Вы находитесь на странице: 1из 15

AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD

EKA 334 A2

“SAK ETAP UNTUK LEMBAGA KEUANGAN”

Pembimbing :

Prof. Dr. I Wayan Ramantha, S.E, M.M., Ak., CPA

Oleh Kelompok 3 :

Ni Komang Ning Saniardi (1607531021 / 2)

Putu Cindy Arintya Ardana (1607531029 / 3)

Ni Putu Arlita Ekayanti (1607531069 / 17)

Gita Najmi Safitri (1607531174 / 27)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018

0
1. PENGERTIAN SAK ETAP
Pada tanggal 19 Mei 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
mengesahkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP). SAK ETAP ini nampak seide dengan International Financial Reporting
Standard for Small and Medium-sized Entities (IFRS for SMEs). Meskipun memiliki
judul yang berbeda, namun baik SAK ETAP maupun IFRS for SMEs sama-sama
diperuntukkan bagi entitas tanpa akuntabilitas publik, hanya saja istilah yang digunakan
sebagai judul.
IFRS adalah small and medium-sized entities (SMEs). Jadi, apabila kita
membandingkan judul pada IFRS for SMEs dan SAK ETAP, maka istilah entitas tanpa
akuntabilitas publik sama pengertiannya dengan small and medium-sized entities.
Apabila SAK ETAP telah disahkan pada bulan Mei 2009, IFRS for SMEs sendiri baru
disahkan pada bulan Juli 2009. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) adalah standar akuntansi yang disusun sebagai acuan
dan dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik.
SAK ETAP menggunakan acuan IFRS for Small Medium Enterprises (SME) yang
lebih sederhana antara lain:
a. Aset tetap, tidak berwujud menggunakan harga perolehan.
b. Entitas anak tidak dikonsolidasi tetapi sebagai investasi dengan metode ekuitas.
c. Mengacu pada praktik akuntansi yang saat ini digunakan.
d. Laporan keuangan sesuai SAK ETAP menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja, dan arus kas entitas yang berguna bagi pengguna luas.
Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil dan menengah dapat
menyusun laporan keuangannya sendiri dan dapat diausit untuk mendapatkan opini
audit. Informasi keuangan yang sederhana tetapi memberikan informasi yang andal.
SAK ETAP disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai
dengan kondisi Indonesia.

2. KONSEP DAN PRINSIP PERVASIF SAK ETAP


1. Tujuan laporan keuangan

1
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam
posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi
tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang
telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
2. Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan
a) Dapat Dipahami. Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.
Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar.
b) Relevan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi
hasil evaluasi mereka di masa lalu.
c) Materialitas. Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan
atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.
d) Keandalan. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material
dan bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan dapat disajikan.
e) Substansi Mengungguli Bentuk Transaksi, peristiwa dan kondisi lain dicatat
dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya
bentuk hukumnya. Hal ini untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan.
f) Pertimbangan Sehat. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada
saat melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian,
sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau
beban tidak disajikan lebih rendah.

2
g) Kelengkapan. Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus
lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau
menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi
ditinjau dari segi relevansi.
h) Dapat Dibandingkan. Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan
entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar
entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif.
i) Tepat Waktu. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan
dalam jangka waktu pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang
tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan
kehilangan relevansinya.
j) Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat. Manfaat informasi seharusnya
melebihi biaya penyediannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat
merupakan proses pertimbangan yang substansial.
3. Posisi Keuangan
Posisi keuangan suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas pada suatu
waktu tertentu. Unsur laporan keuangan yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dan ekuitas. Unsur-unsur ini
didefinisikan sebagai berikut:
a. Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh entitas.
b. Kewajiban merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari peristiwa
masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus kas keluar
dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.

c. Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban.
4. Kinerja keuangan

3
Kinerja keuangan adalah hubungan antara penghasilan dan beban dari entitas
sebagaimana disajikan dalam laporan laba rugi. Laba sering digunakan sebagai
ukuran kinerja atau sebagai dasar untuk pengukuran lain, seperti tingkat
pengembalian investasi atau laba per saham. Unsur-unsur laporan keuangan yang
secara langsung terkait dengan pengukuran laba adalah penghasilan dan beban.
Penghasilan dan beban didefinisikan lebih lanjut sebagai berikut:
a) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode
pelaporan dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset, atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal.
b) Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
pelaporan dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset, atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak terkait dengan
distribusi kepada penanam modal.
5. Pengakuan dan pengukuran unsur-unsur laporan keuangan
Pengakuan penghasilan dan beban dalam laporan laba rugi dihasilkan secara
langsung dari pengakuan dan pengukuran aset dan kewajiban. Kriteria pengakuan
penghasilan dan beban dibahas lebih lanjut, yaitu:
a. Pengakuan unsur-unsur laporan keuangan
Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu pos
dalam neraca atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur dan
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut
akan mengalir dari atau ke dalam entitas
2. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Pengakuan dalam laporan keuangan
a) Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa
depan akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya
yang dapat diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika
pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin

4
mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan berjalan. Sebagai
alternatif transaksi tersebut menimbulkan pengakuan beban dalam laporan
laba rugi.
b) Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya
yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan
kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur
dengan andal.
c) Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan
kewajiban. Penghasilan diakui dalam Laporan laba rugi jika kenaikan
manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset
atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
d) Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan
kewajiban. Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat
ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
e) Laba atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan dan beban.
Hal tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari laporan keuangan,
dan prinsip pengakuan yang terpisah tidak diperlukan.
Kegagalan untuk mengakui pos yang memenuhi kriteria tersebut tidak dapat
digantikan dengan pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan atau catatan
atau materi penjelasan.

b. Pengukuran unsur-unsur laporan keuangan


Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas untuk
mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan. Proses
ini termasuk pemilihan dasar pengukuran tertentu. Dasar pengukuran yang umum
adalah biaya historis dan nilai wajar:
a. Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau
nilai wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada
saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima

5
atau sebesar nilai wajar dari aset non-kas yang diterima sebagai penukar dari
kewajiban pada saat terjadinya kewajiban.
b. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset,
atau untuk menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang
berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi
dengan wajar.
c. Prinsip pengakuan dan pengukuran berpengaruh luas (pervasif)
Persyaratan untuk pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban, penghasilan
dan beban dalam SAK ETAP didasarkan pada prinsip pervasif dari
Kerangka Dasar Penyajian dan Pengukuran Laporan Keuangan.
6. Dasar akrual
Entitas harus menyusun laporan keuangan, kecuali laporan arus kas, dengan
menggunakan dasar akrual. Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset,
kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika
memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk pos-pos tersebut.
7. Saling hapus Tidak Diperkenankan
Saling hapus tidak diperkenankan atas aset dengan kewajiban, atau penghasilan
dengan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh SAK ETAP.

3. RUANG LINGKUP SAK ETAP


3.1 Digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik yaitu:
a. Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik,
b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal, Contoh pengguna eksternal adalah pemilik
yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga
pemeringkat kredit.
c. Entitas dengan akuntabilitas publilk signifikan boleh menggunakan SAK ETAP jika
diijinkan oleh otoritas berwenang. SE No.11/37/DKBU Bank Indonesia tanggal 31
Desember 2009 yang menetapkan standar akuntansi keuangan untuk BPR adalah
SAK ETAP dan SE No. 12/14/DKBU Bank Indonesia tanggal 1 juni 2010 yang
menetapkan penggunaan Pedoman Akuntansi Bank Perkreditas Rakyat (PA – BPR)
yang diberlakukan sejak 1 Januari 2010.

6
3.2 SAK ETAP, dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (ETAP), yaitu entitas yang:
1. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal
3.3 Entitas dengan akuntabilitas publik signifikan adalah:
1. Telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau sedang dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk
tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
2. Menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi,pialang dan atau pedagang efek, dana
pensiun, reksa dana dan bank investasi.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK
ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK
ETAP. Contoh: Bank Perkreditan Rakyat
3.4 Entitas berakuntabillitas publik adalah:
a. Perusahaan kecil yang memiliki saham di pasar modal.
b. Perusahaan manufaktur besar (bukan emiten).
c. Bank umum besar (bukan emiten).
d. Entitas yang bisnis satu-satunya adalah pendapatan bunga atas uang yang
dipinjamkan kepada nasabah. Entitas ini memperoleh semua dana dari seorang
pemilik yang milyuner.
e. Laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna laporan keuangan, misalnya: pemegang saham, kreditor, pekerja,
dan masyarakat dalam arti luas.
4. KARAKTERISTIK SAK ETAP.
1. Stand alone accounting standard (tidak mengacu ke SAK Umum)
2. Mayoritas menggunakan historical cost concepts.
3. Hanya mengatur transaksi yang umum dilakukan Usaha Kecil dan Menengah
4. Pengaturan lebih sederhana dibandingkan SAK Umum.
5. Alternatif yang dipilih adalah alternatif yang paling sederhana.
6. Penyerdehanaan pengakuan dan pengukuran.
7. Pengurangan pengungkapan.
8. Tidak akan berubah selama beberapa tahun.

5. LAPORAN KEUANGAN SAK ETAP

7
Laporan keuangan yang dipersiapkan sesuai dengan SAK ETAP untuk menyediakan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas yang berguna untuk
pengguna luas yang tidak dalam posisi meminta laporan untuk memenuhi kebutuhan
informasi tertentu, misalnya diberikan kepada: Bank, Pemilik, dan Penyandang dana.
5.1 Penyajian Laporan Keuangan
Entitas harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and
unreserved statement) atas kepatuhan terhadap SAK ETAP dalam catatan laporan
keuangan. Terdiri dari:
5.1.1 Penyajian Wajar
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan,
dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyarakatkan penyajian jujur atas
pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan
kriteria pengakuan asset, kewajiban, penghasilan, dan beban. Penyajian wajar posisi
keuangan, kinerja keuangan dan arus kas.
Entitas yang menggunakan SAK ETAP harus secara eksplisit menyatakan secara
penuh atas kepatuhan terhadap SAK ETAP dalam catatan laporan keuangan. Entitas
harus menilai kelangsungan usaha pada saat menyusun laporan keuangan. Entitas
menyajikan laporan keuangan minimal satu kali dalam setahun. Informasi komparatif
dengan periode sebelumnya dengan keunggulan yang sama. Pos-pos yang material
disajikan terpisah.
5.1.2 Kepatuhan terhadap SAK ETAP
Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu
pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas
kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak
boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan
dalam SAK ETAP.
5.1.3 Kelangsungan Usaha
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan
SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan
usahanya.

8
5.1.4 Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi
komparatif) minimum satu tahun sekali.
5.1.5 Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar perioda harus
konsiseten kecuali:
5.1.5.1 Terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau perubahan
penyajian atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan penyajian lebih
baik sesuai kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, atau SAK
ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian.
5.1.6 Informasi Komparatif
Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan perioda sebelumnya
kecuali dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk informasi dalam laporan keuangn
dan catatan atas laporan keuangan).
5.1.7 Materialitas dan Agregasi
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan yang
tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang
sejenis. Kelalalian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat suatu pos
dianggap material jika, baik secara individuan maupun bersama-sama, dapat
memengaruhi pengguna laporan keuangan dalam penggambilan keputusan ekonomi.
Besaran dan sifat unsur tersebut dapat menjadi factor penentu.
5.1.8 Identifikasi Laporan Keuangan Lengkap
Terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
catatan atas laporan keuangan. Perubahan periode laporan keuangan sehingga periode
laporan berbeda, maka ETAP mengungkapkan:
(a) Fakta tersebut.
(b) Alasan penggunaan perioda yang lebih pendek atau lebih panjang.
(c) Fakta bahwa jumlah informasi komparatif dalam laporan keuangan yang terkait
tidak dapat diperbandingkan.
(d) Identifikasi secara jelas setiap komponen laporan keuangan.
Informasi berikut, jika perlu, pada setiap halaman:

9
a) Nama entitas pelapor dan perubahan dalam nama tersebut sejak laporan perioda
terakhir;
b) Tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, mana yang lebih
tepat bagi setiap komponen laporan keuangan;
c) Mata uang pelaporan, seperti didefinisikan dalam Bab 25 Mata Uang
Pelaporan;
d) Pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
Catatan laporan keuangan:
a) Domisili , bentuk hukum dan alamat kantor yang terdaftar;
b) Penjelasan sifat operasi dan aktivitas Utama.

6. MANFAAT DAN TUJUAN SAK ETAP.


SAK ETAP dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Setiap perusahaan memiliki prinsip going concern
yakni menginginkan usahanya terus berkembang. Untuk mengembangkan usaha perlu
banyak upaya yang harus dilakukan. Salah satu upaya itu adalah perlunya meyakinkan
publik bahwa usaha yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam akuntansi
wujud pertanggungjawaban tersebut dilakukan dengan menyusun dan menyajikan
laporan keuangan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Penyajian laporan
keuangan yang sesuai dengan standar, akan membantu manajemen perusahaan untuk
memperoleh berbagai kemudahan, misalnya: untuk menentukan kebijakan perusahaan di
masa yang datang; dapat memperoleh pinjaman dana dari pihak ketiga, dan sebagainya.
Standar ETAP ini disusun cukup sederhana sehingga tidak akan menyulitkan bagi
penggunanya yang merupakan entitas tanpa akuntabilitas public (ETAP) yang mayoritas
adalah perusahaan yang tergolong usaha kecil dan menengah. ETAP sebagaimana
kepanjangan yang telah diuraikan di atas merupakan unit kegiatan yang melakukan
aktifitas tetapi sahamnya tidak dimiliki oleh masyarakat atau dengan kata lain unit usaha
yang dimiliki oleh orang perorang atau sekelompok orang, dimana kegiatan dan
modalnya masih terbatas. Jenis kegiatan seperti ini di Indonesia menempati angka
sekitar 80 %. Oleh sebab itu perlu adanya perhatian khusus dari semua pihak yang
berkepentingan dalam hal penyajian laporan keuangan.

10
7. IMPLEMENTASI SAK ETAP.
PSAK ETAP mulai diberlakukan pada akhir tahun 2011. Penggunaan PSAK ini harus
konsisten untuk tahun-tahun berikutnya. Apalagi yang sudah memutuskan untuk
menggunakan PSAK umum dalam penyajian laporan keuangan, maka untuk selanjutnya
tidak boleh merevisi kebijakannya ke PSAK ETAP.
Entitas dapat menerapkan SAK ETAP secara retrospektif, namun jika tidak praktis,
maka entitas diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP secara prospektif. Entitas
yang menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah menyusun laporan keuangan
maka:
1. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan dalam
SAK ETAP;
2. Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak
mengijinkan pengakuan tersebut;
3. Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset, kewajiban atau
komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya, tetapi merupakan
jenis aset, kewajiban, atau komponen ekuitas yang berbeda berdasarkan SAK
ETAP;
4. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban yang diakui.
Penerapan secara retrospektif artinya bahwa kebijakan akuntansi yang baru
diterapkan seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut telah digunakan sebelumnya. Oleh
karena itu, kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan pada kejadian atau transaksi sejak
tanggal terjadinya kejadian atau transaksi tersebut. Sedangkan penerapan secara
prospektif artinya kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan pada kejadian atau
transaksi yang terjadi setelah tanggal perubahan. Tidak ada penyesuaian yang dilakukan
terhadap periode sebelumnya.
Kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pada saldo awal neracanya
berdasarkan SAK ETAP mungkin berbeda dari yang digunakan untuk tanggal yang sama
dengan menggunakan kerangka pelaporan keuangan sebelumnya. Hasil penyesuaian
yang muncul dari transaksi, kejadian atau kondisi lainnyasebelum tanggal efektif SAK
ETAP diakui secara langsung pada saldo laba pada tanggal penerapan SAK ETAP.

11
Pada tahun awal penerapan SAK ETAP, entitas yang memenuhi persyaratan untuk
menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan SAK
ETAP, tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang diterapkan secara konsisten.
Entitas tersebut tidak diperkenankan untuk kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk
penyusunan laporan keuangan berikutnya. Entitas yang menyusun laporan keuangan
berdasarkan SAK ETAP kemudian tidak memenuhi persyaratan entitas yang boleh
menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun
laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP. Entitas tersebut wajib menyusun laporan
keuangan berdasarkan PSAK non- ETAP dan tidak diperkenankan untuk menerapkan
SAK ETAP.
Entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam menyusun laporan
keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat menggunakan
SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETA ini dalam menyusun
laporan keuangan. Entitas tersebut menerapkan persyaratan dalam paragraf 29.1 – 29.3.

8. KEBIJAKAN AKUNTANSI SAK ETAP.


Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, yang terdiri dari perubahan estimasi
dan Koreksi kesalahan periode lalu. Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar,
konvensi, aturan dan praktik tertentu yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangannya. Jika SAK ETAP secara spesifik mengatur
transaksi, kejadian atau keadaan lainnya, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP.
Namun, jika dampak tidak material maka entitas tidak perlu mengikuti persyaratan
dalamSAK ETAP. Jika transaksi, peristiwa tidak diatur spesifik dalam SAK ETAP,
maka manajemen dengan menggunakan judgementnya mengembangkan dan
menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi:
1. Relevan bagi pemakai untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi; dan
2. Andal yaitu dalam laporan keuangan yang menyajikan dengan jujur posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas dari suatu entitas.
3. Mencerminkan substansi ekonomi dari transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya,
serta tidak hanya mencerminkan bentuk hukumnya.
4. Netral yaitu bebas dari bias

12
5. Mencerminkan kehati-hatian.
6. Bersifat lengkap dalam semua hal yang material
Acuan dalam membuat pertimbangan (Bab 9.5):
a. Persyaratan dan panduan dalamSAK ETAP yang berhubungan dengan isu yang
serupa dan terkait; dan
b. Definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset, kewajiban,
pendapatan dan beban dan prinsip-prinsip pervasif di Bab 2 Konsep dan Prinsip
Pervasif.
c. PSAK non ETAP dan panduan tambahan dapat dijadikan rujukan, namun tidak
boleh bertentangan dengan Bab 9.5

9. PERBEDAAN LAPORAN KEUANGAN SAK ETAP DENGAN PSAK.


SAK ETAP PSAK
 Neraca  Laporan posisi keuangan (neraca)
 Laporan laba rugi  Laporan laba rugi komprehensif
 Laporan perubahan ekuitas  Laporan perubahan ekuitas
 Laporan arus kas  Laporan arus kas
 Catatan atas laporan keuangan  Catatan atas laporan keuangan
 Laporan posisi keuangan pada awal
periode komparatif untuk penyajian
kembali

13
DAFTAR PUSTAKA

http://www.iaiglobal.or.id/v02/prinsip_akuntansi/standar.php?cat=SAK%20ETAP&id=71.
(Diakses tanggal 23 November 2016)

https://tsetyaernawati.wordpress.com/2012/04/05/rangkuman-isi-sak-etap/
(Diakses tanggal 23 November 2016)

http://daniels-stephanus.blogspot.com/2013/07/standat-akuntansi-keuangan-entitas.html
(Diakses tanggal 23 November 2016)

http://syannegracetine.blogspot.com/2013/11/materi-sak-etap_14.html
(Diakses tanggal 23 November 2016)

14

Вам также может понравиться