah mandi keringat ketika mendengar suara pemuda-pemuda Quraisy yang
sedang mencari mereka. Ia menahan nafas, tidak bergerak dan hanya menyerahkan nasib kepada
Allah. Tapi Muhammad masih tetap berdzikir dan berdoa kepada Allah. Abu Bakr makin merapatkan
diri ke dekat kawannya itu, dan Muhammad berbisik ditelinganya : “Laa Tahzan, innallaha ma‘anaa”
“Jangan bersedih hati, Allah bersama kita”. Adakah rasa takut paa Abu Bakr itu sampai ia bermandi
keringat karna ia mendambakan kehidupan dunia, takut nasipnya tertimpa bencana? Atau karena ia
tidak memikirkan dirinya lagi tapi yang difikirkannya hanya Rasulullah dan jika mungkin ia akan
mengorbankan diri demi Rasullah? Bersumber dari Hasan bin Abil-Hasan al-basri, ibn Hisyam
menuturkan : “ketika malam itu Rasulullah SAW dan Abu Bakr memasuki gua, Abu Bakr masuk
lebih dulu sebelum Rasulullah sambil meraba-raba gua itu untuk mengetahui kalau-kalau ditempat itu
ada binatang buas atau ular. Ia mau melindungi Rasulullah dengan dirinya.” Abu bakr ibarat seorang
ibu yang ingin melindungi atau mati demi anaknya, bahkan mungkin lebih gelisah dari pada ibu itu,
karna imannya kepada Allah dan kepada Rasullullah memang sudah lebih kuat dari cinta kepada
dunia, dari naluri seorang ibu dan dari segala yang dapat dirasakan oleh perasaan kita dan apa yang
terlintas dalam fikiran kita.
Ikhwatifillah...apa yang bisa kita ambil dari cerita ini, mungkin kita tidak dapat membayangkan masih
adakah sekarangi sosok seperti Abu Bakr?atau mungkinkah kita bisa mencapai iman yang dirasakan
Abu Bakr? Mungkin kita beranggapan karna Abu Bakr bertemu langsung dengan Rasulullah,
sedangkan kita...jangankan bertemu Rasulullah,sahabat dan para tabi’inpun setelah Rasulullah
wafatpun kita tidak pernah menjumpai?
Ikhwatifillah..ingatkah kita hadits yang mengatakan kurang lebih bunyinya seperti ini : Rasullulah
berkata “ aku sangat merindukan umatku”, sahabat bertanya,”Siapakah itu Rasulullah, apakah yang
engkau maksud kami?”, Rasulullah menjawab “Tidak, engkau adalah sahabatku, umatku adalah orang
yang hidup jauh setelah ku, yang tidak pernah bertemu denganku, tetapi dia sangat mencintaiku dan
mengamalkan sunnah-sunnahku.”
Sangat mungkin kita bisa menjadi salah satu orang yang dirindukan Rasulullah, ketika bisa kita
memperjuangkan agama Allah, menahan nafsu dunia kita, memperbaiki kualitas ibadah kita kepada
Allah dan terus bersemangat dalam perjuangan ini sampi Allah mentakdirkan kita berhenti
dipenghujung hidup nanti.
Ikhwatifillah, terus bersemangatlah dijalan ini dan terus perbaiki diri kita sehingga apapun yang kita
lakukan saat ini bisa menjadi salah satu penyebab Islam bisa berjaya di muka bumi ini kembali.amin