Вы находитесь на странице: 1из 26

Maulana Istu Pradika, Sri Rum Giyarsih, Hartono -- Peran Pemuda dalam Pengurangan Risiko Bencana dan

Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta

JURNAL KETAHANAN NASIONAL


Vol. 24, No.2, Agustus 2018, Hal 261-286
DOI:http://dx.doi.org/ 10.22146/jkn.35311
ISSN:0853-9340(Print), ISSN:2527-9688(Online)
Online sejak 28 Desember 2015 di :http://jurnal.ugm.ac.id/JKN

VOLUME 24 No. 2, Agustus 2018 Halaman 261-286

Peran Pemuda Dalam Pengurangan Risiko Bencana Dan Implikasinya


Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

Maulana Istu Pradika


Pusat Pengembangan Kapasitas Dan Kerjasama
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UGM
Email: maulanapradika@gmail.com

Sri Rum Giyarsih


Fakultas Geografi UGM
Email:rum_ugm@yahoo.co.uk

Hartono
Fakultas Geografi UGM
Email:hartono.geografi@ugm.ac.id

ABSTRACT
The purpose of this research were to analyzed the role of youth in disaster risk reduction in Kepuharjo,
and to analyzed the implications of the role of youth in disaster risk reduction to regional resilience in Kepuharjo.
This research was qualitativedescriptive exposure. The approach of research was a study on the problems
occured in the community. Data collection using observation, in-depth interviews, documentary studies, and
literature studies.
The results showed that the youth play an active role in disaster risk reduction in Kepuharjo through
several activities undertaken collaboratively with other elements of society, such as socialization and training on
disaster risk reduction, participatory mapping, monitoring and communications, simulation, community radio, and
conservation and preservation.
The role played by the youth in disaster risk reduction had some implications for the resiliency in Kepuharjo.
Based on the five indicators HFA, four (4) indicators implicated were (1). Disaster risk reduction as a priority at local
and national levels, (2). Identifying, assessing and monitoring disaster risks, (3). Using knowledge, innovation and
education to developed a culture of safety and resilience, and (4). Strengthening disaster preparation. There was no
implication in fundamental risk factors reductionindicator for regional reciliency by the role of youth. Kepuharjo
resiliency into the level 4, which was quite significant achievements had been obtained, but acknowledged that
there were limitations to the commitment, financial resources or operational capacity.

Keywords: The Role of Youth, Disaster Risk Reduction, Regional Resilience.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran pemuda dalam pengurangan risiko bencana di Desa Kepuharjo, dan
menganalisis implikasi peran pemuda dalam pengurangan risiko bencana terhadap ketahanan wilayah di Desa Kepuharjo.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pemaparan secara deskriptif. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah studi pada suatu permasalahan yang terjadi di masyarakat. Pengumpulan data dalam penelitian
ini mengguakan observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan.

261
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 261-286

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemuda berperan aktif dalam upaya pengurangan risiko bencana di
Desa Kepuharjo, yaitu melalui sosialisasi dan pelatihan PRB, pemetaan partisipatif, pemantauan dan komunikasi,
simulasi, radio komunitas, dan konservasi dan pelestarian.
Peran yang dilakukan oleh pemuda dalam pengurangan risiko bencana memiliki implikasi terhadap ketahanan
wilayah Desa Kepuharjo. Dari kelima indikator HFA, telah tercipta implikasi pada 4 (empat) indikator, yaitu (1).
Pengurangan risiko bencana merupakan sebuah prioritas lokal dan nasional, (2). Mengidentifikasi, menjajagi dan
memonitor risiko-risiko bencana, (3). Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun/
mengembangkan budaya keselamatan dan ketahanan, dan (4). Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana.
Pada indikator mengurangi faktor-faktor risiko yang mendasar, belum tercipta implikasi peran pemuda terhadap
ketahanan wilayah.Ketahanan wilayah Desa Kepuharjo masuk ke dalam level 4, yaitu capaian yang cukup berarti
telah diperoleh, tetapi diakui ada keterbatasan dalam komitmen, sumberdaya finansial ataupun kapasitas operasional.

Kata Kunci: Peran Pemuda, Pengurangan Risiko Bencana, Ketahanan Wilayah.

PENGANTAR gempabumi, tsunami, letusan gunungapi,


Kepulauan Indonesia berada di kawasan longsor, kekeringan, angin kencang dan
yang merupakan pertemuan dari lempeng- penurunan tanah (Sudibyakto, 2011).
lempeng bumi yang sangat aktif.Posisi Dari sekian banyak gunung berapi, salah
pertemuan lempeng yang aktif ini menjadikan satu yang sangat aktif adalah Gunung Merapi
adanya spektrum topografi dan bathimetri yang yang posisinya terletak di perbatasan Daerah
luas dan beragam dari kepulauan Indonesia, Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
serta aktivitas kegempaan dan kegunungapian Gunung Merapi memberikan ancaman yang
yang juga cukup tinggi. Persoalan ini dapat menyebabkan bencana pada periode
mengakibatkan wilayah Indonesia rawan waktu tertentu (Sudibyakto, dkk, 2009).
terhadap berbagai bencana alam seperti Ancaman utama Gunung Merapi adalah berupa

Gambar 1
Peta Kawasan Rawan Bencana Merapi Tahun 2010

Sumber: geospasial.bnpb.go.id

262
Maulana Istu Pradika, Sri Rum Giyarsih, Hartono -- Peran Pemuda dalam Pengurangan Risiko Bencana dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta
awan panas (wedhus gembel) yang dapat tingkat dua (KRB II) sehingga mempunyai
menjangkau dengan sangat cepat wilayah potensi terdampak yang cukup besar.
pemukiman penduduk sehingga menimbulkan Dari berbagai potensi bencana yang
korban jiwa dan harta benda. Erupsi Merapi telah dijelaskan di atas, maka salah satu upaya
pada tahun 2010 memberi dampak yang cukup dalam membentuk ketahanan masyarakat
signifikan. Terjadi gelombang pengungsian dalam menghadapi bencana adalah dengan
terbesar, jumlah pengungsi mencapai 400.000 menggiatkan kegiatan pengurangan risiko
orang. Perluasan tingkat radius bahaya yang bencana berbasis masyarakat. Kegiatan ini
bermula dari hitungan 5, 10, 15 hingga 20 km, dimaksudkan untuk lebih meningkatkan
lihat gambar 1 (Widyanta, 2010). keberdayaan masyarakat dalam memperkuat
Letusan gunung berapi, gempa bumi, modal sosial sehingga dapat menjadi kekuatan
dan tsunamimerupakan bencana yang terjadi internal dan semakin berperan dalam
karena faktor alam. Persoalan pada bencana perencanaan dan pelaksanaan pengurangan
karena faktor alam adalah belum ditemukan risiko bencana secara mandiri. Salah satu
suatu alat yang mampu untuk memprediksi elemen masyarakat yang sangat berperan
waktu bencana alam tersebut akan terjadi, penting dalam kegiatan pengurangan risiko
sehingga yang dapat diketahui hanya sebatas bencana adalah sektor pemuda. Di banyak
potensi dan dampak yang akan ditimbulkan. negara telah menjadikan pemuda sebagai aktor
Dari pengetahuan ini, maka pengurangan risiko yang berperan penting dalam pengurangan
bencana sangat penting untuk dilakukan, baik risiko bencana karena dianggap sangat efektif
dari pengetahuan potensi ancaman bencana dengan cara yang pragmatis. Shofa (2016)
maupun riwayat bencana, sehingga manusia menjelskan bahwa kemajuan-kemajuan
dapat melakukan pemetaan terkait risiko dan yang dicapai darikeberadaannya melukiskan
pada akhirnya dapat melakukan pengurangan kemajuan suatubangsa. Sekarang ini adalah
risiko bencana (Sudibyakto dkk, 2009). situasi di mana harus berkonsentrasi pada
Kabupaten Sleman merupakan lokasi langkah-langkah pencegahan yang dapat
yang mengalami kerugian ekonomi paling dirintis oleh generasi muda sebagai penggerak
parah dibandingkan tiga kabupaten lainnya. masyarakat yang tangguh terhadap bencana.
Lokasi yang terdampak langsung erupsi Berdasarkan latar belakang yang telah
Gunung Merapi salah satunya adalah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian
Kecamatan Cangkringan (BNPB, 2010). ini adalah menganalisis peran pemuda
Kecamatan Cangkringan merupakan bagian dalam pengurangan risiko bencana di Desa
dari Kabupaten Sleman yang terdiri dari 5 Kepuharjo, dan menganalisis implikasi
desa, yaitu Kepuharjo, Umbulharjo, Wukirsari, peran pemuda dalam pengurangan risiko
Argomulyo dan Glagahharjo (Nugrahani, bencana terhadap ketahanan wilayah di Desa
2011). Salah satu desa yang terdampak Kepuharjo.
parah erupsi adalah Desa Kepuharjo yang Penelitian ini merupakan penelitian
menjadi objek penelitian. Kepuharjo terletak kualitatif dengan pemaparan secara deskriptif.
di antara Desa Umbulharjo di sebelah barat Pendekatan penelitian yang digunakan
dan Glagaharjo di sebelah timur yang juga adalah studi pada suatu permasalahan yang
termasuk dalam kawasan rawan bencana terjadi di masyarakat. Pengumpulan data

263
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 261-286

dalam penelitian ini mengguakan observasi, sehingga pemuda merupakan konsep yang
wawancara mendalam, studi dokumentasi, dan dibentuk oleh nilai.
studi kepustakaan. Prosedur teknik analisis Ketiga, tentang pengurangan risiko
data dalam penelitian ini, yaitu reduksi data, bencana, yaitu konsep dan praktek dalam
penyajian data, dan mengambil kesimpulan. mengurangi dampak dari bencana yang akan
Peran aktif masyarakat yang hidup terjadi melalui upaya-upaya dengan cara
dan tinggal di wilayah yang mempunyai sistematis untuk menganalisis dan mengurangi
kerentanan tinggi terhadap bencana memang faktor-faktor penyebab bencana.
sangat penting. Bencana tidak dapat dihindari, Keempat, ketahanan wilayah terhadap
tetapi dapat dipelajari penyebab dan risiko- bencana adalah ketangguhan masyarakat daerah
risikonya. Saat ini bencana bukan lagi sesuatu dalam mengantisipasi dan meminimalisir
yang harus ditakuti, namun sesuatu kondisi kekuatan yang merusak, melalui adaptasi.
dimana masyarakat harus hidup sadar, siaga Mampu mengelola dan menjaga struktur dan
dan berdampingan dengan bencana. Hal ini fungsi dasar dalam kehidupan sosial sehingga
dapat dicapai ketika masyarakat mampu dapat membangun kehidupan menjadi normal
membuat sebuah model pengurangan risiko kembali pasca kerusakan dengan cepat.
bencana yang dapat digunakan sebagai acuan Tingkat ketahanan wilayah suatu daerah
ketika menghadapi bencana.Terdapat enam dapat dianalisis dengan menggunakan Hyogo
teori dalam penelitian ini yang bertujuan Framework for Action (HFA) atau Kerangka
untuk mengarahkan peneliti agarmudah untuk Aksi Hyogo, yang kemudian dihubungkan
melakukan penelitian. Adapun teori yang dengan unsur Asta Gatra dalam dimensi
dimaksud adalah sebagai berikut: ketahanan nasional. HFA memuat lima
Pertama, teori tentang peran. Dalam prioritas aksi yang menjadi komitmen negara
penelitian ini peran adalah tindakan dan penandatangan dalam pengurangan risiko
tingkah laku yang mempunyai pola dimana bencana (LIPI-UN-ISDR, 2007/Peraturan
hal tersebut terdapat pada status sosial Kepala BNPB No. 03 Tahun 2012).
yang melekat dalam kehidupan masyarakat.
Peran tersebut meliputi hak, kewajiban, PEMBAHASAN
harapan-harapan, norma dan tingkah laku. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Peran merupakan perilaku yang diharapkan Desa Kepuharjo merupakan salah satu
dari seseorang dalam keadaan suatu status desa yang ada di Kecamatan Cangkringan yang
tertentu. terletak di bagian utara. Desa Kepuharjo berada
Kedua, teori tentang pemuda yang sekitar 7 km ke arah utara dari Kecamatan
dapat dilihat pada dalam Undang-Undang Cangkringan dan 27 km ke arah timur laut
Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan, dari ibukota Kabupaten Sleman. Wilayah
yaitu seorang warga negara yang memasuki Desa Kepuharjo secara geografis berada di
periode penting dalam masa pertumbuhan koordinat 07040’42.7” lS. 07043’00.9” LS
yang digolongkan dalam kelompok umur 16 dan 110027’59.9” BT – 110028’51.4” BT
sampai 30 tahun, yang secara fisik mengalami (Profil Desa Kepuharjo,2012). Ketinggian
pertumbuhan jasmani dan secara psikis sedang wilayah Kepuharjo berada pada 600 -1200
mengalami masa perkembangan emosional, m ketinggian dari permukaan air laut dengan

264
Maulana Istu Pradika, Sri Rum Giyarsih, Hartono -- Peran Pemuda dalam Pengurangan Risiko Bencana dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta
Gambar 2
Peta Lokasi Penelitian

Sumber: Peneliti, 2016

curah hujan rata-rata 2500 mm/tahun, serta tidak terbangun. Peruntukan lahan yang
suhu rata-rata per tahun adalah 16-170C. mendominasi di Desa Kepuharjo adalah
Batas administrasi Desa Kepuharjo sebelah sebagai lahan tidak terbangun (gambar2).
utara adalah Taman Nasional Gunung Merapi,
sebelah timur adalah Desa Glagaharjo, Analisis Bahaya dan Kerentanan Desa
sebelah selatan adalah Desa Wukirsaridan Kepuharjo
sebelah barat adalah Desa Umbulharjo. Desa Bahaya menurut UNISDR tahun 2014
Kepuharjo mempunyai luas wilayah sekitar dalam Hyogo Frameworkfor Action merupakan
875 Ha. Dari luas wilayah tersebut terbagi kejadian yang berpotensi mengancam aspek
menjadi 2 jenis peruntukan lahan, yaitu fisik dan segala fenomena atas aktivitas manusia
lahan terbangun (pekarangan) dan lahan yang dapat menyebabkan kehilangan nyawa,

265
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 261-286

kehilangan kekayaan, dan gangguan sosial kecil pada bagianutara desa. Lokasinya yang
ekonomi atau degradasi lingkungan. Aktivtias dekat dengan Gunungapi Merapi dan dilalui
Gunungapi Merapi mampu menimbulkan oleh Sungai Gendol menyebabkan Desa
bahaya jika telah mengeluarkan material Kepuharjo memiliki kerawanan tinggi terhadap
gunungapi. Keluaran material gunungapi erupsi Merapi.Sebagian Dusun Batur dan
disebabkan oleh pergolakan dapur magma Pagerjurang termasuk dalam kawasan rawan
sehingga gunungapi akan mengalami erupsi bencana II (199,62 ha). Kedua bagian dusun
proses dan hasil erupsi dapat menimbulkan tersebut memiliki jarak terjauh dari kawah
bahaya erupsi gunungapi, (lihat tabel 1). dan sungai dibandingkan dengan dusun lain
Desa Kepuharjo termasuk dalam kawasan di Kepuharjo. Bahaya yang mengancam KRB
area terdampak langsung (ATL), kawasan III dan II hampir sama, namun intensitas dan
rawan bencana III dan kawasan rawan bencana magnitude bahaya pada kedua kawasan tersebut
II (BPPTK, 2011). Area terdampak langsung berbeda. Dapat dikatakan KRB III jauh lebih
di Desa Kepuharjo mencakup daerah seluas sering terkena bahaya tersebut ketika terjadi
332,3 ha, meliputi Dusun Petung, Jambu, erupsi gunungapi. Sedangkan KRB II memiliki
Kopeng, dan Dusun Kaliadem. Wilayah potensi bahaya yang sama namun tidak sering
Kepuharjo juga meliputi kawasan rawan atau intensitasnya yang jauh lebih kecil.
bencana III (KRB III) seluas 252,3 ha. KRB
III merupakan wilayah yang sering terkena Keberadaan Pemuda Desa Kepuharjo
awan panas (wedhus gembel), aliran lava Pemuda-pemuda di Desa Kepuharjo
guguran batu (pijar), dan gas beracun secara memiliki latar belakang yang berbeda-beda,
langsung (primer). Kawasan rawan bencana namun ada yang menyatukan mereka yaitu
III Desa Kepuharjo berada pada jarak kurang bahwa sama-sama hidup dan tinggal di daerah
lebih 5- 6 km dari puncak gunungapi pada yang mempunyai tingkat kerawanan tinggi,
bagian utara ke selatan sepanjang desa pada sehingga muncul berbagai macam kelompok
bagian timur. Desa Kepuharjo dilalui oleh dengan peran, fungsi dan minat masing-masing
Sungai Gendol sebelah timur dan Sungai Opak tetapi tetap dalam kerangka pengurangan
sebelah barat. Topografi wilayahnya landai risiko bencana. Berikut organisasi-organisasi
hingga bergunung dengan kemiringan lereng 3 yang aktif dalam kegiatan pengurangan risiko
-8% (sebagian besar) samapi > 40% sebagian bencana di Desa Kepuharjo.

Tabel 1
Jenis Bahaya Di Desa Kepuharjo
No Jenis Bahaya Karakter
1 Hujan abu vulkanik, Abu vulkanik bersifat halus dan runcing dan mengandung silika (bahan pembuat kaca)
kerikil, dan pasir
2 Gas beracun Berbau tapi tidak nampak mata
3 Awan panas Awan panas bergerak sangat cepat (150 – 200 km/jam) dan bersuhu sangat panas (600 –
12000 Celcius). Endapan awan panas
4 Lelehan lava Lelehan lava yang keluar dari kawah gunung bersuhu tinggi (700 – 12000 Celcius ) bersi-
fat pekat, panas
5 Lahar erupsi Lahar adalah campuran batuan dan air yang mengalir dari kawah kemudian menuruni
lereng gunung berapi dan ata lembah-lembah sungai.
Lahar ada yang panas dan ada yang dingin. Material yang terbawa didalam lahar berupa
material berukuran butir lempung sampai bongkah dengan diameter leih dari 10 meter.
Sumber: Survei dan analisis, 2016

266
Maulana Istu Pradika, Sri Rum Giyarsih, Hartono -- Peran Pemuda dalam Pengurangan Risiko Bencana dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta
Pertama, Karang Taruna Desa Kepuharjo. Ketiga, Radio Komunitas (Rakom)
Seperti halnya di tempat lain, karang taruna Gema Merapi. Radio Komunitas Gema Merapi
adalah organisasi kepemudaan yang berada merupakan salah satu radio komunikasi
di wilayah desa/kelurahan. Karang taruna yang ada di Desa Kepuharjo yang berfokus
merupakan tempat pengembangan diri pada siaran-siaran mengenai Merapi. Radio
generasi muda yang didasarkan padakesadaran Gema Merapi terbentuk atas inisiatif dari
dan rasa tanggungjawab sosial. Sebagai beberapa warga sekitar kawasan Merapi untuk
organisasi sosial kepemudaan, karang membangun komunikasi berwadah radio
taruna menjadi wadah dalam membina dan komunitas. Rakom Merapi mulai terbentuk
memberdayakan pemuda pemudi, termasuk dari tahun 2011 pasca erupsi merapi 2010
di dalamnya terkait pengurangan risiko dengan keadaan darurat di barak pengungsian
bencana. Mengingat Kepuharjo terletak di Wukirsari oleh pemuda Kepuharjo dan
kawasan rawan bencana, maka karang taruna dibantu oleh kelompok-kelompok relawan.
Desa Kepuharjo mempunyai fokus yang lebih Rakom Gema Merapi sendiri keanggotaannya
banyak kepada pengurangan risiko bencana. sebagian besar adalah dari pemuda atau
Kedua, Saluran Komunikasi Sosial kelompok karangtaruna.Slogan dari Rakom
Bersama (SKSB). SKSB merupakan Gema Merapi adalah “Berdaya, berbudaya dan
singkatan dari Saluran Komunikasi Sosial tetap tangguh”. Sedangkan visi dari Rakom
Bersama. SKSB adalah sebuah kelompok Gema Merapi adalah bersama melangkah
masyarakat yang ada di Desa Kepuharjo yang dalam aksi pengurangan risiko bencana
terdiri atas inisiatif pemuda Desa Kepuharjo berbasis masyarakat.
yang peduli atau sadar akan kebencanaan. Keempat, FPL Palem. Forum Pecinta
SKSB berdiri pada waktu erupsi Merapi Lingkungan Lereng Merapi atau biasa disebut
Tahun 2006 yang mana pada waktu itu FPL Palem merupakan organisasi yang
sudah nampak antusiasme dari kepedulian berbasis pada pelestarian lingkungan di
warga masyarakat itu untuk membantu Kawasan Merapi pada khususnya. FPL
yang ada di pegunungan. Pada saat itu Palemberdiri resmi di Desa Kepuharjo pada
terdapat sedikit kendala dalam koordinasi dan tahun 2004. Yang mendasari terbentuknya
pembagian pekerjaan di barak pengungsian, FPL Palem yaitu melihat kondisi alam di Desa
akhirnya dari beberapa pemikiran ada Kepuharjo khususnya dan kawasan sekitar
inisiatif untuk membentuk kelompok relawan Merapi umumnya. Pada awalnya konsentrasi
Kepuharjo dengan satu komando yang dari FPL Palem adalah kepada konservasi dan
akhirnya berdirilah SKSB.Kerjasama dengan penyelamatan lingkungan di hutan-hutan yang
BPBD yaitu berupa pelatihan-pelatihan ada di Merapi, baik hutan rakyat maupun hutan
pengurangan risiko bencana (PRB). Di negara yaitu TNGM (Taman Nasional Gunung
samping itu SKSB menjalin kerjasama juga Merapi). Namun semenjak erupsi 2010 selain
dengan relawan SAR dari BPBD. Komunikasi berfokus pada masalah konservasi, forum ini
juga dilakukan dengan BPPTK DIY serta juga bergerak di bidang kebencanaan.
pos PGM (Pengamat Gunung Merapi). Hal Kelima, Kelompok Relawan SAR dan
tersebut dikarenakan fokus SKSB adalah Tagana. Perkembangan relawan di Desa
penyelamatan warga dari bencana. Kepuharjo sangatlah pesat pasca erupsi

267
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 261-286

Merapi 2006. Pada awal tahun 2000-an risiko bencana, karena mempunyai akses yang
sudah muncul adanya kelompok-kelompok lebih mudah dan dekat dengan pemerintah
masyarakat yang peduli bencana. Pasca 2010 desa. Karang taruna desa mempunyai peran
dan terbentuk BPBD Kabupaten Sleman, strategis dalam pengorganisasian kegiatan
antusias masyarakat untuk menjadi relawan dan mobilisasi sumber daya pemuda dalam
SAR sangat besar. Untuk relawan Tagana serangkaian kegiatan sosialisasi kepada
(Taruna Tangguh Bencana) di Desa Kepuharjo, masyarakat dan pelatihan-pelatihan baik
berada di bawah Tagana Kabupaten Sleman untuk meningkatkan kapasitas pemuda sendiri
dan Dinas Sosial Kabupaten Sleman. Saat ini maupun untuk masyarakat.
semua desa di Kabupaten Sleman terdapat Akses yang mudah dalam mobilisasi
relawan SAR maupun Tagana. sumber daya pemuda menjadi keunggulan
dalam penyebaran informasi terkait kegiatan
Peran Pemuda Dalam Pengurangan Risiko yang dilakukan. Karang taruna desa menjadi
Bencana semacam koordinator dari tiap-tiap karang
Peran pemuda dalam pengurangan taruna dusun. Setiap karang taruna dusun
Risiko bencana di Desa Kepuharjo dapat mempunyai kegiatan yang lebih aktif karena
dijelaskan sebagai berikut. mempunyai akses terdekat dan langsung
Pertama, sosialisasi dan pelatihan berinteraksi dengan masyarakat.
PRB. Pengorganisasian peran pemuda Sesuai dengan indikator renstra BPBD
dalam pengurangan risiko bencana di Desa Sleman yang disampaikan oleh Kepala Bidang
Kepuharjo diposisikan sebagai bentuk kerja Mitigasi dan Kesiapsiagaan BPBD Sleman,
bersama secara kolaboratif antara tokoh Heru Saptono, bahwa penguatan kelembagaan
pemuda itu sendiri ataupun organisasi menjadi faktor utama dalam pembentukan
pemuda, masyarakat yang didampingi, desa tangguh bencana. Di Desa Kepuharjo
dunia swasta/usaha, dan pemerintah dengan banyak terdapat komunitas pemuda yang aktif
tujuan utama untuk mewujudkan masyarakat dalam kegiatan pengurangan risiko bencana
yang tangguhdan aman terhadap ancaman selain karang taruna, sehingga menjadi nilai
bencana. Peran kolaboratif pemuda yang tambah tersendiri.
pertama adalah sosialisasi dan pelatihan Sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan
pengurangan risiko bencana. Sebagai desa tidak semata-mata untuk memberi informasi
tangguh bencana, sosialisasi dan pelatihan- kepada masyarakat tetapi yang lebih penting
pelatihan sudah menjadi makanan sehari-hari adalah untuk meningkatkan kapasitas pemuda
di Kepuharjo, terlebih lagi banyak pihak luar sebagai aktor dalam pengurangan risiko bencana
yang ingin memberikan bantuan maupun ingin di Kepuharjo.Pemuda di Kepuharjo yang ikut
mengadakan penelitian terkait pengurangan aktif dalam kegiatan pengurangan risiko bencana
risiko bencana mengingat dampak erupsi 2010 mayoritas tidak hanya ikut satu organisasi
yang sangat besar yang menyebabkan Desa saja seperti karang taruna, tetapi juga aktif di
Kepuharjo menjadi tujuan utama. organisasi yang lain seperti SKSB, Palem dan di
Peran karang taruna Desa Kepuharjo radio komunitas, hal inilah yang memudahkan
sebagai organisasi kepemudaan sangat besar dalam penyaluran informasi dan mobilisasi
dalam sosialisasi dan pelatihan pengurangan sumber daya. Melalui tim siaga bencana desa

268
Maulana Istu Pradika, Sri Rum Giyarsih, Hartono -- Peran Pemuda dalam Pengurangan Risiko Bencana dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta
yang tergabung dalam FPRB desa, pemuda Produk dari kegiatan ini dapat berupa poster
menjadi aktor penggerak yang dinamis, sehingga atau peta bahaya dan risiko bencana.
aset penting dalam kegiatan pengurangan Pemetaan partisipatif merupakan salah
risiko bencana ini harus dijaga motivasi dan satu sarana untuk pemberdayaan masyarakat
semangatnya, baik diberi wadah yang luas dalam hal berkomuniasi dengan berbagai
maupun diberi dukungan moral yang tinggi. pihak agar lebih mudah dipahami. Kegiatan
Inti dari penguatan kelembagaan yang pemetaan dilakukan secara partisipatif dengan
menjadi fokus dari BPBD Sleman adalah tujuan untuk memfasilitasi masyarakat
bagaimana meningkatkan kapasitas pemuda untuk secara aktif berperan bersama
dalam pengurangan risiko bencana di Desa memperhitungkan kembali potensi ancaman
Kepuharjo. Dengan menguatnya kapasitas dan sumber daya yang dimiliki, serta mampu
pemuda maka secara otomatis penguatan menilai kapasitas dan kerentanan yang ada.
lembaga pengurangan risiko bencana akan Pada intinya adalahyang dapat menolong
terwujud. Pemuda dalam level kelembagaan masyarakat dari bencana adalah masyarakat
di Kepuharjo telah mampu berperan aktif itu sendiri, karena mereka yang jauh lebih
dalam setiap kegiatan pengurangan risiko paham akan daerahnya.
bencana, sehingga memunculkan aktor-aktor Pemetaan partisipatif dilakukan dalam
dalam membangun semangat pengurangan proses pembentukan desa tangguh bencana
risiko bencana yang akan menularkan oleh Forum Pengurangan Risiko Bencana
pengetahuannya di luar lembaga yang diikuti. Desa dengan menghadirkan fasilitator baik
Selain masuk ke dalam tim siaga bencana dari pemerintah kabupaten dan LSM. Dalam
desa, pemuda juga masuk ke dalam tim pemetaan ini, terlihat cukup jelas ke mana
siaga bencana sekolah, di mana banyak juga dan di mana posisi arah yang dituju apabila
pemuda di Kepuharjo yang masih menempuh terjadi bencana. Peta ini kemudian disebarkan
pendidikan. Program sekolah siaga bencana ke lokasi strategis di desa dan ke semua pihak
sudah menjadi kewajiban di Cangkringan, baik aparat desa maupun dusun.
hampir seluruh sekolah sudah mendapat Ketiga, simulasi atau gladi lapangan.
label sebagai sekolah siaga bencana. Selain Berbagai acara simulasi pengurangan risiko
kegiatan pengurangan risiko bencana yang bencana digalakkan, baik yang difasilitasi
dilaksanakan di desa masing-masing, pemuda dinas-dinas pemerintahan daerah, lembaga
yang masih bersekolah juga mendapatkan swadaya masyarakat, maupun kelompok
peningkatan kapasitas di masing-masing pemuda. Pembiasaan gladi lapangan ini
sekolah. diharapkan mampu mendewasakan masyarakat
Kedua, pemetaan partisipatif. Kerja dengan tidak lagi menganggap bencana
kolaboratif antara pemerintah, lembaga sebagai sesuatu yang menakutkan dan tidak
swadaya masyarakat dan pemuda sebagai bisa dihindari. Sebaliknya, kegiatan ini
elemen masyarakat yang selanjutnya adalah sebagai upaya dalam membiasakan diri untuk
pemetaan partisipatif dengan tujuan untuk menjadikan bencana sebagai bagian dari
menghasilkan visualisasi bahaya dan risiko kehidupan yang dihadapi bersama.
bencana agar lebih mudah dipahami oleh Terutama dengan SOP atau dokumen
berbagai kalangan masyarakat Kepuharjo. kontinjensi tangguh bencana yang telah

269
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 261-286

terbentuk harus dilakukan sosialisasi dan dilakukan dengan tujuan untuk memberi
pemahaman kepada masyarakat serta harus informasiyang lebih cepat kepada masyarakat
dinilai apakah sudah efektif atau belum, agar dapat melakukan tindakan apa yang
untuk itulah diperlukan sebuah simulasi untuk diperlukan lebih awal.
menggambarkan skenario bencana yang harus SKSB menjadi motor dalam pemantauan
diikuti oleh seluruh elemen masyarakat. atau menjadi koordinator dan organisasi yang
Sama dengan sosialisasi dan pelatihan, lain membantu menyebarluaskan informasi
pelaksanaan simulasi juga merupakan kerja tersebut, baik ke masyarakat maupun ke
kolaboratif antara pemuda dengan elemen instansi terkait pengambil kebijakan.
masyarakat lain yang difasilitasi pemerintah Komunikasi yang dilakukan antar
daerah, baik level desa sampai provinsi. lembaga tersebut sudah terintegrasi dan
Warjono sebagai ketua FPL Palem menjelaskan terstruktur. Ketika mengamati aktivitas
bahwa pemuda Palem mempunyai pengalaman yang membahayakan, maka anggota SKSB
yang lebih banyak dalam penanggulangan langsung menyebarkan kedaan tersebut
bencana di Kepuharjo. Palem merupakan melalui HT ke dalam dua jalur. Jalur yang
embrio dari lahirnya komunitas-komunitas pertama melakukan pelaporan kepada dinas
yang aktif dalam pengurangan risiko bencana atau instansi yang terkait yaitu BPBD Sleman
di Kepuharjo, sehingga ketika pelaksanaan sehingga dapat diketahui tindakan apa yang
simulasi, pemuda Palem mempunyai porsi tepat untuk segera dilakukan. Jalur yang
yang paling banyak. kedua memberi peringatan langsung kepada
Kegiatan simulasi ini merupakan salah masyarakat melalui anggota yang tersebar di
satu upaya dalam menunjukkan eksistensi seluruh desa, oleh karena itu HT menjadi alat
pemuda sebagai salah satu elemen penggerak, wajib yang harus dimiliki oleh setiap dusun
termasuk karang taruna Desa Kepuharjo. dan mayoritas pemuda sudah mempunyai HT.
Meskipun dalam pelaksanaan simulasi, Melalui penyebaran informasi ini, keluarga,
karang taruna hanya sekedar diundang kerabat dan tetangga dapat cepat tahu untuk
atau dilibatkan saja, tetapi karang taruna meminimalkan korban seperti yang terjadi
merupakan organisasi kepemudaan yang erupsi 2010, di mana sudah terlihat kefektivan
mempunyai level koordinasi dan jaringan dari koordinasi yang dilakukan sehingga
yang lebih dibandingkan yang lain. Peran ini korban yang terdampak di Kepuharjo paling
diharapkan dapat memaksimalkan penyebaran sedikit dibanding desa lainnya.
informasi dan pengetahuan dengan korrdinasi Kelima, radio komunitas. Menariknya
yang terstruktur demi peningkatan kapasitas di Kepuharjo setiap komunitas pemuda
pemuda. mempunyai porsi masing-masing dalam kegiatan
Keempat, pemantauan dan komunikasi. pengurangan risiko bencana, masing-masing
Pemantauan dan komunikasi merupakan tugas dapat mengambil celah dalam meluangkan
dari komunitas SKSB. Saluran Komunikasi peran dan minatnya, bagi yang tidak minat
Sosial Bersama (SKSB) merupakan komunitas dengan komunitas HT tetapi mempunyai
non profit di bidang kebencanaan yang minat dalam broadcasting dapat aktif di radio
mayoritas anggotanya adalah pemuda yang komunitas Gema Merapi FM. Semangat untuk
mempunyai hobi di bidang HT. Pemantauan menjembatani komunikasi masyarakat lereng

270
Maulana Istu Pradika, Sri Rum Giyarsih, Hartono -- Peran Pemuda dalam Pengurangan Risiko Bencana dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta
merapi Kepuharjo tentang kebutuhan informasi Pada saat bencana terjadi, radio komunitas
berbagai hal terutama tentang segala aktivitas dapat menjadi sumber informasi dan berita
Gunung Merapi dan kondisi warganya.Tujuan bagaimana menyalurkan bantuan logistik,
utama radio komunitas Gema Merapi adalah pencarian orang hilang, hingga penyembuhan
menjadi motor penggerak pengurangan risiko trauma. Selain itu, yang lebih penting radio
bencana dengan memberikan informasi secara komunitas mampu membangun interaksi yang
berimbang dan apa adanya. lebih hidup antara korban dengan orang-orang
Pemuda karang taruna desa menjadi yang hendak memberikan bantuan, karena
pengelola radio komunitas ini dengan korban dapat memiliki kesempatan untuk
didampingi berbagai pihak pegiat radio menyampaikan langsung apa yang mereka
komunitas. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan rasakan dan pikirkan. Namun peran radio
aktif pasca erupsi 2010, dengan melakukan komunitas tidak berhenti saat bencana saja,
banyak kegiatan off-air terlebih dahulu justru peranannya terus berlangsung sampai
yaitu pelatihan pengurangan risiko bencana bertahun-tahun usai bencana secara terus-
berbasis radio komunitas dan acara pengenalan menerus seperti sekarang. Harapan ke depan
pengurangan risiko bencana kepada anak- bahwa rakom ini dapat menjadi kendaraannya
anak melalui perlombaan menggambar dan pemuda dalam pengurangan risiko bencana.
mewarnai. Keenam, konservasi dan pelestarian.
Kegiatan-kegiatan ini bertujuan sebagai Bentuk peran pemuda yang lain adalah
trauma healing dan memberikan gambaran konservasi dan pelestarian yang menjadi
tentang Gunung Merapi. Adanya program fokus utama dari FPL Palem. Konservasi dan
kerjasama dengan FMYY Kobe, Jepang dan pelestarian lereng Merapi menjadi hal yang
LSM memberi manfaat yang cukup besar sangat penting pasca erupsi Merapi yang
terhadap perkembangan radio komunitas membuat seluruh lahan hijau dan pohon-pohon
Gema Merapi FM dalam pengurangan risiko keras hilang seketika, sehingga dapat memicu
bencana di Kepuharjo. Inti dari kerjasama ini bencana sekunder yaitu kekeringan dan angin
adalah berbagi pengalaman belajar bersama kencang. Dalam paradigma pengurangan
bagaimana warga menghadapi ancaman bencana risiko bencana konservasi dan pelestarian
berbasis kekuatan komunitas. Kegiatan yang menjadi salah satu indikator untuk mengurangi
dilaksanakan adalah pembuatan jingle radio, faktor-faktor kerentanan.
dan memproduksi Disaster Management Audio S e t i a p o rg a n i s a s i d i K e p u h a r j o
Material Program. Program ini menceritakan mempunyai fokus dan tujuan masing-masing
kembali ingatan masyarakat tentang merapi dalam kaitannya dengan pengurangan risiko
baik bencana maupun kegiatan-kegiatan yang bencana. Sebelum ada SKSB dan radio
berkaitan dengan merapi yang diproses menjadi komunitas, pemuda Palem menjadi pelopor
audio sehingga dapat dinikmati melalui siaran dalam serangkaian kegiatan pengurangan
radio. Tujuan dari kerja kolaboratif ini adalah risiko bencana dan pasca bencana di
agar cerita-cerita tentang merapi tidak terputus Kepuharjo.
untuk generasi muda yang akan datang dan Mereka mengawalinya dengan aksi
bisa memelajari pengalaman serta pengetahuan langsung, semula dengan menggalakkan
bersama. penanaman pohon di kawasan yang rusak

271
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 261-286

akibat erupsi dan selanjutnya rusak akibat memainkan peranan sentral dalam keseluruhan
maraknya penambangan batu dan pasir. wacana kebencanaan, sebab, masing-masing
Budaya menanam inilah yang terus-menerus komunitas memiliki cara sendiri-sendiri dalam
digalakkan. Aksi ini melibatkan banyak elemen menghadapi bencana, tergantung pada karakter
masyarakat yang sekaligus berfungsi strategis daerah, tatanan sosial budaya, dan berbagai
untuk mengambil hati masyarakat tentang faktor lain yang melekat di dalamnya. Tetapi,
pelestarian alam di lereng merapi. Virus inti dari resilensi tetap sama, sebagaimana
kepedulian terhadap lingkungan ini terus- dipaparkan Ride dan Bretherton (2011):
menerus mereka suntikkan, seiring dengan
berbagai aksi sosial lain. Jika masyarakat “resilience itu bertitik tolak pada bagaimana
membangun kapasitas masyarakat dalam
sudah tertular virus kepedualian alam, maka mengatasi keadaan darurat, terutama
aksi-aksi lain bisa mudah bermunculan, untuk bangkit kembali dan belajar dari
bahkan lahir atas inisiatif masyarakat. pengalaman sehingga struktur fisik, sosial,
Hasil dari kepedulian ini adalah ancaman dan politik yang baru bisa selaras dengan
sekunder akibat rusaknya alam di merapi kondisi lingkungan”.
yaitu susutnya mata air dan angin kencang
Untuk mendorong ketahanan wilayah
dapat diatasi. Termasuk dalam kegiatan
Desa Kepuharjo dalam konteks kebencanaan
pengurangan risiko bencana yang lain, bahwa
inilah, peranan pemuda akan dielaborasi,
segala kegiatan yang dilakukan harus seiring
sebab sebagaimana diingatkan oleh Sirimorok
dengan pelestarian alam.
(2010), bahwa partisipasi orang muda
masih kabur dan cenderung mengekor pada
Implikasinya Terhadap Ketahanan
konstruksi orang dewasa. Padahal, pemuda itu
Wilayah Desa Kepuharjo memendam cara tersendiri dalam memahami
Resiliensi atau ketahanan merujuk pada sekaligus melakukan suatu tindakan, tidak
kemampuan individu, kelompok, termasuk terkecuali dalam konteks kebencanaan.
masyarakat untuk menghadapi, mencegah, dan Ada dua cara untuk memahami ketahanan
meminimalkan permasalahan yang mengganggu wilayah terhadap bencana di dalam masyarakat
keadaan normal, bahkan menjadikan Kepuharjo. Pertama, ketahanan yang dilihat
permasalahan menjadi bagian dari normalitas dalam konteks saat ini, artinya mereka
sehari-hari. Dalam konteks bencana, Abdullah menyiapkan segala rancangan sistem prosedur
(2008) sudah menjelaskan bahwa suatu bencana, yang membuat mereka dapat bertahan atau
karenanya, tidak harus mengganggu stabilitas, setidaknya meminimalisasi risiko jika terjadi
menyebabkan ketidak pastian, kekacauan bencana. Kedua, ketahanan yang dimaksudkan
atau runtuhnya sistem sosial budaya, merusak untuk kehidupan yang lebih baik di masa
kemampuan adaptasi masyarakat, serta depan. Ada beberapa aktivitas yang dikerjakan
membahayakan sistem pandangan dunia. untuk merancang konsep pengurangan risiko
Melalui dasar inilah ketahanan suatu wilayah bencana secara lebih visioner dalam rangka
terhadap bencana harus diciptakan. menyiapkan kehidupan generasi ke depan
Pondasi ketahanan wilayah yang sedang yang lebih baik (Sirimorok, dkk., 2010).
dibangun di Desa Kepuharjo, komunitas Peneliti menjawab rumusan masalah
kedua yakni implikasi peran pemuda dalam

272
Maulana Istu Pradika, Sri Rum Giyarsih, Hartono -- Peran Pemuda dalam Pengurangan Risiko Bencana dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta
pengurangan risiko bencana terhadap Yogyakarta menjadi rujukan belajar dalam
ketahanan wilayah Kepuharjo menggunakan hal pengurangan risiko bencana. Kabupaten
prioritas aksi yang dihasilkan dari Hyogo Sleman melalui BPBD Sleman terus gencar
Framework for Action (HFA).Tingkat dalam melaksanakan amanat renstra BPBD
ketahanan wilayah suatu daerah dapat yaitu penguatan kelembagaan bencana pada
dianalisis dengan menggunakan HFA yang level desa di kawasan rawan bencana merapi,
memuat 5 (lima) prioritas aksi yang menjadi termasuk di dalamnya Desa Kepuharjo.
komitmen negara penandatangan dalam Dalam penguatan kelembagaan pengurangan
pengurangan risiko bencana. risiko bencana Desa Kepuharjo tersebut
Pertama, prioritas lokal dan diharuskan menyusun dokumen kontinjensi
nasional. Puncak penghargaan dunia untuk yang dituangkan dalam Standard Operating
Indonesiadalam menjadikan pengurangan Procedure (SOP).
risiko bencana menjadi prioritas nasional Dari hasil penelitian di lapangan
itu mulai berwujud dari penghargaan dunia diketahui bahwa pada awal tahun 2012 di
atas keberhasilan upaya pengurangan Desa Kepuharjo sudah memprogramkan
dampak bencana kepada Presiden Susilo adanya SOP per dusun yang kemudian akan
Bambang Yudhoyono dan penghargaan dijadikan dasar menjadi rencana kontinjensi
Sawakawa Laureate kepada Eko Teguh desa. SOP adalah untuk memberikan kejelasan
Paripurno (Universitas Pembangunan tugas dan peran masing-masing satuan
Nasional Veteran Yogyakarta) dari UNISDR, organisasi perangkat daerah dalam rangka
hingga penunjukan Indonesia sebagai tuan penanggulangan bencana. SOP direncanakan
rumah The 5th Asian Ministerial Conference untuk persiapan menghadapi bencana dan
on Disaster Risk Reduction (AMCDRR) akan diaktifkan pada saat merapi dalam
pada Oktober 2012. AMCDRR kali ini kondisi siaga.
merupakan konferensi se-Asia-Pasifik yang Dalam penyusunan dokumen
dianggap paling berhasil karena dihadiri kontinjensi yang pertama harus dilakukan
paling banyak pejabat menteri (dua puluh adalah mengenalkan terlebih dahulu kepada
empat menteri se-Asia), yang dibandingkan masyarakat. Pertemuan-pertemuan yang
pergelaran sebelumnya. Dalam AMCDRR dijembatani oleh BPBD Sleman banyak
ini, dihasilkanlah Yogyakarta Declaration dilakukan untuk melakukan sosialisasi dan
yang berisi ide untuk menempatkan komunitas pemahaman kepada masyarakat terkait
sebagai investasi utama penanggulangan pengurangan risiko bencana. Pertemuan ini
bencana. Seruan investasi ini dapat dianggap bersifat kolaboratif melibatkan seluruh elemen
sebagai pesta besar bagi negara kawasan Asia- masyarakat yang didalamnya tergabung
Pasifik, termasuk juga Indonesia. kelompok-kelompok pemuda yang aktif
Deklarasi yang telah dihasilkan tersebut dalam kegiatan pengurangan risiko bencana
membuat Yogyakarta bekerja ekstra untuk seperti karang taruna, SKSB dan Palem di
membangun sebuah manajemen pengurangan Desa Kepuharjo.
risiko bencana di tingkat lokal. Terlebih lagi Berdasarkan indikator yang
melalui pengalaman Yogyakarta dalam gempa pertama yaitu prioritas lokal dan nasional
2006 dan erupsi Merapi 2010 menjadikan disimpulkan bahwa peran pemuda dalam

273
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 261-286

pengurangan risiko bencana berimplikasi risiko dan dampaknya, maka akan lebih mudah
terhadap ketahanan wilayah Desa Kepuharjo untuk melakukan pemetaan partisipatif.
dengan bentuk positif berupa: (1). Ada rasa Dampak positif terhadap ketahanan wilayah
tanggungjawab bersama dalam pengurangan dengan adanya kegiatan pemetaan partisipatif
risiko bencana, (2). Sumber daya manusia adalah menciptakan sajian komunikasi yang
pemuda dapat dimaksimalkan dan terarah dapat lebih dimengerti oleh masyarakat dan
dalam melaksanakan kegiatan pengurangan lebih akurat sehingga lebih tepat sasaran.
risiko bencana, (3). Banyak dukungan dari Masyarakat sendiri lah yang lebih paham
akademisi, LSM dan pemerintah dalam akan kondisi tempat tinggalnya. Kegiatan
mendukung pengurangan risiko bencana pemetaan partisipatif meliputi identifikasi
sehingga membuat semakin maraknya dialog data bahaya dan informasi kerentanan yang
dan penelitian yang melibatkan pemuda. dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko
Kedua, mengidentifikasi risiko-risiko bencana yang mungkin akan terjadi sehingga
bencana. Indikator yang kedua adalah proses meminimalkan korban dapat terwujud.
mengidentifikasi, menjajagi dan memonitor Dengan kata lain pemetaan ini adalah untuk
risiko-risiko bencana dan meningkatkan memprediksi dampak yang akan terjadi
peringatan dini. Kegiatan-kegiatan yang sehingga para pihak dapat mengantisipasinya.
dilakukan pemuda secara kolaboratif yang Kegiatan pemantauan dilakukan dengan
berkaitan dengan mengidentifikasi risiko- tujuan untuk memberi informasi yang lebih
risiko bencana adalah sosialisasi dan pelatihan, cepat kepada masyarakat agar dapat melakukan
pemetaan partisipatif, pemantauan dan tindakan apa yang diperlukan lebih awal.
penyebaran informasi, komunikasi Pemantauan dibagi menjadi dua kegiatan
Keempat kerja kolaboratif yang kesiapsiagaan yaitu dalam menghadapi erupsi
dilakukan tersebut saling berkaitan dan Merapi dan pengawasan alur sungai pada
saling berdampak satu sama lain. Pelatihan saat musim penghujan terutama pada Sungai
pengurangan risiko bencana dilakukan untuk Gendol yang melintasi Desa Kepuharjo.
meningkatkan kapasitas baik aktor pemuda Dengan adanya pemantauan maka akan dapat
maupun warga yang berpotensi terdampak. diidentifikasi segala tanda-tanda bahaya dan
Pelatihan-pelatihan yang dilakukan risiko yang akan terjadi baik peningkatan
berisi pengetahuan dan informasi tentang aktivitas merapi maupun ancaman sekunder
kebencanaan yang spesifik berhubungan yaitu banjir lahar dingin, sehingga risiko
dengan lokasi tempat tinggal. Baik tentang dapat dikelola dengan rencana aksi yang
bagaimana mengidentifikasi bahaya dan telah disepakati dalam SOP. Kerja kolaboratif
kerentanan yang ada di Kepuharjo serta pemuda dalam pemantauan dilaksanakan
mengelola kapasitas yang tersedia di masing- dengan menjalin kerjasama dengan relawan
masing kelompok. SAR dari BPBD serta dengan BPPTK DIY serta
Penilaian risiko dapat dianalisis dan pos PGM (Pengamat Gunung Merapi). Hal
dicari penanggulangannya dari perhitungan tersebut dikarenakan fokus pemantauan adalah
bobot masing-masing variabel yaitu bahaya, penyelamatan warga dari bencana, namun
kerentanan, dan kapasitas. Dengan penambahan kelompok pemantau mempunyai keterbatasan
pengetahuan tentang bagaimana mengelola peralatan dan teknologi, yang mana alat-alat

274
Maulana Istu Pradika, Sri Rum Giyarsih, Hartono -- Peran Pemuda dalam Pengurangan Risiko Bencana dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta
Gambar 3
Sistem Informasi Desa Kepuharjo

Sumber: Analisis, 2016

tersebut dimiliki oleh BPPTK dan PGM. Dari merupakan gerbang utama masuknya bantuan
kerjasama itu akan mendapatkan informasi atau program-program penanggulangan
mengenai keadaan Gunung Merapi yang bisa kebencanaan yang dibuat oleh pemerintah
disampaikan pada anggota melalui HT dan secara top-down. Pemerintah desa harus
kemudian disampaikan kepada masyarakat memperkuat komunikasi dengan pihak
sesuai alur komunikasi. lainnya, misal dengan LSM, perguruan tinggi,
Komunikasi merupakan hal yang sangat swasta maupun lembaga lain. Komunikasi
penting untuk kelancaran program pengurangan yang dimaksud adalah menjalin hubungan
risiko bencana. Ketika membangun sebuah kerjasama yang baik. (2). Komunikasi antar
sistem manajemen bencana maka harus komunitas/kelompok pengurangan risiko
disusun pula mengenai sistem komunikasi. bencana. Dalam perencanaan program-
Komunikasi dilakukan untuk memantau, program bencana berbasis masyarakat, sangat
mengarsipkan dan menyebarluaskan segala diperlukan peran penting suatu komunitas yang
informasi tentang bahaya dan kerentanan bergerak di bidang kebencanaan. Komunitas
utama. Pada dasarnya komunikasi tidak hanya merupakan jembatan antara pemerintah desa
dibutuhkan pada masa sebelum bencana saja, dengan masyarakat. Oleh karena itu perlu
namun menyeluruh pada masa tanggap darurat diperkuat komunikasi antar komunitas dengan
serta masa pasca bencana. Sistem komunikasi pemerintah desa. Komunitas yang secara
di Desa Kepuharjo terbagi menjadi beberapa umum sebenarnya adalah beranggotakan
kelompok untuk mempermudah koordinasi masyarakat, mempunyai peranan penting
meliputi: (1). Komunikasi pemerintah desa dalam menyampaikan informasi terkait
dengan pihak eksternal. Pihak pemerintah desa kebencanaan kepada masyarakat. (3).

275
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 261-286

Komunikasi masyarakat umum. Masyarakat inovasi dan pendidikan untuk membangun


umum yang dimaksud di sini adalah masyarakat sebuah budaya keselamatan dan ketahanan
desa Kepuharjo. Peran penting alat komunikasi di semua tingkat. Kegiatan yang dilakukan
HT (Handy Talkie) sangat besar yang saat ini pemuda dalam hubungannya dengan
telah banyak digunakan oleh warga Desa membangun budaya sadar bencana adalah
Kepuharjo. Hal tersebut merupakan modal pendidikan dan pelatihan. Kegiatan ini adalah
yang kuat untuk membangun komunikasi antar dalam upaya untuk membentuk ketahanan
warga, terutama saat kejadian bencana. Pada wilayah yang dibangun untuk kehidupan ke
saat sebelum bencana perlu ada perencanaan depan yang lebih harmonis.
penguatan cara komunikasi baik itu antar Faktor pendidikan memang sangat
warga maupun warga dengan pemerintah desa. penting, cara ini terbilang sangat vital karena
Selain menggunakan HT, saat ini masyarakat di usia dinilah seorang anak akan menyerap
hampir semuanya sudah mempunyai HP, hal informasi guna membangun kesadaran mereka.
tersebut dapat menjadi penguat komunikasi Dalam kaitannya dengan peran pemuda dalam
antar warga. Alat lain yang digunakan pendidikan, siswa atau mahasiswa yang
sebagai komunikasi sekaligus tanda bahaya berasal dari Desa Kepuharjo akan menjadi
yaitu berupa sirine dan juga kentongan. aktor dan penggerak dalam pengurangan
Dengan mempunyai modal komunikasi, rasa risiko bencana. Dari hasil penelitian, pemuda
persaudaraan, serta jaringan sosial yang kuat Kepuharjo yang menimba ilmu di perguruan
maka masyarakat mempunyai aset yang kuat tinggi menjadi aktor-aktor dan pengurus dalam
untuk mengurangi risiko bencana di daerah kelompok pengurangan risiko bencana, yaitu
penelitian. Berikut ini adalah bagian rencana karang taruna, Palem, SKSB dan rakom.
sistem komunikasi di Desa Kepuharjo, (lihat Selain dari dalam pemuda Kepuharjo itu
gambar 3). sendiri, dampak positif dari perguruan tinggi
Berdasarkan indikator yang kedua yang terlibat dalam isu-isu kebencanaan
yaitu mengidentifikasi risiko-risiko bencana adalah banyaknya penelitian-penelitian yang
disimpulkan bahwa peran pemuda dalam mengambil Kepuharjo sebagai objeknya
pengurangan risiko bencana berimplikasi baik dari dosen maupun mahasiswa dengan
terhadap ketahanan wilayah Desa Kepuharjo latar belakang disiplin ilmu yang beragam,
dengan dampak positif berupa: (1). sehingga hasil dari penelitian tersebut semakin
Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman menambah khasanah pengetahuan dan
tentang risiko bencana dan bagaimana informasi yang sangat berguna.
mengantisipasinya, (2). Menciptakan peta Selain dibentuk dalam dunia pendidikan,
sebagai alat informasi yang mudah dipahami, budaya keselamatan dan ketahanan juga
(3). Terlihat pada erupsi 2010 dimana korban dibentuk melalui sosialisasi dan pelatihan-
yang ditimbulkan sangat sedikit karena pelatihan pengurangan risiko bencana yang
sudah efektifnya mekanisme pemantauan dan sering diadakan oleh pemerintah dan LSM.
komunikasi. Meskipun terkesan program pemerintah
Ketiga, membangun budaya keselamatan yang dilakukan berulang-ulang dan monoton,
dan ketahanan. Indikator ketahanan wilayah tetapi sebenarnya tujuan dari itu semua adalah
yang ketiga adalah menggunakan pengetahuan, pembiasaan dan penjagaan semangat motivasi.

276
Maulana Istu Pradika, Sri Rum Giyarsih, Hartono -- Peran Pemuda dalam Pengurangan Risiko Bencana dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta
Peran aktif dalam bentuk pendidikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan dan
juga dikerjakan oleh Rakom Gema Merapi. penggunaan lahan, dan dampak bahaya
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan aktif dikaitkan dengan peristiwa geologis, cuaca,
pasca erupsi 2010, dengan melakukan banyak air, keragaman iklim dan perubahan iklim,
kegiatan off-air terlebih dahulu yaitu pelatihan semua ditangani dalam perencanaan dan
pengurangan risiko bencana berbasis radio program pembangunan sektor serta dalam
komunitas dan acara pengenalan pengurangan situasi-situasi pasca bencana.
risiko bencana kepada anak-anak melalui Salah satu bentuk peran pemuda yang
perlombaan menggambar dan mewarnai. berhubungan dengan mengurangi faktor-
Kegiatan-kegiatan ini bertujuan sebagai faktor risiko mendasar adalah konservasi
trauma healing dan memberikan gambaran dan pelestarian yang dikerjakanoleh FPL
tentang Gunung Merapi dan apa yang Palem. Dalam paradigma pengurangan risiko
sebaiknya dilakukan dalam menjaganya. bencana konservasi dan pelestarian menjadi
Kemudian kegiatan on-air yang dilakukan salah satu indikator penting untuk mengurangi
yaitu lebih banyak menyampaikan informasi- faktor-faktor risiko dan termasuk dalam
informasi terkini tentang kondisi merapi manifestasi dari semboyan hidup nyawiji mrih
disertai dengan pengetahuan pengurangan lestari rengkung hing Merapi. Risiko yang
risiko bencana untuk memupuk budaya berakibat dari rusaknya hutan akibat erupsi
kesadaran dan keselamatan. Broadcasting dan penambangan pasir adalah kekeringan
yang dilakukan juga dihubungkan dengan yang ditandai semakin susutnya debit mata
komunitas SKSB untuk mendapat situasi yang air tiap tahunnya dan sering terjadi angin
akurat. kencang. Mulai dari tahun 2011, setiap bulan
Berdasarkan indikator yang ketiga yaitu FPL Palem mengadakan koordinasi dan
membangun sebuah budaya keselamatan pelatihan-pelatihan untuk pemulihan lahan
dan ketahanan disimpulkan bahwa peran yang terkena dampak dari erupsi Merapi 2010.
pemuda dalam pengurangan risiko bencana Konsentrasi adalah pada hutan rakyat dan
berimplikasi terhadap ketahanan wilayah Desa TNGM yang ada di Desa Kepuharjo. Jenisnya
Kepuharjo dengan dampak positif berupa: (1). pun bermacam-macam, mulai dari pohon
Semakin banyaknya aktor-aktor penggerak yang diambil kayunya sampai dengan pohon
pemuda dalam pengurangan risiko bencana, buah-buahan. Kerjasama dilakukan dengan
(2). Semakin banyaknya sumber informasi pihak swasta dan pemerintah seperti Dinas
dan pengetahuan yang dapat diakses, (3). Kehutanan DIY, Fakultas Kehutanan (UGM),
Meningkatnya kesadaran dan tanggungjawab sampai BPPTK DAS Solo (Badan Penelitian
bersama dalam membangun kemajuan desa dan Pengembangan Teknologi Kehutanan
dalam pengurangan risiko bencana. Daerah Aliran Sungai).
Keempat, mengurangi faktor-faktor Peraturan yang lebih spesifik mengatur
risiko mendasar. Indikator ketahanan tentang kawasan rawan bencana merapi
wilayah terhadap bencana yang keempat adalah Peraturan Presiden (Perpres) Republik
yaitu mengurangi faktor-faktor risiko yang Indonesia No. 70 Tahun 2014 tentang Rencana
mendasar. Pencapaian dari indikator ini adalah Tata Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung
risiko bencana yang terkait dengan berubahnya Merapi. Perpres tersebut menyebutkan

277
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 261-286

larangan pembangunan di lereng Gunung Keluarnya Perpres ini membuat


Merapi yang masuk dalam kawasan rawan masyarakat Kepuharjo dalam posisi yang
bencana baik KRB I, II, dan III.Pembangunan dilematis. Di satu sisi mereka sangat
yang dimaksud dalam Perpres meliputi seluruh membutuhkan akses dan fasilitas untuk
adanya kegiatan baik pembangunan fisik melakukan kegiatan perekonomian, tetapi
baru maupun perbaikan, baik untuk fasilitas jelas tidak akan mendapatkan bantuan dari
umum maupun hunian. Penyediaan sarana pemerintah. Kebutuhan yang sangat mendesak
prasarana dan kegiatan yang diperbolehkan dan dianggap lebih menguntungkan serta
adalah yang dilakukan untuk mendukung perasaan dalam kondisi aman membuat
kelancaran evakuasi, yaitu alat penerangan, banyak warga yang tetap memaksa kembali
alat komunikasi, rambu evakuasi dan ruang untuk melakukan aktivitas perekonomian
terbuka. Rencana pola ruang Kawasan Taman baik peternakan, maupun penambangan pasir
Nasonal Gunung Merapi ditetapkan untuk di kawasan rawan bencana. Bersasarkan
meningkatkan perlindungan lingkungan, hasil penelitian, pasca erupsi 2010 justru
mengendalikan pemanfaatan sumber daya perekonomian masayarakat mengalami
alam secara berkelanjutan, dan meningkatkan peningkatan. Dapat membangun rumah
konservasi sumber daya air serta melindungi mewah, sudah mempunyai mobil dan truk,
masyarakat dari risiko bencana. danpeternakannnya meningkat tinggi.

Gambar 4
Alur Peringatan Dini Dan Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Di Desa Kepuharjo

Sumber: Analisis, 2016

278
Maulana Istu Pradika, Sri Rum Giyarsih, Hartono -- Peran Pemuda dalam Pengurangan Risiko Bencana dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta
Berdasarkan indikator keempat yaitu macam kegiatan pelatihan dan simulasi
mengurangi faktor-faktor risiko yang mendasar atau gladi lapang. Latihan simulasi dan
dapat disimpulkan bahwa peran pemuda belum gladi teratur diadakan untuk menguji dan
berimplikasi terhadap ketahanan wilayah mengembangkan program tanggap bencana.
Kepuharjo. Pemuda telah berusaha melakukan Berbagai acara simulasi pengurangan risiko
konservasi dan pelestarian melalui penghijauan bencana digalakkan, baik yang difasilitasi
dan pendampingan, tetapi masih banyak kegiatan dinas-dinas pemerintahan daerah dan lembaga
yang bersifat negatif, yaitu (1). Masih banyaknya swadaya masyarakat. Pembiasaan simulasi ini
kegiatan penambangan pasir dan batu yang tidak menjadikan masyarakat tidak lagi menganggap
sesuai dengan peraturan, (2). Jaringan jalan yang bencana sebagai sesuatu yang menakutkan
seharusnya untuk jalur evakuasi menjadi rusak dari luar yang tidak bisa dihindari. Sebaliknya,
dan kurang terawatnya barak pengungsian, (3). mereka membiasakan diri untuk menjadikan
Adanya tumpang tindih regulasi sehingga ada bencana sebagai bagian dari kehidupan yang di
kegiatan yang melanggar terkait pembangunan di hadapi bersama. Peningkatan pengetahuan dan
kawasan rawan bencana Merapi, (4). Kurangnya sikap dalam masyarakat Kepuharjo dijalankan
pengawasan dan ketegasan pemerintah. Melalui selaras dengan kearifan lokal. Peningkatan
berbagai masalah yang belum menemukan kwoledge dan attitude masyarakat Kepuharjo
penyelesaian ini, maka dapat disimpulkan dapat dilihat pada gambar 4.
bahwa kesadaran masyarakat dalam hidup Kedua, kebijakan. Salah satu parameter
berdampingan dengan merapi belum tercipta. yang memegang peranan penting dalam
Kesadaran masyarakat lebih kepada faktor mewujudkan kesiapsiagaan adalah kebijakan.
traumatik akibat erupsi 2010. Parameter ini menjadi acuan dan dasar hukum
Kelima, memperkuat kesiapsiagaan. pelaksanaan berbagai kegiatan baik di desa atau
Indikator ketahanan wilayah terhadap bencana di sekolah dalam membentuk siaga bencana.
yang kelima adalah memperkuat kesiapsiagaan Dalam parameter ini lebih menekankan peran
terhadap bencana untuk respon yang efektif di pemerintah sebagai pembuat kebijakan yang
semua tingkat. Salah satu bukti bahwa suatu berkoordinasi dengan dinas terkait dalam
daerah mempunyai tingkat ketahanan tinggi pembentukan desa siaga bencana dan sekolah
terhadap bencana adalah mempunyai unsur- siaga bencana. Pemuda hanya dilibatkan dalam
unsur yang matang dalam merespon setiap proses sosialisasi dan pelaksanaan program
bencana yang akan datang. pembentukan tim siaga bencana di lapangan. Di
Dalam menganalisis indikator ini, Desa Kepuharjo telah tercapai kebijakan yang
peneliti menggunakan parameter yang dibuat menanamkan kesiapsiagaan dalam program
oleh LIPI dan UNESCO yaitu, pengetahuan desa, yaitu (1). Masuknya materi kesiapsiagaan
dan sikap/knowledge and attitude, kebijakan, terhadap bencana dalam proses belajar mengajar
perencanaan kedaruratan/emergency planning, di sekolah, (2). Adanya simulasi/latihan evakuasi
sistem peringatan bencana/early warning bencana yang dilakukan di desa maupun di
system dan mobilisasi sumberdaya/resource sekolah secara reguler, (3). Terbentuk tim siaga
mobilization capacity. bencana desa dan tim siaga bencana sekolah,
Pertama, pengetahuan dan sikap. (4). Adanya alokasi dana untuk kegiatan
Pengetahuan dan sikap didapat dari berbagai kesiapsiagaan.

279
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 261-286

Gambar 5
Skenario Pengungsian Di Desa Kepuharjo

Sumber: BPBD Kabupaten Sleman, 2013

Ketiga, perencanaan kedaruratan. desa yang terkena dampak akibat erupsi


Penyelenggaraan program-program Merapi, sedangkan yang dimaksud dengan
pengurangan risiko bencana pada suatu desa penyangga adalah desa yang bebas dari
kawasan atau desa tidak akan tercapai apabila ancaman Merapi dan bisa menjadi desa tujuan
tidak ada kerjasama yang baik dengan kawasan evakuasi, maka masing-masing desa perlu
di sekitarnya. Guna menjamin adanya program melakukan pengkajian lebih lanjut mengenai
pengurangan risiko bencana yang optimal pasangan desa untuk kemudian diadakan
maka perlu adanya pengelolaan dalam hal kerjasama.
pelayanan terutama ketika terjadi bencana. Kepuharjo yang merupakan desa yang
Kerjasama pengurangan risiko bencana yang berbatasan langsung dengan Desa Umbulharjo
dimaksud yaitu merupakan perwujudan di sebelah Barat dan Desa Glagaharjo di
adanya hubungan pemerintah desa dengan sebelah timur, namun masing-masing dari
pemerintah desa lainnya, dan atau pemerintah desa tersebut juga merupakan desa yang
kecamatan yang lain meliputi hubungan masuk dalam KRB III dan KRB II. Desa yang
kewenangan, pemanfaatan fasilitas umum, dan berbatasan langsung di sebelah selatan yaitu
sumber daya lainnya, (lihat gambar 5). Desa Wukirsari yang mana merupakan desa
Kerjasama antar desa tersebut perlu yang letaknya lebih jauh dari Gunung Merapi
dilakukan jauh-jauh hari sebelum terjadinya dibandingkan dengan Desa Kepuharjo.
bencana. Perlu adanya kejelasan desa mengenai Oleh karena itu Desa Wukirsari merupakan
sister village atau pasangan desa, dimana salah satu desa yang dapat dijadikan desa
terdapat desa terdampak dan desa penyangga. tujuan evakuasi pertama dengan skenario
Yang dimaksud dengan desa terdampak adalah pengungsian diatas radius 10 km. Dari gambar

280
Maulana Istu Pradika, Sri Rum Giyarsih, Hartono -- Peran Pemuda dalam Pengurangan Risiko Bencana dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta
di atas dapat diketahui bahwa sebagian yang penyampaiannya mudah diterima oleh
besar Desa Wukirsari merupakan kawasan masyarakat. Peran pemuda banyak terlibat
yang tidak rawan terhadap bencana dengan agar peringatan bencana mudah diterima
radius di atas 10 km dari puncak Merapi. oleh masyarakat. Karang Taruna, SKSB dan
Desa Wukirsari merupakan desa terdekat Rakom Gema Merapi banyak terlibat dalam
dengan Desa Kepuharjo dengan akses yang masalah ini. Telah dijelaskan sebelumnya
cukup mudah. Hal tersebut menjadikan Desa bahwa peran SKSB sangat penting dalam
Wukirsari sebagai desa penyangga dari Desa pemantauan dan penyebaran peringatan.
Kepuharjo sebagai desa terdampak.Berbeda Proses kerjasama telah terpadu dengan pos
apabila dinyatakan radius aman di atas 15 PGM dan BPPTK. Sementara Rakom Gema
km, maka barak pengungsian yang ada di Merapi mengambil celah melalui saluran radio
Wukirsari dinyatakan tidak layak, sehingga yang mempunyai cakupan lebih luas dan lebih
kerjasama meluas antar kecamatan, yaitu banyak pendengarnya. Sedangkan karang
dengan Kecamatan Ngemplak tepatnya di taruna mengambil peran koordinasi.
Desa Bimomartani. Hal-hal yang dilakukan Kelima, mobilisasi sumberdaya.
dalam proses kerjasama antar desa ini Mobilisasi sumberdaya berkaitan dengan
meliputi pertemuan antar kepala desa dan upaya pemuda dalam mengerahkan
camat, dan penandatanganan keputusan kapasitas yang dimiliki baik dari aspek
bersama MoU penyediaan sarana prasarana, perlengkapan
Keempat, sistem peringatan bencana. dan pendanaan serta sumber daya manusia.
Masyarakat sudah mulai mengandalkan Dilihat dari segi materi dan non materi,
informasi kebencanaan melalui sistem keberadaan sekolah di tengah-tengah
peringatan dini yang bersumber dari pos masyarakat juga bisa memberikan nilai lebih
pengamatan Gunung Merapi (PGM). dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan
Sistem peringatan dini atau Early Warning dengan meningkatkan kerjasama yang
System (EWS) merupakan sistem yang melibatkan institusi baik pemerintah maupun
memberitahukan ketika akan timbul suatu non-pemerintah yang bergerak dalam bidang
bahaya atau bencana alam. Saat ini sistem yang pengurangan risiko bencana. Mobilisasi
ada tidak hanya menggunakan teknologi yang sumberdaya juga mencakup penyediaan
canggih, namun di Desa Kepuharjo masyarakat peralatan untuk evakuasi dan kebutuhan
masih didukung dengan adanya penggunaan dasar logistik pertolongan pertama dan
kentongan untuk memberikan isyarat apabila peringatan bencana. Kelompok-kelompok
Gunung Merapi mengisyaratkan gejala yang pemuda yang aktif dalam pengurangan risiko
tidak normal. bencana juga memudahkan dalam mobilisasi
Sistem peringatan dini perlu didukung sumberdaya.
dengan sistem komunikasi yang baik agar Berdasarkan indikator kelima yaitu
masyarakat mampu menerima dengan benar memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana
dan mengetahui secara tepat informasi untuk respon yang efektif di semua tingkat
kebencanaan yang diberikan melalui EWS. dapat disimpulkan bahwa peran pemuda
Pada dasarnya sistem peringatan dini harusnya berimplikasi terhadap ketahanan wilayah
merupakan peringatan kepada masyarakat Desa Kepuharjo dengan dampak positif,

281
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 261-286

yaitu (1). Terciptanya pemahaman dan pemuda dalam pengurangan risiko bencana
ketepatan sikap tindakan dalam menciptakan terhadap ketahanan wilayah.
kesiapsiagaan, (2). Terciptanya program Bangunan ketahanan wilayah Desa
kebijakan yang mengedepankan kesiapsiagaan, Kepuharjo yang tercipta juga dapat dilihat
(3). Terciptanya alur sistem peringatan yang dengan menggunakan diagram manajemen
efektif, (4). Terciptanya kerjasama antar bencana di mana pemuda Kepuharjo telah
daerah dalam perencanaan kedaruratan, dan berperan di empat fase manajemen bencana,
(5). Terciptanya kemudahan dalam mobilisasi yaitu mitigasi, kesiapsiagaan, respon, dan
sumberdaya. pemulihan, (lihat tabel 2).
Tabel 2 menjelaskan hubungan 4 (empat)
Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo fase dalam diagram manajemen bencana
Indikator ketahanan wilayah terhadap terhadap peran pemuda Kepuharjo yang
bencana yang terdapat pada HFA yang berpengaruh menciptakan bangunan ketahanan
dipadukan dengan peran pemuda memberikan wilayah Desa Kepuharjo. Kegiatan-kegiatan
kesimpulan bahwa terdapat implikasi positif dari yang dilakukan oleh pemuda secara kolaboratif
peran pemuda Kepuharjo dalam pengurangan ini bukan dalam tafsiran menghindari bencana,
risiko bencana terhadap ketahanan wilayah tetapi menjadikan bencana sebagai normalitas
Kepuharjo. Dari kelima indikator, implikasi kehidupan sehari-hari. Dengan menjadikan
positif tercipta pada 4 (empat) indikator, bencana sebagai bagian dari kehidupan
yaitu (1). Menjadikan PRB sebagai prioritas yang harus jalani, maka masyarakat dapat
lokal dan nasional, (2). Mengidentifikasi meminimalisasi kerugian yang terjadi akibat
risiko-risiko bencana, (3). Membangun bencana tersebut dan secara bersamaan mampu
budaya keselamatan dan ketahanan, serta (4). membangun kembali dari keterpurukan
Memperkuat kesiapsiagaan. Sedangkan pada yang di akibatkan oleh bencana. Ni’am dan
indikator mengurangi faktor-faktor risiko Ardianto (2013) menyebutkan bahwa inilah
yang mendasar belum terdapat implikasi peran salah satu pemaknaan penting dari prinsip
hidup selaras dengan bencana (living harmony
Tabel 2 with disasters), dari makna inilah makna
Peran Pemuda Kepuharjo Pada Fase Manajemen resiliensi atau ketahanan terhadap bencana
Bencana akan menemukan bukti-bukti yang relevan
Peran yang paling dan konkret.
Fase
berpengaruh
Mitigasi/Mitigation −− Sosialisasi Bangunan ketahanan wilayah
−− Pelatihan Kepuharjo yang telah tercipta melalui peran
−− Radio Komunitas
dari pemuda dapat digambarkan melalui
Kesiapsiagaan/ −− Simulasi
Preparation −− Pemetaan Partisipatif matrik hubungan peran pemuda di setiap
−− Pemantauan
−− Komunikasi fase manajemen bencana dengan melakukan
−− Radio Komunitas pembobotan di setiap peran yang dilakukan.
Respon/Response −− Pemantauan
Peneliti melakukan analisis pembobotan ini
−− Komunikasi
−− Radio Komunitas disesuaikan dengan aktivitas peran yang
Pemulihan/Recovery −− Radio Komunitas dilakukan sejauh mana berpengaruh terhadap
−− Konservasi
keadaan yang tercipta di masyarakat Desa
Sumber: Analisis, 2016

282
Maulana Istu Pradika, Sri Rum Giyarsih, Hartono -- Peran Pemuda dalam Pengurangan Risiko Bencana dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta
Tabel 3
Matrik Hubungan Peran Pemuda Berdasarkan Fase Manajemen Bencana
Peran
Sosialisasi Pelatihan Simulasi Pemetaan Pemantauan Komunikasi Rakom Konservasi
Fase
Mitigasi 2 2 1 1 1 1 2 1
Kesiapsiagaan 1 1 2 2 2 2 2 1
Respon 0 0 0 0 2 2 2 0
Pemulihan 0 1 0 0 0 1 2 2
Sumber: Analisis, 2016

Keterangan: 0 Tidak berpegaruh/tidak tahan

1 Berpegaruh/agak tahan

2 Sangat berpengaruh/tahan

Kepuharjo terkait dengan pengurangan Ta h a p a n m e m b a n g u n s e c a r a


risiko bencana. Matrik hubungan tersebut berkelanjutan memperlihatkan bahwa pemuda
dapat dilihat pada tabel 3. terlibat aksi-aksi pengurangan risiko bencana
Ketahanan wilayah merupakan sebuah secara kolaboratif sesuai peranan yang tepat
budaya yang harus dibangun terus-menerus bagi mereka. Pemuda tidak mungkin dapat
dan berkelanjutan. Dalam membentuk menyelesaikan berbagai macam persoalan
bangunan budaya ketahanan ini, pemuda perlu sosial yang kompleks, termasuk dalam
menjalankan perannya pada 4 (empat) tahapan pengurangan risiko bencana, sendirian.
pembangunan berkelanjutan, yaitu Plan, Do, Mereka harus bekerja secara kolaboratif
Check, dan Action. Dalam konteks Kepuharjo, dengan berbagai elemen masyarakat lainnya.
pemuda telah memainkan perannya secara Dengan begitu, tidak ada klaim bahwa satu
maksimal pada tahapan plan dan do. Pada pihak lebih dipentingkan dalam persoalan
tahapan check secara umum difasilitasi oleh kebencanaan. Dari kegiatan kolaboratif ini
pihak pemerintah desa atau kabupaten dengan menunjukkan bahwa masing-masing pihak
melakukan simulasi. Kemudian pada tahapan memiliki kapasitas dan kemampuannya
yang terakhir yaitu action atau tindakan sendiri dalam merespons pengurangan risiko
evaluasi dari temuan yang kurang sesuai, bencana, sehingga budaya ketahanan dapat
belum tercipta di Kepuharjo. Hal ini dibuktikan terjaga.
dengan masih kurangnya dukungan terutama Berdasarkan penjelasan terkait
moral dan spiritual dalam memaksimalkan pencapaian indikator HFA yang sejalan
peran pemuda baik oleh pemerintah desa dengan pencapaian dalam tahapan manajemen
maupun pemerintah kabupaten, masih adanya bencana dan pembangunan berkelanjutan,
tumpang tindih regulasi terkait penataan peneliti menyimpulkan bahwa ketahanan
kawasan rawan bencana Merapi, dan masih wilayah Desa Kepuharjo masuk ke dalam
monotonnya program yang dilakukan sehingga level 4, yaitu capaian yang cukup berarti
menciptakan suasana bosan di masyarakat dan telah diperoleh, tetapi diakui ada keterbatasan
terkesan bersifat hanya pemberian stimulus dalam komitmen, sumberdaya finansial
sesaat. ataupun kapasitas operasional.

283
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 261-286

Tabel 4
Matrik Hubungan Peran Pemuda Dan Implikasi Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo
Implikasi
Aspek Ideologi Aspek Politik Aspek Ekonomi Aspek Sosbud Aspek Hankam
Indikator
Prioritas lokal −− Sosialisasi dan −− Penyusunan −− Sosialisasi dan −− Penyusunan −− Penyusunan
pelatihan dokumen pelatihan dokumen dokumen
kontinjensi kontinjensi kontinjensi
(SOP) (SOP) (SOP)
−− Sosialisasi dan −− Sosialisasi dan
pelatihan pelatihan
Identifikasi −− Sosialisasi dan −− Sosialisasi dan −− Sosialisasi dan −− Sosialisasi dan −− Sosialisasi dan
risiko pelatihan pelatihan pelatihan pelatihan pelatihan
−− Pemetaan −− Komunikasi
partisipatif −− Pemantauan
−− Pemantauan
−− Komunikasi
Budaya −− Pendidikan −− Pendidikan −− Pendidikan −− Pendidikan −− Pendidikan
Keselamatan −− Pelatihan −− Pelatihan −− Pelatihan −− Pelatihan −− Pelatihan
−− Sekolah Siaga −− Sekolah Siaga −− Sekolah Siaga
Bencana Bencana Bencana
−− Radio Komunitas −− Radio Komunitas
Mengurangi - Konservasi
faktor risiko - - - - Pelestarian -
mendasar
Memperkuat −− Pelatihan −− Pelatihan −− Pelatihan −− Pelatihan −− Pelatihan
kesiapsiagaan −− Desa Tangguh −− Desa Tangguh −− Desa Tangguh −− Desa Tangguh
Bencana Bencana Bencana Bencana
−− Sekolah Siaga −− Sister village −− Sekolah Siaga −− Sekolah Siaga
Bencana Bencana Bencana
−− Sister village −− Sister village
−− Sister school −− Sister school
−− Pemantauan −− Pemantauan
Sumber : Analisis,2016

Pemaparan tersebut di atas dapat terhadap ketahanan wilayah dapat dilihat


ditarik kesimpulan bahwa dari kelima pada tabel 4.
indikator prioritas aksi dalam implikasi
peran pemuda terhadap ketahanan wilayah SIMPULAN
Desa Kepuharjo sejalan dengan kelima
Berdasar penjelasan tersebut di atas
prioritas unsur Asta Gatra. Prioritas utama
dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
dalam memulai membangun ketahanan
Pertama, pemuda telah berperan aktif
wilayah adalah dimensi sosial sumberdaya
dalam upaya pengurangan risiko bencana di
manusia pada tingkat komunitas. Prioritas
Kepuharjo melalui beberapa kegiatan yang
kedua adalah ketahanan sumberdaya
dilaksanakan secara kolaboratif dengan elemen
manusia, baik fisik, organisasi dan ekonomi
masyarakat lain. Kegiatan pengurangan risiko
di tingkat komunitas. Prioritas ketiga adalah
bencana yang dilakukan adalah sosialisasi
ketahanan sosial hukum, infrastruktur dan
dan pelatihan PRB, pemetaan partisipatif,
kelembagaan. Prioritas keempat adalah
pemantauan dan komunikasi, simulasi
ketahanan fisik hukum tingkat komunitas.
Prioritas kelima ketahanan adalah dimensi- atau gladi lapangan, radio komunitas, serta
konservasi dan pelestarian. Dari keenam
dimensi selain tersebut diatas. Matrik
kegiatan yang dilakukan yang paling
hubungan peran pemuda dan implikasinya
berpengaruh adalah radio komunitas.

284
Maulana Istu Pradika, Sri Rum Giyarsih, Hartono -- Peran Pemuda dalam Pengurangan Risiko Bencana dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta
Kedua, peran yang dilakukan oleh pemuda Bencana Alam, Jakarta: Lembaga Ilmu
dalam pengurangan risiko bencana memiliki Pengetahuan Indonesia.
implikasi terhadap ketahanan wilayah Desa Ni’am, L. dan Ardianto, H. T., 2013,
Kepuharjo dengan kata lain ketahanan wilayah “Kolaborasi Menuju Resiliensi:
Kepuharjo telah tercipta. Dari kelima indikator Pengalaman Pemuda Ende dalam
HFA, telah tercipta implikasi pada 4 (empat) Pengurangan Risiko Bencana”, Jurnal
indikator, yaitu (1). Memastikan bahwa Studi Pemuda Vol. 2 No. 1.
pengurangan risiko bencana merupakan sebuah Nugrahani, T. S., 2011, Dampak Erupsi
prioritas lokal dan nasional dengan dasar Merapi dan Kemiskinan di Kecamatan
kelembagaan yang kuat, (2). Mengidentifikasi, Cangkringan, Yogyakarta: Universitas
menjajagi dan memonitor risiko-risiko bencana, PGRI Yogyakarta.
(3). Menggunakan pengetahuan, inovasi
Ride, A. & Bretherton, D., 2011, Community
dan pendidikan untuk membangun budaya
Resilience in Natural Disaster, New York:
keselamatan dan ketahanan di semua tingkat,
Palgrave Macmillan.
dan (4). Memperkuat kesiapsiagaan terhadap
bencana untuk respon yang efektif di semua Shofa, Abd Muid Aris, 2016, “Peran Pemuda
tingkat. Sedangkan pada indikator mengurangi dalam Pendampingan Mahasiswa Difabel
faktor-faktor risiko yang mendasar, belum dan Implikasinya terhadap Ketahanan
tercipta implikasi peran pemuda terhadap Pribadi Pemuda (Studi di Pusat Layanan
ketahanan wilayah. Ketahanan wilayah Desa Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga
Kepuharjo masuk ke dalam level 4, yaitu Yogyakarta)”, Jurnal Ketahanan Nasional
capaian yang cukup berarti telah diperoleh, Vol. 22 No. 2: 199-216.
tetapi diakui ada keterbatasan dalam komitmen, Sirimorok, N., 2010, Membangun Kesadaran
sumberdaya finansial ataupun kapasitas Kritis: Kisah Pembelajaran Partisipatif
operasional. Orang Muda, Yogyakarta: INSIST Press.
Sirimorok, N. dan Puthut EA, 2010, Bencana
DAFTAR PUSTAKA Ketidakadilan: Refleksi Pengurangan
Abdullah, I., 2008, Konstruksi dan Risiko Bencana di Indonesia, Karanganyar:
Reproduksi Sosial atas Bencana Alam, Lembaga Pengembangan Teknologi
Working Papers in Interdisciplinary Pedesaan.
Studies No. 1, Yogyakarta: Sekolah Sudibyakto, 2011, Manajemen Bencana di
Pascasarjana UGM. Indonesia Kemana?, Yogyakarta: Gadjah
BNPB, 2010, Laporan Tanggap Darurat Mada University Press.
Gunung Merapi 2010, Yogyakarta: Posko Sudibyakto, dkk, 2009, International Seminar
BNPB. on Disaster: Theory, Research and
BPPTK, 2011, Laporan Pemantauan Aktivitas Policy. Proseding Internasional Seminar,
Gunungapi Merapi Januari, 2011, Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana
Yogyakarta: BPPTK. Universitas Gadjah Mada.
LIPI-UNESCO/ISDR, 2007, Pengembangan Widyanta, AB., 2010, Gelombang Erupsi
Framework Untuk Mengukur Merapi, Pengungsi dan Jejaring Posko
Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Mandiri: Best Practice Penanggulangan

285
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 2, Agustus 2018: 261-286

Bencana ala Dusun Kadisoka, https://www. Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung
academia.edu/4890191/ diakses pada 5 Merapi.
Maret 2016. Peraturan Kepala BNPB Nomor 03 Tahun
2 0 1 2 Te n t a n g P a n d u a n P e n i l a i a n
Peraturan Perundangan Kapasitas Daerah Dalam Penanggulangan
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 Bencana
Tentang Kepemudaan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor Internet
70 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata geospasial.bnpb.go.id

286

Вам также может понравиться