Вы находитесь на странице: 1из 7

Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil.

Pengertian umumnya adalah batuan


sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan
dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen
dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang
kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula
empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminous dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi
kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter penyusunnya, serta
oleh derajat coalification (rank). Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa
kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat (Proximate Analysis) dan analisis
ultimat (Ultimate Analysis).

 Analisis Proksimat, dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang
(volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash).

 Analisis Ultimat, dilakukan untuk menentukan unsur kimia pada batubara seperti :
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.

Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut menguntungkan
untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian. Untuk
menentukan jenis batubara, digunakan klasifikasi American Society for Testing and Material
(ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983) (Tabel). Klasifikasi ini dibuat berdasarkan jumlah karbon
padat dan nilai karbon dalam basis dry mineral matter free (dmmf). Untuk mengubah basis air
dried (adb) menjadi dry mineral matter free (dmmf) maka digunakan Parr Formulas (ASTM, 1981,
op cit Wood et al., 1983), dimana :
FC = % karbon padat (adb)
VM = % zat terbang (adb)
M = % air total (adb)
A = % abu (adb)
S = % sulfur (adb)
Btu = british termal unit = 1,8185*CV adb
Istilah-istilah “Basis” :
As Received disingkat : ar
Air Dried disingkat : ad atau adb
Dry disingkat : db
Dry Ash Free disingkat : daf
Dry Mineral Matter Free disingkat : dmmf
Harus dicantumkan setiap menuliskan Nilai Parameter Kualitas.

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu,
batubara umumnya dibagi dalam lima kelas yaitu, antrasit, bituminous, sub-bituminous, lignit dan
gambut.

Jenis-jenis Batubara

 Antrasit (C94OH3O3), adalah kelas batubara tertinggi dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% – 98% unsur karbon (C) dengan kadar air
kurang dari 8%. Antarsit memiliki kandungan kalori yang paling tinggi yaitu diatas 7777
kcal/kg.
 Bituminus (C80OH5O15), merupakan kelas batubara yang memiliki kandungan kalori
antara 5833 kcal/kg – 7777 kcal/kg, dengan unsur karbon (C) 68% – 86% dan kadar air
8% – 10% dari beratnya. Bituminous paling banyak ditambang di Australia.
 Sub-bituminus (C75OH5O20), merupakan kelas batubara yang mengandung sedikit karbon
dan banyak air serta dengan kandungan kalori yang lebih rendah rendah yaitu antara 4611
kcal/kg – 5833 kcal/kg, oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien
dibandingkan dengan bituminous.
 Lignit atau batubara coklat (C70OH5O25 ), adalah batubara yang sangat lunak dengan nilai
kalori yang lebih rendah dibandingkan dengan sub-bituminus sekitar 3500 kcal/kg – 4611
kcal/kg dan mengandung air 35% - 75% dari beratnya.
 Gambut (C60H6O34), adalah kelas batubara yang paling rendah nilai kalorinya dibawah
3500 kcal/kg dengan kandungan kadar air diatas 75% dari beratnya.

Batubara merupakan endapan organik yang mutunya sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara
lain tempat terdapatnya cekungan, umur dan banyaknya kontaminasi. Di dalam penggunaannya
perancangan mesin yang mempergunakan batubara sebagai bahan bakarnya harus menyesuaikan
dengan kualitas batubaranya agar mesin yang dipergunakannya tahan lama. Seperti halnya sebuah
PLTU yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar utamnya, maka harus diperhatikan
kandungan kalori yang sesuai dengan desain unit pembangkit agar memperoleh efisiensi
penggunaan energinya dan keamanan peralatan utama unit pembangkit itu sendiri.
Konversi Nilai Kalor
Karena batubara merupakan bahan baku pembangkit energi salah satunya PLTU yang
dipergunakan untuk masyarakat luas, maka mutu dari batubara akan sangat penting dalam
menentukan peralatan yang dipergunakan. Untuk menentukan kualitas batubara, beberapa hal
yang harus diperhatikan adalah :

· High Heating Value (kcal/kg)


· Total Moisture (%)
· Inherent Moisture (%)
· Volatile Matter (%)
· Ash Content (%)
· Sulfur Content (%)
· Coal size (%)
· Hardgrove Grindability Index (<3mm>)

High Heating Value (HHV)


High heating value sangat berpengaruh terhadap pengoperasian alat, seperti crusher, pulverizer,
pipa batubara, windbox, dan burner. Semakin tinggi high heating value maka aliran batubara setiap
jamnya semakin rendah sehingga kecepatan coal feeder harus disesuaikan.

Moisture Content
Kandungan moisture mempengaruhi jumlah pemakaian udara primernya, pada batubara dengan
kandungan moisture tinggi akan membutuhkan udara primer lebih banyak guna mengeringkan
batubara tersebut pada suhu keluar mill tetap. Kandungan air ini dapat dibedakan atas kandungan
air bebas (free moisture), kandungan air bawaan (inherent moisture) dan kandungan air total (total
moisture). Kandungan air ini akan banyak pengaruhnya pada pengangkutan, penanganan,
penggerusan maupun pada pembakarannya.

Volatile Matter
Kandungan volatile matter mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas nyala api,
kesempurnaan nyala api ditentukan oleh :
Fixed carbon
Fuel Ratio = ----------------------
Volatile Matter

Semakin tinggi fuel ratio maka karbon yang tidak terbakar semakin banyak.

Kandungan zat terbang sangat erat kaitannya dengan kelas batubara tersebut, makin tinggi
kandungan zat terbang makin rendah kelasnya. Pada pembakaran batubara, maka kandungan zat
terbang yang tinggi akan lebih mempercepat pembakaran karbon padatnya dan sebaliknya zat
terbang yang rendah lebih mempersukar proses pembakaran. Nisbah kandungan carbon tertambat
terhadap kandungan zat terbang disebut fuel ratio.
Fuel Ratio Berbagai Jenis Batubara
Ash Content dan Komposisi
Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang bakar dan daerah konveksi
dalam bentuk abu terbang (fly ash) atau abu dasar (bottom ash). Sekitar 20% dalam bentuk abu
dasar dan 80% dalam bentuk abu terbang. Semakin tinggi kandungan abu dan tergantung
komposisinya mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling), keausan dan korosi peralatan yang
dilalui. Selain kualitas yang akan mempengaruhi penanganannya, baik sebagai fly ash maupun
bottom ash tetapi juga komposisinya yang akan mempengaruhi pemanfaatannya dan juga titik
leleh yang dapat menimbulkan fouling pada pipa-pipa. Dalam hal ini kandungan Na2O dalam abu
akan sangat mempengaruhi titik leleh abu. Abu ini dapat dihasilkan dari pengotor bawaan
(inherent impurities) maupun pengotor sebagai hasil penambangannya. Komposisi abu
seyogyanya diketahui dengan baik untuk kemungkinan pemanfaatannya sebagai bahan bangunan
atau keramik dan penanggulangannya terhadap masalah lingkungan yang dapat ditimbulkannya.

Sulfur Content
Kandungan sulfur berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang terjadi pada elemen
pemanas udara, terutama apabila temperatur kerja lebih rendah dari letak embun sulfur, disamping
berpengaruh terhadap efektifitas penangkapan abu pada peralatan electrostatic precipitator.

Coal Size
Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus dan butir kasar dengan butir paling halus
untuk ukuran <3 mm>.

Hardgrove Grindability Index (HGI)


Kapasitas mill (pulverizer) dirancang pada hardgrove grindability index tertentu, maka untuk HGI
lebih rendah dari nilai patokannya untuk menghasilkan fineness yang sama. Hardgrove
Grindability Index merupakan petunjuk mengenai mudah sukarnya batubara untuk digerus. Harga
Hardgrove Grindability Index diperoleh dengan rumus :
HGI = 13,6 + 6,93 W
W adalah berat dalam gram dari batubara lembut berukuran 200 mesh. Semakin tinggi harga HGI
semakin lunak batubara tersebut. Suatu PLTU biasanya disiapkan untuk menggunakan kapasitas
penggerusan terhadap suatu jenis batubara dengan HGI tertentu.

Ash Fusion Characteristic


Hal ini akan mempengaruhi tingkat fouling, slagging dan operasi blower.

Sifat Caking dan Coking


Kedua sifat tersebut ditunjukan oleh nilai muai bebas (free swelling index) dan harga dilatasi, yang
terutama memberikan gambaran sifat fisik pelunakan batubara pada pemanasannya.

Parameter Kualitas Batubara


Cukup banyak parameter untuk menentukan kualitas batubara antara lain :
· Total Moisture (%)*)**)***)
· Inherent Moisture (%)*)**)***)
· Ash Content (%)*)**)
· Volatile Matter (%)*)**)
· Fixed Carbon
· Caloric Value (kcal/kg)*)**)
· Total Sulphur (%)***)
· Hardgrove Index *)**)
· Indeks Muai Bebas ***)
· Roga Index ***)
· Gray King ***)
· Diatometri ***)
· Nitrogen (%)**)
· Phosphor *)
· P2O5 *)
· Plastometri ***)
Keterangan :
*) Diperlukan datanya untuk PLTU
**) Diperlukan datanya untuk bahan bakar
***) Diperlukan datanya untuk industri kokas metallurgi

Pemanfaatan suatu jenis batubara tertentu perlu diketahui suatu set data kualitas batubara yang
diperlukan untuk suatu keperluan tertentu. Data ini diperoleh dari hasil suatu analisis pengujian.
Dari sekian banyak parameter kualitas batubara, biasanya hanya beberapa saja yang bermakna
dalam melanjutkan suatu kemanfaatan tertentu. Tetapi dengan mempunyai data lengkap parameter
kualitas batubara dari suatu cadangan tertentu, akan lebih terlihat seluruh kemungkinan
pemanfaatan batubara tersebut yang dapat membantu industri pemakai.

Вам также может понравиться