Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. F
Umur : 20 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
I. ANAMNESIS
• Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 1 hari SMRS, sesak nafas berbunyi
menciut/ disertai bunyi mengi. Sesak timbul saat pasien menghirup debu,
terkena udara dingin dan terutama saat malam menjelang dini hari. Pasien
mempunyai alergi terhadap debu dan udara dingin. Apabila terpajan debu
dan udara dingin biasanya pasien langsung bersin berulang kali, keluar
sekret cair dari hidung, hidung gatal dan mata berair kemudian dilanjutkan
kekuningan
• Demam (+) tidak terlalu tinggi, berkeringat malam hari (-), penurunan BB
26
(-)
• Riwayat merokok (-)
a.Riwayat DM (-)
b.Riwayat Hipertensi (-)
c.Riwayat Asma (+)
d.Riwayat Alergi terhadap debu dan udara dingin (+) / Atopi
Riwayat Pengobatan
Pengobatan TB Paru (-)
27
Hidung :
Simetris, deviasi septum (-/-).
Napas cuping hidung (-/-).
Perdarahan (-/-), secret (-/-).
Penciuman normal.
Mulut :
Simetris.
Bibir : sianosis (-), stomatitis angularis (-).
Gusi : hiperemia (-), perdarahan (-).
Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-),
kemerahan di pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-).
Gigi : caries (-)
Mukosa : normal.
Leher :
Pembesaran KGB (-).
Trakea : di tengah, tidak deviasi
Thorax
Pulmo :
Inspeksi : Statis & dinamis, pergerakan dinding dan bentuk dada
simetris
Palpasi : Fremitus taktil dan fremitus vokal simetris, nyeri tekan
(-), krepitasi (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.
Auskultasi : rhonki (+/+), wheezing (+/+)
Cor :
Inspeksi : Iktus cordis tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba ICS V linea midklavikula sinistra
Perkusi : Batas kanan jantung : ICS IV linea sternalis dextra.
Batas kiri jantung : ICS IV linea midklavikula sinistra.
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : tampak datar, tidak ada kelainan
28
Auskultasi : Bising usus (+) normal, metallic sound (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+), ballotement (-)
Perkusi : Timpani (+) pada seluruh lapang abdomen, shifting
dullness (-), nyeri ketok CVA (-)
Extremitas :
Ekstremitas atas :
Akral hangat : +/+, Deformitas : -/-, Edema: -/-, Sianosis : -/-
Ekstremitas bawah :
Akral hangat : +/+, Deformitas : -/-, Edema: -/-
29
Foto Rontgen Thoraks tanggal 16 Oktober 2018
V. DIAGNOSIS
Asma bronkial
VI. PENATALAKSANAAN
• O2 3-4 liter/menit
30
• Injeksi viccilin 3 x 1 gr (iv)
VII. PROGNOSIS
VIII. PENCEGAHAN
ruangan yang berdebu atau bila terpapar dengan asap, baik asap
31
FOLLOW UP
32
19-10-18 Sesak (-) TD: 110/70 mmHg Asma • IVFD RL
Batuk (+) HR : 88 x/menit bronkial 12 tpm
Demam (-) RR : 20 x/menit • Inj.
Nyeri ulu hati S : 37 °C viccilin 3 x 1 gr (iv)
(-) • Inj.
Pulmo : suara nafas metilprednisolon
ves (+/+), Rh (-/-), 2 x 1/2 (iv)
Wh (-/-) • Injeksi
Cor : BJ I-II reg, ranitidin 2 x 1 (iv)
gallop (-) • Aminofili
Abd : BU(+), NT (-) n tab 3 x 1/2
Ekstre : Akral hangat, • Ambroxo
edema (-) l syr 3 x 1 cth
• Antasida
syr 3 x 1 cth
• Paraceta
mol tab 3 x 500 mg
20-10-18 Sesak (-) TD: 110/70 mmHg Asma • Aminofili
(Boleh Demam (-) HR : 78 x/menit bronkial n tab 3x100 mg
Pulang) Batuk (+) RR : 20 x/menit • Bromhexi
S : 36,8 °C n tab 2 x 8 mg
• Paraceta
Pulmo : suara nafas mol tab 3 x 500 mg
ves (+/+), Rh (-/-), • Metilpred
Wh (-/-) nisolon tab 2 x 4 mg
Cor : BJ I-II reg, • Cefixim
gallop (-) tab 2 x 100 mg
Abd : BU(+), NT (-)
Ekstre : Akral hangat,
edema (-)
33
BAB 4
DISKUSI
nafas sejak 1 hari SMRS. Nafas disertai suara mengi. Sesak timbul saat pasien
menghirup debu, terkena udara dingin dan terutama saat malam menjelang dini
hari. Pasien juga mempunyai alergi terhadap debu dan udara dingin. Apabila
terpajan debu dan udara dingin biasanya pasien langsung bersin berulang kali,
keluar sekret cair dari hidung, hidung gatal dan mata berair kemudian dilanjutkan
dengan munculnya sesak. Keluhan disertai batuk berdahak sejak 3 hari SMRS.
Pasien juga mengeluhkan terasa berat pada dada saat serangan sesak datang.
Riwayat Asma (+), riwayat merokok (-). Riwayat Alergi terhadap debu dan udara
dingin (+). Terdapat anggota keluarga (kakek) dengan gejala yang sama dengan
pasien.
Tekanan darah 110/70 mmHg. Nadi normal (88 kali per menit, reguler).
Frekuensi nafas cepat (30 kali per menit). Suhu tubuh (37,6oC). Pada pemeriksaan
fisik inspeksi di temukan pergerakan dinding dan bentuk dada simetris kanan dan
kiri, pada palpasi fremitus taktil dan fremitus vokal getaran dada simetris, pada
perkusi dada sonor, dan auskultasi terdengar wheezing +/+. Pada foto rontgen
Pada kasus ini, dijumpai tanda-tanda atau keluhan pasien berupa sesak napas.
berupa wheezing pada saat ekspirasi yang berulang. Sesak yang terjadi pada kasus
ini memberat terutama saat malam hari. Tanda-tanda tersebut telah memenuhi
34
kriteria asma bronkial berdasarkan pada landasan teori yang telah dikemukakan di
atas.
Selain asma, pasien ini didiagnosis banding dengan rhinitis alergika, pada
basahnya membran mukosa. Selain itu, pada rhinitis alergika ditemukan bersin-
bersin, hidung yang berair, mata yang terasa gatal dan mengeluarkan air mata
yang berlebihan.7 Dalam kasus ini, rhinitis alergika dapat disingkirkan karena
pada rhinitis tidak ditemukan sesak napas serta suara napas tambahan berupa
wheezing yang menjadi salah satu ciri khas penyakit asma bronkial ini.
dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T.
Pada orang yang rentan, inflamasi ini menyebabkan episod wheezing yang
berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada malam atau
respiratorik yang luas namun bervariasi, sebagian bersifat reversibel baik secara
napas, terdiri atas pengontrol dan pelega. Prinsipnya adalah untuk dilatasi jalan
bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada
jalan napas.
x 1), inj. viccilin 3 x 1 gr (iv), inj. metilprednisolon 2 x 1/2 (iv), injeksi ranitidin 2
35
x 1 (iv), aminofilin tab 3 x ½, ambroxol syr 3 x 1 cth, antasida syr 3 x 1 cth,
paracetamol tab 3 x 500 mg. Tatalaksana pasien ini sesuai dengan bagan terapi
terhadap pasien asma serangan sedang/ berat di rumah sakit yaitu pemberian
Pada kasus ini, pasien tidak mengalami komplikasi yang bisa membahayakan
36
37