Вы находитесь на странице: 1из 11

LaporanPraktikum 3 Hari/Tanggal: Jumat, 21 September 2018

Higiene & Keamanan Waktu : 11.00-15.00 WIB


Produk Hewan Dosen : Drh. Heryudianto V, Msi.
Dr. drh. Erni Sulistiawati SP1
Asisten : Nafisah Zahra, AMd.
Julia Veronica, AMd.

RUMAH PEMOTONGAN AYAM


Kelompok III/Praktikum 1

NAMA NIM TTD


Nur Inayah J3P117012
Aldona Tegar Saputra J3P117026
Raudhotul Jannah J3P117053
Fernanda Eka Oktafiani J3P217103
Shawn Ian J3P617110

PROGRAM STUDI PARAMEDIK VETERINER


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PENDAHULUAN

Potensi meningkatnya kebutuhan daging, dimanfaatkan oleh masyarakat


menjadi bisnis komoditi unggas sehingga komoditi tersebut berkembang dengan
pesat. Hal ini didukung oleh ketertarikan konsumen untuk membeli daging ayam
karena harganya yang lebih terjangkau serta kemudahan konsumen untuk
mendapatkan daging ayam di pasaran (Galantino dkk 2015). Kegiatan produksi
karkas dan daging tidak terlepas dari peran Rumah Potong Hewan (RPH) sebagai
tempat dan penyedia jasa pemotongan ternak. RPH adalah suatu bangunan atau
kompleks bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai
tempat pemotongan hewan untuk menghasilkan daging bagi konsumsi masyarakat
umum (Suryadi 2006). Menurut Tawaf et al. (2013) RPH adalah lembaga yang
menjadi sumber tataniaga hewan potong pada skala produksi dan pada skala
konsumsi RPH adalah lembaga yang menjamin ketersediaan daging bagi
konsumen, baik kuantitas maupun kualitas.
Seiring dengan hal itu, banyak ditemukan pelaku usaha yang tidak
memperhatikan aspek penting higiene-sanitasi serta aspek kesejahteraan hewan
(animal welfare), bahkan cenderung mengabaikan hak konsumen untuk
mendapatkan pangan yang aman dan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat
(Direktorat Kesmavet dan Pasca Panen 2010). Menanggapi hal itu Indrasari (2014),
menyebutkan salah satu sektor penting yang perlu diperhatikan yaitu usaha
pemotongan ayam. Usaha pemotongan unggas merupakan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh perorangan atau badan hukum yang melaksanakan pemotongan
unggas di rumah pemotongan unggas/tempat pemotongan unggas milik sendiri atau
pihak lain atau menjual jasa pemotongan unggas. Penanganan ayam hidup di tempat
pemotongan ayam dapat mempengaruhi kualitas daging ayam. Penanganan ayam
yang kurang baik, kasar atau tidak berperasaan dapat menimbulkan ancaman
terhadap ayam seperti stress, memar, patah tulang atau bahkan kematian sebelum
disembelih. Hal ini dapat menimbulkan penurunan kualitas daging, seperti
perubahan warna daging ayam, daging cepat busuk dan berlendir bahkan jika ayam
telah mati sesaat sebelum disembelih menjadikan daging ayam tersebut tidak halal
(Direktorat Kesmavet dan Pascapanen 2010).
Pelaksanaan animal welfare sangat penting untuk diterapkan di usaha
pemotongan ayam seperti Rumah Pemotongan Ayam (RPA), hal ini diharapkan
dapat memberikan keuntungan ekonomi dan daging yang berkualitas, begitu pula
sebaliknya (Wenno 2015). Animal welfare telah menjadi isu penting di dunia dan
dijadikan sebagai persyaratan perdagangan setelah berbagai negara anggotanya
menyepakati hal ini (Susanto 2011). Ada banyak laporan dari kesehatan dan
kesejahteraan masalah hewan yang berhubungan dengan penanganan dan
transportasi hewan hidup ke rumah pemotongan. Perlakuan manusia terhadap
hewan sebelum dan selama dalam perjalanan sangat penting untuk kesejahteraan
hewan (Hemsworth dan Coleman 2008). Salah satu pelanggaran animal welfare
yang ditemukan di Indonesia yaitu alat angkut hewan maupun produknya belum
semua memenuhi atau menerapkan standar teknis, baik tranportasi darat, udara
maupun perairan (Rasyid, 2015). Permasalahan tersebut dapat mempengaruhi
kesehatan manusia sebagai konsumen namum dapat dicegah sedini mungkin.
Permasalahan yang paling penting yaitu mengenai kelayakan usaha pemotongan
ayam dalam menerapkan higiene-sanitasi serta aspek kesejahteraan hewan untuk
memperoleh daging karkas yang ASUH.
Tujuan pengamatan ini adalah untuk mengetahui bagaimana RPA yang baik
bagi hewan, untuk mengetahui persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap RPA,
serta mengetahui prinsip animal welfare pada RPA.

METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada pengamatan adalah handphone. Bahan yang akan
diamati adalah video RPA Kraton Indonesia dan video AMDAL (Rumah
Pemotongan Ayam) di Waru Sidoarjo.

Waktu Pengamatan
Pengamatan ini dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 23 September
2018, pukul 11.00 – 15.00 WIB.

Prosedur Kerja
Pada pengamatan ini kelompok kami mengamati video di youtube dengan
memperhatikan isi video tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses pemotongan ayam secara umum terdiri dari proses penerimaan dan
penampungan ayam yang masih hidup, penyembelihan, pengeluaran jeroan,
pencucian, dan pendinginan, pemotongan karkas, penyimpanan produk jadi, dan
pendistribusian (Sams, 2011)
Pada video AMDAL (Rumah Pemotongan Ayam) di Waru Sidoarjo
pengangkutan ayam menggunakan mobil terbuka, tidak disediakan tempat pakan
dan minum, dan ayam dalam kondisi tidak tenang. Hal ini menunjukan kondisi
ayam tidak nyaman dan mengalami stres. Pada saat penurunan atau memindahkan
ayam, para pekerja melempar ayam kedalam kandang yang kosong, hal ini dapat
menyebabkan ayam tidak nyaman, dan mengalami luka atau memar. Pada saat
penurunan ayam, pekerja juga tidak menggunakan pakaian APD (Alat Pelindung
Diri).
Sedangkan pada video RPA Kraton Indonesia pengangkutan ayam dengan
menggunakan mobil truck yang tertutup dan kandang tersusun dengan rapih,
sehingga ayam terasa nyaman dan tidak stres. Pada saat penurunan ayam, pekerja
menurunkan ayam dengan cara box satu persatu diturunkan, dan para pekerja
menggunakan pakaian APD lengkap.
Alat pelindung diri menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi
kecelakaan kerja ditempat kerja (Piri, Sompie, dan Timboeleng, 2012). Health
Safety Environment Pertamina (2013) menyatakan bahwa APD adalah semua
peralatan yang melindungi pekerja selama bekerja, pelindung kepala (helmet),
sarung tangan (gloves), pelindung mata (eye protection), pakaian yang bersifat
reflektive, sepatu, pelindung pendengaran (hearing protection) dan pelindung
pernapasan (masker).
Gambar 1. RPA Kraton

Gambar 1. RPA Sidoarjo

Saat pengangkutan atau transportasi ayam, sebaiknya ayam tidak ditumpuk


atau digantung karena hal ini dapat menimbulkan stres, memar atau bahkan patah
tulang pada ayam. Kondisi stres pada ayam dapat terjadi pada proses pengangkutan
yang kurang baik. Tingkat stres yang tinggi selama proses pengangkutan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, kelembaban, serta ventilasi
mobil pengangkut yang berdampak pada peningkatan kematian (Olivo et al. 2007).
Penurunan ayam yang tidak sesuai dengan kesejahteraan ternak juga dapat
menimbulkan stres yang berakibat terhadap penurunan bobot badan ayam selama
pengangkutan. Kondisi nyaman pada ayam menurut Suharti (2004) adalah ayam
dalam kondisi diam atau berbaring, leher dijulurkan, mata tertutup, sayap terkulai
dijatuhkan, dan tidur (kepala ditarik ke dalam bulu di atas atau di belakang sayap).
Pada RPA Kraton Indonesia sebelum dilakukannya penyembelihan ada
proses memisahkan ayam hidup dengan kategori A dan B (stunning), dimaksudkan
untuk memeriksa kondisi ayam yang baik lalu diteruskan dengan proses
menggantungayam hidup di conveyor setelah dilakukan seleksi. Sedangkan pada
RPA di Waru Sidoarjo tidak ada proses seleksi atau memeriksa kondisi ayam
sebelum disebelih.

Gambar 3. Proses stunning and killing RPA Kraton Indonesia

Pada dasarnya ada dua teknik pemotongan ayam, yaitu secara langsung dan
tidak langsung. Pemotongan secara langsung (tradisonal) dilakukan setelah ayam
dinyatakan sehat. Pemotongan ayam secara tidak langsung dilkukan melalui proses
pemingsanan dan setalah ayam benar-benar pingsan baru dipotong. Pemingsanan
dapat dilakukan dnegan beberapa cara, yaitu menggunakan alat pemingsan atau
knocker, dengan senjata pemingsan atau stunning gun, dengan pembiusan, serta
dengan menggunakan arus listrik (Soeparno 2014).
Pada video AMDAL (Rumah Pemotongan Ayam) di Waru Sidoarjo
pemotongan dilakukan secara langsung, namun pada video tersebut ayam tidak
dicek kembali keadaannya. Ayam pun langsung disembelih secara manual dengan
menggunakan pisau. Penyembelihan harus dilakukan dengan pisau yang tajam dan
bersih dan memotong tiga saluran sekaligus, yaitu saluran makanan, saluran
pernapasan, dan urat nadi (Kamentan 2010). Penggunaan pisau pada video ini juga
bergantian. Penggunaan pisau untuk menyembelih secara bergantian dapat
menyebabkan kontaminasi silang dan bakteri dapat masuk ke aliran darah (Mead
2004).
Pada video RPA Kraton Indonesia penyembelihan ayam menggunakan
pisau yang tajam, terlihat dari ayam yang hanya sekali penyayatan saja. Hal ini
sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu menurut Nurjannah (2006) untuk
menyembelih hewan alat yag digunakan haruslah tajam baik dari besi, kuningan,
tembaga, kayu, bambu, dan plastik, tetapi tidak diperbolehkan dengan
menggunakan gigi, kuku, ataupun tulang.

Gambar 4.Penyembelihan ayam RPA Waru Sidoarjo

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyembelihan ayam adalah ayam


harus sehat, tidak dalam keadaan lelah, tidak produktif atau bibit. Sebelum
disembelih ayam diistirahatkan, pengistirahatan dimaksudkan agar ayam tidak
stres, darah dapat keluar sebanyak mungkin saat dipotong, dan cukup energi
sehingga proses rigor mortis berlangsung secara sempurna (Soeparno 2014).
Setelah disembelih ayam dimasukan kedalam wadah berisi air panas, dan
dicelupkan. Hal ini berfungsi untuk mempermudah pencabutan bulu. Pada proses
pencabutan bulu, dalam video AMDAL (Rumah Pemotongan Ayam) di Waru
Sidoarjo menggunakan alat yang tradisional seperti wadah yang besar yang dibuat
menjadi alat yang dapat mencabut bulu.
Schalding dan flucking RPA Kraton Indonesia mempunyai sistem
perebusan atau perendaman air pana untuk ayam dengan teknologi yang modern
sehingga suhu air sangatlah stabil, sehingga bulu yang besar maupun yang halus
akan bersih tanpa sisa.
Gambar 5. RPA Waru Sidoarjo

Gambar 6. RPA Kraton Indonesia

Pencabutan bulu dapat mengurangi jumlah bakteri pada ayam, terutama


bakteri yang menempel pada ayam. Tetapi penggunaan mesin pencabut bulu secara
bergantian dan mencabut sisa bulu secara manual dapat menimbulkan kontaminasi
silang (Sams 2011).
Proses pemotongan ayam merupakan proses yang beresiko tinggi terjadinya
kontaminasi, terutama oleh bakteri patogen (Sams 2011). Tingginya kebutuhan
akan daging ayam mendorong berkembangnya bisnis komoditi daging ayam.
Namun sayangnya, hal ini tidak dibarengi dengan penerapan aspek higieni sanitasi
pada proses pemotongan sehingga daging ayam yang beredar dimasyarakat tidak
terjamin mutu dan keamanannya (Kamentan 2010).
Menurut Kementan (2010) pengeluaran jeroan dapat dilakukan secara
manual maupun dengan mesin. Apabila secara manual, pekerja harus mencuci
tangan untuk mengurangi peluang kontaminasi dari tangan pekerja ke karkas yang
dipegang. Pengeluaran jeroan yang tidak hati-hati dapat mengakibatkan robeknya
usus sehingga menyebabkan kontaminasi feses dan bakteri pada karkas.
Pada video AMDAL (Rumah Pemotongan Ayam) di Waru Sidoarjo
pengeluaran jeroan pada karkas diletakan di bawah dengan menyentuh lantai, dan
pekerjanya pun tidak memakai baju dalam bekerja. Hal ini dapat menyebabkan
adanya bakteri dan mengurangi kualitas karkas yang dihasilkan karena berkontak
langsung dengan dengan tangan pekerja.
Pada RPA Kraton Indonesia eviscerating merupakan suatu proses
pengambilan organ-organ dalam ayam seperti hati, ampela, jantung, usus,
empedu,dsb. RPA Kraton sangat fokus dalam pengerjaan eviscerating dan
ditunjang peralatan yang modern sehingga ayam tidak berkontak langsung dengan
lantai.
Gambar 7. Proses pengeluaran jeroan RPA Waru Sidoarjo

Gambar 8. Eviscerating RPA Kraton Indonesia

Kontak dengan lantai sebaiknya dihindari karena lantai terdapat banyak


bakteri. Seharusnya pemotongan dilakukan diatas meja yang terbuat dari kayu,
tidak toksik, dan mudah dibersihkan (SNI 01-6160-1999).
RPA Kraton Indonesia memiliki beberapa ruangan yaitu ruang kotor yang
digunakan untuk memotong hewan, ruang bersih, dan ruang penyimpanan. Pada
ruang bersih memiliki proses screw chilling yaitu proses pembilasan yang memakai
peralatan yang modern dan terjaga dengan suhu tertentu membuat produk-produk
terjaga higienitasnya.

Gambar 9. Alat screw chilling pada RPA Kraton Indonesia

Setelah dipotong untuk melindungi karkas terhadap kerusakan terlalu cepat,


baik kerusakan fisik, perubahan kimiawi, maupun kontaminasi mikroorganisme
serta untuk menampilkan produk dengan cara yang menarik maka diberikannya
kemasan (Abubakar 2009). RPA Kraton Indonesia memiliki design packing yang
elegant dan mudah di ingat. Untuk RPA Waru Sidoarjo didalam video tidak di
tayangkan bagaimana RPA melakukan pengemasan.
RPA Kraton Indonesia pembekuan dengan suhu -40ºC, sehingga produk
benar-benar beku. Sedangkan RPA Waru Sidoarjo tidak ditayangkan bagaimana
pendinginanya.
Teknik pendinginan karkas ayam yang baik menggunakan ruang dengan
temperatur 4-5ºC dengan waktu pendinginan yang dibutuhkan 15-20 menit dan
dalam waktu tidak lebih dari 8 jam setelah penyembelihan sehingga konidisi fisik,
kimia, dan mikrobiologi karkasayam tetap baik (Abubakar dan Triyantini 2005).
Soeparno et al. (2007) menambahkan bahwa ketersedian fasilitas RPH dapat
memengaruhi pola permintaan daging. Oleh karena itu, RPH sangat diperlukan
untuk menjamin kualitas daging secara aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH).
Menurut Kuntoro et al. (2012), kualitas dan keamanan daging yang dihasilkan salah
satunya ditentukan oleh pelaksanaan penyediaan daging di RPH.
RPA Kraton tidak lagi menggunakan peralatan yang manual melainkan
menggunakan peralatan otomatis dan modern. RPA Kraton ini memiliki beberapa
ruangan yaitu ruang kotor yang digunakan untuk memotong hewan, ruang bersih,
dan ruang penyimpanan. Setiap ruangan nya juga memiliki sekat pembatas, berbeda
dengan RPA Waru Sidoarjo yang tidak memiliki dinding sekat didalamnya. Lantai
RPA Kraton Indonesia terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak
licin, tidak toksik, mudah dibersihkan, dan lantai ke arah saluran pembuangan.
Sedangkan RPA Waru Sidoarjo lantai tidak ada saluran pembuangan.
Saluran pembuangan ini berfungsi untuk mengalirkan cairan limbah,
menurut pendapat Kusnoputranto (2005) yang menyatakan bahwa limbah ternak
adalah suatu sumber daya yang bila tak dimanfaatkan dengan baik, dapat
menimbulkan masalah bagi peternak itu sendiri maupun terhadap lingkungan. Pada
RPA Waru Sidoarjo limbah RPA dimanfaatkan oleh warga sekitar, seperti kotoran
ayam diambil untuk pupuk, jeroan ayam diambil warga untuk dimasak kembali,
dan bulu ayam diminta warga untuk digunakan sebagai usaha kemoceng, dan
limbah air dibuang menuju sungai. Sedangkan RPA Kraton Indonesia semua
limbah dibuang dengan memisahkan jenis limbahnya. Lahamma (2006) yang
menyatakan bahwa harusnya ada pengolahan limbah yang benar agar tidak
mengganggu warga dan limbah tersebut sebaiknya diolah agar tidak mencemari
lingkungan.

SIMPULAN
Pada dasarnya ada dua teknik pemotongan ayam, yaitu secara langsung dan
tidak langsung. Pemotongan secara langsung (tradisonal) dilakukan setelah ayam
dinyatakan sehat. Pemotongan ayam secara tidak langsung dilkukan melalui proses
pemingsanan dan setalah ayam benar-benar pingsan baru dipotong. Pemingsanan
dapat dilakukan dnegan beberapa cara, yaitu menggunakan alat pemingsan atau
knocker, dengan senjata pemingsan atau stunning gun, dengan pembiusan, serta
dengan menggunakan arus listrik (Soeparno 2014).

SARAN
Kedua RPA ini seharusnya terletak jauh dari pabrik industri kimia. Dan
pada RPA Waru Sidoarjo seharusnya ada meja besi atau alas pada saat pemotongan
karkas ayam serta dekat dengan saluran air sungai.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar dan Triyantini. 2009. Penerapan Teknologi Pascapanen untuk
Meningkatkan Nilai Tambah Hasil Ternak Mendukung Pengembangan
Usaha Ternak di Lahan Kering. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan
Usaha Peternakan Berdaya Saing di Lahan 1995 Kering. Yogyakarta. Fapet
UGM dan Puslitbang Peternakan: 248-250.

Abubakar, Triyantini, dan H. Setiyanto. 2005. Pengaruh Suhu dan Jenis Kemasan
Plastik Terhadap Mutu Karkas Ayam selamaPenyimpanan. Prosiding
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor (ID): Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan..

Direktorat Kesmavet dan Pascapanen. 2010. Pedoman Persyaratan Daging


Unggas yang Higienis. Jakarta (ID): Dirjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan. Galantino,I., Budi Hartono dan Eko Nugroho. 2015. Analisis
Kualitas Pelaanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pembeli Karkas Broiler
di Rumah Potong Ayam (RPA) Kelurahan Kampung Mandar. Banyuwangi
(ID): Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan.

Hemsworth, P. H., and Coleman, G. J. 2008. Human-Livestock Interactions: The


Stockperson and the Productivity and Welfare of Intensively Farmed
Animals. CAB Int.: Wallingford, Oxon, England.

HSE PT. Pertamina EP Asset 1 Field Jambi. 2013. Jambi (ID): Buku Saku
Prosedur.

Indrasari, A. N. 2014. Analisis Risiko Harga, Risiko Penjualan dan Risiko Pada
Usaha Pemotongan Ayam. [Skripsi]. Surakarta (ID): Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Jurusan Manajemen. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kementria Pertanian. 2010. Pedoman Produksi dan Penanganan Daging Ayam


yang Higienis. Direktorat Kesehatan Masyrakat Veteriner dan Pascapanen
Direktorat Jenderal Peternakan dan Pertanian.

Kusnoputranto, H., 2005. Limbah Industri dan B-3 Dampaknya Terhadap


Kualitas Lingkungan dan Upaya Pengelolaannya. Samarinda (ID): Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Mulawarman.

Kuntoro B, Maheswari RRA, Nuraini H. 2012. Hubungan penerapan standard


sanitation operasional procedure (SSOP) terhadap mutu daging ditinjau
dari tingkat cemaran mikroba. Jurnal Ilmiah Ilmu Peternakan.

Lahamma, A., 2006. Persepsi Peternak Tentang Limbah Pertanian dalam


Pemanfaatannya Sebagai Pakan Ternak Sapi di Kecamatan Sukamaju
Luwu Utara. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.

Mead, G.C. 2004. Poultry Meat Processing and Quality. Boca Raton: CRC Press.
Olivo R, Soares AL, Ida EI, Shimokomaki M. 2007. Dietary vitamin E inhibits
poultry PSE and improves meat function properties. Journal of Food
Biochemistry.

Piri, Sompie, dan Timboeleng. 2012. Pengaruh Kesehatan, Pelatihan dan


Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Kecelakaan Kerja Pada Pekerja
Konstruksi Di Kota Tomohon. Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING 2.

Rasyid, Kisman A. 2015. Angkutan Ternak ungags di Indonesia Sudahkah


Mempertimbangkan Kesrawan Dan Tanggung Jawab Pengawasnya.
Seminar Nasional”Kesejahteraan hewan pada unggas di Indonesia Pasca
Panen Hingga Karkas yang H-A-S ( Halal-Aman-Sehat). Surabaya (ID):
Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hewano Badan Karantina Pertanian.

Sams, Alan R. 2011. Poultry Meat Processing. Boca Raton: CRC Press.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.

Soeparno, Prasetyo T, Rusman, Prasetyo A. 2007. Studi pemotongan sapi dan


kualitas fisikokimia Daging sapi glonggongan. J Penelitian Pertanian 2(7):
124-126

Susanto, E. 2011. Gambaran Umum Rumah Potong Hewan di Indonesia. Buletin


Balai Pengujian Mutu Produk Peternakan. Bogor. Swacita. 2013.
Kesejahteraan Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Udayana.

Suharti S. 2004. Kajian antibakteri temulawak, jahe dan bawang putih terhadap
bakteri Salmonella typhymurium serta pengaruh bawang putih terhadap
performans dan respon imun ayam pedaging. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

Soeparno. 2014. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.

Standar Nasional Indonesia 01-6160-1999) tentang Rumah Pemotongan Unggas.

Suharti S. 2004. Kajian antibakteri temulawak, jahe dan bawang putih terhadap
bakteri Salmonella typhymurium serta pengaruh bawang putih terhadap
performans dan respon imun ayam pedaging. (Tesis). Bogor (ID): Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Suryadi, U. 2006. Pengaruh Bobot Potong terhadap Kualitas dan Hasil Karkas
Sapi Brahman Cross. Jakarta (ID): Jurnal Pengembangan Peternakan
Tropis.
Tawaf R, Rachmawan O, Firmansyah C. 2013. Pemotongan sapi betina umur
produktif dan kondisi RPH di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara. J Konservasi
dan Pengembangan Peternakan.

Wenno C, R, F., Swacita I, B, N dan Suada I, K. 2015. Penerapan Animal Welfare


pada Proses Pemotongan Sapi Bali di Rumah Pemotongan Hewan
Pesanggaran. Denpasar Bali (ID): Indonesia Medicus Veterius.

Вам также может понравиться