Вы находитесь на странице: 1из 25

A.

TEKSTUR BATUAN BEKU SECARA MIKROSKOPIS

a. Tekstur
Tekstur menunjukan hubungan individu butir dengan butir yang ada disekitarnya,
tekstur berurusan dengan kenampakan skala kecil. Dalam contoh dari kenampakan
mikroskopis seperti : Tingkat kristalisasi, ukuran dan bentuk butir, dan pertumbuhan bersama
Kristal. Tekstur merupakan kenampakan hubungan antra komponen dari batuan yang dapat
mereflikasikan sejarah kejadiannya atau petrogenesa.

1. Tekstur tergantung atas beberapa faktor :


a. Tingkat kristalisai
 Holokristalin : Seluruhnya terdiri dari massa kristal – kristal

Gambar : Holokristalin
 Hollohialin : Seluruhnya terdiri dari massa gelas

Gambar : Hollohialin
 Hipokristalin : Sebagian terdiri dari massa kristal dan sebagian terdi dari
massa gelas.

Gambar Hipokristalin
b. Ukuran butir (wiliam, et, al, 1945)
1. Halus : Ø < 1 mm.
2. Sedang : Ø 1 – 5 mm.
3. Kasar : Ø 5 – 30 mm.
4. Sangat kasar : Ø > 30 mm.
c. Hubungan antar butir mineral didalam batuan ditunjukan dari dominasi bentuk
butirnya.
a. Euhedral/Idiomorfik (Automorfik), Krisral – Kristal mempunyai bentuk
lengkap dan dibatasi oleh bidang batas yang jelas.
b. Anhedral/Allotriomorfik (Xenomorfik), mineral tidak mempunyai bentuk
sendiri yang jelas.
c. Subhedral/Hipidiomorfik, bentuk – bentuk Kristal kurang baiksebagian sisi
Kristal tidak jelas batasnya.

Anhedral Subhedral Euhedral


d. Hubungan Kristal
 Equigaranular, butiran Kristal sutu mineral yang mempunyai ukuran butir hampir
sama atau seragam.
 Inequigranular, butiran mineral suatu Kristal yang mempunyai ukuran butir yang tidak
sama atau tidak seragam.

2. Tekstur khusus.

Tektur khusus dalam batuan beku menggambarkan genesis proses kristalisasinya,


seperti intersertal, intergrowth atau zoning. Batuan beku intrusi dalam (plutonik) memiliki
tekstur yang sangat berbeda dengan batuan beku ekstrusi atau intrusi dangkal. Sebagai contoh
adalah bentuk kristal batuan beku dalam cenderung euhedral, sedangkan batuan beku luar
anhedral hingga subhedral (Tabel)
Tabel V.3. Tekstur batuan beku pada batuan beku intrusi dalam, intrusi dangkal dan ekstrusi
dan pada batuan vulkanik.

Jenis batuan
Intrusi dalam Intrusi dangkal dan
Batuan Vulkanik
(plutonik) Ekstrusi
Tekstur

Fabrik Equigranular Inequigranular Inequigranular

Subhedral-
Bentuk kristal Euhedral-anhedral Subhedral-anhedral
anhedral

Ukuran kristal Kasar (> 4 mm) Halus-sedang Halus-kasar

Porfiritik: intermediet-
Porfiritik-poikilitik
- basa
Tekstur khusus Ofitik-subofitik
Vitroverik-Porfiritik:
Pilotaksitik
Asam-intermediet

Derajad Hipokristalin Hipokristalin


Holokristalin
Kristalisasi Holokristalin Holokristalin

Zoning pada
Tekstur khusus - Perthit-perlitik
plagioklas, tumbuh
bersama antara
mineral mafik dan
plagioklas dan
intersertal

a) Tekstur trakitik
 Dicirikan oleh susunan tekstur batuan beku dengan kenampakan adanya orientasi
mineral ---- arah orientasi adalah arah aliran
 Berkembang pada batuan ekstrusi / lava, intrusi dangkal seperti dike dan sill
 Tekstur trakitik batuan beku dari intrusi dike trakit di G. Muria; gambar kiri: posisi
nikol sejajar dan gambar kanan: posisi nikol silang

Gambar : Tekstur trakitik pada traki-andesit (intrusi dike di Gunung Muria). Arah orientasi
dibentuk oleh mineral-mineral plagioklas. Di samping tekstur trakitik juga masih menunjukkan
tekstur porfiritik dengan fenokris plagioklas dan piroksen orto.

b) Tekstur Intersertal
 Yaitu tekstur batuan beku yang ditunjukkan oleh susunan intersertal antar kristal
plagioklas; mikrolit plagioklas yang berada di antara / dalam massa dasar gelas
interstitial.
Gambar : Tekstur intersertal pada diabas; gambar kiri posisi nikol sejajar dan gambar kanan
posisi nikol silang. Butiran hitam adalah magnetit.

c) Tekstur Porfiritik
 Yaitu tekstur batuan yang dicirikan oleh adanya kristal besar (fenokris) yang dikelilingi
oleh massa dasar kristal yang lebih halus dan gelas
 Jika massa dasar seluruhnya gelas disebut tekstur vitrophyric .
 Jika fenokris yang berkelompok dan tumbuh bersama, maka membentuk tekstur
glomeroporphyritic.

Gambar : Gambar kiri: Tektur porfiritik pada basalt olivin porfirik dengan fenokris olivin dan
glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas yang tertanam dalam massa dasar plagioklas dan
granular piroksen berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii). Gambar kanan: basalt olivin porfirik yang
tersusun atas fenokris olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas dalam massa dasar
plagioklas intergranular dan piroksen granular berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii.

d) Tekstur Ofitik
Yaitu tekstur batuan beku yang dibentuk oleh mineral plagioklas yang tersusun secara
acak dikelilingi oleh mineral piroksen atau olivin (Gambar V.10). Jika plagioklasnya lebih
besar dan dililingi oleh mineral ferromagnesian, maka membentuk tekstur subofitic (Gambar
V.11). Dalam suatu batuan yang sama kadang-kadang dijumpai kedua tekstur tersebut secara
bersamaan.
Secara gradasi, kadang-kadang terjadi perubahan tektur batuan dari intergranular
menjadi subofitik dan ofitik. Perubahan tektur tersebut banyak dijumpai dalam batuan beku
basa-ultra basa, contoh basalt. Perubahan tekstur dari intergranular ke subofitic dalam basalt
dihasilkan oleh pendinginan yang sangat cepat, dengan proses nukleasi kristal yang lebih
lambat. Perubahan terstur tersebut banyak dijumpai pada inti batuan diabasik atau doleritik
(dike basaltik). Jika pendinginannya lebih cepat lagi, maka akan terjadi tekstur interstitial latit
antara plagioclase menjadi gelas membentuk tekstur intersertal.

Gambar: Tekstur ofitik pada doleritik (basal); mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral olivin
dan piroksen klino.

Gambar: Tekstur subofitik pada basal; mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral
feromagnesian yang juga menunjukkan tekstur poikilitik.

TEKSTUR
1. Myrmekitic texture ( mirmekitik ), teksur dimana terjadi intergrowth kuarsa dan

plagioklas, yang ditunjukkan dengan kuarsa yang tumbuh seperti cacing (wormlike) dalam

plagioklas. Tekstur ini biasa ditemukan pada granit.


2. Subophitic (subofitik), tektur yang sama dengan ofitik tetapi plagioklas tidak dikelilingi

oleh piroksen secara penuh

3. Coronas or reaction rims, tekstur dimana suatu kristal dikelilingi oleh kristal lainnya akibat

dari ketidakstabilan kristal dan bereaksi dengan kristal sekelilingnya atau pelelehan.

4. Intergranular, tekstur dimana terdapat mineral olivine, piroksesn atau oksida

besi.disekeliling butiran plagioklas.


5. Intersertal, mirip dengan intergranular, tetapi yang mengelilingi plagioklas adalah gelas.

6. Hyalopilitic, tekstur dimana massadasar terdiri dari mikrolit plagioklas dalam gelas.
7. Trachytic (Trakitik), tekstur dimana butir plagioklas menunjukan orientas karena suatu

aliran, dan diantara butiran plagioklas terdapat gelas atau material criptokristalin.

8. Poikilitik, yaitu tekstur yang ditandai dengan hadirnya inklusi mineral-mineral secara acak

dalam suatu mineral yang besar. Tekstur ini kadang hadir atau dijumpai pada batuan

intermediet.

9. Porfiritik, yaitu tekstur yang khusus dimana terdapat campuran antara butiran kasar di

dalam massa dengan butiran yang lebih halus. Butiran yang relatif sempurna dinamakan

fenokrist (phenocrysts), sedangkan butiran yang lebih kecil disebut massa dasar
(groundmass). Tekstur porfiritik menunjukkan bahwa magma yang sebagian membeku

bergerak ke atas dengan cepat lalu mendingin dengan cepat pula. Sehingga meghasilkan

fenokris yang dikelilingi oleh massa dasar.

10. Mikroporfiritik, yaitu tekstur ini memiliki kenampakan khas yang menyerupai tekstur

khusus porfiritik, namun yang membedakan adalah kenampakan tekstur mikroporfiritik ini

hanya dapat diamati melalui pengamatan mikroskopis.

11. Tekstur ofitik, yaitu mineral plagioklas ditemukan dikelilingi oleh mineral piroksen.

Tekstur ini dapat dianalogikan seperti plagioklas euhedral sebagai fenokris pada masa dasar

piroksen dengan ukuran yang relatif lebih besar namun bentuknya subhedral
12. Perthite dan Antiperthite. Tekstur ini secara umum menunjukkan kenampakan

intergrowth antara mineral ortoklas dan plagioklas. Perthite menampakkan

intergrowth ortoklas di dalam plagioklas dengan orientasi mineral ortoklas cenderung

sejajar bidang belahan mineral plagioklas. Sedangkan antiperthite merupakan

kebalikan dari perthite. Pembentukan tekstur ini juga dapat dijelaskan melalui diagram

fase hingga menuju titik euthetic. Pada perthite mineral plagioklas terbentuk terlebih

dahulu dan saat belum sempurna mineral ortoklas terkristalisasi pada bidang belahan

yang belum sempurna terbentuk


B. BATUAN SEDIMEN
1. Bentonit
Genesa Bentonit secara umum dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam yaitu, Terjadi karena
pengaruh pelapukan,Terjadi karena pengaruh hydrothermal,Terjadi karena akibat devitrivikasi
dari tufa gelas yang diendapkan di dalam air (lakustrin sampai neritic). Terjadi karena proses
pengendapan kimia dalam suasana basa (alkali) dan sangat silikan. Ditemukan di patik, Sepat,
Gunung kidul.

2. Lempung
Lempung kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter
kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang
halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak
menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam
karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi. Ditemukan di Tontongan,
karangsambung, kebumen.
3. Lempung Merah
Pada umumnya batuan keras basalt dan andesit akan menjadikan lempung berwarna,
sehingga disebut lempung merah. Ditemuukan di karangsambung, kebumen.

4. Batupasir
Batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh aliran
sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran
dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun
terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta
sedikit klorit dan bijih besi. Ditemukan di karang sambung, Kebumen.

5. Batupasir Merah
Seperti halnya pasir, batu pasir dapat memiliki berbagai jenis warna, dengan warna umum
adalah coklat muda, coklat, kuning, merah, abu-abu dan putih. Karena lapisan batu pasir
sering kali membentuk karang atau bentukan topografis tinggi lainnya, warna tertentu batu
pasir dapat dapat diidentikkan dengan daerah tertentu. Ditemukan di karang sambung,
Kebumen.
6. Pasir Besi
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran
dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan
tourmalin. mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan
hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari
magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan
andesitik volkanik. Ditemukan di sungai luk ulo, Kebumen.

7. Pasir Hijau
Batu ini terbentuk dari aktivitas vulkani, batu ini merupakan kristal olivin yang dihasilkan
dari letusan gunung berapi kerucut yang letusan (erupsi) dan longsorannya (erosi)
menyebar di sekeliling gunung. Ditemukan di sembaro,karangsambung, Kebumen.
8. Batugamping
Batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari kalsit
(CaCO3). Batuan karbonat yang hampir seluruhnya kalsium karbonat (CaCO3), atau secara
spesifik adalah batuan karbonat yang mengandung lebih dari 95% kalsit dan kurang dari
5% dolomit. Teksturnya bervariasi antara rapat, afanitis, berbutir kasar, kristalin atau oolit.
Batu gamping dapat terbentuk baik karena hasil dari proses organisme atau karena proses
anorganik. Ditemukan di wonogiri, jogjakarta.

9. Gamping Merah
Gamping berwarna merah. Singkapan yang merupakan endapan laut dalam ini berlapis
hampir vertikal membentuk puncak-puncak punggungan yang sempit. Ditemukan di
karangsambung, Kebumen
10. Gamping Numulities
Bongkah batu gamping numuliites merupakan "olistolit" hasil suatu pelongsoran besar
didasar laut dari tepian menuju tengah cekungan yang dalam. Fosil yang
ada menunjukkan bahwa pada kala Eosen kawasan sekitar Karangsambung merupakan laut
dangkal di mana pada tepi-tepi cekungan diendapkan batu gamping numulites.

11. Breksi Vulkanik


Breksi Vulkanik (Qb); Terdiri dari breksi yang bersifat andesitik, lava, batupasir tufaan dan
breksi lahar. Breksi andesit umumnya melapuk sedang berwarna kuning kecoklatan,
komponen batuan andesitik (4 – 45 cm) agak segar, menyudut tanggung, tertanam pada
masadasar pasir tufa berbutir kasar, agak padat sebagian mudah hancur. Lava andesit
umumnya melapuk ringan berwarna abu-abu tua, padu, bertekstur kasar dan porfiritik,
terkekarkan cukup intensif dan terisi oleh mineral kuarsa. Breksi lahar umumnya melapuk
sedang, berwarna coklat tua, komponen tufa dan batuan agak segar yang berukuran pasir
kasar hingga kerakal, menyudut sampai membulat tanggung, agak padu. Ditemukan di
kedung jati, Bantul.
12. Breksi Pumice
Breksi batuapung (Pumice) mempunyai kuat tekan 75,62 kg/cm2. kedap suara, mudah
dibentuk atau dipahat menjadi blok-blok yang berukuran besar, sehingga dapat mengurangi
pelesteran. Selain itu lain juga tahan terhadap api, kondensi, jamur dan panas, serta cocok
untuk akustik. Dalam sektor industri lain, batuini digunakan sebagai bahan pengisi (filler),
pemoles/penggosok (polishing), pembersih (cleaner), stonewashing, abrasif, isolator
temperatur tinggi dan lain-lain. Ditemukan di semiilir, Jogjakarta.

SAYATAN TIPIS BATUAN SEDIMEN (Gambar VI.8-11)

Gambar VI.8. Foto sayatan tipis batugamping kalkarenit pada nikol silang
Gambar VI.9. Foto sayatan tipis batugamping Ooid pada nikol silang

Gambar VI.10. Foto sayatan tipis batugamping pada nikol silang

C. BATUAN GUNUNGAPI

1) Tuf: merupakan material gunung api yang dihasilkan dari letusan eksplosif, selanjutnya
terkonsolidasi dan mengalami pembatuan. Tuf dapat tersusun atas fragmen litik, gelas shards,
dan atau hancuran mineral sehingga membentuk tekstur piroklastika
Gambar VI.2. Batuan tuf gunung api dalam sayatan tipis (kiri: nikol silang dan kanan: nikol
sejajar). Dalam sayatan menunjukkan adanya fragmen litik dan kristal dengan sifat kembaran
pada hancuran plagioklas, dan klastik litik teralterasi berukuran halus.

2) Lapili: adalah batuan gunung api (vulkanik) yang memiliki ukuran butir antara 2-64 mm;
biasanya dihasilkan dari letusan eksplosif (letusan kaldera) berasosiasi dengan tuf gunung
api. Lapili tersebut kalau telah mengalami konsolidasi dan pembatuan disebut dengan batu
lapili. Komposisi batu lapili terdiri atas fragmen pumis dan (kadang-kadang) litik yang
tertanam dalam massa dasar gelas atau tuf gunung api atau kristal mineral. Gambar VI.3
adalah batu lapili yang tersusun atas fragmen pumis dan kuarsa yang tertanam dalam massa
dasar tuf.

Gambar VI.3. Breksi pumis (batu lapili) yang hadir bersama dengan kristal kuarsa dan
tertanam dalam massa dasar tuf halus..

3) Batuan gunung api tak-terelaskan (non-welded ignimbrite): Glass shards, dihasilkan dari
fragmentasi dinding gelembung gelas (vitric bubble) dalam rongga-rongga pumis. Material
ini nampak seperti cabang-cabang slender yang berbentuk platy hingga cuspate, kebanyakan
dari gelas ini menunjukkan tekstur simpang tiga (triple junctions) yang menandai sebagai
dinding-dinding gelembung gas. Dalam beberapa kasus, walaupun gelembung gas tersebut
tidak terelaskan, namun dapat tersimpan dengan baik di dalam
batuan (Gambar VI.4).

Gambar VI.4. Tuf tak-terelaskan dari letusan Gunung Krakatau tahun 1883 dengan glass
shards yang sedikit terkompaksi.

Gambar VI.5. Tuf Rattlesnake, berasal dari Oregon pusat, menampakkan shards yang sedikit
memipih dan gelembung gelas yang telah hancur membentuk garis-garis oval.
D. Pemerian Batuan Metamorf secara Petrografi

a) Tekstur Batuan

1. Tekstur Poikiloblastik: sama seperti porfiroblastik, namun dicirikan oleh adanya inklusi
mineral asing berukuran halus. Gambar VI.16 adalah tektur poikiloblastik; warna orange
tourmalin dan abu-abu K-feldspar, mineral berukuran halus adalah butiran-butiran kuarsa dan
muscovit.Biasanya berada pada sekis mika-tourmalin.

Gambar VI.16. Tekstur poikiloblastik pada batuan metamorf

2. Tekstur Porfiroblastik: tekstur batuan metamorf yang dicirikan oleh adanya mineral
berukuran besar dalam matriks / massa dasar berukuran lebih halus. Sering berada pada sekis
mika-garnet.

Gambar VI.17. Tekstur porfiroblastik pada batuan metamorf

3. Tekstur Porphyroklas: tekstur batuan metamorf yang dicirikan oleh adanya kristal besar
(umumnya K-feldspar) dalam massa dasar mineral yang lebih halus. Bedanya dengan
porphyroblastik adalah, porphyroklastik tidak tumbuh secara in-situ, tetapi sebagai fragment
sebelum mineral-mineral tersebut hancur / terubah saat prosesn metamorfisme, contoh:
blastomylonit dalam gniss granitik.
Gambar VI.18. Tekstur porfiroklastik pada batuan metamorf

4. Retrogradasi eklogit: tekstur batuan metamorf yang dibentuk oleh adanya mineral amfibol
(biasanya horenblende) yang berreaksi dengan mineral lain. Dalam Gambar VI.19 adalah
retrogradasi klinopirosen amfibole pada sisi kanan atas.

Gambar VI.19. Tekstur retrogradasi eklogit pada batuan metamorf


5. Tekstur Schistose: foliasi sangat kuat, atau terdapat penjajaran butiran, terutama mika,
dalam batuan metamorf berbutir kasar.

Gambar VI.20. Tekstur schistose pada batuan metamorf

6. Tekstur Phyllitik: foliasi kuat dalam batuan metamorf berbutir halus.

Gambar VI.21. Tekstur phylitik pada batuan metamorf


7. Tekstur Granoblastik: massive, tak-terfoliasi, tekstur equigranular dalam batuan
metamorf.

Gambar VI.22. Tekstur granoblastik pada batuan metamorf


DAFTAR PUSTAKA

https://wingmanarrows.wordpress.com/2012/05/26/petrografi-bab-v-petrografi-batuan-beku/
http://gemparbumi.blogspot.com/2012/10/petrografi-keluarga-granodiorit.html
https://wingmanarrows.wordpress.com/2012/05/27/petrografi-bab-vi-petrografi-batuan-
vulkanik-sedimen-dan-metamorf/

Вам также может понравиться