Вы находитесь на странице: 1из 9

1.

Klasifikasi fraktur
a. Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa

b. Kerusakan pada Jaringan Periodontal

c. Kerusakan pada Jaringan Tulang Pendukung

d. Kerusakan pada Gusi atau Jaringan Lunak Rongga Mulut

2. Pemeriksaan Ekstra Oral


Pemeriksaan ekstra maupun intra oral diperoleh melalui pemeriksaan obyektif maupun
pemeriksaan subyektif. Pemeriksaan obyektif adalah gabungan informasi obyektif
pasien yang dapat diperoleh dengan melihat atau memeriksa keadaan pasien secara
langsung. Sedangkan pemeriksaan subyektif contohnya adalah riwayat kesehatan
pasien atau bisa disebut pemeriksaan yang berdasarkan hasil anamnesa dari pasien.
Pemeriksaan ekstra oral dan intra oral pada dasarnya dilakukan denga cara yang relatif
sama yaitu dengan cara inspeksi, palpasi ataupun perkusi. Pemeriksaan ekstra
oral adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan melihat dan memeriksa keadaan
tubuh pasien secara umum, meliputi mata, leher (kelenjar tiroid), jari, kuku, telapak
tangan. kulit wajah, distribusi rambut, profil wajah, kesimetrisan wajah, kontur kepala,
sendi temporomandibular dan kesehatan umum pasien.
Pemeriksaan ekstra oral dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah
dengan cara inspeksi.
a. Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat menggunakan indra pengelihatan
untuk memperhatikan keadaan tubuh pasien secara umum dan mengamati
kemungkinan adanya kelainan pada pasien. Inspeksi yang dilakukan dengan cara
melihat ukuran, bentuk, warna, hubungan anatomi, integritas jaringan, derajat
keratinisasi, dan kesimetrisan bilateral dari setiap bagian atau organ tubuh yang
diamati.
b. Cara pemeriksaan ekstra oral selanjutnya adalah palpasi. Palpasi adalah
pemeriksaan yang dilakukan dengan indra peraba untuk merasakan kontur dari
jaringan atau organ tubuh yang diperiksa dan merasakan adanya pembesaran atau
kelainan yang kemungkinan dapat terjadi. Pada pemeriksaan palpasi yang
dapat diperiksa adalah meraba konsistensi, pergerakan massa, perbandingan
bilateral dan identifikasi anatomi pada organ tubuh yang sedang diperiksa. Palpasi
yang dapat dilakukan diantaranya pada pemeriksaan limfonodi. Pada pemeriksaan
limfonodi dilakukan pemeriksaan untuk melihat ukuran, bentuk, mobilitas,
jumlah dan konsistensi dari limfonodi tersebut. Pemeriksaan limfonodi dilakukan
dengan cara meraba beberapa titik-titik adanya limfonodi dengan menekankan jari
pada area tersebut dan jari ditekan dengan sedikit diputar. Titik adanya limfonodi
tersebut contohnya pada area submandibula untuk memeriksa limfonodi
submandibula, area parotis untuk memeriksa limfonodi parotid, area submental
untuk memeriksa limfonodi submental danlain sebagainya.
c. Pemeriksaan ekstra oral selanjutnya adalah dengan melakukan palpasi pada bibir.
Bibir dipalpasi pada area vermilion dan juga area perbatasan vermilion zone dengan
kulit. Palpasi pada bibir tersebut dilakukan untuk melihat adanya batas antara
vermilion dengan kulit dan ada atau tidaknya keratinisasi pada bibir. Kemudian
berlanjut pemeriksaan pada mata, melalui inspeksi mata dapat dilihat ada atau
tidaknya kelainan yang terjadi, contohnya seperti terjadinya proptosis pada mata.
Kemudian diperiksan juga pada bagian leher, melihat ada atau tidaknya pembesaran
pada bagian leher. Apabila pada pemeriksaan ditemukan
3. 3 proptosis pada mata dan ada pembesaran pada bagian leher yaitu pembesaran kelenjar
tiroid maka pasien dapat diperkirakan mengidap penyakit tertentu yaitu goiter.
d. ekstra oral selanjutnya adalah pemeriksaan dengan palpasi pada sendi
temporomandibular. Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan tangan
pemeriksa pada daerah persendian kemudian pasien membuka dan menutup mulut
serta melakukan beberapa gerakan seperti pasien oklusi dan rahang digerakan ke
kanan atau ke kiri. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk melihat pergerakan sendi
dari pasien dan melihat ada atau tidaknya kelainan yang terjadi seperti suara yang
timbul pada persendian karena adanya gesekan atau gerakan yang salah pada sendi.

charmelita clara siahaan,. pemeriksaan ekstra oral dan intra oral. universitas jenderal
soedirmanfakultas kedokteran dan ilmu-ilmu kesehatan jurusan kedokteran gigi 2012.
2. Pemeriksaan fraktur mandibula dan maksila
a. Mandibula
Pada penderita trauma dengan fraktur mandibula harus diperhatikan adanya
kemungkinan obstruksi jalan nafas yang bisa diakibatkan karena fraktur mandibula
itu sendiri ataupun akibat perdarahan intraoral yang menyebabkan aspirasi darah.4
Setelah dilakukan primary survey dan kondisi penderita stabil, dapat dilanjutkan
dengan pemeriksaan secondary survey meliputi: 1. Anamnesis, pada anamnesis
keluhan subyektif berkaitan dengan fraktur mandibula dicurigai dari adanya nyeri,
pembengkakan oklusi abnormal, mati rasa pada distribusi saraf mentalis,
pembengkakan, memar, perdarahan dari soket gigi, gigi yang fraktur atau tanggal,
trismus, ketidakmampuan mengunyah. Selain itu keluhan biasanya disertai riwayat
trauma seperti kecelakaan lalu lintas, kekerasan, terjatuh, kecelakaan olah raga
ataupun riwayat penyakit patologis. 2. Pemeriksaan klinis meliputi; A. pemeriksaan
klinis pasien secara umum: pada umumnya trauma maksilofasial dapat diketahui
keberadaannya pada 12 pemeriksaan awal atau primary survey atau pemeriksaan
sekunder atau secondary survey. 4 Pemeriksaan saluran nafas merupakan suatu hal
penting karena trauma dapat saja menyebabkan gangguan jalan nafas. Penyumbatan
dapat disebabkan oleh lidah terjatuhnya lidah ke arah belakang, dapat pula oleh
tertutupnya saluran nafas akibat adanya lendir, darah, muntahan dan benda asing.
B. pemeriksaan lokal fraktur mandibula, antara; a. pemeriksaan klinis ekstraoral,
tampak diatas tempat terjadinya fraktur biasanya terjadi ekimosis dan
pembengkakan. Sering pula terjadi laserasi jaringan lunak dan bisa terlihat jelas
deformasi dari kontur mandibula yang bertulang. Jika terjadi perpindahan tempat
dari fragmen-fragmen pasien tidak bisa menutup geligi anterior dan mulut
menggantung kendur dan terbuka. Pasien sering kelihatan menyangga rahang
bawah dengan tangan. Dapat pula air ludah bercampur darah menetes dari sudut
mulut pasien. Palpasi lembut dengan ujung-ujung jari dilakukan terhadap daerah
kondilus pada kedua sisi, kemudian diteruskan kesepanjang perbatasan bawah
mandibula. Bagian-bagian melunak harus ditemukan pada daerah-daerah fraktur,
demikian pula terjadnya perubahan kontur dan krepitasi tulang. b. pemeriksaan
klinis intraoral, setiap serpihan gigi yang patah harus dikeluarkan dari mulut. Sulkus
bukal diperiksa adanya ekimosis dan kemudian sulkus lingual. Hematoma didalam
sulkus lingual akibat trauma rahang bawah hampir selalu patognomonik fraktur
mandibular.
Robert E. Lincoln. Pratical Diagnosis and Management of Mandibular and
Dentoalveolar Fracture in Facial Plastic, Reconstructive and Trauma Surgery. 2004.
P.597-627
b. Maksila
Diagnosis Pemeriksaan klinis selalu diperlukan, serta pemeriksaan computed
tomography (CT) scan. Saat evaluasi klinis menunjukkan adanya fraktur, penting
juga untuk melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan fungsi.7 1.
Pemeriksaan penglihatan Pemeriksaan yang teliti dan terarah pada orbita sebaiknya
dilakukan pada pasien mengalami trauma pada maksilofasial.6 Penting juga untuk
memeriksa pergerakan bola mata sebagai petunjuk adanya otot ekstraokular yang
terperangkap (dan/atau trauma saraf).7 2. Pemeriksaan nervus kranial Nervus
kranial sebaiknya diperiksa, termasuk fungsi nervus yang mempengaruhi mata
(nervus kranial II,III,IV dan VI), nervus trigeminal pada semua bagian dan terutama
fungsi nervus wajah, tidak hanya untuk dokumentasi tetapi juga untuk
kemungkinan dekompresi nervus jika diperlukan.7,12 3. Palpasi bimanual Fraktur
Le Fort biasanya dievaluasi dengan memeriksa pergerakan relatif dari os maksila
dengan kranium. Arkus maksila anterior dipegang dan digoyang, dengan tangan
yang lain di dahi. Jika ada pergerakan relatif arkus maksila dan maksila terhadap os
frontal, fraktur Le Fort dapat dicurigai. Level pergerakan mungkin sulit dideteksi,
tetapi CT scan akan memperkirakannya.7 4. Radiografi Radiografi konvensional
kurang ideal. Radiografi konvensional secara frekuen gagal untuk memberikan
informasi yang detail mengenai sifat dan luas fraktur dasar tengkorak, trauma
dinding orbita, fraktur pterigoid plate, fraktur sagital maksila dan prosesus condylar
mandibular. CT scan adalah investigasi diagnostik utama dengan multiplanar dan
rekonstruksi 3D. 13 CT scan memberikan manfaat untuk evaluasi tulang dan
memberikan informasi detail tentang alur fraktur. CT scan juga memberikan
informasi tentang jaringan lunak termasuk perluasan edema, adanya benda asing,
hematom retrobulbar dan terjepitnya otot ekstraokular.
Dewi Yuri Lestari, Al Hafiz2, Effy Huriyati,. 2018. Diagnosis dan Penatalaksanaan
Fraktur Le Fort I-II disertai Fraktur Palatoalveolar Sederhana. Fk Unand

3. Pemeriksaan fraktur dental


Pemeriksaan pasien yang mengalami fraktur terdiri dari pemeriksaan darurat dan
pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan darurat meliputi keadaan umum dan keadaan klinis.
Pemeriksaan keadaan umum meliputi identitas, riwayat kasus, dan riwayat medis.
Identitas meliputi nama, umut alamat dan jenis kelamin. Pada pemeriksaan riwayat
kasus dicaraf adanya keluhan atau gejala sakit spontan pada gigi selama mengunyah,
rasa sensitif terhadap tekanan atau perkusi, dan adanya mobilitas gigj geligi.
Dilanjurkan dengan penanlaan mengenai terjadinya cedera, sebab, bagaimana, dan di
mana terjadinya trauma.
Untuk riwayat medis dilakukan pencatatan mengenai riwayat kesehatan umum yang
relevan seperti pasien pemah dirawat sebelumnya, apakah ada alergi terhadap obat-
obatan, status imunisasi anti toksoid serum (ATS), apakah anak menderita kelainan
danh, jantung, dan Iain-lain.
Pemeriksaan klinis dilakukan setelah daerah yang telah terkena trauma dibersihkan
dengan air hangat dengan hati-hati. Kemudian dicatat tipe, perluasan fraktur, perubahan
letak gigi. luka, perdarahan, dan pembengkakan. Kemudian dilakukan palpasi perlahan
di jaringan sekeliling gigi untuk melihat kegoyangan.
Pemeriksaan vitalitas gigi pada saat segera setelah terjadi trauma tidak dianjurkan,
karena keadaan ini akan menambah beban pulpa dan pulpa yang baru mengalami tuma
biasanya dalam keadaan syok sehingga tes vitalitas menjadi tidak akurat.
Pemeriksaan lanjutan meliputi pemeriksaan kembali klinis lengkap yang terdiri dari
pemerikaan ekstra oral dan intra oral, serta dilakukan pemeriksaan radiologis. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan gigi, bentuk pulpa,
perluasan fraktur serta adanya fraktur akar, fraktur tulang alveolar, adanya benda asing
dalam jaringan dan kelainan-kelainan lain di oaeran tersebut. Selain itu pemeriksaan
radiologis berguna untuk menentukan diagnosis yang akan dibandingkan dengan
pemeriksaan pada saat kontrol yang akan datang. Dengan pemeriksaan yang teliti dan
lengkap akan diperoleh diagnosis yang lengkap sesuai dengan klasifikasi kerusakan
gigi akibat trauma sehingga dapat direncanakan perawaran secara lengkap dan tepat.

marisa edyans, hreriandi sutadi., 2006. Perawatan Fraktur Ellis kelas II akibat trauma pada gigi
insisif sentral atas permanen anak laki.laki usia 9 tahun. Departemen ilmu kesehatan gigi anak
fakultas kedokteran gigi universitas lndonesia

4. Perubahan warna gigi akibat bakteri dan fraktur


Mekanisme perubahan warna gigi akibat pulpa nekrosis adalah sebagai
berikut pembuluh darah kapiler dalam kamar pulpa rusak sehingga terjadi hemolisis sel
darah merah. Produk degradasi darah seperti haemosiderin, haemin, haematin &
haematoidin melepaskan sel besi (Fe) . Fe ini kemudian bersenyawa dengan Hidrogen
Sulfida yang dihasilkan bakteri membentuk Black Ferric Sulphide yang
berwarna hitam dan berprenetasi ke dalam tubulus dentin, terperangkap dalam
tanduk pulpa sehingga memberikan warna abu-abu pada gigi yang nekrotik.
Kumala sari,. 2011. Perawatan bleaching intrakorona, perbaikan kontur dan restorasi
resin komposit pada gigi yang mengalami perubahan warna akibat trauma

5. Golden period avulsi


Kunci keberhasilan reimplantasi terletak pada vitalitas selsel ligamentum periodontal,
serta dua faktor penting yaitu tingkat kerusakan ligamentum periodontal akibat trauma,
dan lamanya gigi avulsi di luar mulut. Waktu di luar mulut sebaiknya tidak melebihi 60
menit. dapat dipastikan periodontal ligamennya sudah mati sehingga komplikasinya
dapat terjadi rsorbsi akar yang bersifat progresif
Fonny Dahong,. 2012. Reimplantation of avulsed teeth. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin Makassar. Dentofasial, Vol.11, No.2, Juni 2012:115-118

6. Kapan PSA EO dan IO

Riyanti, Erieska., Sp.KGA. 2007. penatalaksanaan Trauma Gigi Pada Anak.


Universitas Padjajaran

7. Penanganan PSA dengan akar terbuka dan tertutup


Avulsi dengan apeks tertutup
a. Gigi sudah direplantasi sebelum datang ke klinik
(1) Bersihkan area dengan semprotan air, salin, atau klorheksidin. Jangan
mengekstraksi gigi. Jahit jika terdapat laserasi jaringan lunak. Kembalikan gigi
pada posisi normal baik secara klinis maupun radiografi. Gunakan alat
stabilisasi fleksibel selama 2 minggu.
(2) Berikan antibiotik sistemik (Doxycycline 2x per hari selama 7 hari, dosis
disesuaikan dengan usia dan berat badan. Berikan pula profilaksis tetanus.
(3) Inisiasi perawatan kanal akar selama 7-10 hari setelah replantasi dan
sebelum pelepasan alat stabilisasi. Gunakan kalsium hidroksida sebagai
medikasi intra kanal.
(4) Intruksi pada pasien: diet lunak selama 2 minggu dan menggunakan sikat
gigi yang lembut setelah makan.
(5) Berkumur dengan klorheksidin 0,1% 2 kali sehari selama 1 minggu.

b. Gigi direndam dalam media penyimpanan (HBSS, susu, salin, atau saliva).

c. Waktu di luar soket kurang dari 1 jam.


(1) Jika terkontaminasi, bersihkan permukaan akar dan foramen apikal dengan
salin dan simpan gigi dalam salin. Bersihkan koagulum dari soket dengan salin.
(2) Periksa soket alveolar, jika terdapat fraktur pada dindingnya lakukan
reposisi dengan instrumen yang sesuai.
(3) Replantasi gigi perlahan dengan tekanan digital. Jahit jika ada laserasi.
(4) Tempatkan gigi pada posisi normal baik secara klinis maupun radiografi.
Gunakan alat stabilisasi fleksibel selama 2 minggu.
(5) Berikan antibiotik sistemik (Doxycycline 2x per hari selama 7 hari, dosis
disesuaikan dengan usia dan berat badan. Berikan pula profilaksis tetanus.
(6) Inisiasi perawatan kanal akar selama 7-10 hari setelah replantasi dan
sebelum pelepasan alat stabilisasi. Gunakan kalsium hidroksida sebagai
medikasi intra kanal.
(7) Intruksi pada pasien: diet lunak selama 2 minggu dan menggunakan sikat
gigi yang lembut setelah makan.
d. Gigi berada di luar soket lebih dari 1 jam Replantasi yang lambat memiliki
prognosis buruk. Ligamen periodontal akan mengalami nekrosis dan sulit sembuh.
Tujuan pada replantasi yang lambat adalah untuk menyiapkan perkembangan tulang
alveolar agar memfiksasi gigi yang akan direplantasi. Hasil yang biasa terjadi adalah
ankylosis dan resorpsi akar. Ankylosis yang terjadi pada anak usia di bawah 15 tahun
direkomendasikan untuk dekoronasi untuk mempertahankan alveolar ridge, ini juga
dilakukan jika infraposisi mahkota gigi lebih dari 1mm.
Teknik untuk delayed replantation adalah:
(1) Hilangkan jaringan lunak yang nekrotik dengan kain
(2) Perawatan kanal akar dapat dilakukan 7-10 hari setelah replantasi
(3) Hilangkan koagulum dari soket dengan salin. Periksa soket alveolar, jika
terdapat fraktur dinding soket lakukan reposisi dengan instrumen yang sesuai.
(4) Rendam gigi di larutan sodium flouride 2% selama 20 menit.
(5) Replantasi gigi tersebut secara perlahan dengan tekanan digital. Jahit jika
ada laserasi. Pastikan posisi sudah kembali normal secara klinis dan radiografi.
(6) Stabilisasi gigi tersebut dengan alat stabilisasi fleksibel selama 4 minggu
(7) Berikan antibiotik dan profilaksis tetanus
(8) Intruksi pada pasien: diet lunak selama 2 minggu dan menggunakan sikat
gigi yang lembut setelah makan.

Avulsi dengan apeks terbuka


a. Gigi sudah direplantasi sebelum datang ke klinik
(1) Bersihkan area dengan semprotan air, salin, atau klorheksidin. Jangan
mengekstraksi gigi. Jahit jika terdapat laserasi jaringan lunak. Kembalikan gigi
pada posisi normal baik secara klinis maupun radiografi. Gunakan alat
stabilisasi fleksibel selama 2 minggu.
(2) Berikan antibiotik sistemik (Doxycycline 2x per hari selama 7 hari, dosis
disesuaikan dengan usia dan berat badan. Berikan pula profilaksis tetanus. 45
(3) Tujuan replantasi gigi immature pada anak adalah untuk memfasilitasi
revaskularisasi pulpa gigi, jika tidak terjadi maka perawatan saluran akar
menjadi indikasi untuk dilakukan.
(4) Intruksi pada pasien: diet lunak selama 2 minggu dan menggunakan sikat
gigi yang lembut setelah makan.
b. Gigi direndam dalam media penyimpanan (HBSS, susu, salin, atau saliva).

c. Waktu di luar soket kurang dari 1 jam.


(1) Jika terkontaminasi, bersihkan permukaan akar dan foramen apikal dengan
salin. Hilangkan koagulum dari soket dengan salin lalu replantasi gigi tersebut.
Selubungi permukaan akar dengan minocycline hydrocloride micropheres
(ArestinTM, OraPharma Inc.) sebelum replantasi jika bahan tersebut tersedia.
(2) Periksa soket alveolar, jika terdapat fraktur pada dindingnya lakukan
reposisi dengan instrumen yang sesuai.
(3) Replantasi gigi perlahan dengan tekanan digital. Jahit jika ada laserasi.
(4) Tempatkan gigi pada posisi normal baik secara klinis maupun radiografi.
Gunakan alat stabilisasi fleksibel selama 2 minggu.
(5) Berikan antibiotik sistemik (Doxycycline 2x per hari selama 7 hari, dosis
disesuaikan dengan usia dan berat badan. Berikan pula profilaksis tetanus.
(6) Tujuan replantasi gigi immatur pada anak adalah untuk memfasilitasi
revaskularisasi pulpa gigi, jika tidak terjadi maka perawatan saluran akar
menjadi indikasi untuk dilakukan. 46
(7) Intruksi pada pasien: diet lunak selama 2 minggu dan menggunakan sikat
gigi yang lembut setelah makan.
d. Gigi berada di luar soket lebih dari 1 jam Replantasi yang lambat memiliki
prognosis buruk. Ligamen periodontal akan mengalami nekrosis dan sulit sembuh.
Tujuan pada replantasi yang lambat pada gigi immatur adalah memelihara kontur
alveolar ridge. Hasil yang biasa terjadi adalah ankylosis dan resorpsi akar. Perawatan
lanjutan penting dilakukan pada gigi immatur sebagai tindak lanjut dari kasus ankylosis
dan efek ankylosis pada perkembangan alveolar ridge. Hal yang dapat dilakukan adalah
dekoronasi untuk mempertahankan kontur alveolar ridge, ini juga dilakukan jika
infraposisi mahkota gigi lebih dari 1mm.
Teknik untuk delayed replantation adalah:
(1) Hilangkan jaringan lunak yang nekrotik dengan kain
(2) Perawatan kanal akar dapat dilakukan 7-10 hari setelah replantasi
(3) Hilangkan koagulum dari soket dengan salin. Periksa soket alveolar, jika terdapat
fraktur dinding soket lakukan reposisi dengan instrumen yang sesuai.
(4) Rendam gigi dalam larutan sodium flouride 2% selama 20 menit.
(5) Replantasi gigi tersebut secara perlahan dengan tekanan digital. Jahit jika ada
laserasi. Pastikan posisi sudah kembali normal secara klinis dan radiografi.
(6) Stabilisasi gigi tersebut dengan alat stabilisasi fleksibel selama 4 minggu
(7) Berikan antibiotik dan profilaksis tetanus
(8) Intruksi pada pasien: diet lunak selama 2 minggu dan menggunakan sikat gigi yang
lembut setelah makan.
Penanganan avulsi pada gigi dengan apeks yang masih terbuka disarankan untuk
melakukan pemeriksaan foto radiografi 2 minggu sekali untuk mengevaluasi kondisi
pulpa.
International Association Dental Trauma, (Flores, et.al., 2007)
Teknik Replantasi ada 2
1. Replantasi imediat adalah replantasi yang dilakukan segera dalam waktu 1 jam sete-
lah gigi mengalami avulsi
Tahap-tahapnya:
- Gigi diletakkan pada cawan yang berisi salin fisiologik.
- Daerah yang terkena cedera dirontgen guna melihat apakah ada fraktur
alveolus atau tidak.
- Lokasi avulsi diperiksa dengan seksama mengetahui ada-tidaknya serpihan
tulang yang harus dibuang. Jika alveolusnya telah runtuh maka soket
dikuakkan dengan instrumen.
- Soket diirigasi dengan hati-hati dengan salin untuk membuang koagulum
yang terkontaminasi.
- Pada cawan salin, mahkota gigi diangkat dengan tang ekstraksi agar akarnya
tidak terkena.
- Gigi yang diperiksa apakah masih mengandung debris, jika masih ada harus
dibersihkan memakai kasa yang dibasahi salin.
- Gigi dimasukkan kembali ke dalam soketnya; setelah sebagian masuk (den-
gan menggunakan tang), teruskan dengan menekannya perlahan-lahan dengan
jari atau pasoen disuruh menggigit kasa sampai giginya duduk dengan baik.
- Ketepatan letak gigi dalam lengkung diperiksa dan koreksi jika ada yang
mengganjal. Luka-luka di jaringan lunak dijahit, terutama di daerah servikal.
- Gigi distabilkan selama 1-2 minggu dengan splin.
- Dianjurkan untuk memberi pasien antibiotik dengan dosis sama seperti untuk
infeksi mulut yang ringan sampai moderet.
- Pasien diberi perawatan penunjang seperti diet lunak dan analgesik diberikan
sesuai keperluan.
2. Replatasi yang dilakukan lebih dari 1 jam setelah gigi mengalami avulsi
Tahap-tahapnya:
- Periksalah daerah avulsi dan periksa pula radiografnya guna melihat ada-
tidaknya fraktur alveolus.
- Bersihkan debris yang melekat pada permukaan gigi.
- Celupkan gigi pada larutan NaF 2,4% (diasamkan sampai pH 5,5) selama 5-
20 menit).
- Ekstirpasi pulpanya, dan saluran akar dibersihkan, dibentuk, dan diobturasi
seraya giginya dipegang memakai kasa yang dibasahi flour. Prosedur ini ser-
ing dapat diselesaikan melalui apeks jika giginya masih belum matang.
- Bersihkan soket alveolus dari bekuan darah dengan menyedotnya secara hati-
hati. Soketnya kemudian diirigasi dengan salin. Mungkin perlu dianestesi ter-
lebih dahulu.
- Replantasikan gigi dengan hati-hati ke dalam soketnya, letakkan dengan tepat
di lengkungnya dan kontaknya.
- Pasang splin gigi untuk 3 sampai 8 minggu
Walton RE. Torabinejad M. 2003. Prinsip&Praktik Ilmu Endodonsia, Edisi Ketiga.
EGC. jakarta

8. Alat stabilisasi untuk fraktur dentoalveolar


Riyanti, Erieska., Sp.KGA. 2007. penatalaksanaan Trauma Gigi Pada Anak.
Universitas Padjajaran

9. Komplikasi reimplatasi
Komplikasi seriusnya adalah berupa kerusakan periodontium atau yang paling
sering adalah ankilosis dengan resorpsi yang parah. Oleh karena itu, pemeriksaan
lanjutan jangka panjang sangat perlu dilakukan. Jika problemnya terus berkembang,
pencabutan merupakan indikasi dari kasus tersebut.
Walton RE. Torabinejad M. 2003. Prinsip&Praktik Ilmu Endodonsia, Edisi Ketiga.
EGC. jakarta

Вам также может понравиться