Вы находитесь на странице: 1из 28

KEPERAWATAN JIWA

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Aditya Yoga Desa (010216A002)


2. Retnaning Sumarah (010216A038)

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO


S1 KEPERAWATAN TRANSFER
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami

kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara

mandiri.
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,

keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal

hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau

keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya

mempengaruhi praktik hygiene klien.


Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik

hygiene klien. Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat

dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan

hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien. Oleh karena itu

penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan

mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa defiisi dari defisit perawatan diri ?
2. Apa penyebab dari defisit perawatan diri ?
3. Apa saja faktor presipitasi defisit perawatan diri?
4. Apa saja tanda gejala defisit perawatan diri ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada defisit perawatan diri ?
C. TUJUAN
1. Melakukan pengkajian pada klien kurang perawatan diri
2. Menetapkan diagnosa keperawatan klien kurang perawatan diri
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk klien dengan kurang perawatan diri
4. Melakukan evaluasi kemampuan klien dalam perawatan diri
5. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya,kesehatan dan kesejateraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien

dinyatakan terganggu keperatawan dirinya jika tidak dapat melakukan keperawatan diri

(Depkes, 2000)

Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan

jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan

aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara

mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)

2. Penyebab

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah

kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang

perawatan diri adalah:

a. Factor predisposisi

1) Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan

inisiatif terganggu

2) Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan

diri.

3) Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.

Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi

Faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan

kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan

individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor

yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

1) Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan

adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2) Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi

perubahan pola personal hygiene.

3) Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat

mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat

meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga

kebersihan kakinya.

5) Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

6) Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti

penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

7) Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan

untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada maslah personal hygine :

1) Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan

perorangan dengan baik,gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan intleglitas kulit,

gangguan membrane mukosa mulut, infeksi mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku

2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan kebutuhan aman

nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan

interaksi sosial (Damaiyanti, 2012).

3. Jenis

Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :

a. Defisit perawatan diri : mandi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas perawatan

diri sendiri

b. Defisit perawatan diri : berpakaian

Hambatan kemampuan untuk melakukan ata menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berhias

untuk diri sendiri.

c. Defisit perawatan diri : makan

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri

d. Defisit perawatan diri : eliminasi

Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri.

4. Rentang respon
Adatif maladaptive

Pola perawatan diri seimbang Kadang perawatan diri tidak Tidak melakukan perawatan

seimbang diri pada saat stress

1) Pola perawatan diri seimbang:

saat pasien mendapatkan stressor dan mampu ntuk berperilaku adatif maka pola perawatan

yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri

2) Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak:

Saat pasien mendapatan stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan

dirinya

3) Tidak melakukan perawatan diri:

Klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresso (Ade,

2011) .

5. Proses terjadinya masalah

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan

fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri

adalah:

a. Factor predisposisi

1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga

perkembangan inisiatif terganggu

2) Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan

perawatan diri.

3) Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

4) Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.

Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi

Faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi

atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan

individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan

adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2) Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi

perubahan pola personal hygiene.

3) Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat

mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4) Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat

meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga

kebersihan kakinya.

5) Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

6) Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti

penggunaan sabun, sampo dan lain – lain. 10

7) Kondisi fisik atau psikis


Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan

untuk melakukannya Dampak yang sering timbul pada maslah personal hygine

1) Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya

kebersihan perorangan dengan baik,gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan

intleglitas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi mata dan telinga dan

gangguan fisik pada kuku

2) Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan

kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi

diri dan gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012)

6. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala defisit dar menurut adalah (Damaiyanti, 2012) sebagai berikut:

a. Mandi/hygine

Klien mengalami ketidakmapuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau

mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan

perlengkapan mandi, mengerikan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi
b. Berpakaian

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan pakian,

menangalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.

c. Makan

Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan

makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,

mendapat makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,

mengambil makanandari wadah lalu memasukan ke mulut, melengkapi

makanan,mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir

atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman

d. Eliminasi

Klien memiliki kebatasan atau krtidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau

kamar kecil atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian toileting, membersihkan diri

setelah BAK/BAB dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:

1) Fisik

a) Badan bau, pakaian kotor

b) Rambut dan kulit kotor

c) Kuku panjang dan kotor


d) Gigi kotor disertai mulut bau

e) Penampilan tidak rapi.

2) Psikologis

a) Malas, tidak ada inisiatif

b) Menarik diri, isolasi diri

c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3) Social

a) Interaksi kurang

b) Kegiatan kurang

c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma

d) Cara makan tidak teratur

e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

7. Akibat

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak terpeliharanya

kebersihan perorangandengan baik, gangguan fisik yang seering terjadi adalah: gangguan

integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan

gangguan fisik pada kuku


b. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan kebutuhan

aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan

gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012)

8. Mekanisme koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:

1. Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan

mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri

secara mandiri.

2. Mekanisme koping maladaptif

Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,

menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak

mau merawat diri (Damaiyanti, 2012)

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut

a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

b. Membimbing dan menolong klien merawat diri

c. Ciptakan lingkungan yang mendukung.


10. Pohon masalah

Effect Resiko perilaku kekerasan

Core Problem Defiist perawatan diri

Cause Harga diri rendah Kronis

Koping Individu Tidak Efektif

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

Kurang perawatan diri pada klien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya

perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri

menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri,

makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting {Buang Air Besar

(BAB)/Buang Air Kecil(BAK)} secara mandiri. Untuk mengetahui apakah pasien


mengalami masalah kurang perawatan diri maka tanda dan gejala dapat diperoleh

melalui observasi pada pasien yaitu:

1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki

dan bau, kuku panjang dan kotor.

2. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian

kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada

pasien wanita tidak berdandan. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai

dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan

tidak pada tempatnya.

3. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK tidak

pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK

Pengkajian pada pasien defisit perawatan diri di ruang UPIP dengan menggunakan

rentang skore 1 – 30 skala Respon Umum Fungsi Adaptif ( RUFA ), dimana pengkajian

tersebut terbagi dalam 3 kelompok berdasarkan skala RUFA yaitu : Skore 01 – 10 :

1. Fisik : kulit gatal-gatal, luka garukan, BB meningkat/menurun, penampilan dekil,

berdaki, kuku panjang, gigi kotor, tidak mau berhias, rambut acak-acakan, tidak

mau menyisir rambut, penampilan tidak rapih, dan bau.

2. Motorik : badan kaku, lesu, gerakan lambat, gerakan involunter, diam, dan

imobilisasi

3. Kognitif : menolak : mandi, makan, minum, curiga, tidak ada keinginan untuk ke

km. mandi, tidak ada motivasi.

4. Perilaku : tidak mau BAB dan BAK di kamar mandi, tidak mau menyiram bekas

BAB/BAK,makan tidak cuci tangan


Skore 11 – 20 :

1. Fisik : kulit gatal-gatal, luka garukan, BB meningkat/menurun, tidak mau berhias,

akan, tidak mau menyisir rambut, penampilan tidak rapih.

2. Motorik : badan kaku, lesu, gerakan lambat, gerakan involunter, diam dan

imobilisas

3. Kognitif : menolak : mandi, makan, minum, curiga, tidak ada keinginan untuk ke

km. mandi, tidak ada motivasi.

4. Perilaku : tidak mau BAB dan BAK di kamar mandi, tidak mau menyiram bekas

BAB/BAK, makan tidak cuci tangan

Skore 21 – 30 :

1. Fisik : BB meningkat/menurun, , tidak mau berhias.

2. Motorik :Gerakan lambat, gerakan involunter, imobilisasi.

3. Kognitif : menolak : mandi, makan, minum, curiga, tidak ada keinginan untuk ke

km. mandi, tidak ada motivasi.

4. Perilaku : tidak mau menyiram bekas BAB/BAK,

Hasil dari pengkajian akan menentukan tindakan keperawatan yang akan diberikan

terhadap klien, Bentuk tindakan keperawatan berdasarkan 3 katagori yaitu :

RUFA 01 – 10 masuk dengan katagori intsensif 1

RUFA 11 – 20 masuk dengan katagori intensif 2

RUFA 21 – 30 masuk dengan katagori intensif 3

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Nanda (2015), Diagnosa Keperawatan Gangguan konsep diri adalah:


1. Defisit perawatan diri : makan
2. Defisit perawatan diri : eliminasi
3. Defisit perawatan diri : mandi

C. TINDAKAN KEPERAWATAN

Tujuan :

1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik

3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik

4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

Tindakan Keperawatan :

1) Tindakan:

a. Komunikasi terapeutik

 Bina hubungan saling percaya

 Mengucapkan salam terapeutik

 Berjabat tangan

 Menjelaskan tujuan interaksi

 Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

b. Bantu klien dalam perawatan kebersihan diri

 Menyiapkan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri

 Menjelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

 Membimbing pasien ke kamar mandi

 Membimbing pasien dalam kebersihan diri atau mandikan pasien tergantung dari

tingkat kemampuan pasien ( cuci rambut dan gosok gigi )

 Membantu dalam mengganti pakaian, menyisir rambut, potong rambut dan

bercukur ( pasien laki-laki) dan Berhias ( pasien Wanita ) dan potong kuku
 Memberi pujian

c. Kolaborasi

Jika terjadi gangguan integritas kulit perlu tindakan kolaborasi

d. Observasi

Lakukan observasi setiap perilaku klien

SP 1 pasien:

1. Membina hubungan saling percaya

2. mengukur tanda-tanda vital

3. Mengkaji keluhan utama

ORIENTASI

“Assalamualaikum “

“Nama saya Zr P, perawat di ruang ini , saya akan membantu bapak/ ibu!” bapak/ibu tidak

usah khawatir ....aman disini,” “ Nama bapak/ ibu siapa?”Suka dipanggil apa””Seperti yang

saya sampaikan tadi saya akan membantu bpk/ibu selama disini, dan sekarang “Saya akan

mengukur tekanan darah, suhu tubuh dan nadi bapak/ ibu, sekitar 10 menit.

KERJA

“Ayo.....silahkan ... bapak/ ibu tidur di tempat tidur ini,””saya akan periksa ...!” Bpk/ibu, buka

bajunya saya akan memasukan termometer ini untuk dikepit di ketiak bpk/ibu, saya bantu yah

bu. “ Nah sekarang tangannya lurus karena saya akan pasang alat pengukur tekanan darah,

tidak sakit kok.. (perawat mengukur tekanan darah dan suhu tubuh pasien) . “ Sudah selesai,

sekarang saya pegang pergelangan bpk/ibu sebentar untuk megukur nadinya dulu yah bu,tidak

usah takut (selama satu menit perawat menghitung nadi sekaligus menghitung frekuensi napas).
“sudah selesai,tidak sakitkan ? “ dan sekarang timbang dulu berat badannya... ayo...naik ke

timbangan ini ..! “ bapak/ibu sebernya ada masalah apa dirumah sehingga bapak / ibu dibawa

kerumah sakit? “ dan Zuster lihat penampilan ibu juga tidak rapih sudah berapa hari tidak

merawat badannya nich......?” “ dimana bapak/ibu kalau buang air besar....? “ karena

penampilan ibu kurang bersih jadi saya akan bantu ibu untuk hal tersebut “

Terminasi

“ baiklah....Bpk/ibu, saya tinggal sebentar dan bapak / ibu akan ditemani oleh keluarga dulu,

saya akan kembali dalam lima menit untuk membantu ibu dalam kebersihan diri,saya akan

siapkan dulu alatnya...ya Assalamualaikum......

Sp 2 Pasien

- Menbantu pasien mandi dan berdandan

ORIENTASI

“Assalamualaikum “

” Bagaimana perasaan bapak/ibu sekarang....?. tadi saya janji akan membantu ibu dalam

perawatan diri, kita akan ke kamar mandi ....engga lama koq....paling 15 menit

KERJA

“Keperluan mandi untuk bapak / ibu sudah saya siapkan, ini untuk ganti bajunya dan ini alat

untuk mandi...ada sabun, sikat gigi, odol, shampoo dan ini handuknya.“. „ bapak/ibu mau

BAB/BAK dulu silahkan....!“ „ Nach... Coba sekarang bajunya di buka ...., bisa buka

sendirikan ...? atau mau saya bantu...?. „ Bagus.....!, sekarang siram dulu seluruh badannya

juga rambutnya lalu rambutnya kasih shampoo dan gosok samapi berbusa, baik suster bantu

ya.....sekarang siram sampai bersih... baru pakai sabun......, „ Ayo digosok semua bagian

badannya pakai sabun sampai dakinya hilang ...“ „ dan siram lagi badannya ....sampai
sabunnya bersih....,bagus.....sekali. dan sekarang digosok giginya ya... ini sikatnya sudah di

siapkan...., gosok dari atas kebawah....atau biasanya gosok gigi seperti apa ?. „ coba... kumur-

kumur sampai bersih, enakkan....?. „ Sudah selesai....sekarang keringkan badannya pakai

handuk, dan ganti bajunya dengan yang sudah disiapkan.“. „ Nach.... sekarang tinggal disisir

rambutnya, mau sisiran sendiri....?. ( untuk pasien wanita ). Ibu biasa pakai bedak ..? ada

bedaknya...? ayo kita berkaca untuk pakai bedak...! „ ( Untuk pasien laki-laki ).

Bapak...biasanya kumis atau janggutnya di potong secara rutin ?. sekarang mau saya bantu

untuk mencukurnya ? atau mau potong sendiri ?.

TERMINASI

“ Bagaimana perasaan bapak /ibu setelah mandi dan mengganti pakaian ? lebih enakan ? Coba

bapak /ibu sebutkan lagi alat mandinya apa saja tadi yang dipakai? Bagus sekali ....nanti sore

bapak /ibu mandi dan sikat gigi lagi ya...?dua kali pagi dan sore.

Evaluasi

Evaluasi respon umum adaptasi pasien dilakukan setiap akhir shif oleh perawat. Pada

pasien perilaku kurang perawatan diri evaluasi meliputi: Fisik : kulit gatal-gatal, luka garukan,

BB meningkat/menurun, penampilan dekil, berdaki, kuku panjang, gigi kotor, tidak mau

berhias, rambut acak-acakan, tidak mau menyisir rambut, penampilan tidak rapih, bau..

Motorik : badan kaku, lesu, gerakan lambat, gerakan involunter, diam. Imobilisasi. Kognitif :

menolak : mandi, makan, minum, curiga, tidak ada keinginan untuk ke km. mandi, tidak ada

motivasi, Perilaku : tidak mau BAB dan BAK di kamar mandi, tidak mau menyiram bekas

BAB/BAK,makan tidak cuci tangan

Rujukan
Hasilnya Jika kondisi tersebut tercapai, perawatan dilanjutkan pada level intensif 2, jika

tidak tercapai maka pasien tetap berada di perawatan level intensif I.

Dokumentasi

Dokumentasikan semua tindakan yang sudah dilaksanakan dan hasil evaluasi dari

tindakan

tersebut

Tindakan Keperawatan :

1. Tindakan:

a. Komunikasi terapeutik

 Bina hubungan saling percaya

 Mengucapkan salam terapeutik

 Berjabat tangan

 Menjelaskan tujuan interaksi

 Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

b. Identifikasi pengetahuan atau kebiasaan pasien mandi dan berdandan

c. Bantu klien dalam perawatan kebersihan diri

 Menyiapkan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri

 Menjelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

 Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

 Membimbing pasien ke kamar mandi

 Membimbing pasien dalam kebersihan diri atau bantu pasien untuk mandi

 Membantu dalam mengganti pakaian


 Memberi pujian

Bantu klien dalam mengganti pakaian

1. Untuk wanita :

 Menyiapkan alat-alat spt :baju ganti ,sisir, dan kosmetik

 Menganjurkan atau bantu pasien untuk mengganti bajunya

 Memotivasi atau bantu pasien untuk meyisir rambutnya

 Menanyakan kebiasaan pasien dalam berdandan

 Memotivasi atau bantu pasien untuk menggunakan bedak, lipstik

 Memberi pujian

2. Untuk laki-laki :

 Menyiapkan alat-alat spt : baju ganti, sisir, pisau atau gunting cukur.

 Lakukan kontrak dengan pasien untuk memotong rambut, janggut, kumis jika

panjang

 Bantu untuk memotong rambut,jenggot dan kumis

 Bantu untuk menyisir rambut

 Memberi pujian

d. Kolaborasi

Jika terjadi gangguan integritas kulit perlu tindakan kolaborasi

e. Observasi

Lakukan observasi setiap perilaku klien

f. Evaluasi
Evaluasi respon umum adaptasi pasien dilakukan setiap akhir shif oleh perawat.

Pada pasien perilaku kurang perawatan diri evaluasi meliputi: Fisik : kulit gatal-gatal,

luka garukan, BB meningkat/menurun, tidak mau berhias, , tidak mau menyisir rambut,

penampilan tidak rapih, Motorik : badan kaku, lesu, gerakan lambat, gerakan involunter,

diam. Imobilisasi. Kognitif : menolak : mandi, makan, minum, curiga, tidak ada

keinginan untuk ke km. mandi, tidak ada motivasi, Perilaku : tidak mau BAB dan BAK di

kamar mandi, tidak mau menyiram bekas BAB/BAK,

g. Rujukan

Hasilnya Jika kondisi tersebut tercapai, perawatan dilanjutkan pada level intensif

3, jika tidak tercapai maka pasien tetap berada di perawatan level intensif 2.

h. Dokumentasi

Dokumentasikan semua tindakan yang sudah dilaksanakan dan hasil evaluasi dari

tindakan tersebut

3. Intensif 1 ( 72 jam – 10 hari )

a.. Diagnosa

Kurang Perawatan Diri : - Kebersihan diri

- Berdandan

- Makan

- BAB/BAK

b.. Tindakan Keperawatan

Tujuan :

1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik


3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik

4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

Tindakan Keperawatan :

1. Tindakan:

a. Komunikasi terapeutik

 Bina hubungan saling percaya

 Mengucapkan salam terapeutik

 Berjabat tangan

 Menjelaskan tujuan interaksi

 Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

b. Identifikasi pengetahuan pasien tentang penampilan diri

(1) Untuk wanita :tanyakan tentang kebiasaan ganti pakaian menyisir rambut, dan

berhias

(2) Untuk laki-laki : tanyakan tentang kebiasaan ganti pakaian, menyisir rambut,

potong rambut dan bercukur

c.. Bimbing klien dalam perawatan kebersihan diri

 Menganjurkan pasien untuk menyiapkan alat-alat kebersihan diri

 Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

 Motivasi pasien untuk ke kamar mandi

 Menganjurkan pasien untuk mandi sendiri

 Menganjurkan pasien dalam ganti pakaian

 Menganjurkan pasien untuk berhias


 Memberi pujian

d. Motivasi klien dalam mengganti pakaian dan berdandan

Untuk wanita :

Menyiapkan alat-alat spt :baju ganti ,sisir, dan kosmetik

Menganjurkan atau bantu pasien untuk mengganti bajunya

Memotivasi atau bantu pasien untuk meyisir rambutnya

Menanyakan kebiasaan pasien dalam berdandan

Memotivasi atau bantu pasien untuk menggunakan bedak, lipstik

Memberi pujian

Untuk laki-laki :

Menyiapakan alat-alat spt : baju ganti, sisir, pisau atau gunting cukur.

Lakukan kontrak dengan pasien untuk memotong rambut, janggut, kumis jika panjang

 Bantu untuk menyisir rambut

Memberi pujian

a. Kolaborasi

Jika terjadi gangguan integritas kulit perlu tindakan kolaborasi

b. Observasi

 Lakukan observasi setiap perilaku klien

 Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok

c. Evaluasi

Evaluasi respon umum adaptasi pasien dilakukan setiap akhir shif oleh perawat. Pada

pasien perilaku kurang perawatan diri evaluasi meliputi: Fisik BB meningkat/menurun,


tidak mau berhias, penampilan tidak rapih, Motorik : Lesu, gerakan lambat, gerakan

involunter, diam. Imobilisasi. Kognitif : menolak : mandi, makan, minum, curiga, tidak

ada keinginan untuk ke km. mandi, tidak ada motivasi, Perilaku : tidak mau BAB dan

BAK di kamar mandi, tidak mau menyiram bekas BAB/BAK,

d. Rujukan

Hasilnya Jika kondisi tersebut tercapai, perawatan dilanjutkan pada keluarga dan di

rujuk ke perawat CMHN

e. Dokumentasi

Dokumentasikan semua tindakan yang sudah dilaksanakan dan hasil evaluasi

dari tindakan tersebut

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktiviatas

perawatan diri (mandi, berhias,makan, bab/bak). Rentang respon defisit perawatan diri :

pola perawatan diri seimbang, kadang perawatan diri kadang tidak, tidak melakukan

perawatan diri. Jenis-jenis perawatan diri : krang perawatan diri : mandi, brhias makan,

bab/bak.

B. SARAN
Untuk pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, kami

berharap bagi pembaca untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa.

Jakarta: Depkes RI.

Herman ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. yogyakarta: nuha

medika.

Вам также может понравиться