Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENYAKIT HIPERTENSI
Disusun Oleh:
PROGRAM STUDI
S1 KEPERAWATAN REGULAR B
Jl. Sei Raya Dalam, Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat
78117, Indonesia
KATA PENGANTAR
Daftar isi.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang……………….…………………………….......................... 1
Kesimpulan……………………………...................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan
utama. Di Indonesia Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu
diperbaikan oleh dokter yang bekerja pada kesehatan primer, karena angka
prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang di
timbulkannya. Berdasrkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :
Hipertensi primer, yang tidak di ketahui penyebabnya atau diopatik,
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
(Suyono, 2001, h 453)
Di Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang,
tetapi hanya 4%, yang merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15%
pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita
hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat
karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90%
merupakan hipertensi esensial. Hasil peneltian dari MONICA
(multinational monitoring kardiovascular diseases), angka kejadian di
Indonesia berkisar 2-18% diberbagai daerah, jadi di Indonesia saat ini kira-
kira terdapat 20 juta orang penderita hipertensi.(Weblog, ririns)
Perjalanan penyakit hipertensi sangatlah perlahan. Penderita hipertensi
mungkin tidak menunjukan gejala selama bertahun-tahun, masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit, sampai terjadi kerusakan organ
yang penting. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik.
Misalnya sakit kepala atau pusing, apabila hipertensi tetap tidak diketahui
dan tidak dirawat mengakibatkan kelemahan karena stroke atau gagal
ginjal mekanis.(Sylvia Anderson, 2006 : h 583)
Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30
tahun atau 40 tahun. Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa
dimulai lebih awal. Pada tahap awal, tekanannya mungkin naik secara
berkala, misalnya pada situasi stress biasanya, ketika mengendarai mobil
jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari biasanya. Atau
tekanannya mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau
berlibur. Pada kasus-kasus seperti ini kita membicarakan “hipertensi
labil”. Atau jika angkanya terletak diatas kesasaran normal, kita
menyebutnya “hipertensi perbatasan” namun, jika angkanya diatas normal
secara konsisten, penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil”
hipertensi kronis bisa memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat
banyak, bahkan setiap rumah sakit mengetahui orang-orang muda dengan
tekanan darah yang sangat tinggi, dari 200/120 samapi 250-140. (Hans p.
wolf. 2006 : h 63)
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik) tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg di defenisikan sebagai “normal” pada
tekanan darah tinggi bisanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg
atau keatas, diukur kedua lengan iga dalam jangka beberapa
minggu.(weblog, Wikipedia-indonesia/)
1. Ruang lingkup
Dalam penulisan kasus ini penulisa akan mengambil kasus
yaitu “Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem
Kardiovascular Hipertensi di Ruang Mengkudu” di RSUD DR.RM
Djoelham Kota Binjai
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk menerapkan dan mengetahui gambaran Asuan
Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem
Kardiovasculer Hipertensi di ruang Mengkudu RSUD Dr. RM
Djoelham kota binjai.
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada dengan
gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi
2) Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi
3) Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi
4) Mampu melaksanakan pelaksanaan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi
5) Mampu melaksanakan evaluasi pada klien dengan
gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini
adalah metode kognitif yang metode ilmiah yang bersifat
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan metode deskriptif
yang memaparkan pokok masalah yaitu dengan cara
a. Study kepustakaan
Yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang
mengacu dan berhubungan dengan pembahasan yang
dibahas pada kardiovascular hipertensi
b. Study kasus
Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung atau
melaksanakan asuhan keperawatan langsung pada pasien
melalui wawancara, observasi langsung dan dokumentasi.
1) Wawancara
Yaitu melakukan wawancara langsung pada pasien
maupun pada kelurga pasien dan juga perawat yang
ada diruangan tersebut untuk memperoleh keterangan
yang jelas, baik subjektif maupun objektif.
2) Dokumentasi
Yaitu penulisan memperoleh data dari status pasien
dan medical record.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer,
2001)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan
tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah
Tinggi jika tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan
Diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120
mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg
atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa
minggu.
B. Epidemiologi
Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di
Amerika Serikat. Sekitar seperempat jumlah pendududk dewasa menderita
hipertensi, dan insidennya lebih tinggi dikalangan Afro-Amerika setelah
usia remaja.Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi essensial
dan sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu
.
C. Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90%
diantara mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak
dapat ditentukan penyebab medisnya.Sisanya mengalami kenaikan tekanan
darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak /
belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90
% dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/
sebagai akibat dari adanya penyakit lain.
1. Penyakit Ginjal
a. Stenosis arteri renalis
b. Pielonefritis
c. Glomerulonefritis
d. Tumor-tumor ginjal
e. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
a. Hiperaldosteronism
b. Sindroma Cushing
c. Feokromositoma
3. Obat-obatan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin
d. Eritropoietin
e. Kokain
f. Penyalahgunaan alkohol
4. Penyebab Lainnya
a. Koartasio aorta
b. Preeklamsi pada kehamilan
c. Porfiria intermiten akut
d. Keracunan timbal akut
D. Faktor Predisposisi
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh
beberapa hal seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga
banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila
salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor
genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress,
kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor
lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial.
Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf
simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan
darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan,
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini
belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih
tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan
dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal
di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari
populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan
yang erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum
dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi
penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bias terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.
F. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya
kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
G. Klasifikasi
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :
Hipertensi
Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan
sistolik dan diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih
adalah kategori yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali
pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau
lebih setelah skrining awal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau
ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
H. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi
menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto
(Depkes, 2007) adalah diantaranya:
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak,
transient ischemic attack (TIA).
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark
miocard acut (IMA).
3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema
pupil.
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas
kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi:
1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai
terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor
resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa
urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium,
kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL.
2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan
konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai
tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens
kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.
3. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal),
glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron
yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan
hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi),
pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa
protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor
penyebab hipertensi)
4. Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan
J. Penatalaksanaan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi,
karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur
dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan
darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah
obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang
berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
3. Pengobatan non obat (non farmakologis)
1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan
cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh
berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi
lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
2. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf
simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ).
Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
3. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui
penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak
dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya
adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita
diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala
hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun
menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme
(penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat
harus hati-hati.
4. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang
termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin.
Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian
obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
5. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan
zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini
adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan
cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang
termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan
Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
7. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan
ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk
dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping
yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan
mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari
faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat
penyakit ini bisa ditekan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
Peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh darah.
b. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen otak
c. Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan
metabolik.
d. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral dan iskemia miokard
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema,
peningkatan cairan intravascular
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
g. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis
situasional
h. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan
berhubungan dengan Misinterpretasi informasi
i. Risiko injuri/cedera berhubungan dengan penglihatan ganda (
diplopia )
j. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan
3. Rencana Keperawatan
4. Evaluasi
a. Dx 1: Pasien dapat mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil
b. Dx 2: Pasien menunjukkan perubahan pola makan
Mempertahankan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat secara
individual
c. Dx 3: Pasien menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran,BB
stabil, tanda vital dalam rentang normal dan tak ada oedema
Menyatakan pemahaman diet individu/pembatasan cairan
d. Dx.4: Pasien mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
Skala nyri 0-1
Wajah pasien tidak meringis
e. Dx.5:Pasien tampak rileks
Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan
perasaannya
f. Dx.6 : Pasien tampak rileks
Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan
perasaannya
g. Dx.7 : Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk
menghindari atau mengubahnya.
Mendemonstrasikan pengguanaan keterampilan atau metode kopi
h. Dx.8 : Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan
komplikasi yang perlu diperhatikan
Mempertahankan TD dalam parameter normal
i. Dx.9 : Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang
dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung yang stabil dalam rentang
normal pasien
j. Dx.10 : Pasien tidak mengalami cedera
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah
itu sendiri adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong
melawan dinding pembuluh darah (arteri). Kekuatan tekanan darah ini bisa
berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa yang sedang
dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan
normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh darahnya.
Tekanan darah tinggi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih
tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHG). Angka 140 mmHG
merujuk pada bacaan sistolik, ketika jantung memompa darah ke seluruh
tubuh. Sementara itu, angka 90 mmHG mengacu pada bacaan diastolik,
ketika jantung dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya
dengan darah.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis,yaitu
hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi) dan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/
sebagai akibat dari adanya penyakit lain.
DAFTAR PUSTAKA