Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Henny Juliani
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
hennyjuliani.fhundip@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyelesaian kerugian keuangan negara/daerah terhadap
pegawai negeri bukan bendahara atau pejabat lain yang karena perbuatannya menimbulkan kerugian
negara/daerah. Metoda penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan menggunakan
pendekatan deskriptif analitis. Hasil penelitian menemukan bahwa terhadap pegawai negeri bukan
bendahara atau pejabat lain dapat dikenai tuntutan ganti kerugian negara/daerah apabila perbuatannya
dilakukan secara melanggar hukum atau karena kelalaian yang secara langsung menimbulkan kerugian
keuangan negara/daerah, sehingga wajib mengganti kerugian tersebut. Tuntutan ganti kerugian tersebut
bertujuan untuk memulihkan kerugian negara/daerah. Di ranah Hukum Administrasi Negara hal tersebut
diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2016. Pegawai negeri bukan bendahara atau pejabat lain yang
telah ditetapkan untuk mengganti kerugian negara/daerah dapat dikenai sanksi administratif dan/atau
sanksi pidana. Putusan pidana tidak membebaskan dari tuntutan ganti rugi.
Kata Kunci: Pegawai Negeri Bukan Bendahara atau Pejabat Lain; Tuntutan Ganti Kerugian
Negara/Daerah
234
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 2, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
235
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 2, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
1
Ronny Hanityo Soemitro, 1994, Metodologi Penelitian
Hukum dan Yurimetri, Jakarta, Ghalia lndonesia, hlm 11-
12 3 W Riawan Tjandra, 2008, Hukum Administrasi Negara,
2 SF Marbun dan Moh. Mahfud MD, 1987, Pokok-pokok Yogyakarta, Penerbit Universitas Atma Jaya, hlm 9.
Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, Liberty, hlm 45 4
Ibid, hlm 11-12
236
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 2, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
237
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 2, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
238
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 2, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
239
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 2, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
lalai.” Dalam Penjelasan Umum angka 6 tentang daerah yang bersangkutan terjadi kerugian
Penyelesaian Kerugian Negara, ditegaskan bahwa akibat perbuatan dari pihak mana pun.
setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan
oleh tindakan melawan hukum atau kelalaian Selanjutnya Pasal 63 dan 64 Undang-
seseorang harus diganti oleh pihak yang bersalah. Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Dengan penyelesaian kerugian tersebut Perbendaharaan Negara mengatur hal-hal sebagai
negara/daerah dapat dipulihkan dari kerugian yang berikut:
telah terjadi.
Pasal 59 Undang-Undang Nomor 1 Tahun Pasal 63
2004 tentang Perbendaharaan Negara mengatur (1) Pengenaan ganti kerugian negara/daerah
tentang Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah terhadap pegawai negeri bukan
sebagai berikut: bendahara ditetapkan oleh
(1) Setiap kerugian negara/daerah yang menteri/pimpinan lembaga/gubernur/
disebabkan oleh tindakan melanggar hukum bupati/walikota.
atau kelalaian seseorang harus segera (2) Tata cara tuntutan ganti kerugian
diselesaikan sesuai dengan ketentuan negara/daerah diatur dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku. pemerintah.
(2) Bendahara, pegawai negeri bukan
bendahara, atau pejabat lain yang karena Pasal 64
perbuatannya melanggar hukum atau (1) Bendahara, pegawai negeri bukan
melalaikan kewajiban yang dibebankan bendahara, dan pejabat lain yang telah
kepadanya secara langsung merugikan ditetapkan untuk mengganti kerugian
keuangan negara, wajib mengganti kerugian negara/daerah dapat dikenai sanksi
tersebut. administratif dan/atau sanksi pidana.
(3) Setiap pimpinan kementerian (2) Putusan pidana tidak membebaskan dari
negara/lembaga/kepala satuan kerja tuntutan ganti rugi.
perangkat daerah dapat segera melakukan
tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui Dalam Hukum Administrasi Negara, rumusan
bahwa dalam kementerian merugikan keuangan negara diinterpretasikan
negara/lembaga/satuan kerja perangkat sama dengan kerugian negara. Hal tersebut dapat
dilihat pada ketentuan Pasal 35 ayat (1) dan ayat
240
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 2, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
(4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang berstatus pejabat negara, tidak termasuk
Keuangan Negara; Pasal 1 angka 22, dan Pasal 59 bendahara dan Pegawai Negeri Bukan Bendahara.
sampai dengan Pasal 67 Undang-undang Nomor 1 Selanjutnya menurut angka 5, yang dimaksud
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. dengan. Pihak Yang Merugikan adalah Pegawai
Ditegaskan lagi dalam Pasal 64 ayat (2) bahwa Negeri Bukan Bendahara atau Pejabat Lain yang
putusan pidana tidak membebaskan dari tuntutan berdasarkan hasil pemeriksaan menimbulkan
ganti rugi. Kerugian Negara/Daerah Bagian Kedua Ruang
2. Tata Cara Tuntutan Ganti Kerugian Lingkup
Negara/Daerah terhadap Pegawai Negeri Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah ini
Bukan Bendahara atau Pejabat Lain mengatur tata cara Tuntutan Ganti Kerugian
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63 Negara/Daerah atas uang, surat berharga, dan/atau
ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 barang milik negara/daerah yang ruang lingkupnya
tentang Perbendaharaan Negara, maka ditetapkan berada dalam penguasaan:
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2016 a. Pegawai Negeri Bukan Bendahara; atau
tentang Tata Cara Tuntutan Ganti Kerugian b. Pejabat Lain:
Negara/Daerah terhadap Pegawai Negeri Bukan 1) pejabat negara; dan
Bendahara atau Pejabat Lain. 2) pejabat penyelenggara pemerintahan yang
Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang tidak berstatus pejabat negara, tidak
dimaksud dengan Tuntutan Ganti Kerugian menurut termasuk bendahara dan Pegawai Negeri
Pasal 1 angka 2 adalah suatu proses tuntutan yang Bukan Bendahara.
dilakukan terhadap pegawai negeri bukan
bendahara atau pejabat lain dengan tujuan untuk Dalam Penjelasan dinyatakan bahwa ruang
memulihkan Kerugian Negara/Daerah. Selanjutnya lingkup pelaksanaan tuntutan ganti kerugian
menurut angka 3, Pegawai Negeri Bukan negara/daerah berlaku bagi semua pegawai negeri
Bendahara adalah Pegawai Aparatur Sipil Negara, bukan bendahara atau pejabat lain yang bertugas
Anggota Tentara Nasional Indonesia, Anggota di lingkungan instansi pemerintahan Pusat/Daerah
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dan Lembaga Negara termasuk juga Calon
bekerja/diserahi tugas selain tugas bendahara. Pegawai Negeri Sipil, serta Pegawai Aparatur Sipil
Sedangkan yang dimaksud dengan Pejabat Lain Negara/ anggota TNI/anggota Kepolisian Negara
menurut angka 4 adalah pejabat negara dan Republik Indonesia yang menjabat sebagai bukan
pejabat penyelenggara pemerintahan yang tidak bendahara yang menyebabkan terjadinya kerugian
241
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 2, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
242
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 2, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Lain tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana Selanjutnya dalam ayat (2) diatur
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 5 ayat (2), Kewenangan PPKN/D untuk menyelesaikan
Pasal 5 ayat (3), dan/atau Pasal 5 ayat (4) Kerugian Negara/Daerah sebagaimana dimaksud
dikenakan sanksi administratif sesuai ketentuan pada ayat (1) dilaksanakan oleh:
peraturan perundang-undangan. a. Kepala satuan kerja untuk kerugian negara
Menurut Pasal 7, berdasarkan laporan hasil yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Bukan
verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Bendahara atau Pejabat Lain di lingkungan
ayat (3), Pejabat Penyelesaian Kerugian Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana
Negara/Daerah (PPKN/D) harus menyelesaikan dimaksud pada ayat (1) huruf a; dan
Kerugian Negara/Daerah dengan melaksanakan b. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Tuntutan Ganti Kerugian. Daerah selaku Bendahara Umum Daerah
Pasal 8 ayat (1) menyatakan bahwa PPKN/D untuk kerugian daerah yang dilakukan oleh
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 adalah Pegawai Negeri Bukan Bendahara atau
sebagai berikut: Pejabat Lain di lingkungan Pemerintahan
a. Menteri/Pimpinan Lembaga, dalam hal Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
kerugian negara dilakukan oleh Pegawai (1) huruf c.
Negeri Bukan Bendahara atau Pejabat Lain
di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga; Pasal 9 menyatakan bahwa dalam rangka
b. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum penyelesaian Kerugian Negara/Daerah, PPKN/D
Negara, dalam hal kerugian negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
dilakukan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga; atau pejabat yang diberi kewenangan sebagaimana
c. Gubernur, Bupati, atau Walikota, dalam hal dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), ayat (3), dan ayat
kerugian daerah dilakukan oleh Pegawai (4) membentuk Tim Penyelesaian Kerugian
Negeri Bukan Bendahara atau Pejabat Lain Negara/Daerah (TPKN/TPKD).
di lingkungan Pemerintahan Daerah; atau Pasal 10 ayat (1) mengatur bahwa
d. Presiden, dalam hal Kerugian TPKN/TPKD melakukan pemeriksaan Kerugian
Negara/Daerah dilakukan oleh Menteri Negara/Daerah paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
Keuangan selaku Bendahara Umum setelah dibentuk. (2) Dalam pemeriksaan Kerugian
Negara/Pimpinan Lembaga Negara/Daerah, TPKN/TPKD memiliki tugas dan
Negara/Gubernur, Bupati, atau Walikota. wewenang:
243
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 2, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
244
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 2, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
mengganti Kerugian Negara/Daerah dimaksud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1)
dalam bentukSurat Keterangan Tanggung Jawab segera dibayarkan secara tunai atau angsuran.
Mutlak (SKTJM). Ayat (2) selanjutnya mengatur dalam hal
Ayat (4) menyatakan bahwa SKTJM Kerugian Negara/Daerah sebagai akibat perbuatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling sedikit melanggar hukum, Pihak Yang
memuat: Merugikan/Pengampu/Yang Memperoleh Hak/Ahli
a. identitas Pihak Yang Waris wajib mengganti Kerugian Negara/Daerah
Merugikan/Pengampu/Yang Memperoleh paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak
Hak/Ahli Waris; SKTJM ditandatangani.
b. jumlah Kerugian Negara/Daerah yang harus Ayat (3) mengatur dalam hal Kerugian
dibayar; Negara/Daerah sebagai akibat kelalaian, Pihak
c. cara dan jangka waktu pembayaran Kerugian Yang Merugikan/Pengampu/Yang Memperoleh
Negara/Daerah; Hak/Ahli Waris wajib mengganti Kerugian
d. pernyataan penyerahan barang jaminan; dan Negara/Daerah dalam waktu paling lama 24 (dua
e. pernyataan dari Pihak Yang puluh empat) bulan sejak SKTJM ditandatangani.
Merugikan/Pengampu/Yang Memperoleh Pasal 18 menyatakan bahwa Dalam hal
Hak/Ahli Waris bahwa pernyataan mereka Pihak Yang Merugikan/Pengampu/Yang
tidak dapat ditarik kembali. Memperoleh Hak/Ahli Waris tidak mengganti
kerugian dalam jangka waktu sebagaimana
Selanjutnya ayat (5) menyatakan bahwa dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2), ayat (3), atau
Pernyataan penyerahan barang jaminan ayat (4), Pihak Yang Merugikan/Pengampu/Yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d, Memperoleh Hak/Ahli Waris dimaksud dinyatakan
disertai dengan: wanprestasi.
a. daftar barang yang menjadi jaminan; Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah
b. bukti kepemilikan yang sah atas barang yang melalui Penerbitan Surat Keputusan Pembebanan
dijaminkan; dan Penggantian Kerugian Sementara (SKP2KS)
c. surat kuasa menjual. dilakukan apabila SKTJM tidak dapat diperoleh
(Pasal 19 ayat (1))
Pasal 17 ayat (1) menyatakan bahwa Pasal 20 menyatakan bahwa Penggantian
Penggantian Kerugian Negara/Daerah Kerugian Negara/Daerah berdasarkan penerbitan
245
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 2, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
SKP2KS dibayarkan secara tunai paling lambat 90 Memperoleh Hak/Ahli Waris dinyatakan
(sembilan puluh) hari sejak diterbitkannya SKP2KS. wanprestasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
SKP2KS mempunyai kekuatan hukum untuk 18; dan c. penyelesaian Kerugian Negara/Daerah
pelaksanaan sita jaminan, yang dilakukan oleh yang telah diterbitkan SKP2KS sebagaimana
instansi yang berwenang melaksanakan dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2).
pengurusan piutang negara sesuai dengan Menurut Pasal 36, SKP2K yang diterbitkan
ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal PPKN/D diterbitkan paling lambat 14 (empat belas)
21) hari kerja sejak Majelis menetapkan putusan hasil
Pasal 22 ayat (1) menyatakan bahwa Pihak sidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
Yang Merugikan/Pengampu/Yang Memperoleh ayat (2) dan Pasal 35 ayat (2) huruf a dan huruf c.
Hak/Ahli Waris dapat menerima atau mengajukan SKP2K disampaikan kepada:
keberatan SKP2KS paling lambat 14 (empat belas) a. Badan Pemeriksa Keuangan;
hari kerja sejak diterimanya SKP2KS. b. Majelis; dan
PPKN/D membentuk Majelis Pertimbangan c. Pihak Yang Merugikan/Pengampu/Yang
Penyelesaian Kerugian Negara (Majelis) dalam Memperoleh Hak/Ahli Waris. Ayat (5)
penyelesaian kerugian negara/daerah berdasarkan menyatakan bahwa PPKN/D melakukan
Pasal 23 apabila: pengawasan atas pelaksanaan SKP2K.
a. Sesuai rumusan Pasal 14 ayat (1); Selanjutnya Pasal 37 menegaskan bahwa
b. Wanprestasi; SKP2K mempunyai hak mendahulu.
c. Penerimaan atau keberatan. Dalam hal penagihan dan penyetoran, Pasal
40 ayat (1) mengatur bahwa Penagihan dalam
Pasal 25 menyatakan bahwa Majelis rangka penyelesaian Kerugian Negara/Daerah
mempunyai tugas memeriksa dan memberikan dilakukan atas dasar:
pertimbangan kepada PPKN/D atas: a. a. SKTJM sebagaimana dimaksud dalam Pasal
penyelesaian atas kekurangan uang, surat 16 ayat (3);
berharga, dan/atau barang bukan disebabkan b. SKP2KS sebagaimana dimaksud dalam
perbuatan melanggar hukum atau lalai Pegawai Pasal 19 ayat (2); atau
Negeri Bukan Bendahara atau Pejabat Lain c. SKP2K sebagaimana dimaksud dalam Pasal
sebagaimana dimaksud dalam 14 ayat (1) huruf b; 36.
b. penggantian Kerugian Negara/Daerah setelah
Pihak Yang Merugikan/Pengampu/Yang
246
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 2, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Pasal 41 menyatakan bahwa berdasarkan Pegawai negeri bukan bendahara atau pejabat lain
surat penagihan sebagaimana dimaksud dalam yang telah ditetapkan untuk mengganti kerugian
Pasal 40 ayat (2), Pihak Yang negara/daerah dapat dikenai sanksi administratif
Merugikan/Pengampu/Yang Memperoleh Hak/Ahli dan/atau sanksi pidana. Putusan pidana tidak
Waris menyetorkan ganti Kerugian Negara/Daerah menghapuskan dari tuntutan ganti rugi.
ke Kas Negara/Daerah.
Selanjutnya Pasal 42 ayat (1) menyatakan DAFTAR PUSTAKA
bahwa Pihak Yang Merugikan/Pengampu/Yang Ginting, Jamin, “Pengertian Merugikan Keuangan
Memperoleh Hak/Ahli Waris yang telah melakukan Negara dalam Tindak Pidana Korupsi”,
penyetoran ganti Kerugian Negara/Daerah ke Kas www.download.portalgaruda.org/article.php
Negara/Daerah sesuai dengan jumlah dan jangka ? Diakses tanggal 11 April 2016 pukul
waktu yang tercantum dalam SKTJM, SKP2KS, 21.45
atau SKP2K, dinyatakan telah melakukan
Hadjon, Philipus. M., 2011, Hukum Administrasi
pelunasan dengan surat keterangan tanda lunas.
dan Tindak Pidana Korupsi, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
C. SIMPULAN
HR, Ridwan, 2013, Hukum Administrasi Negara,
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
maka dapat disimpulkan bahwa terhadap pegawai
negeri bukan bendahara atau pejabat lain dapat Makawimbang, Hernold Ferry, 2014, Kerugian
dikenai tuntutan ganti kerugian negara/daerah Keuangan Negara, Yogyakarta: Thafa
apabila tindakan/perbuatannya dilakukan secara Media
melanggar hukum atau karena kelalaian yang Marbun, SF dan Moh. Mahfud MD, 1987, Pokok-
secara langsung menimbulkan kerugian keuangan pokok Hukum Administrasi Negara,
negara/daerah, sehingga wajib mengganti kerugian Yogyakarta: Liberty
tersebut. Tuntutan ganti kerugian tersebut bertujuan
Ngadino, Agus dan Rumesten, Iza RS,
untuk memulihkan kerugian negara/daerah. Di
“Pengelolaan Keuangan Negara dalam
ranah Hukum Administrasi Negara hal tersebut
Perspektif Hukum Administrasi,”
diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun
eprints.unsri.ac.id/2277/1/agus_n_iza_
2003, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, dan
05_2012. Diakses 11 April 2016 pukul
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2016.
21.20
247
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 2, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
248