Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ditandai oleh pembesaran alveolus dan duktus alveolaris yang tidak normal,
serta destruksi dinding alveolar. Emfisema dapat didiagnosis secara tepat
dengan menggunakan CT scan resolusi tinggi. (patfis Sylvia vol 2)
ETIOLOGI
1. Defisiensi(kekurangan) Alfa 1-antiprotease / alfa 1-antitripsin
Alfa 1-antiprotease sangat penting sebagai perlindungan terhadap
protease yang terbentuk secara alami.
Protease dihasilkan oleh bakteri,PMN,monosit dan makrofag. Protease ini
mampu memecah elastin dan makromolekul lain pada jaringan paru.
2. Merokok
1.Merokok dapat menyebabkan respon peradangan yang menyebabkan
pelepasan enzip proteolitik(protease).
2.Oksidan pada asap menghambat alfa1-antiprotease.
(Patofisiologi Sylvia)
MANIFESTASI KLINIS
Dada seperti tong (barrel chest) pada banyak pasien ini
terjadi akibat kehilangan elastisitas paru karena adanya
kecenderungan yang berkelanjutan pada dinding dada untuk
mengembang.
KLASIFIKASI EMFISEMA
Emfisema dibagi menurut bentuk asinus yang terserang :
Tipe emfisema ini sering terkena pada pasien yang memiliki defisiensi
alfa1-antiprotease
CIRI KHAS EMFISEMA
2. BLEB
Bleb terbentuk akibat rupture alveoli yg pecah kedalam rongga pleura
sehingga mengakibatkan pneumothoraks spontan (kolaps paru)
PATOGENESIS EMFISEMA
PATOFISIOLOGI
DD dan DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi :
Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup).
Dada berbentuk barrel-chest.
Sela iga melebar.
Sternum menonjol.
Retraksi intercostal saat inspirasi.
Penggunaan otot bantu pernapasan.
Palpasi : vokal fremitus melemah.
Perkusi : hipersonor, hepar terdorong ke bawah, batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah.
Auskultasi :
Suara nafas vesikuler normal atau melemah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Faal Paru
Spinometri (VEP, KVP).
Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP 1 < 80 % KV menurun, KRF dan VR meningkat.
VEP, merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya dan
perjalanan penyakit.
Pemeriksaan Enzimatik
Kadar alfa-1-antitripsin rendah.
Gambaran Radiologis
Pada emfisema terlihat gambaran :
Diafragma letak rendah dan datar.
Ruang retrosternal melebar.
Gambaran vaskuler berkurang.
Jantung tampak sempit memanjang.
Pembuluh darah perifer mengecil (1,2,5,6).
PENATALAKSANAAN
a. Pemberian Bronkodilator,
Golongan teofilin, biasanya diberikan dengan dosis 10-15 mg/kg BB per oral dengan
memperhatikan kadar teofilin dalam darah. Konsentrasi dalam darah yang baik antara
10-15mg/L.
Golongan agonis B2, biasanya diberikan secara aerosol/nebuliser. Efek samping utama
adalah tremor,tetapi menghilang dengan pemberian agak lama.
b. Pemberian Kortikosteroid, pada beberapa pasien, pemberian kortikosteroid akan
berhasil mengurangi obstruksi saluran nafas. Hinshaw dan Murry menganjurkan untuk
mencoba pemberian kortikosteroid selama 3-4 minggu. Kalau tidak ada respon baru
dihentikan.
c. Mengurangi sekresi mukus
Minum cukup, supaya tidak dehidrasi dan mukus lebih encer sehingga urine tetap
kuning pucat. Ekspektoran, yang sering digunakan ialah gliseril guaiakolat, kalium
yodida, dan amonium klorida. Nebulisasi dan humidifikasi dengan uap air menurunkan
viskositas dan mengencerkan sputum. Mukolitik dapat digunakan asetilsistein atau
bromheksin.
4. Pemberian O2 dalam jangka panjang, akan memperbaiki emfisema disertai kenaikan
toleransi latihan. Biasanya diberikan pada pasien hipoksia yang timbul pada waktu
tidur atau waktu latihan. Menurut Make, pemberian O2 selama 19 jam/hari akan
mempunyai hasil lebih baik dari pada pemberian 12 jam/hari.