Вы находитесь на странице: 1из 15

KETENTUAN UMUM DAN TATA

CARA PERPAJAKAN

Dosen Pengampu:

Sondang Aida Silalahi S.Pd M.Si

DISUSUN OLEH KELOMPOK I :

MAHDALENA SIRINGORINGO (7163342021)

AYU ANGELINA PASARIBU (7163342005)

MOONSEN SARAGI (716334202)

ALFIAN SIAHAAN (7162342001)

EKO PUSPITO (716334200)

PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya, meskipun masih ada kekurangan. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan. Dalam makalah ini menjelaskan tentang
ketentuan serta tata cara pemungutan pajak.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membantu dalam memahami ketentuan
serta tata cara dalam pemungutan pajak supaya tidak terjadi kesalahan dalam pemungutan
pajak. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran
dan kritikan sangat kami harapkan untuk ppenyusunan makalah yang lebih baik untuk
selanjutnya.

Medan, September 2017

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Dan Manfaat......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
2.1 Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan .................................................................. 2
2.2 Nomor Pokok Wajib Pajak ............................................................................................... 2
2.3 Surat Pemberitahuan ........................................................................................................ 4
2.4 Surat Ketetapan Pajak (SKP) ........................................................................................... 5
2.5 Penagihan Pajak ............................................................................................................... 6
2.6 Keberatan Dan Banding ................................................................................................... 7
2.7 Pemeriksaan Pemenuhan Kewajiban Pajak...................................................................... 8
2.8 Penyidikan Dan Pemberian Sanksi .................................................................................. 8
2.9 Sanksi Perpajakan ............................................................................................................ 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 10
3.2 Saran ............................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pajak adalah istilah yang tidak asing lagi bagi kita, peranannyapun dalam
pengembangan suatu Negara juga sangat besar. Karena itu, di Indonesia banyak Undang-
Undang maupun peraturan perundang-undangan yang menjelaskan tentang pajak. Dari
periode ke periode peraturan tentang pajak selalu mengalami perubahan, begitupun di
Indonesia. Sehingga muncullah istilah-istilah baru tentang perpajakan yang harus diketahui
oleh orang banyak. Selain itu perlu disadari juga bahwa sebagian besar penduduk indonesia
yang belum mempunyai NPWP, padahal NPWP tersebut sangat penting bagi pembangunan
Negara. Maka dari itu kami membuat makalah ini guna memberi tahu pembaca tentang
NPWP dan menumbuhkan kesadaran pembaca untuk membayar pajak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana ketentuan dan tata cara umum perpajakan?


2. Bagaimana cara memperoleh NPWP?
3. Apakah yang dimaksud dengan surat pemberitahuan?
4. Apakah yang dimaksud dengan SKP?
5. Apakah yang dimaksud dengan surat pemberitahuan?
6. Apakah yang dimaksud dengan keberatan banding pajak?
7. Bagaimana pemeriksaan pemenuhan pajak?

1.3 Tujuan Dan Manfaat


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk memahami ketentuan umum dan tata cara perpajakan
2. Untuk mengetahui nomor pokok wajib pajak
3. Untuk mengerti surat pemberitahuan dan surat ketetapan pejak (SKP)
Dari makalah yang kami buat, bermaksud agar pembaca dapat :
1. Mengerti ketentuan umum dan tatacara perpajakan
2. Mengetahui nomor wajib pajak
3. Memahami surat pemberitahuan dan surat ketetapan pajak (SKP)

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan
Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang “Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan” adalah UU No. 6 tahun 1983, sebagaimana telah diubah dengan
UU No. 9 tahun 1994, dengan UU No. 16 tahun 2000, terakhir dengan UU No. 28 tahun
2007. Undang-undang tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” dilandasi
falsafah Pancasila dan UUD 1945. UU No. 28 tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan
kewajiban Wajib Pajak, wewenang dan kewajiban aparat pemungut pajak, serta sanksi
perpajakan.
Sistem perpajakan yang dianut di Indonesia adalah self assesment, yaitu Wajib Pajak
diberikan kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung pajak yang terutang,
menyetornya, serta melaporkan penghitungan dan penyetoran pajak tersebut, sedangkan
fungsi Direktorat Jenderal pajak adalah melakukan pengawasan atas sistem self assesment
tersebut agar Wajib Pajak melaksanakannya sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan. Penghitungan pajak yang terutang diatur dalam undang-undang material
perpajakan sebagaimana tersebut dalam UU PPh dan UU PPN. Sementara itu pendaftaran,
penyetoran, dan pelaporan pajak, serta wewenang Direktorat Jenderal pajak diatur dalam
undang-undang formal perpajakan sebagaimana tercantum dalam UU No. 6 Tahun 1983
sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (selanjutnya disebut UU KUP), yang mengatur tentang hak dan
kewajiban Wajib Pajak serta wewenang Direktorat Jenderal Pajak, termasuk sanksi
perpajakan apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan

2.2 Nomor Pokok Wajib Pajak


1. Pengertian dan Fungsi NPWP

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana administrasi perpajakan yang dipergunkan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu, kepada
setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu NPWP dan NPWP tersebut berfungsi :
- Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.

2
- Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran dan dalam pengawasan administrasi
perpajakan.
2. Cara Memperoleh NPWP
Setiap Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak
Badan, wajib mendaftarkan pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib Pajak untuk di catat sebagai Wajib Pajak
dan sekaligus kepadanya diberikan NPWP.
Wajib Pajak yang telah terdaftar yaitu Wajib Pajak yang telah terdaftar dalam tata usaha
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan telah diberikan NPWP yang terdiri dari 15 digit : yaitu 9
digit pertama merupakan kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan kode
administrasi pajak. Kartu NPWP ini diterbitkan oleh KPP.
3. Kewajiban Mendaftarkan Diri dan Pelaporan Kegiatan Usaha
Masalah kewajiban mendaftarkan diri diawali dari dasar Pasal 2 UU No. 28 Tahun2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang menyatakan bahwa “ Setiap
Wajib Pajak wajib mendaftar diri pada Kantor Direktoral Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya
diberikan NPWP”.
Kewajiban mendaftarkan diri juga diberlakukan terhadap wanita kawin yang dikenakan
pajak terpisah dari suami karena hidup terpisah berdasarkan putusan hakim atau kehendak
sendiri secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. Terhadap
Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dikenakan sanksi
sesuai perundang-undangan perpajakan.
4. Penghapusan NPWP
NPWP dapat dihapus tetapi dengan penghapusan NPWP ini tidak berarti menghilangkan
kewajiban perpajakan yang harus dilakukan.
Penghapusan NPWP dilakukan karena dalam hal sebagai berikut :
a. Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan.
b. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahaan harta dan penghasilan.
c. Warisan belum terbagi dalam kedudukan sebagai subjek pajak sudah selesai dibagi.
d. Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
e. Bentuk usaha tetap yang karena suatu hal kehilangan statusnya sebagai Bentuk Usaha
tetap.

3
f. Wajib Pajak Orang Pribadi lainnya selain yang dimaksudkan pada a dan b yang tidak
memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai Wajib Pajak.

2.3 Surat Pemberitahuan


Surat Pemberitahuan yaitu surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau
harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
KUP:pasal 1, angka 11.
Fungsi Surat Pemberitahuan antara lain yaitu :
1. Fungsi SPT bagi wajib pajak PPh:
 Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan
jumlah pajak yang sebenarnya terutang.
 Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilakukan
sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pajak lain dalam satu
tahun pajak.
 Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilakukan
sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pajak lain dalam satu
tahun pajak.
2. Fungsi SPT bagi pemotong atau pemungut pajak Sebagai sarana untuk malaporkan dan
mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.
3. Fungsi surat pemberitahuan bagi pengusaha kena pajak.
 Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan
jumlah PPN dan PPn-BM yang seharusnya terutang.
 Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa
Pajak yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku.
 Untuk melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran.
Kewajiban terhadap surat pemberitahuan yaitu :
1. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas,
dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jendral Pajak

4
tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur
Jendral Pajak. KUP : Pasal 3 ayat (1)

2. Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah :


 Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat
atas Masa Pajak ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan batas waktu tidak
melewati 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau Masa Pajak
berakhir.
 Batas waktu pembayaran untuk kekurangan pembayaran pajak berdasarkan
SPT Tahunan paling lambat sebelum SPT disampaikan.
 Jangka waktu pelunasan surat ketetapan pajak untuk Wajib Pajak usaha kecil
dan Wajib Pajak di daerah tertentu paling lama 2 bulan.
3. Sanksi Keterlambatan Pembayaran Pajak. Atas keterlambatan pembayaran pajak,
dikenakan sanksi denda administrasi bunga 2% (dua persen) sebulan dari pajak terutang
dihitung dari jatuh tempo pembayaran. Wajib Pajak yang alpa tidak menyampaikan SPT atau
menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan dapat merugikan negara
yang dilakukan pertama kali tidak dikenai sanksi pidana tetapi dikenai sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 200% dari pajak yang kurang dibayar.

2.4 Surat Ketetapan Pajak (SKP)


Penerbitan suatu Surat Ketetapan Pajak (skp) hanya terbatas kepada WP tertentu yang
disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data fiskal
yang tidak dilaporkan oleh WP.
Fungsi Surat Ketetapan Pajak Surat ketetapan pajak berfungsi sebagai:
a) Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang nyata-nyata atau
berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban materiil
dalam memenuhi ketentuan perpajakan.
b) Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.
c) Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
d) Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar.
e) Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.
Jenis-Jenis Ketetapan Pajak yaitu :

5
a) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
b) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) Adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan sebelumnya.
c) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) Adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar
daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
d) Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) Adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak.
e) Surat Tagihan Pajak (STP) Adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan dalam
hal
1) Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
2) Dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat
salah tulis dan atau salah hitung.
3) WP dikenakan sanksi administrasi denda dan/atau bunga.
4) Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undangundang PPN, tetapi
tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak; - Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak tetapi membuat Faktur Pajak.
5) Pengusaha Kena Pajak tidak membuat Faktur Pajak atau membuat Faktur
Pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya Faktur
Pajak. Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan
surat ketetapan pajak, sehingga dalam hal penagihannya dapat dilakukan
dengan Surat Paksa.
6) Pengusaha Kena Pajak melaporkan Faktur Pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak dikeani sanksi.
7) Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian pajak masukan diwajibkan membayar kembali.

2.5 Penagihan Pajak


Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban membayar pajaknya, Direktorat
Jenderal Pajak akan melakukan penagihan pajak. Tindakan ini dilakukan Apabila Wajib

6
Pajak tidak membayar pajak terutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan
dalam Surat Tagihan Pajak(STP), atau Surat Ketetapan Pajak (skp), Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, maka DJP dapat melakukan
tindakan penagihan. Proses penagihan dimulai dengan Surat Teguran dan dilanjutkan dengan
Surat Paksa. Dalam hal WP tetap tidak membayar tagihan pajaknya maka dapat dilakukan
penyitaan dan pelelangan atas harta WP yang disita tersebut untuk melunasi pajak. Adapun
jangka waktu proses penagihan sebagai berikut:
1) Surat Teguran diterbitkan apabila dalam jangka 7 (tujuh) hari dari jatuh tempo
pembayaran Wajib Pajak tidak membayar hutang pajaknya.
2) Surat Paksa diterbitkan dalam jangka 21 (dua puluh satu) hari setelah Surat Teguran
apabila Wajib Pajak tetap belum melunasi hutang pajaknya.
3) Sita dilakukan dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa disampaikan.
4) Lelang dilakukan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang.
Sedangkan pengumuman lelang dilakukan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah
penyitaan. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat melakukan pencegahan dan
penyanderaan terhadap Wajib Pajak/penanggung pajak yang tidak kooperatifdalam
membayar hutang pajaknya.

2.6 Keberatan Dan Banding


Keberatan yaitu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan kemungkinan terjadi bahwa Wajib Pajak (WP) merasa kurang/tidak puas atas
suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan/ pemungutan oleh
pihak ketiga. Dalam hal ini WP dapat mengajukan keberatan.
1) Hal-hal yang Dapat Diajukan Keberatan
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan atas:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB);
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
e. Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga.
2) Ketentuan Pengajuan Keberatan
Keberatan diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di tempat WP terdaftar,
dengan syarat:
1. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.

7
2. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan WP dan disertai alasan-alasan yang
jelas.
3. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun/masa pajak. Pengajuan
keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan
pajak dan keberatan yang tidak memenuhi syarat, dianggap bukan Surat Keberatan,
sehingga tidak diproses.

2.7 Pemeriksaan Pemenuhan Kewajiban Pajak


Direktorat pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajaan wajib Pajak dan ujuan antara lain:
1. Pemberian nomr Pokok Wajib Pajak
2. Penghapusan nomr Pokok Wajib Pajak
3. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
4. Wajib pajak mengajukan keberatan
5. Pengumpulan bahan guna penyususnan Norma Penghitungan Penghaskan Netto
6. Pencocokan data atau alat ketetrangan
7. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
8. Pemenuhan permintaan informasi dari Negara mitra perjanjian penghindaran pajak
Berganda
Berdasarkan ruang lingkupnya jenis-jenis pemeriksaan sebagaimana disebutkan di
atas dapat dibedakan menjadi pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor. Pemeriksaan
Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang
menjadi 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat
panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil
Pemeriksaan. Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat)
bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak
tanggal Surat perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

2.8 Penyidikan Dan Pemberian Sanksi


Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik untuk Mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti
imembuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan

8
tersangkanya. Penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan hanya dapat dilakukan oleh
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Direktoral Jendral Pajak yang diberi
wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana dibidang perpajakan.
Tindak pidana dibidang perpajakan dapat berupa kealpaan atau kesengajaan yang
dilakukan oleh wajib pajak. Kealpaan adalah Wajik Pajak Alpa tidak menyampaiakn SPT
atau menyampaiakn SPT tetapi isinya tidak benar atatu tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
Negara. Kealpaan dapat diartikan tidak sengaja lalai tidak hati-hati atau kurang menindahkan
kewajibanya Kriteria kesengajaan adalah :
1. Tidak mendaftarkan diri atau penyalahgunaan NPWP atau NPPKP
2. Tidak menyampaikan SPT
3. Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap
4. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan.
5. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen lain yang palsu
6. Tidak menyelenggaraka pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan atau tidak
meminjamkan buku catatan atau dokumen lainya

2.9 Sanksi Perpajakan


Dikenal 2 macam sanksi :
1. Sanksi Administrasi : Pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa
bunga dan kenaikan. Seperti Bunga 2% per tahun, Denda administrasi dsb.
2. Sanksi Pidana : Siksaan/Penderitaan merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum
yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi. Seperti denda pidana,
kurungan, dan penjara. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Pajak, maka akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat
mengakibatkan pajak terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil.
Berdasarkan pemeriksaan, jenis-jenis ketetapan yag dikeluarkan adalah: Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat
Ketetapan Pajak Nihil (SKPN Sanksi administrasi sehubungan dengan surat
ketetapan pajak dan surat taguhan pajak berdasrakan UU No 28 tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan.

9
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana administrasi perpajakan yang dipergunkan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Setiap Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak
Badan, wajib mendaftarkan pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib Pajak untuk di catat sebagai Wajib Pajak
dan sekaligus kepadanya diberikan NPWP.
Wajib Pajak yang telah terdaftar yaitu Wajib Pajak yang telah terdaftar dalam tata usaha
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan telah diberikan NPWP yang terdiri dari 15 digit : yaitu 9
digit pertama merupakan kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan kode
administrasi pajak. Kartu NPWP ini diterbitkan oleh KPP.
Masalah kewajiban mendaftarkan diri diawali dari dasar Pasal 2 UU No. 28 Tahun2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang menyatakan bahwa “ Setiap
Wajib Pajak wajib mendaftar diri pada Kantor Direktoral Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya
diberikan NPWP”.
Kewajiban mendaftarkan diri juga diberlakukan terhadap wanita kawin yang dikenakan
pajak terpisah dari suami karena hidup terpisah berdasarkan putusan hakim atau kehendak
sendiri secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. Terhadap
Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dikenakan sanksi
sesuai perundang-undangan perpajakan.
Pasal 1 angka 11 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang
oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak,
objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pengaturan SPT tersebut selanjutnya dimuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80
Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan kewajiban Perpajakan berdasarkan
Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

10
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 dan aturan pelaksanaan pada tingkat dibawahnya seperti peraturan menteri keuangan.
Kepada Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam UU
sehubungan dengan SPT dikenakan sanksi administrasi dan atau sanksi pidana.

3.2 Saran
Setelah mempelajari makalah ini hendaklah kita sadar akan kewajiban kita untuk
membayar pajak, agar pembangunan di segala sektor yang ada di Negara kita ini dapat
berjalan dengan lancar sehingga bisa dinikmati oleh seluruh masayarakat Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA
https://kumpulbarenglhd.wordpress.com/2015/01/12/tata-cara-pendaftaran-untuk-
memperoleh-npwp/
http://ymayowan.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/KELOMPOK-2-KELAS-D-PERPAJAKAN-
2015-makalah.pdf
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:LGSHYqMnjSEJ:www.irman-
firmansyah.com/2015/05/ketentuan-umum-dan-tata-cara-
perpajakan.html+&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id
www.irman-firmansyah.com/2015/05/ketentuan-umum-dan-tata-cara-perpajakan.html
http://makalahkuliahstai.blogspot.co.id/2016/04/ketentuan-umum-dan-tata-cara-
perpajakan.html?m=1

12

Вам также может понравиться