Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
CARA PERPAJAKAN
Dosen Pengampu:
PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya, meskipun masih ada kekurangan. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan. Dalam makalah ini menjelaskan tentang
ketentuan serta tata cara pemungutan pajak.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membantu dalam memahami ketentuan
serta tata cara dalam pemungutan pajak supaya tidak terjadi kesalahan dalam pemungutan
pajak. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran
dan kritikan sangat kami harapkan untuk ppenyusunan makalah yang lebih baik untuk
selanjutnya.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak adalah istilah yang tidak asing lagi bagi kita, peranannyapun dalam
pengembangan suatu Negara juga sangat besar. Karena itu, di Indonesia banyak Undang-
Undang maupun peraturan perundang-undangan yang menjelaskan tentang pajak. Dari
periode ke periode peraturan tentang pajak selalu mengalami perubahan, begitupun di
Indonesia. Sehingga muncullah istilah-istilah baru tentang perpajakan yang harus diketahui
oleh orang banyak. Selain itu perlu disadari juga bahwa sebagian besar penduduk indonesia
yang belum mempunyai NPWP, padahal NPWP tersebut sangat penting bagi pembangunan
Negara. Maka dari itu kami membuat makalah ini guna memberi tahu pembaca tentang
NPWP dan menumbuhkan kesadaran pembaca untuk membayar pajak.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan
Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang “Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan” adalah UU No. 6 tahun 1983, sebagaimana telah diubah dengan
UU No. 9 tahun 1994, dengan UU No. 16 tahun 2000, terakhir dengan UU No. 28 tahun
2007. Undang-undang tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” dilandasi
falsafah Pancasila dan UUD 1945. UU No. 28 tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan
kewajiban Wajib Pajak, wewenang dan kewajiban aparat pemungut pajak, serta sanksi
perpajakan.
Sistem perpajakan yang dianut di Indonesia adalah self assesment, yaitu Wajib Pajak
diberikan kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung pajak yang terutang,
menyetornya, serta melaporkan penghitungan dan penyetoran pajak tersebut, sedangkan
fungsi Direktorat Jenderal pajak adalah melakukan pengawasan atas sistem self assesment
tersebut agar Wajib Pajak melaksanakannya sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan. Penghitungan pajak yang terutang diatur dalam undang-undang material
perpajakan sebagaimana tersebut dalam UU PPh dan UU PPN. Sementara itu pendaftaran,
penyetoran, dan pelaporan pajak, serta wewenang Direktorat Jenderal pajak diatur dalam
undang-undang formal perpajakan sebagaimana tercantum dalam UU No. 6 Tahun 1983
sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (selanjutnya disebut UU KUP), yang mengatur tentang hak dan
kewajiban Wajib Pajak serta wewenang Direktorat Jenderal Pajak, termasuk sanksi
perpajakan apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana administrasi perpajakan yang dipergunkan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu, kepada
setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu NPWP dan NPWP tersebut berfungsi :
- Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.
2
- Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran dan dalam pengawasan administrasi
perpajakan.
2. Cara Memperoleh NPWP
Setiap Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak
Badan, wajib mendaftarkan pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib Pajak untuk di catat sebagai Wajib Pajak
dan sekaligus kepadanya diberikan NPWP.
Wajib Pajak yang telah terdaftar yaitu Wajib Pajak yang telah terdaftar dalam tata usaha
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan telah diberikan NPWP yang terdiri dari 15 digit : yaitu 9
digit pertama merupakan kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan kode
administrasi pajak. Kartu NPWP ini diterbitkan oleh KPP.
3. Kewajiban Mendaftarkan Diri dan Pelaporan Kegiatan Usaha
Masalah kewajiban mendaftarkan diri diawali dari dasar Pasal 2 UU No. 28 Tahun2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang menyatakan bahwa “ Setiap
Wajib Pajak wajib mendaftar diri pada Kantor Direktoral Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya
diberikan NPWP”.
Kewajiban mendaftarkan diri juga diberlakukan terhadap wanita kawin yang dikenakan
pajak terpisah dari suami karena hidup terpisah berdasarkan putusan hakim atau kehendak
sendiri secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. Terhadap
Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dikenakan sanksi
sesuai perundang-undangan perpajakan.
4. Penghapusan NPWP
NPWP dapat dihapus tetapi dengan penghapusan NPWP ini tidak berarti menghilangkan
kewajiban perpajakan yang harus dilakukan.
Penghapusan NPWP dilakukan karena dalam hal sebagai berikut :
a. Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan.
b. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahaan harta dan penghasilan.
c. Warisan belum terbagi dalam kedudukan sebagai subjek pajak sudah selesai dibagi.
d. Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
e. Bentuk usaha tetap yang karena suatu hal kehilangan statusnya sebagai Bentuk Usaha
tetap.
3
f. Wajib Pajak Orang Pribadi lainnya selain yang dimaksudkan pada a dan b yang tidak
memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai Wajib Pajak.
4
tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur
Jendral Pajak. KUP : Pasal 3 ayat (1)
5
a) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
b) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) Adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan sebelumnya.
c) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) Adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar
daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
d) Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) Adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak.
e) Surat Tagihan Pajak (STP) Adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan dalam
hal
1) Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
2) Dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat
salah tulis dan atau salah hitung.
3) WP dikenakan sanksi administrasi denda dan/atau bunga.
4) Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undangundang PPN, tetapi
tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak; - Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak tetapi membuat Faktur Pajak.
5) Pengusaha Kena Pajak tidak membuat Faktur Pajak atau membuat Faktur
Pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya Faktur
Pajak. Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan
surat ketetapan pajak, sehingga dalam hal penagihannya dapat dilakukan
dengan Surat Paksa.
6) Pengusaha Kena Pajak melaporkan Faktur Pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak dikeani sanksi.
7) Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian pajak masukan diwajibkan membayar kembali.
6
Pajak tidak membayar pajak terutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan
dalam Surat Tagihan Pajak(STP), atau Surat Ketetapan Pajak (skp), Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, maka DJP dapat melakukan
tindakan penagihan. Proses penagihan dimulai dengan Surat Teguran dan dilanjutkan dengan
Surat Paksa. Dalam hal WP tetap tidak membayar tagihan pajaknya maka dapat dilakukan
penyitaan dan pelelangan atas harta WP yang disita tersebut untuk melunasi pajak. Adapun
jangka waktu proses penagihan sebagai berikut:
1) Surat Teguran diterbitkan apabila dalam jangka 7 (tujuh) hari dari jatuh tempo
pembayaran Wajib Pajak tidak membayar hutang pajaknya.
2) Surat Paksa diterbitkan dalam jangka 21 (dua puluh satu) hari setelah Surat Teguran
apabila Wajib Pajak tetap belum melunasi hutang pajaknya.
3) Sita dilakukan dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa disampaikan.
4) Lelang dilakukan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang.
Sedangkan pengumuman lelang dilakukan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah
penyitaan. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat melakukan pencegahan dan
penyanderaan terhadap Wajib Pajak/penanggung pajak yang tidak kooperatifdalam
membayar hutang pajaknya.
7
2. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan WP dan disertai alasan-alasan yang
jelas.
3. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun/masa pajak. Pengajuan
keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan
pajak dan keberatan yang tidak memenuhi syarat, dianggap bukan Surat Keberatan,
sehingga tidak diproses.
8
tersangkanya. Penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan hanya dapat dilakukan oleh
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Direktoral Jendral Pajak yang diberi
wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana dibidang perpajakan.
Tindak pidana dibidang perpajakan dapat berupa kealpaan atau kesengajaan yang
dilakukan oleh wajib pajak. Kealpaan adalah Wajik Pajak Alpa tidak menyampaiakn SPT
atau menyampaiakn SPT tetapi isinya tidak benar atatu tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
Negara. Kealpaan dapat diartikan tidak sengaja lalai tidak hati-hati atau kurang menindahkan
kewajibanya Kriteria kesengajaan adalah :
1. Tidak mendaftarkan diri atau penyalahgunaan NPWP atau NPPKP
2. Tidak menyampaikan SPT
3. Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap
4. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan.
5. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen lain yang palsu
6. Tidak menyelenggaraka pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan atau tidak
meminjamkan buku catatan atau dokumen lainya
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana administrasi perpajakan yang dipergunkan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Setiap Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak
Badan, wajib mendaftarkan pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib Pajak untuk di catat sebagai Wajib Pajak
dan sekaligus kepadanya diberikan NPWP.
Wajib Pajak yang telah terdaftar yaitu Wajib Pajak yang telah terdaftar dalam tata usaha
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan telah diberikan NPWP yang terdiri dari 15 digit : yaitu 9
digit pertama merupakan kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan kode
administrasi pajak. Kartu NPWP ini diterbitkan oleh KPP.
Masalah kewajiban mendaftarkan diri diawali dari dasar Pasal 2 UU No. 28 Tahun2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang menyatakan bahwa “ Setiap
Wajib Pajak wajib mendaftar diri pada Kantor Direktoral Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya
diberikan NPWP”.
Kewajiban mendaftarkan diri juga diberlakukan terhadap wanita kawin yang dikenakan
pajak terpisah dari suami karena hidup terpisah berdasarkan putusan hakim atau kehendak
sendiri secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. Terhadap
Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dikenakan sanksi
sesuai perundang-undangan perpajakan.
Pasal 1 angka 11 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang
oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak,
objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pengaturan SPT tersebut selanjutnya dimuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80
Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan kewajiban Perpajakan berdasarkan
Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
10
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 dan aturan pelaksanaan pada tingkat dibawahnya seperti peraturan menteri keuangan.
Kepada Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam UU
sehubungan dengan SPT dikenakan sanksi administrasi dan atau sanksi pidana.
3.2 Saran
Setelah mempelajari makalah ini hendaklah kita sadar akan kewajiban kita untuk
membayar pajak, agar pembangunan di segala sektor yang ada di Negara kita ini dapat
berjalan dengan lancar sehingga bisa dinikmati oleh seluruh masayarakat Indonesia.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://kumpulbarenglhd.wordpress.com/2015/01/12/tata-cara-pendaftaran-untuk-
memperoleh-npwp/
http://ymayowan.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/KELOMPOK-2-KELAS-D-PERPAJAKAN-
2015-makalah.pdf
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:LGSHYqMnjSEJ:www.irman-
firmansyah.com/2015/05/ketentuan-umum-dan-tata-cara-
perpajakan.html+&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id
www.irman-firmansyah.com/2015/05/ketentuan-umum-dan-tata-cara-perpajakan.html
http://makalahkuliahstai.blogspot.co.id/2016/04/ketentuan-umum-dan-tata-cara-
perpajakan.html?m=1
12