Вы находитесь на странице: 1из 4

PENCEGAHAN PENYAKIT HIPERTENSI DENGAN GAYA HIDUP SEHAT DAN PENINGKATAN

PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI

PENDAHULUAN
Pola penyakit di Indonesia mengalami transisi epidemiologi selama dua dekade terakhir, yakni
dari penyakit menular yang semula menjadi beban utama kemudian mulai beralih menjadi
penyakit tidak menular. Kecenderungan ini meningkat dan mulai mengancam sejak usia
muda. Penyakit tidak menular yang utama di antaranya hipertensi, diabetes melitus, kanker,
dan penyakit paru obstruktif kronik.
World Health Organization (WHO) dan Center Disease Control and Prevention (CDC)
memperkirakan jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat. Data pasien hipertensi
di dunia sekitar satu milyar orang dan meningkat setiap tahunnya. Prevalensi hipertensi yang
terdiagnosis dokter di Indonesia mencapai 25,8% dan Yogyakarta menduduki peringkat ketiga
prevalensi hipertensi terbesar di Indonesia sesuai data Riskesdas 2013. Hipertensi adalah
penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah secara menetap. Umumnya,
seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg.
Tingkat prevalensi hipertensi diketahui meningkat seiring dengan peningkatan usia dan
prevalensi tersebut cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan
rendah atau masyarakat yang tidak bekerja (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2013). Saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak
menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan
dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit
hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olahraga, merokok, alkohol, dan
makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.

PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah didalam arteri. Seseorang dikatakan terkena
hipertensi bila mempunyai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
≤90 mmHg. Pengukuran dilakukan 2 kali dengan waktu yang berbeda dan dilakukan pada saat
istirahat dengan posisi duduk atau berbaring. Tingkatan tekanan darah dibagi berdasar :
No Klasifikasi Sistolik
1 Optimal <120 mmHg
2 Normal <130 mmHg
3 Normal tinggi 130 – 139 mmHg
4 Hipertensi ringan 140 – 159 mmHg
5 Hipertensi sedang 160 – 179 mmHg
6 Hipertensi berat >180 mmHg
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing
individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit
kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ielah,
penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan.
Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko yang dikelompokkan menjadi faktor risiko
yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat
diubah diantaranya adalah jenis kelamin, umur dan keturunan. Sedangkan faktor risiko yang
dapat diubah diantaranya adalah pola makan (banyak mengkonsumsi garam, kolesterol,
kafein, alkohol), kebiasaan olah raga, merokok, obesitas, dan Stres. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa usia > 55 tahun, mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, pola
makan tinggi natrium dan lemak, mengalami obesitas dan tidak melakukan olah raga
mempunyai risiko yang lebih besar untuk terkena hipertensi.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebab terbagi menjadi:
1 Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui
(idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang
bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
2 Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada
sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar
1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB).
Berdasarkan bentuknya hipertensi dibagi menjadi : Hipertensi diastolik (diastolic
hypertension), Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik
(isolated systolic hypertension).
Terdapat jenis-jenis hipertensi yang lain yaitu :

1 Hipertensi Pulmonal Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada
pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan
pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat
menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan
aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada
usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan
perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk,
dengan mean survival / sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun. Kriteria
diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Institute of Health; bila
tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau “mean”tekanan arteri
pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas
dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit myokardium,
penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.

2 Hipertensi Pada Kehamilan


Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat kehamilan,
yaitu:
▪ Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan
kehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah yang meninggi, juga
didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul
dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena
kehamilan.
▪ Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin.
▪ Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan preeklampsia dengan
hipertensi kronik.
▪ Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat. Penyebab hipertensi dalam kehamilan
sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh
kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga
yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya.
AKIBAT KOMPLIKASI HIPERTENSI
Komplikasi/bahaya yang dapat ditimbulkan pada penyakit adalah :
▪ Pada mata: penyempitan pembuluh darah pada mata karena penumpukan kolesterol dapat
mengakibatkan retinopati, dan efek yang ditimbulkan pandangan mata kabur;
▪ Pada jantung: jika terjadi vasokonstriksi vaskuler pada jantung yang lama dapat
menyebabkan sakit lemah pada jantung, sehingga timbul rasa sakit dan bahkan
menyebabkan kematian yang mendadak;
▪ Pada ginjal: suplai darah vaskuler pada ginjal turun menyebabkan terjadi penumpukan
produk sampah yang berlebihan dan bisa menyebabkan sakit pada ginjal;
▪ Pada otak: jika aliran darah pada otak berkurang dan suplai O2 berkurang bisa
menyebabkan pusing. Jika penyempitan pembuluh darah sudah parah mengakibatkan
pecahnya pembuluh darah pada otak (stroke).

PENCEGAHAN
Harus diakui sangat sulit untuk mendeteksi dan mengobati penderita hipertensi secara
adekuat, harga obat-obatan hipertensi tidaklah murah, obat-obat baru amat mahal dan
mempunyai banyak efek samping. Untuk alasan inilah pengobatan hipertensi sangat penting,
tapi tidak lengkap tanpa dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor resiko.
Pencegahan sebenarnya merupakan bagian dari pengobatan hipertensi, karena mampu
memutus mata rantai hipertensi dan komplikasinya.
Pencegahan hipertensi dilakukan melalui dua pendekatan :
1 Pemberian edukasi tentang hipertensi. Munculnya masalah kesehatan seperti hipertensi
tidak hanya disebabkan oleh kelalaian individu, namun dapat juga disebabkan oleh
ketidaktahuan masyarakat sebagai akibat dari kurangnya informasi tentang suatu
penyakit. Rendahnya pengetahuan tenaga kesehatan, pasien, dan masyarakat tentang
hipertensi merupakan penyebab utama tidak terkontrolnya tekanan darah, terutama
pada pasien hipertensi di Asia. Dari penelitian yang dilakukan ( Armilawaty,2009) 50%
dari penderita Hipertensi dewasa tidak menyadari sebagai penderita hipertensi
sehingga mereka cenderung menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan
tidak mengetahui faktor resiko. Masih kurangnya informasi tentang perbaikan pola
makan bagi penderita hipertensi juga membuat pengetahuan masyarakat tentang
perbaiakan pola makan masih rendah. Pemberian informasi kesehatan diharapkan
mampu mencegah dan mengurangi angka kejadian suatu penyakit dan sebagai sarana
promosi kesehatan. Pemberian edukasi mengenai hipertensi terbukti efektif dalam
pencegahan hipertensi.
2 Modifikasi Gaya Hidup. Gaya hidup merupakan faktor penting yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi penyebab
terjadinya hipertensi misalnya aktivitas fisik, pola makan, dan stres, dll. Resiko
seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara memeriksa
tekanan darah secara teratur; menjaga berat badan ideal; mengurangi konsumsi
garam; jangan merokok; berolahraga secara teratur; hidup secara teratur;
mengurangi stress; jangan terburu-buru; dan menghindari makanan berlemak.
Menjalankan pola hidup sehat setidaknya selama 4–6 bulan terbukti dapat
menurunkan tekanan darah dan secara umum dapat menurunkan risiko
permasalahan kardiovaskular.
▪ Pencegahan Primer yaitu tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari; kurangi makanan
berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk mengurangi berat badan;
kurangi konsumsi alcohol; konsumsi minyak ikan; suplai kalsium, meskipun hanya
menurunkan sedikit tekanan darah tapi kalsium juga cukup membantu.
▪ Pencegahan Sekunder yaitu pola makanam yamg sehat; mengurangi garam dan natrium di
diet anda; fisik aktif; mengurangi Akohol intake; berhenti merokok.
▪ Pencegahan Tersier yaitu pengontrolan darah secara rutin; olahraga dengan teratur dan di
sesuaikan dengan kondisi tubuh.

KESIMPULAN
Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat,
mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang dimana
meningginya tekanan darah berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya penyakit
jantung koroner, stroke, gagal jantung, isufisiensi renal, dan peyakit vaskuler perifer.
Prevalensi hipertensi semakin meningkat dengan bertambahnya usia, dan pemberian obat-
obatan terbukti sangan bermanfaat untuk mengobati hipertensi. Namun dengan obat-
oabatan saja tidak dapat mengobati penyakit kardiovaskuler – renal akibat hipertensi.
Pencegahan merupakan faktor penting. Dengan mengetahui gejala dan faktor resiko
hipertensi yang terjadi diharapkan masyarakat mampu mencegah terjadinya hipertensi atau
terjadinya komplikasi dan kematian.

Modifikasi gaya hidup

Вам также может понравиться