Вы находитесь на странице: 1из 39

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT HIPERTENSI

Dosen Pengampu : Kharisma Pratama.,MNS

Disusun Oleh:

Dwike Andhika Berliana (SR172110056)

PROGRAM STUDI

S1 KEPERAWATAN REGULAR B

STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Jl. Sei Raya Dalam, Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat
78117, Indonesia
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,


karunia serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Makalah Asuhan Keperawatan
Penyakit Hipertensi” dengan sebaik-baiknya. Makalah ini, kami susun
untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai Gangguan
Hipertensi. Disamping itu penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan II di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Program Studi S1 Keperawatan Regular B Semester 2 STIK
Muhammadiyah Pontianak.

Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan


setulusnya kami sampaikan terima kasih kepada yang terhormat Kharisma
Pratama.,MNS selaku dosen pembimbing. Tidak ada manusia yang
sempurna, dalam makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami
terima.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah


khasanah keilmuan dalam bidang kesehatan dan dapat memberi
pengetahuan memberikan asuhan keperawatan dengan benar pada
penderita hipertensi.

Pontianak, 7 Agustus 2018


DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………..................................................................... i

Daftar isi.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang……………….…………………………….......................... 1

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………… 4

BAB III PENUTUP

Kesimpulan……………………………...................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 35
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan
utama. Di Indonesia Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu
diperbaikan oleh dokter yang bekerja pada kesehatan primer, karena angka
prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang di
timbulkannya. Berdasrkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :
Hipertensi primer, yang tidak di ketahui penyebabnya atau diopatik,
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
(Suyono, 2001, h 453)
Di Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang,
tetapi hanya 4%, yang merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15%
pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita
hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat
karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90%
merupakan hipertensi esensial. Hasil peneltian dari MONICA
(multinational monitoring kardiovascular diseases), angka kejadian di
Indonesia berkisar 2-18% diberbagai daerah, jadi di Indonesia saat ini kira-
kira terdapat 20 juta orang penderita hipertensi.(Weblog, ririns)
Perjalanan penyakit hipertensi sangatlah perlahan. Penderita hipertensi
mungkin tidak menunjukan gejala selama bertahun-tahun, masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit, sampai terjadi kerusakan organ
yang penting. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik.
Misalnya sakit kepala atau pusing, apabila hipertensi tetap tidak diketahui
dan tidak dirawat mengakibatkan kelemahan karena stroke atau gagal
ginjal mekanis.(Sylvia Anderson, 2006 : h 583)
Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30
tahun atau 40 tahun. Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa
dimulai lebih awal. Pada tahap awal, tekanannya mungkin naik secara
berkala, misalnya pada situasi stress biasanya, ketika mengendarai mobil
jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari biasanya. Atau
tekanannya mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau
berlibur. Pada kasus-kasus seperti ini kita membicarakan “hipertensi
labil”. Atau jika angkanya terletak diatas kesasaran normal, kita
menyebutnya “hipertensi perbatasan” namun, jika angkanya diatas normal
secara konsisten, penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil”
hipertensi kronis bisa memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat
banyak, bahkan setiap rumah sakit mengetahui orang-orang muda dengan
tekanan darah yang sangat tinggi, dari 200/120 samapi 250-140. (Hans p.
wolf. 2006 : h 63)
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik) tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg di defenisikan sebagai “normal” pada
tekanan darah tinggi bisanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg
atau keatas, diukur kedua lengan iga dalam jangka beberapa
minggu.(weblog, Wikipedia-indonesia/)
1. Ruang lingkup
Dalam penulisan kasus ini penulisa akan mengambil kasus
yaitu “Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem
Kardiovascular Hipertensi di Ruang Mengkudu” di RSUD DR.RM
Djoelham Kota Binjai
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk menerapkan dan mengetahui gambaran Asuan
Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem
Kardiovasculer Hipertensi di ruang Mengkudu RSUD Dr. RM
Djoelham kota binjai.
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada dengan
gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi
2) Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi
3) Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi
4) Mampu melaksanakan pelaksanaan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi
5) Mampu melaksanakan evaluasi pada klien dengan
gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini
adalah metode kognitif yang metode ilmiah yang bersifat
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan metode deskriptif
yang memaparkan pokok masalah yaitu dengan cara
a. Study kepustakaan
Yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang
mengacu dan berhubungan dengan pembahasan yang
dibahas pada kardiovascular hipertensi
b. Study kasus
Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung atau
melaksanakan asuhan keperawatan langsung pada pasien
melalui wawancara, observasi langsung dan dokumentasi.
1) Wawancara
Yaitu melakukan wawancara langsung pada pasien
maupun pada kelurga pasien dan juga perawat yang
ada diruangan tersebut untuk memperoleh keterangan
yang jelas, baik subjektif maupun objektif.
2) Dokumentasi
Yaitu penulisan memperoleh data dari status pasien
dan medical record.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer,
2001)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan
tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah
Tinggi jika tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan
Diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120
mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg
atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa
minggu.

B. Epidemiologi
Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di
Amerika Serikat. Sekitar seperempat jumlah pendududk dewasa menderita
hipertensi, dan insidennya lebih tinggi dikalangan Afro-Amerika setelah
usia remaja.Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi essensial
dan sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu
.
C. Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90%
diantara mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak
dapat ditentukan penyebab medisnya.Sisanya mengalami kenaikan tekanan
darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak /
belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90
% dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/
sebagai akibat dari adanya penyakit lain.

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa


perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada


sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal.
Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma,


yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin
(adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

1. Penyakit Ginjal
a. Stenosis arteri renalis
b. Pielonefritis
c. Glomerulonefritis
d. Tumor-tumor ginjal
e. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
a. Hiperaldosteronism
b. Sindroma Cushing
c. Feokromositoma
3. Obat-obatan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin
d. Eritropoietin
e. Kokain
f. Penyalahgunaan alkohol
4. Penyebab Lainnya
a. Koartasio aorta
b. Preeklamsi pada kehamilan
c. Porfiria intermiten akut
d. Keracunan timbal akut

Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :

1. Peningkatan kecepatan denyut jantung


2. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
3. Peningkatan TPR yang berlangsung lama

D. Faktor Predisposisi
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh
beberapa hal seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga
banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila
salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor
genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress,
kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor
lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial.
Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf
simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan
darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan,
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini
belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih
tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan
dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal
di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari
populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan
yang erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum
dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi
penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bias terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.

F. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala berikut:

1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya
kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran


dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

G. Klasifikasi
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun/Lebih


Kategori Sistolik Diastolik
(mmhg) (mmhg)
Normal < 130 <85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi

Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99

Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan
sistolik dan diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih
adalah kategori yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali
pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau
lebih setelah skrining awal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau
ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140


mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan
tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir
setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus
meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis.

Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan ( pregnancy-


induced hypertension, PIH ) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena
hipertensinya reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat
dari kombinasi peningkatan curah jantung dan TPR. Selama kehamilan
normal volume darah meningkat secara drastis. Pada wanita sehat,
peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan responsifitas
vascular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal
ini menyebabkan TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan
darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas
terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar
volume darah secara langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan
darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik yang
mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita
dan dapat menyebabkan kejang,koma, dan kematian.

H. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi
menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto
(Depkes, 2007) adalah diantaranya:
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak,
transient ischemic attack (TIA).
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark
miocard acut (IMA).
3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema
pupil.

I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas
kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi:
1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai
terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor
resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa
urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium,
kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL.
2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan
konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai
tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens
kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.
3. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal),
glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron
yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan
hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi),
pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa
protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor
penyebab hipertensi)
4. Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan

J. Penatalaksanaan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi,
karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur
dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan
darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah
obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang
berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
3. Pengobatan non obat (non farmakologis)

Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol


tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan
atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat
anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai
sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :

1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh


2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan
makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis
akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak
dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik
digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
3. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis
dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat
menurunkan tekanan darah.
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat
selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol
Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi


yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan
menghubungi dokter.

1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan
cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh
berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi
lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
2. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf
simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ).
Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
3. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui
penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak
dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya
adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita
diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala
hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun
menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme
(penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat
harus hati-hati.
4. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang
termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin.
Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian
obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
5. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan
zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini
adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan
cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang
termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan
Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
7. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan
ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk
dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping
yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan
mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari
faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat
penyakit ini bisa ditekan.

K. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemehan, keletihan, napas pendek, gaya hidup
monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit serebrovaskular. Episode palpitasi,
perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan
darah diperlukan untuk menegakan diagnosis). Hipotensi
postural (mungkin berhubungna dengan regimen obat ). Nadi :
denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis ; perbedaan denyut
seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan
radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis
tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama : takikardia berbagai
disritmia.
Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4
(pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur
stenosis valvular.
Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu dingin
(vasokonstriksi perifer) ; pengisian kapiler mungkin melambat
/tertunda (vasokonstriksi)
c. Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan
serebral). Faktor-faktor stress multiple (hubungan, keuangan,
yang berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu
perhatian, tangisan yang meledak. Gerak tangan empati, otot
muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik cepat,
pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti,
infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal dimasa lalu)
e. Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan
yang digoreng, keju, telur); kandungan tinggi kalori. Mual,
muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini
(meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema
(mungkin umum atau tertentu); kongesti vena; glukosuria
(hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik)
f. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala
suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan
stelah beberapa jam ). Episode kebas/kelemahan pada satu sisi
tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).
Episode epistaksis.
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara, afek, proses pikir, atau memori (ingatan). Respon
motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan /atau
reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari
sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan
sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi
tergantung pada berat/lamanya hipertensi.
g. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung).
Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala
oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri
abdomen/massa (feokromositoma)
h. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja.
Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal. Batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum. Riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan.
Bunyi napas tambahan (krekles/mengi). Sianosis.
i. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia
unilateral transien. Hipotensi posturnal.
j. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, DM, penyakit serebrovaskular/ginjal.
Faktor-faktor risiko etnik : seperti orang Afrika-Amerika, Asia
tenggara. Penggunaan pil KB atau hormone lain; penggunaan
obat/alkohol.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
Peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh darah.
b. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen otak
c. Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan
metabolik.
d. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral dan iskemia miokard
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema,
peningkatan cairan intravascular
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
g. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis
situasional
h. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan
berhubungan dengan Misinterpretasi informasi
i. Risiko injuri/cedera berhubungan dengan penglihatan ganda (
diplopia )
j. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan

3. Rencana Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


DAN
KRITERIA HASIL

1 Gangguan Setelah diberikan 1. Pantau TD, a. Normalnya


perfusi asuhan catat adanya autoregulasi
serebral keperawatan hipertensi mempertaha
berhubungan diharapkan pasien sistolik secara nkan aliran
dengan dapat mencapai terus menerus darah otak
penurunan atau dan tekanan yang konstan
suplai mempertahankan nadi yang pada saat
oksigen otak tingkat umum sadar semakin berat. ada fluktuasi
penuh,bebas dari 2. Pantau TD sistemik.
gejala komplikasi frekuensi Kehilangan
neurologis jantung, catat autoregulasi
merugikan dengan adanya dapat
kriteria hasil : Bradikardi, mengikuti
a. Pasien Tacikardia kerusakan
dapat atau bentuk kerusakan
mendemons Disritmia vaskularisasi
trasikan lainnya. serebral
tanda-tanda 3. Pantau lokal/menye
vital stabil pernapasan bar.
meliputi pola b. Perubahan
dan iramanya. pada ritme
4. Catat status (paling
neurologis sering
dengan teratur Bradikardi)
dan dan
bandingkan Disritmia
dengan dapat timbul
keadaan yang
normalnya. mencermink
5. Berikan obat an adanya
anti hipertensif depresi/trau
misal ma pada
diazoksida batang otak
(hiperstat) dan pada pasien
hidralazin yang tidak
(apresolin) memiliki
kelainan
jantung
sebelumnya.
c. Napas yang
tidak teratur
dapat
menunjukka
n lokasi
adanya
gangguan
serebral dan
memerlukan
intervensi
yang lebih
lanjut.
d. Pengkajian
kecenderung
an adanya
perubahan
tingkat
kesadaran
adalah
sangat
berguna
dalam
menentukan
lokasi
penyebaran/l
uasnya dan
perkembang
an dari
kerusakan
serebral.
e. Efektif
dalam
menurunkan
tekanan
darah untuk
mencegah
krisis
hipertensif
yang dapat
dihubungkan
dengan
intoksifikasi
PCP.

2 Perubahan Setelah diberikan 1. Kaji a. Kegemuka


nutrisi : lebih asuhan pemahaman n adalah
dari keperawatan pasien tentang risiko
kebutuhan diharapkan pasien hubungan tambahan
tubuh mampu langsung terhadap
berhubungan mengidentifikasi antara tekanan
dengan hubungan antara hipertensi dan darah
masukan hipertensi dengan kegemukan tinggi
berlebih kegemukan, 2.Bicarakan karena
sehubungan dengan kriteria pentingnya disproporsi
dengan hasil : menurunkan antara
kebutuhan a. Pasien masuka kalori kapasitas
metabolik. menunjukkan dan batasi aorta dan
perubahan batasan lemak, peningkata
pola makan garam dan gula n curah
b. Mempertaha 3. Tetapkan jantungber
nkan berat keinginan kaitan
badan pasien untuk dengan
dengan menurunkan peningkata
pemeliharaan berat badan n masa
kesehatan 4. Kaji tubuh
optimal ulang masukan b. kesalahan
c. Melakukan/ kalori harian kebiasaan
mempertahan dan pilihan makan
kan program diet. menunjang
olahraga 5. Rujuk ke terjadinya
yang tepat ahli gizi sesuai aterosklero
secara indikasi sis dan
individual kegemukan
, yang
merupakan
predisposis
i hipertensi.
Kelebiah
masukan
garam
memperban
yak volume
cairan
intravaskul
er dan
dapat
merusak
ginjal yang
lebih
memperbur
uk kondisi
c. motivasi
untuk.men
urunkan
berat badan
adalah
internal.
Individu
harus
berkeingina
n untuk
menurunka
n berat
badan bila
tidak maka
program
tidak akan
berhasil
d. Mengidenti
fikasi
kekuatan/k
elemahan
dalam
program
diet
terakhir.me
mbantu
dalam
menentuka
n individu
untuk
penyesuaia
n/penyuluh
an
e. Memberika
n konseling
dan
bantuan
dengan
memenuhi
kebutuhan
diet
individual

3 Kelebihan Setelah diberikan 1. Awasi a. Tacikardi


volume asuhan denyut dan
cairan keperawatan jantung, hipertensi
berhubungan diharapkan pasien TD, CVP terjadi
dengan menunjukkan 2. Catat karena 1.
edema keseimbangan pemasukan Kegagalan
masukan dan dan ginjal untuk
haluaran,BB stabil, pengeluara mengeluarka
tanda vital dalam n secara n urine, 2.
rentang normal dan akurat. Pembatasan
tak ada oedema 3. Awasi berat cairan
dengan kriteria jenis urine berlebih
hasil : 4. Timbang selama
a. Menyatakan tiap hari mengobati
pemahaman dengan alat hipovolemia/
diet dan pakaian hipotensi
individu/pem yang sama atau
batasan 5. Kaji kulit, perubahan
cairan wajah area fase oliguri
tergantung gagal ginjal
untuk dan 3.
edema Perubahan
6. Berikan pada renin-
obat sesuai angiotensin
indikasi b. Perlu untuk
(diuretik) menentukan
fungsi gnjal,
kebutuhan
penggantian
cairan
c. Mengukur
kemampuan
ginjal untuk
mengkonsen
trasikan
urine
d. Penimbanga
n berat
badan harian
adalah
pengawasan
status cairan
terbaru.
Peningkatan
berat badan
lebih dari 0,5
kg per hari
diduga ada
retensi
cairan.
e. Edema
terjadi
terutama
pada
jaringan
yang
tergantung
pada tubuh
contoh :
tangan, kaki,
area
lumbosacral
f. Membantu
dalam
pengeluaran
cairan

4 Nyeri Setelah diberikan 1. Observasi a. Mengetahui


berhubungan asuhan derajat derajat nyeri
dengan keperawatan nyeri yang
peningkatan diharapkan pasien 2. Pertahank dirasakan
tekanan Nyeri terkontrol an tirah pasien dan
vascular dengan kriteria baring mempermud
serebral dan hasil : selama ah intervensi
iskemia a. Mengungkap fase akut selanjutny
miokard kan metode 3. Berikan b. Meminimalk
yang tindakan an
memberikan nonfarma stimulasi/me
pengurangan kologi ningkatkan
b. Mengikuti untuk relaksasi
regimen menghilan c. Tindakan
farmakologi gkan sakit yang
yang kepala menurunkan
diresepkan atau nyeri tekanan
c. Skala nyri 0- dada vaskular
1 misal, serebral dan
d. Wajah pasien kompres yang
tidak dingin memperlamb
meringis pada dahi, at/ memblok
pijat respon
punggung simpatis
dan leher, efektif dalam
teknik menghilangk
relaksasi ( an sakit
panduan kepala dan
imajinasi, komplikasin
distraksi ) ya.
dan d. Aktivitas
aktivitas yang
waktu meningkatka
senggang n
4. Minimalk vasokontriks
an i
aktivitas menyebabka
vasokontri n sakit
ksi yang kepala pada
dapat adanya
meningkat penigkatan
kan sakit tekanan
kepala vaskular
misalnya, serebral.
mengejan e. Mengetahui
saat BAB, keadaan
batuk umum
panjang, pasien.
membung Peningkatan
kuk. tanda-tanda
5. Kaji vital
tanda- mengindikas
tanda vital ikan nyeri
6. Kolaboras belum dapat
i: terkontrol.
a. Analge f. Menurunkan
sik /mengontrol
b. Antian nyeri dan
sietas menurunkan
mis, rangsang
lorazep sistem saraf
am, simpatis.
diazepa g. Dapat
m mengurangi
tegangan dan
ketidaknyam
anan yang
diperberat
oleh stres.

5 Intoleransi Setelah diberikan 1. Kaji a. Menyebutka


aktivitas asuhan respon n parameter
berhubungan keperawatan pasien membantu
dengan diharapkan pasien terhadap dalam
Kelemahan dapat berpartisipasi aktivitas, mengkaji
umum dan dalam aktivitas perhatikan respons
ketidakseimb yang frekuensi fisiologi
angan antara diinginkan/diperuk nadi lebih terhadap
suplai dan an dengan kriteria dari 20 kali stres
kebutuhan hasil : per menit di aktivitas dan
oksigen a. Melaporkan atas bila ada,
peningkatan frekuensi merupakan
dalam istirahat, indikator
toleransi peningkata dari
aktivitas yang n tekanan kelebihan
dapat diukur darah yang kerja yang
b. Menunjukkan nyata berkaitan
penurunan selama dengan
dalam tanda- /sesudah tingkat
tanda aktivitas, aktivitas
intoleransi dpsnea atau b. Teknik
fisiologi nyeri dada, menghemat
keletihan energi
dan mengurangi
kelemahan pengguanan
yang energi, juga
berlebihan, membantu
diaforesis, keseimbanga
pusing atau n antara
pingsan suplai dan
2. Instruksika kebutuhan
n pasien oksigen
tentang c. Mengidentifi
teknik kasi sejauh
penghemata mana
n energi , kemampuan
misalnya pasien dalam
menggunak melakukan
an kursi aktivitas dan
saat mandi, perawatan
duduk saat diri
menyisir d. Kemajuan
rambut atau aktivitas
menggosok bertahap
gigi, mencegah
melakukan peningkatan
aktivitas kerja jantung
dengan tiba-tiba.
perlahan Memberikan
3. Kaji sejauh bantuan
mana hanya
aktivitas sebatas
yang dapat kebutuhan
ditolerans hanya akan
4. Berikan mendorong
dorongan kemandirian
untuk dalam
melakukan melakukan
aktivitas/pe aktivitas.
rawatan diri
bertahap
jika dapat
ditoleransi

6 Ansietas Setelah diberikan 1. Observasi a. Ansietas


berhubungan asuhan tingkah ringan
dengan keperawatan laku yang dapat
perubahan diharapkan pasien menunjukk ditunjukka
kondisi tampak rileks an tingkat n dengan
kesehatan Kriteria hasil: ansietas peka
a. Melaporkan 2. Tinggal rangsang
cemas bersama dan
berkurang pasien, insomnia.
sampai mempertah Ansietas
hilang ankan sikap berat yang
b. Mampu yang berkemban
mengidentifi tenang. g kedalam
kasi cara Mengakui keadaan
hidup yang atau panik dapat
sehat untuk menjawab menimbulk
membagikan kekhawatir an perasaan
perasaannya annya dan terancam,
mengizinka ketidakma
n perilaku mpuan
pasien yang untuk
umum. berbicara
3. Jelaskan dan
prosedur, bergerak.
lingkungan b. Menegaska
sekeliling n pada
atau suara pasien atau
yang orang
mungkin terdekat
didengar bahwa
oleh pasien walaupun
4. Bicara perasaan
singkat pasien
dengan kata diluar
sederhana kontrol
5. Kurangi lingkungan
stimulasi nya tetap
dari luar : aman
tempatkan c. Memberika
pada n informasi
ruangan yang akurat
yang yang dapat
tenang, menurunka
kurangi n kesalahan
lampu yang interpretasi
terlalu yang dapat
terang, berperan
kurangi pada reaksi
orang ansietas
jumlah d. Rentang
orang yang perhatian
berhubunga mungkin
n dengan menjadi
pasien pendek,
konsentrasi
berkurang
yang
membatasi
kemampua
n untuk
menerima
informasi.
e. Menciptaka
n
lingkungan
yang
terapiutik

7 Koping Setelah diberikan 1. Kaji a. Mekanisme


individu tidak asuhan keefektifan adaptif
efektif keperawatan strategi perlu untuk
berhubungan diharapkan pasien koping mengubah
dengan Krisis mampu dengan pola hidup
situasional mengidentifikasi mengobser seseorang,
perilaku koping vasi mengatasi
efektif dengan perilaku hipertensi
kriteria hasil : misal, kronik dan
a. Menyatakan kemampua mengintegr
kesadaran n asikan
kemampuan menyataka terapi yang
koping/kekuat n perasaan diharuskan
an pribadi dan ke dalam
b. Mengidentifik perhatian, kehidupan
asi potensial keinginan sehari-hari
situasi stres dalam b. Manifestasi
dan partisipasi mekanisme
mengambil dalam koping
langkah untuk rencana maladaptif
menghindari pengobata mungkin
atau n merupakan
mengubahnya. 2. Bantu indikator
c. Mendemonstra pasien marah yang
sikan untuk ditekan dan
pengguanaan mengidenti diketahui
keterampilan fikasi telah
atau metode stresor menjadi
koping efektif spesifik penentu
dan utama TD
kemungkin diastolic
an strategi c. Keterlibata
untuk n
mengatasi memberika
nya n pasien
3. Libatkan perasan
pasien kontrol diri
dalam yang
perencanaa berkelanjut
n an,
perawatan memperbai
dan beri ki
dorongan keterampila
partisipasi n koping,
maksimum dan dapat
dalam meningkatk
rencana an kerja
pengobata sama
n dalam
4. Dorong regimen
pasien terapeutik
untuk d. Fokus
mengevalu perhatian
asi pasien
prioritas/tu terhadap
juan hidup. realitas
Tanyakan situasi
” apakah yang ada
yang anda relatif
lakukan terhadap
merupakan pandangan
apa yang pasien
anda tentang apa
inginkan?” yang
5. Bantu diinginkan.
pasien e. Perubahan
utuk yang perlu
mengidenti harus
fikasi dan diprioritask
mulai an secara
merencana realistik
kan untuk
perubahan menghinda
hidup yang ri rasa tidak
perlu. menentu
Bantu dan tidak
untuk berdaya.
menyesuai
kan
daripada
membatalk
an tujuan
diri/keluar
ga
8 Kurang Setelah diberikan 1. Kaji a. Kesalahan
pengetahuan asuhan kesiapan konsep dan
mengenai keperawatan dan menyangka
kondisi dan diharapkan pasien hambatan l
rencana menyatakan dalam diagnosaka
pengobatan pemahaman belajar. rena
berhubungan tentang proses Termasuk perasaan
dengan penyakit dan orang sejahtera
Misinterpreta regimen terdekat yang sudah
si informasi pengobatan dengan 2. Tetapkan lama
kriteria hasil : dan dinikmati
a. Mengidentifi nyatakan mempengar
kasi efek batas TD uhi minat
samping obat normal. pasien/oran
dan Jelaskan g terdekat
kemungkinan tentang untuk
komplikasi hipertensi mempelajar
yang perlu efeknya i penyakit,
diperhatikan pada kemajuan
b. Mempertaha jantung, dan
nkan TD pembuluh prognosis.
dalam darah, Bila pasien
parameter ginjal dan tidak
normal otak. menerima
3. Hindari realitas
mengatakan bahwa
TD ” membutuh
normal ” kan
dan pengobatan
gunakan kontinu,
istilah ” maka
terkontrol perubahan
dengan baik perilaku
” saat tidak akan
menggamb dipertahank
arkan TD an.
pasien b. Pemahama
dalam batas n bahwa
yang tekanan
diinginkan. darah
4. Bantu tinggi
pasien dapat
dalam terjadi
mengidentif tanpa
ikasi faktor- gejala
faktor adalah
risiko untuk
kardiovask memungki
uler yang nkan
dapa diubah pasien
misal, melanjutka
obesitas, n
diet tinggi pengobatan
lemak meskipun
jenuh dan ketika
kolesterol, merasa
pola hidup sehat.
monoton,m c. Karena
erokok, pengobatan
minum untuk
alkohol, hipertensi
pola hidup adalah
penuh stres. sepanjang
kehidupan,
maka
dengan
penyampai
an ide
”terkotrol”
akan
membantu
pasien
untuk
memahami
kebutuhan
untuk
melanjutka
n
pengobatan
/medikasi.
d. Faktor-
faktor
risiko ini
telah
menunjukk
an
hubungan
dalam
menunjang
hipertensi
dan
penyakit
kardiovask
ular serta
ginjal.
e. Dengan
mengubah
pola
perilaku
yang
”biasa/me
mberikan
rasa
aman”akan
sangat
menyusahk
an.
Dukungan,
petunjuk
dan empati
dapat
meningkatk
an
keberhasila
n pasien
dalam
menyelesai
kan tugas
f. Nikotin
meningkatk
an
pelepasan
ketokolami
n,
mengakibat
kan
peningkata
n frekuensi
jantung,
TD, dan
vasokontrik
si,
mengurang
i
oksigenasi
jaringan,
dan
meningkatk
an beban
kerja
miokardiu
m.

9 Risiko tinggi Setelah diberikan 1. Pantau TD. b. Perbanding


penurunan asuhan Ukur pada an dari
curah jantung keperawatan kedua tekanan
berhubungan diharapkan pasien tangan/ memberika
dengan mampu paha untuk n gambaran
Peningkatan berpartisipasi evaluasi yang lebih
afterload, dalam aktivitas awal. lengkap
vasokontriksi yang menurunkan Gunakan tentang
pembuluh tekanan darah/ ukuran keterlibatan
darah. beban kerja jantung manset / bidang
dengan criteria yang tepat masalah
hasil : dan teknik vaskular.
a. Mempertahan yang Hipertensi
kan tekanan akurat. diklasifikas
darah dalam 2. Catat ikan pada
rentang keberadaan, orang
individu yang kualitas dewasa
dapat diterima denyutan sebagai
b. Memperlihatk sentral dan peningkata
an irama dan perifer n tekanan
frekuensi 3. Auskultasi diastolik
jantung yang tonus sampai
stabil dalam jantung dan 130, hasil
rentang bunyi nafas pengukuran
normal pasien 4. Amati diastolik di
warnakulit, atas 130
kelembaban dipertimba
, suhu dan ngkan
masa sebagai
pengisian peningkata
kapiler n pertama,
5. Pertahanka kemudian
n maligna.
pembatasan Hipertensis
aktivitas istolik juga
seperti merupakan
istirahat di faktor
tempat risiko yang
tidur/ kursi, ditentukan
jadwal untuk
periode penyakit
istirahat serebrovas
tanpa kular dan
gangguan, penyakit
bantu iskemi
pasien jantung
melakukan bila
aktivitas tekanan
perawatan diastolik
diri sesuai 90-115.
kebutuhan c. Denyutan
6. Berikan karotis
lingkungan ,jugularis,r
tenang, adialis dan
nyaman, femoralis
kurangi mungkin
aktivitas / terpalpasi.
keributan Denyut
lingkungan. pada
Batasi tungkai
jumlah mungkin
pengunjung menurun,
dan mencermin
lamanya kan efek
tinggal. dari
7. Kolaborasi vasokontrik
: si (
a. Berikan peningkata
obat- n SVR )
obat dan
sesuai kongesti
indikasi vena
seperti d. S4 umum
Diureti terdengar
k tiazid pada pasien
dan hipertensi
vasodil berat
ator karena
adanya
hipertrofi
atrium.
Adanya
krakel,
mengi
dapat
mengindika
sikan
kongesti
paru
sekunder
terhadap
terjadinya
atau gagal
jantung
kronik
e. Adanya
pucat,
dingin,
kulit
lembab dan
masa
pengisian
kapiler
lambat
mungkin
berkaitan
dengan
vasokontrik
si atau
mencermin
kan
dekompens
asi/penurun
an curah
jantung.
f. Menurunka
n stres dan
ketegangan
yang
mempengar
uhi tekanan
darah dan
perjalanan
penyakit
hipertensi
g. Membantu
untuk
menurunka
n rangsang
simpatis;
meningkatk
an
relaksasi.
h. Tiazid
mungkin
digunakan
sendiri atau
dicampur
dengan
obat lain
untuk
menurunka
n TD pada
pasien
dengan
fungsi
ginjal yang
relatif
normal.
Diuretik ini
memperkua
t agen-agen
antihiperte
nsi lain
dengan
membatasi
retensi
cairan.
Vasodilator
menurunka
n aktivitas
kontriksi
arteri dan
vena pada
ujung saraf
simpatik.

10 Risiko Setelah diberikan 1. Jauhkan a. Meminim


injuri/cedera asuhan dari alkan
berhubungan keperawatan benda- risiko
dengan diharapkan pasien benda cedera
penglihatan tidak mengalami tajam b. Meminim
ganda ( suatu injury dalam 2. Berikan alkan
diplopia ) perawatan di rumah peneranga terjadinya
sakit maupun di n yang benturan
rumah dengan cukup c. Meminim
kriteria hasil : 3. Usahakan alkan
a. Pasien tidak lantai klien
mengalami tidak licin jatuh
cedera. dan basah d. Menghind
4. Pasang ari klien
side rail terjatuh
5. Anjurkan pada saat
pada istirahat
keluarga e. Untuk
klien meningka
untuk tkan
selalu menjaga
menemani keamanan
klien
dalam
beraktivit
as

4. Evaluasi
a. Dx 1: Pasien dapat mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil
b. Dx 2: Pasien menunjukkan perubahan pola makan
Mempertahankan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat secara
individual
c. Dx 3: Pasien menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran,BB
stabil, tanda vital dalam rentang normal dan tak ada oedema
Menyatakan pemahaman diet individu/pembatasan cairan
d. Dx.4: Pasien mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
Skala nyri 0-1
Wajah pasien tidak meringis
e. Dx.5:Pasien tampak rileks
Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan
perasaannya
f. Dx.6 : Pasien tampak rileks
Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan
perasaannya
g. Dx.7 : Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk
menghindari atau mengubahnya.
Mendemonstrasikan pengguanaan keterampilan atau metode kopi
h. Dx.8 : Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan
komplikasi yang perlu diperhatikan
Mempertahankan TD dalam parameter normal
i. Dx.9 : Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang
dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung yang stabil dalam rentang
normal pasien
j. Dx.10 : Pasien tidak mengalami cedera
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah
itu sendiri adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong
melawan dinding pembuluh darah (arteri). Kekuatan tekanan darah ini bisa
berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa yang sedang
dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan
normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh darahnya.
Tekanan darah tinggi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih
tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHG). Angka 140 mmHG
merujuk pada bacaan sistolik, ketika jantung memompa darah ke seluruh
tubuh. Sementara itu, angka 90 mmHG mengacu pada bacaan diastolik,
ketika jantung dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya
dengan darah.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis,yaitu
hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi) dan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/
sebagai akibat dari adanya penyakit lain.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges,Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien edisi 3. Jakarta :EGC

Price, Sylvia A.2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6


volume 1. Jakarta ;EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta


:EGC

Вам также может понравиться