Вы находитесь на странице: 1из 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran

bayi yang cukup bulan atau hamper cukup bulan, di susul dengan pengeluaran

plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu . Persalinan di katakan normal jika

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala tanpa komplikasi pada ibu/janin. Persalinan normal

dapat berubah menjadi persalinan patologi jika persalinan berlangsung melampaui

batas waktu tanpa diikuti oleh kemajuan persalinan.

Persalinan patologi dapat membawa akibat buruk bagi ibu dan janin yang

menyebabkan kematian ibu dan janin. Menurut World Health Organization

(WHO) (tahun, 2015) , indicator kesejahteraan suatu Negara salah satunya di ukur

dari besarnya angka kematian ibu (AKI). AKI yaitu banyaknya wanita yang

meninggal dari suatu penyebab kematian yang berkaitan dengan gangguan

kehamilan atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan nifas (42 hari

setelah melahirkan. Tingginya AKI yang di sebabkan karena perdarahan 28 %,

infeksi 15%, abortus tidak aman 13 %, hipertensi dalam kehamilan 12 %, partus

macet 9 %, dan lain – lain ( tahun,2015). Infeksi biasa terjadi pada saat kehamilan,

persalinan, dan nifas. Jika ibu hamil terinfeksi, maka janin yang di kandungnya

akan mempunyai resiko terkena infeksi. Salah satu infeksi dalam persalinan yang

menyebabkan komplikasi pada persalinan adalah ketuban pecah dini (KPD).

1
KPD adalah keluarnya cairan dari jalan lahir atau vagina sebelum proses

persalinan. Penyebab KPD belum di ketahui dengan pasti. Kejadian KPD

mendekati 10% dari semua persalinan pada umur kehamilan kurang dari 34

minggu, kejadian sekitar4% kemungkinan di sebabkan karena berbagai jenis

faktor yaitu infeksi vagina dan servik, fisiologi selaput ketuban yang abnormal,

inkompetensi servik, dan defisiensi zat gizi (asam askorbat) pecahnya selaput

ketuban berkaitan erat dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam

faktor kolagen, infeksi dan peregangan selaput ketuban Berdasarkan fenomena

dan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan laporan kasus tentang “

Asuhan Ibu Bersalin Pada Ny V. Usia 23 tahun hamil 40-41 minggu dengan

ketuban pecah dini 11 ½ jam

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mempelajari, memahami, dan menerapkan Asuhan kebidanan pada ny. V

usia kehamilan 40-41 minggu dengan ketuban pecah dini (KPD) di RSUD

BUDHI ASIH .

1.2.2 Tujuan Khusus

a) Melakukan pengumpulan data dasar subyektif dan objektif pada kasus

ibu bersalin Ny. V usia 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 40-41

minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) 11 ½ am di Ruang bersalin

RSUD BUDHI ASIH.

b) Melakukan interpretasi data klien meliputi diagnosa, masalah dan

kebutuhan pada kasus ibu bersalin Ny. V usia 23 tahun G1P0A0 usia

2
kehamilan 40-41 minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) 11 ½

Jam di Ruang Bersalin RSUD BUDHI ASIH

c) Menentukan diagnosa potensial dan antisipasi yang harus dilakukan

bidan dari kasus ibu bersalin Ny. V usia 23 tahun G1P0A0 usia

kehamilan 40-41 minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) 11 ½ Jam

di Ruang bersalin RSUD BUDHI ASIH

d) Melakukan kebutuhan/tindakan segera pada konsultasi, kolaborasi ibu

bersalin Ny. V usia 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 40-41 minggu

dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) 11 ½ Jam di Ruang Bersalin

RSUD BUDHI ASIH

e) Menentukan rencana asuhan kebidanan pada kasus ibu bersalin Ny. V

usia 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 40-41 minggu dengan Ketuban

Pecah Dini (KPD) 11 ½ Jam di Ruang Bersalin RSUD BUDHI ASIH

f) Melakukan intervensi pelaksanaan tindakan pada kasus ibu bersalin

Ny. V usia 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 40-41 minggu dengan

Ketuban Pecah Dini (KPD) 11 ½ Jam di Ruang Bersalin RSUD

BUDHI ASIH

g) Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang di berikan dan

memperbaiki tindakan y pada kasus ibu bersalin Ny. V usia 23 tahun

G1P0A0 usia kehamilan 40-41 minggu dengan Ketuban Pecah Dini

(KPD) 11 ½ Jam di Ruang Bersalin RSUD BUDHI ASIH

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Persalinan Normal

2.1.1 Pengertian

Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan

terjadinya serangkaian perubahan besar pada calon ibu untuk dapat

melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Ini didefinisikan sebagai pembukaan

serviks yang progresif, dilatasi, atau keduanya akubat kontraksi rahim teratur

yang terjadi sekurang-kurangnya setiap lima menit dan berlangsung sampai

60 detik. ( Yessie Aprillia, 2015)

2.1.2Tanda dan Gejala Persalinan

a) Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi

yang semakin pendek.

b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu : pengeluaran lendir dan

lendir bercampur darah melalui vagina.

c) Dapat di sertai ketuban pecah.

2.1.3 Proses Persalinan

Pada proses persalinan menurut (Mochtar,R, 2016) di bagi 4 kala

yaitu :

Kala 1 : Kala pembukaan

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan

lengkap (10 cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :

4
a. Fase laten

 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap

 Pembukaan kurang dari 4 cm

 Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam

b. Fase aktif

 Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi

adekuat / 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40

detik atau lebih)

 Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1cm/lebih

perjam hingga pembukaan lengkap (10)

 Terjadi penurunan bagian terbawah janin

 Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu :

Berdasarkan kurva friedman :

Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4cm

 Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan

berlangsung cepat dari 4 menjadi 9cm

 Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan

9cm menjadi 10cm / lengkap

Kala II : Kala pengeluaran janin

Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan

mendorong janin hingga keluar. Pada kala II ini memiliki ciri khas :

5
 His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3menit sekali

 Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris

menimbulkan rasa ingin mengejan

 Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB

 Anus membuka

Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan

perineum meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin kepala

akan lahir dan diikuti seluruh badan janin. Lama pada kala II ini pada

primi dan multipara berbeda yaitu :

 Primipara kala II berlangsung 1,5 jam - 2 jam

 Multipara kala II berlangsung 0,5 jam - 1 jam

Pimpinan persalinan

Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam letak

berbaring, merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas

siku, kepala diangkat sedikit sehingga dagu mengenai dada, mulut

dikatup; dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring kearah dimana

punggung janin berada dan hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang

sebelah atas

Kala III : Kala uri

Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi

lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan

6
fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2

kali sebelumnya.

Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan

uri, dalam waktu 1 – 5 menit plasenta terlepas terdorong ke dalam

vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan (brand

androw, seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah

bayi lahir. Dan pada pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan

pengeluaran darah kira – kira 100-200cc.

Tanda kala III terdiri dari 2 fase :

1. Fase pelepasan uri

Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:

a. Schultze

Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih dahulu di tengah

kemudian terjadi reteroplasenterhematoma yang menolak uri mula –

mula di tengah kemudian seluruhnya, menurut cara ini perdarahan

biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.

b. Dunchan

Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih dahulu dari

pinggir (20%) Darah akan mengalir semua antara selaput ketuban

Serempak dari tengah dan pinggir plasenta

2. Fase pengeluaran uri

Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :

a. Kustner

7
Meletakkan tangan dengan tekanan pada / diatas simfisis, tali pusat

diregangkan, bila plasenta masuk berarti belum lepas, bila tali pusat

diam dan maju (memanjang) berarti plasenta sudah terlepas.

b. Klien

Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat kembali

berarti belum lepas, bila diam/turun berarti sudah terlepas.

c. Strastman

Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat bergetar

berarti belum lepas, bila tidak bergetar berarti sudah terlepas.

- Rahim menonjol diatas symfisis

- Tali pusat bertambah panjang

- Rahim bundar dan keras

- Keluar darah secara tiba-tiba

Kala IV: Kala pengawasan

Yaitu waktu setelah bayi lahir dan uri selama 1-2 jam dan waktu

dimana untuk mengetahui keadaan ibu terutama terhadap bahaya

perdarahan post partum.

8
2.2 Persalinan patologis

2.2.1 Pengertian

Persalinan patologis adalah persalinan dengan komplikasi

(Sarwono, 2014) Klasifikasi Persalinan Patologi berdasarkan Sarwono

(2014) yaitu :

1. Persalinan dengan Perdarahan Adalah persalinan yang di sebabkan

karena plasenta previa, solusio plasenta, robekan jalan lahir, atonia

uteri, dan anemia sehingga banyak mengeluarkan darah dari jalan

lahir.

2. Persalinan dengan KPD Adalah persalinan yang di dahului dengan

pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda – tanda persalinan.

3. Persalinan dengan Preeklamsi atau Eklamsi Persalinan dengan tekanan

darah sistolik dan diastolik lebih dari 140/90 mmhg dengan di sertai

ciri – ciri protein urin (+) dan oedema di seluruh tubuh.

4. Persalinan lama Adalah persalinan yang abnormal atau sulit yang di

sebabkan karena kelainan his, kelainan janin, ataupun kelainan jalan

lahir.

5. Persalinan dengan Distosia Adalah keadaan di perlukannya tambahan

manuver obstetri.

6. Persalinan Preterm Persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan

7. 20 – 37 minggu di hitung dari hari pertama haid terakhir.

9
2.3 Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan janin pada proses

persalinan yang meliputi langkah sbb :

1. Turunnya kepala, meliputi :

 Masuknya kepala dalam PAP

 Dimana sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah jalan lahir tepat

diantara symfisis dan promontorium ,disebut synclitismus.Kalau pada

synclitismus os.parietal depan dan belakang sam tingginya jika sutura

sagitalis agak kedepan mendekati symfisis atau agak kebelakang

mendekati promontorium disebut Asynclitismus.

 Jika sutura sagitalis mendekati symfisis disebut asynclitismus posterior

jika sebaliknya disebut asynclitismus anterior.

1. Fleksi

Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya

mendapat tahanan dari pinggir PAP serviks, dinding panggul atau dasar

panggul.

2. Putaran paksi dalam

Yaitu putaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian

terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symfisis.

3. Ekstensi

Setelah kepala di dasar panggul terjadilah distensi dari kepala hal ini

disebabkan karena lahir pada intu bawah panggul mengarah ke depan dan

keatas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.

10
4. Putaran paksi luar

Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali kearah

punggung anak torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.

5. Ekspulsi

Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung

dilakukan pengeluaran anak dengan gerakan biparietal sampai tampak ¼

bahu kearah anterior dan posterior dan badan bayi keluar dengan sangga

susur.

2.4 Ketuban Pecah Dini ( KPD )

2.4.1 Pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum

persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia 37 minggu di

sebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur.

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini

dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya

melahirkan.

2.4.2 Etiologi

Penyebab KPD belum di ketahui dengan pasti. Kejadian KPD

mendekati 10% dari semua persalinan pada umur kehamilan kurang dari

34 minggu, kejadian sekitar 4% kemungkinan di sebabkan karena berbagai

jenis faktor yaitu infeksi vagina dan servik, fisiologi selaput ketuban yang

abnormal, inkompetensi servik, dan defisiensi zat gizi 14 (asam askorbat)

11
pecahnya selaput ketuban berkaitan erat dengan perubahan proses

biokimia yang terjadi dalam faktor kolagen, infeksi dan peregangan

selaput ketuban. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah

1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun

asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa

menyebabkan terjadinya KPD.

2. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh

karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).

3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan

(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli.

4. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,

maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya di

sertai infeksi.

5. Kelainan Letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah

yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi

tekanan terhadap membrane bagian bawah.

6. Keadaan social ekonomi

Faktor lain penyebab Ketuban Pecah Dini ( KPD ) adalah :

1. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak

sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan

jaringan kulit ketuban.

2. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu

12
Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum

2.4.3 Patofisiologi

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh

kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah

karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang

menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh

Mekanisme ketuban pecah dini adalah terjadi pembukaan prematur

serviks dan membran terkait dengan pembukaan terjadi devaskularisasi

dan nekrosis serta dapat diikuti pecah spontan. Jaringan ikat yang

menyangga membran ketuban makin berkurang. Melemahnya daya

tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim

(enzim proteolitik, enzim kolagenase). Masa interval sejak ketuban

pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase

laten, makin tinggi kemungkinan infeksi. Makin muda kehamilan,

makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin.

2.4.4 faktor resiko dari KPD

a. Inkompeensi servik (leher rahim)

b. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

c. Riwayat KPD sebelumnya

d. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

e. Kehamilan kembar

13
f. Umur kehamilan < 32 - 34 minggu, dirawat selama air ketuban

masih keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.

g. Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu, belum inpartu, tidak ada

infeksi, tes busa negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda

infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37

minggu.

h. Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,

berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah

24 jam.

i. Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan

lakukan induksi.

j. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi

intrauterin).

2.4.5 Pengaruh Ketuban Pecah Dini (KPD)

1. Terhadap Janin

Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi

janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin

lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu

dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas danmorbiditas

perinatal.

2. Terhadap Ibu

Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi

intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu

14
juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan

septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring

di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik,

nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya.

2.4.6 Komplikasi pada Ketuban Pecah Dini ( KPD )

Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung

pada usia kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun

neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat,

deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya

persalinan normal.

1. Persalinan Prematur

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh

persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada

kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah.

Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24

jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi

dalam 1 minggu

2. Infeksi

Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah

Dini. Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi

septikemia dan pneumonia Umumnya terjadi korioamnionitis

sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature,

infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi

15
sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode

laten.

3. Hipoksia dan asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang

menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat

hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat

oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin

gawat.

16
BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. V 23 TAHUN, USIA KEHAMILAN 40-

41 MINGGU G1P0A0 DENGAN KETUBAN PECAH DINI

3.1 Pengkajian

Hari/Tanggal : Jum’at, 05-Oktober-2018

Tempat : Ruang vk

1. Identitas

Istri Suami

Nama : Ny. V Nama : Tn. W

Umur : 23 tahun Umur : 24 tahun

Suku/Bangsa : betawi/indonesia Suku/Bangsa : Betawi / Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Karyawan

Alamat : pulo gadung, jakarta timur

2. KALA I FASE LATEN

Hari/tanggal : Jum’at, 05-Oktober-2018

Pukul : 05.30 WIB

17
a. Data Subjektif

Ibu datang ke UGD RSUD BUDHI ASIH Rujukan dari PKM

Matraman karena Ketuban Pecah 3½ jam. Mules-mules sejak tanggal

04-10-2018 pukul 16.00, keluar lendir darah sejak tanggal 04-10-2018

pukul 20.00, keluar Air-air pada tanggal 05-10-2018 pukul 02.00 dan

keluar Air-air berwarna hijau sejak tanggal 05-10-2018 pukul 09.00.

Ini merupakan kehamilan pertama dan ibu belum pernah mengalami

keguguran. Ibu tidak ada alergi makanan maupun obat-obatan. Ibu dan

keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi, diabetes

melitus, asma, jantung, hepatitis dan HIV/AIDS. HPHT ibu pada

tanggal 21-12-2017 dan taksiran persalinan ibu pada tanggal 28-09-

2018.

b. Data Objektif

- Keadaan Umum : Baik

- Kesadaran : Composmentis

- Keadaan emosi : Stabil

- Tanda – tanda vital

Tekanan Darah : 108/62mmHg Nadi : 81 x/m

Pernafasan : 20 x/m Suhu : 36,5 °C

- Antropometri

Berat badan sebelum hamil : 53 kg

Tinggi badan : 155 cm

Berat badan saat hamil : 60 kg

18
- Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

Bentuk : Mesocephal

Warna kulit : Putih bersih

2) Rambut

Bentuk : Lurus

Bau rambut : Tidak berbau

Warna rambut : Hitam

3) wajah

Oedem : Tidak ada

4) Mata

Kesimetrisan : Simetris

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Tidak ikterik,bersih,tidak ada sekret

5) Leher

Tidak ada Pembesaran kelenjar tiroid

Tidak ada Pembesaran kelenjar limfe

6) Dada

Lukas bekas Operasi : Tidak ada

Kesimetrisan : Simetris

7) Payudara

Simetris : Simetris

19
Puting susu : Menonjol

Kolustrum : Ada

8) Abdomen

Bekas luka : Tidak ada

Palpasi Leopold

- Leopold I

TFU : 35 cm, teraba lunak, agak bulat dan tidak

melenting (bokong).

- Leopold II

Bagian kanan ibu teraba memanjang seperti papan, ada tahanan dan

keras (punggung)

Bagian kiri ibu teraba bagian terkecil janin (ekstremitas)

- Leopold III

Bagian terendah janin teraba satu bagian bulat, keras dan melenting

(kepala).

- Leopold IV

Kedua tangan tidak bertemu /divergen (sudah masuk panggul)

TBJ : ( 35-11) x 155 = 3,720

His : 2 x 10’ 30”

Auskultasi DJJ : 140 x/menit

9) Ekstremitas

Tangan : Simetris, gerakan aktif, tidak ada odema.

Kaki : Simetris,gerakan aktif, ,tidak odema

20
10) Genetalia

Luar : Tidak ada odema, tidak ada varises.

Dalam : vulva vagina tidak ada kelainan, tidak

ada kelenjar bhartolini, tidak ada odema dan varices, pembukaan

2cm, portio tebal lunak, presentasi kepala,UUK depan tidak ada

molase, penurunan hodge I, ketuban -, lakmus +

c. Analisa

Ibu : Ny. V G1P0A0 hamil 40-41 minggu inpartu kala 1 fase laten

dengan ketuban pecah 3½ jam

Janin : Tunggal hidup intrauterin, presentasi kepala

d. Penatalaksanaan

1. Menjelaskan ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam

keadaan baik.

2. Melakukan induksi dengan memasang infus Kn-Mg-3 dan

memasukan Oxytosin 5 IU 20 TPM

3. Melakukan observasi His setiap 10 menit sekali, DJJ dan nadi setiap

30 menit sekali, tekanan darah dan suhu setiap 4 jam sekali, dan

merencanakan VT 4 jam kemudian.

21
4. Tabel observasi kemajuan persalinan :

Waktu Tekanan Nadi Respirasi Suhu DJJ His Pembukaan

darah

05.30 108/62 81x/m 21x/m 36,5ºC 140x/m 2x10’30” Portio tebal

WIB mmHg lunak,

Ø : 2cm ,

ketuban (-),

presentasi

kepala

UUK

depan,

Lendir

darah (+),

lakmus (+)

06.30 140x/m

07.30 139x/m

08.30 141x/m

09.30 110/70 80x/m 20x/m 36,0ºC 140x/m 3x10’30” Portio tebal

mmHg lunak,Ø

2cm ,

ketuban (-),

presentasi

kepala

22
UUK

depan,

Lendir

darah (+),

lakmus (+)

5. Mengajurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK.

R/ dengan mengosongkan kandung kemih tidak akan menganggu

penurunan kepala.

- Ibu mengerti dan akan malakukannya.

6. Mengajarkan ibu teknik relaksasi.

R/ mengajarkan ibu untuk menarik nafas melalui hidung dan

membuang nafas melalui hidung dengan teknik ini ibu menjadi lebih

tenang saat kontraksi muncul.

- Ibu dapat melakukan dengan baik dan terlihat tenang saat kontraksi.

7. Melakukan masase pada pinggang ibu.

R/ untuk meredakan nyeri pada pinggang saat kontraksi muncul.

- Ibu tampak tenang saat dilakukan masase.

8. Menganjurkan ibu untuk melakukan posisi miring kiri.

R/ untuk mempercepat penurunan kepala

- Ibu mengerti dan segera melakukannya.

23
3. KALA I FASE AKTIF

Hari/Tanggal : Jum’at, 05-Oktober-2018

Waktu : 09.30 WIB

a) Data Subjektif

Ibu semakin terasa mulas, semakin terasa ingin meneran dan terasa

sakit di daerah sekitar pinggang

b) Data Objektif

- Keadaan umum : Baik

- Kesadaran : Composmentis

- Keadaan emosianal : Stabil

- Tanda-tanda vital : TD :110/70 Rr : 20x/m

N : 80x/m S : 36,0ºC

- Pemeriksaan dalam : Portio tebal lunak, Ø 4 cm, ketuban

(-), presentasi kepala UUK depan, lendir darah ( +) lakmus (+)

c) Analisa

Ibu G1P0A0 Hamil 40-41 minggu kala 1 fase aktif dengan ketuban

Pecah 7 ½ jam

Janin Tunggal, Hidup, Intrauterin, presentasi kepala UUK depan

d) Penatalaksanaan

1. Memberitahu keadaan ibu dan janin kepada ibu dan keluarga

2. Menganjurkan ibu untuk berbaring kekiri agar, mempercepat

penurunan kepala

24
3. Mengajarkan ibu tehknik relaksasi

4. Melakukan masase pada punggung ibu

5. Memantau kemajuan persalian dengan mengobservasi Tekanan

Darah, nadi, pernapasan,suhu, dan pembukaan

waktu Tekanan Nadi Respirasi Suhu DJJ His Pembukaan

darah

09.30 110/70 80x/m 20x/m 36ºC 140x/m 3x10’30” Portio tebal

mmHg lunak,Ø

4cm ,

ketuban (-),

presentasi

kepala

UUK

depan,

Lendir

darah (+),

lakmus (+)

10.30 140x/m

11.30 145x/m

12..30 142x/m

13.30 110/80 79x/m 21x/m 36,5ºC 145x/m Portio tebal

lunak,Ø

8cm ,

25
ketuban (-),

presentasi

kepala

UUK

depan,

Lendir

darah (+),

lakmus (+)

14.30 110/80 80x/m 21x/m 36ºC 140x/m 4x10’45” Portio tebal

WIB lunak,Ø

8cm ,

ketuban (-),

presentasi

kepala

UUK

depan,

Lendir

darah (+),

lakmus (+)

26
4. KALA II

Hari/Tanggal : Jum’at, 05-oktober-2018

Waktu : 14.30WIB

a) Data Subjektif

- Ibu mengatakan mulas semakin sering dan ingin meneran.

b) Data Objektif

- Keadaan umum : baik

- Kesadaran : composmentis

- Kestabilan emosi : stabil

- Tanda – tanda vital

TD : 110/70 mmHg Rr : 21 x/menit

N : 79 x/menit S : 36,7 ºC

- Auskultasi : DJJ : 142 x/menit

- Palpasi : His : 3x10’30”

- Pemeriksaan dalam : Vulva tidak terdapat pembesaran

kelenjar bartholini, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, selaput

ketuban (+), presentasi kepala UUK depan, kepala di Hodge IV,

tidak ada molase.

c) Analisa

Ibu : G1P0A0hamil 40-41 minggu partus kala dengan Ketuban pecah

11 ½ jam

Janin: tunggal, hidup, intrautein, presentasi kepala uuk depan.

27
d) Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.

2. Menawarkan kepada ibu untuk memilih posisi meneran yang

nyaman untuk ibu.

3. Mempersiapkan peralatan partus set dan kelengkapan lainnya

untuk ibu dan bayinya.

4. Memakai Alat Perlindungan Diri (APD)

5. Membimbing ibu meneran saat ada His dan saat ibu ada keinginan

untuk meneran.

6. Memberi pujian kepada ibu, jika ibu dapat meneran dengan baik.

7. Memberi dukungan moral dan spiritual pada ibu.

8. Pukul 17.48 WIB bayi lahir spontan, a/s : 9/10 , jenis kelamin

perempuan, menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot

aktif, anus +.

9. Melakukan pemotongan tali pusat

10. Melakukan Inisiasi Menyusui Dini ( IMD)

5. KALA III

Hari/tanggal : Jum’at, 05-Oktober-2018

Waktu : 14.50 WIB

a) Data Subjektif

- Ibu mengatakan perut masih terasa mules.

-Ibu mengatakan merasa senang atas kelahiran bayinya.

28
b) Data Objektif

- Keadaan umum : Baik

- Kesadaran : Composmentis

- Kestabilan emosi : Stabil

- TFU : teraba tepat di pusat

- Kontraksi uterus : Baik

- Kandung kemih : penuh

- Perdarahan : ±150cc

c) Analisa

P1A0 Partus Kala III

d) Penatalaksanaan

1. Melakukan kateterisasi untuk mengkosongkan kandung kemih ibu.

2. Memastikan ada atau tidaknya janin kedua

3. Melakukan manejemen aktif kala III dengan cara :

- Inject oxytosin 10 IU secara IM di 1/3 bagian paha luar ibu

- Melakukan peregangan tali pusat terkendali

- Memeriksa tanda-tanda pelepasan plasenta

- Plasenta lahir lengkap pukul 15.05 WIB.

- Melakukan masase fundus uteri selama 15 s/d 30 detik

4. Memeriksa adanya robekan pada jalan lahir. Terdapat robekan jalan

lahir Grade II

5. Menyiapkan hecting set

6. Hecting perineum ibu

29
6. Kala IV

Hari/Tanggal :Jum’at, 05- Oktober-2018

Waktu : 16.05 WIB

a) Data Subjektif

- Ibu mengatakan perut masih terasa mules.

- Ibu masih nyeri karena luka jahitan.

b) Data Objektif

- Keadaan umum : baik

- Kesadaran : composmentis

- Kestabilan emosi : stabil

- Tanda – tanda Vital :

TD : 110/70 mmHg S : 36,4 ºC

N : 83 x/menit Rr : 21 x/menit

- TFU : sepusat

- Kontraksi uterus : Baik

- Kandung kemih : kosong

- Perineum : terdapat jahitan hecting

- Perdarahan : ± 150 cc

c) Analisa

P1A0 Partus Kala IV

d) Penatalaksanaan

1. Membersihkan badan ibu dan memakaian pembalut

30
2. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang berprotein

seperti telur dan ikan

3. Mengajarkan ibu posisi menyusui yang benar.

4. Mengobservasi tekana darah, kontraksi ibu, perdarahan di 1 jam

pertama setiap 15 menit, dan 1 jam berikutnya setiap 30 menit sekali

5. Memberitahu ibu jika sakit kepala hebat, mata berkunang-kunang,

keluar darah banyak, segera memanggil petugas kesehatan

31
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

4.1 Pembahasan

Setelah melakukan asuhan kebidanan patologis pada Ny. V usia 23 tahun

G1P0A0 dengan ketuban pecah dini ( KPD ) 15 jam di RSUD BUDHI ASIH Pada

tanggal 05-Oktober-2018, maka ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan

mengenai penanganan pertolongan persalinan ini, pengkajian, analisa, dan

planning yang telah penulis lakukan dapat dikemukakan bahwa :

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik

serta pemeriksaan umum sehingga mendukung dalam penetapan diagnosa.

Pada proses pesalinannya berlangsung melalui 4 kala dengan lama :

Kala I : 9 jam

Kala II : 20 menit

Kala III: 15 menit

Kala IV : 2 jam

Lama persalinan : 11 jam 35 menit

Berdasarkan teori bahwa lama persalinan bagi ibu primigravida yaitu : 12

jam sampai 14 jamt. Sedangkan, untuk ibu primigravida dengan ketuban pecah

dini ( KPD ) 11 sampai dengan 12 jam. Sedangkan lama persalinan Ny. V adalah

11 jam 35 menit sesuai dengan teori lama waktu persalinan Ny V masih dalam

batas normal.

32
2. Analisa

Penulis menegakkan diagnosa berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan

dengan diagnosa Ny. V usia 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 40-41 minggu

dengan ketuban pecah dini 11 ½ jam.

3. Penatalaksanaan

Pada penanganan persalinan pada Ny. V ini asuhan kebidanan yang

dilakukan adalah metode asuhan persalinan normal (APN). Selain itu dalam

penanganannya petugas melakukan induksi untuk mempercepat persalinan dan

menghindari resiko komplikasi akibat KPD. Petugas memasang infus Kn-Mg-3

dengan memasukan oxytosin 5IU 20 TPM lalu, observasi setiap 30 menit dengan

menambah kecepatan tetesan cairan infus sebanyak 4 tetes dan observasi Detak

jantung janin ( DJJ ) setiap 30 menit.

33
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 kesimpulan

Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam kasus dan pembahasan

Asuhan Ibu Bersalin Patologis pada Ny. V usia 23 tahun G1P0A0 dengan

usia kehamilan 40 – 41 minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) 11 ½ Jam

di Ruang Bersalin RSUD BUDHI ASIH, Jakarta Timur, maka penulis mampu

mengambil kesimpulan yaitu :

1. Penulis melakukan pengkajian ibu bersalin dengan KPD melalui

anamnesa, pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan dalam. Setelah dilakukan

anamnesa diperoleh data bahwa pasien bernama Ny. V berumur 23 tahun,

mengatakan ketubannya rembes sejak tanggal 05-10-2018 pukul 02.00

WIB, Kolaborasi dengan Dokter Obgyn untuk tindakan selanjutnya.

Berdasarkan data perkembangan pada kasus ini, dapat ditegakkan diagnosa

kebidanan Ny. V usia 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 40-41 minggu

dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) 11 ½ Jam. Masalah yang muncul

adalah kecemasan pasien terhadap kondisi janinnya. Kebutuhan yang

diperlukan pasien berupa dukungan emosional baik dari tenaga kesehatan

maupun keluarga.

2. Pada kasus ini tindakan segera yang dilakukan yaitu kolaborasi dengan dr.

SpOG.

34
3. Rencana tindakan yang diberikan pada kasus Ny. V adalah beritahu ibu

tentang hasil pemeriksaan, jelaskan pada ibu tentang kondisi ibu sekarang,

lakukan informed consent untuk persetujuan segala tindakan medis yang

akan dilakukan, lakukan kolaborasi dengan dokter obgyn, melakukan

induksi dengan memasang infus dengan cairan Kn-Mg-3 dan memasukan

oxytosin 5 IU 20 TPM, beri dukungan psikologis untuk mengurangi

kecemasan ibu, anjurkan pada ibu makan dan minum, beritahu ibu untuk

bed rest total di tempat tidur, siapkan perlengkapan ibu dan bayi, siapkan

partus set, alat resusitasi, dan perlengkapan persalinan

4. Pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

5. Evaluasi dari asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. V adalah ibu

telah bersalin dengan selamat dan bayi sehat, keadaan ibu dan bayi baik,

tidak ada tanda – tanda infeksi sehingga ibu diperbolehkan untuk

dipindahkan keruang perawatan nifas

5.2 Saran

5.2.1 Saran Bagi tenaga medis:

Perlu ditingkatkan dalam melakukan pertolongan persalinan sesuai

dengan SOP yang ada di rumah sakit dan melaksanakan asuhan sayang ibu

agar klien merasa nyaman dalam menghadapi persalinan.

5.2.2 Saran Bagi Pasien

Perlu adannya peningkatan dan pengetahusn ibu tentang faktor

resiko pada Ketuban pecah dini ( KPD ) untuk mencegah terjadinya

infeksi.

35
5.2.3 Saran Bagi Mahasiswa

Perlu adanya pemahaman dan peningkatan dalam deteksi dini ibu

bersalin yang potensial mengalami Ketuban Pecah Dini ( KPD).

36

Вам также может понравиться