Вы находитесь на странице: 1из 28

DI SUSUN OLEH :

OKE AFLATUN 03071181320010

WAHIDIN ZUHRI 03071181320014

DESRA LORENSIA 03071181320043

ANIS FIRDASARI 03071181320003

YUNI DWI UTAMI 03071181320020

WAHYU KRIZNA PUTRI 03071181320005

FERI SATRIYADI 03071181320011

ERA MARTA SARI 03071281320012

ARY BIMANTARA 03071181320037

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik
dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan Makala Partikel dan Tekstur
batuan sediment ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman
bagi pembaca dalam menambah ilmu dalam batuan sediment.

Harapan saya semoga Makala Partikel dan Tekstur batuan sediment ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi Makala Partikel dan Tekstur batuan sediment ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makala Partikel dan Tekstur batuan sediment ini saya akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Indralaya, 29 September 2014

Penulis
PENDAHULUAN

1. Tujuan :
 Mahasiswa dapat mengetahui Partikel dan tekstur sedimen
 Mahasiswa dapat mengaplikasikan hubungan partikel dan tekstur
sedimen dalam proses pembentukan batuan sedimen .
2. Rumusan Masalah
 Apa itu batuan sedimen ?
 Apa saja jenis batuan sedimen ?
 Apa saja Tekstur dalam batuan sedimen ?
 Apa saja struktur dalam batuan sedimen ?
PARTIKEL DAN TEKSTUR BATUAN SEDIMEN

A.PENGERTIAN BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan
yang berupa bahan lepas. Menurut ( Pettijohn, 1975 ) batuan sedimen adalah
batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah
ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan
lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan.
Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen.
Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan
sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.

Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung


5% yang diketahui di litosfera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana
batuan beku metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di
permukaan bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%,
sedangkan singkapa dari batuan beku sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai
dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen
antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap
dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki
ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8
kilometer. Di dasar lautan dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan
dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya.
Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai
lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto,
2005 ).

Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan
antara beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari
sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang
termasuk kedalam batuan sedimen. Disbanding dengan batuan beku, batuan
sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya
5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu
lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80% (Pettijohn,
1975).

Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang
terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi.
Meskipun secara teoritis dibawah permukaan air tidak terjadi erosi, namun masih
ada energy air, gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis terumbu-
terumbu karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya. Material
sedimen dapat berupa :

1. Fragmen dan mineral-mineral dari batuan yang sudah ada. Misalnya kerikil di
sungai, pasir di pantai dan lumpur di laut atau di danau.

2. Material organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa cangkang organism air
dan vegetasi di rawa-rawa.

3. Hasil penguapan dan proses kimia seperti garam di danau payau dankalsim
karbonat di aut dangkal.

B. JENIS BATUAN SEDIMEN


1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari
pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa
batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. Batuan sedimen diendapkan
dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini
berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan
proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan
laut. Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan
langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan
dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi
dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke
dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari
batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk
golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai
laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun
secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan
pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa
yakni, prosess- proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu
sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Contohnya; Breksi, Konglomerat,
Standsstone (batu pasir), dan lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau
pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan
sedimen itu sendiri. (Pettjohn, 1975). Batuan sedimen diendapkan dengan proses
mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran
besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses
pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut.
Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung
dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga
diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batu pasir bisa terjadi dilingkungan laut,
sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan
detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau,
serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada
umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam
(Pettjohn, 1975). Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan
mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju
suatu cekungan pengendapan (Pettjohn, 1975).
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni,
proses proses-proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu
sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah
suatu sedimen menjadi batuan keras ( Pettjohn, 1975).
Proses diagenesa antara lain :
a) Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat
beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang
satu dengan yang lain menjadi rapat.
b) Sementasi
Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi
mengikat butir-butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat
kelurusan larutan pada ruang butir makin besar.
c) Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari
pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi
sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.
d) Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral
tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang
umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dan lain-lain.
e) Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa
pengurangan volume asal.

2. Batuan Sedimen Non-Klastik


Batuan sedimen Non-Klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk
sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu
juga (insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara
kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara
kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 ®
CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau
tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang),
terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai
akibat penurunan daratan menjadi laut. Contohnya; Limestone (batu gamping), Coal
(batu bara), dan lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari
kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau
reaksi organik (Pettjohn, 1975). Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan
sedimen dibedakan menjadi enam golongan yaitu :
a) Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini
antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat
pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut.
b) Golongan Detritus Halus
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal
sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih,
batu lempung dan Nepal.
c) Golongan Karbonat
Batuan ini umum terbentuk dari cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau
oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk
lebih dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di
lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada
lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali
macamnya tergantung pada material penyusunnya.
d) Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi
untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian
dan tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas
sekali.
e) Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang
cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut
yang tertutup, sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur
tertentu. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan
terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan-batuan yang termasuk
kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
f) Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan.
Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan
yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan.
Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak
sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat
tersebut.

C. TEKSTUR BATUAN SEDIMEN


1. KEKOMPAKAN
Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan) hingga
menjadi batuan sedimen disebut diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada
suhu dan tekanan atmosferik sampai dengan suhu 300 oC dan tekanan 1 – 2 kilobar,
berlangsung mulai sedimen mengalami penguburan, hingga terangkat dan
tersingkap kembali di permukaan. Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam
diagenesa, yaitu :
1. Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal pada sedimen di bawah muka air.
2. Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada waktu sedimen mengalami
penguburan semakin dalam.
3. Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis pada saat batuan sedimen tersingkap
kembali di permukaan oleh karena pengangkatan dan erosi.

Dengan adanya berbagai macam diagenesa maka derajat kekompakan batuan


sedimen juga sangat bervariasi, yakni :

 Bahan lepas (loose materials, masih berupa endapan atau sedimen)


 Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi pada kondisi kering,
tetapi akan terurai bila dimasukkan ke dalam air.
 Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada butiran/fragmen yang dapat
dilepas dengan tangan atau kuku.
 Kompak (keras), butiran tidak dapat dilepas dengan tangan/kuku.
 Sangat kompak (sangat keras, biasanya sudah mengalami rekristalisasi).
2. KEBUNDARAN
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dan
kawan-kawan (1987) membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan
ditunjukkan dengan pembulatan rendah dan tinggi. Keenam kategori kebundaran
tersebut yaitu:

 Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)


 Meruncing (menyudut) (angular)
 Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
 Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
 Membundar (membulat (rounded)
 Sangat membundar (membulat) (well-rounded).

Kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk., 1987).

3. TEKSTUR PERMUKAAN
a) Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam. Tekstur
permukaan kasar biasanya dijumpai pada butir dengan tingkat kebundaran sangat
meruncing-meruncing.
b) Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata. Tekstur ini
terdapat pada butir dengan tingkat kebundaran meruncing tanggung hingga
membulat tanggung.
c) Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini mencerminkan
proses abrasi permukaan butir yang sudah lanjut pada saat mengalami transportasi.
Dengan demikian butiran sedimen yang mempunyai tekstur permukaan halus terjadi
pada kebundaran membulat sampai sangat membulat.
Sekalipun hal itu dinyatakan sebagai katagori kebundaran, tingkatan ini nampaknya
lebih didasarkan pada tekstur permukaan dari pada butir.

4. UKURAN BUTIR
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik.
Ukuran butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih
terasa ada butir seperti pasir tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung akan terasa
sangat halus dan lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan butiran seperti pada
lanau, dan bila diberi air akan terasa sangat licin.
Skala ukuran butir sedimen (disederhanakan).
Ukuran butir
Nama Butiran Nama batuan
(mm)
Boulder / block
Æ > 256 Breksi
(bongkah)

(bentuk /
64 – 256 Cobble (kerakal) kebundaran butiran
meruncing)

4 – 64 Pebble Konglomerat

(bentuk /
2–4 Granule (kerikil) kebundaran butiran
membulat)

1/16 – 2 Sandstone (pasir) Batupasir

1/16 – 1/256 Silt (lanau) Batulanau

Æ < 1/256 Clay (lempung) Batulempung


5. POROSITAS (Kesarangan)
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-pori di
dalam batuan. Batuan dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada batuan itu
banyak dijumpai lubang (vesicles) atau pori-pori. Sebaliknya, batuan dikatakan
mempunyai porositas rendah apabila kenampakannya kompak, padat atau
tersemen dengan baik sehingga sedikit sekali atau bahkan tidak mempunyai pori-
pori. Permeabilitas adalah tingkatan kemampuan batuan meluluskan air (zat cair).

Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air, yaitu :
a) Bahan lepas, atau terkompakkan lemah, biasanya berbutir pasir atau lebih
kasar.
b) Batuan dengan porositas tinggi, lubang-lubangnya saling berhubungan.
c) Batuan mempunyai pemilahan baik, kemas tertutup, dan ukuran butir pasir atau
lebih kasar.
d) Batuan yang pecah-pecah atau mempunyai banyak retakan / rekahan.

Impermeable (tidak lulus air), jika batuan itu tidak mampu meluluskan air, yaitu :
a) Batuan berporositas tinggi, tetapi lubang-lubangnya tidak saling berhubungan.
b) Batuan mempunyai pemilahan buruk, kemas terbuka, ukuran butir lanau –
lempung. Material lanau dan lempung itu yang menutup pori-pori antar butir.
c) Batuan bertekstur non klastika atau kristalin, masif, kompak dan tidak ada
rekahan.
Secara praktis megaskopis, suatu batuan mempunyai tingkat kelulusan tinggi
apabila di permukaannya diteteskan air maka air itu segera habis meresap ke dalam
batuan. Sebaliknya, batuan mempunyai kelulusan rendah atau bahkan tidak lulus air
bila di permukaannya diteteskan air maka air itu tidak segera meresap ke dalam
batuan atau tetap di permukaan batuan.

D. STRUKTUR SEDIMEN

1. Struktur di dalam batuan (features within strata) :


# Struktur perlapisan (planar atau stratifikasi). Jika tebal perlapisan < 1 cm
disebut struktur laminasi.

# Struktur perlapisan silang-siur (cross bedding / cross lamination.

# Struktur perlapisan pilihan (graded bedding)

~Normal, jika butiran besar di bawah dan ke atas semakin halus.

~Terbalik (inverse), jika butiran halus di bawah dan ke atas semakin kasar.

2. Struktur permukaan (surface features)

# Ripples (gelembur gelombang atau current ripple marks)

# Cetakan kaki binatang (footprints of various walking animals.

# Cetakan jejak binatang melata (tracks and trails of crowling animals)

# Rekahan lumpur (mud cracks, polygonal cracks)

# Gumuk pasir (dunes, antidunes)

3. Struktur erosi (erosional sedimentary structures)

# Alur/galur (flute marks, groove marks,linear ridges)

# Impact marks (bekas tertimpa butiran fragmen batuan atau fosil)

# Saluran dan cekungan gerusan (channels and scours)

# Cekungan gerusan dan pengisian (scours & fills)

E. PENAMAAN BATUAN
Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian
(data deskriptif) yang meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian
batuan sedimen silisiklastika umumnya berdasar ukuran butir, ditambah dengan
bentuk butir, struktur dan komposisi yaitu :
1. Rudit (f > 2 mm), termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen
membulat). Apabila komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati,
maka penamaaan tambahan dapat diberikan berdasarkan komposisi utama fragmen
batuan tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi batuapung, konglomerat kuarsa.
2. Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir ini
dapat ditambahkan berdasar kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir
berlapis, batupasir silangsiur), atau komposisi penyusun utamanya, misal batupasir
kuarsa.
3. Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih. Batulempung berbutir
lempung, batulanau tersusun oleh mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih
adalah batulempung atau batulanau berstruktur laminasi.
Tabel Penamaan batuan sedimen klastika secara megaskopis (Huang, 1965).
Tekstur/Struktur Komposisi Nama batuan Ciri-ciri khas
mineral/fragmen
Rudit Komposisi Konglomerat Fragmen
(2 – 256 mm) sejenis atau umumnya bulat
campuran, atau agak
terutama dengan membulat
rijang, kuarsa,
granit, kuarsit,
batugamping dll.
Breksi Fragmen
umumnya
runcing, dan
menyudut
Fanglomerat Kipas aluvial
yang mengalami
pembatuan
Pecahan batuan Tillit Umumnya tidak
bercapur terpisah.
dengan semen Fragmen
batuan terdapat
bekas goresan
Arenit Terutama kuarsa Arenit atau Pemilahan baik
(1/16 – 2 mm) 25%, felspar batupasir dan bersih
kalium atau kuarsa
plagioklas 10-
25%.
Pecahan batuan:
basal, riolit,
batusabak dll.
Mineral mika,
serisit, klorit, bijih
besi.
Arkose Pemilahan jelek,
warna abu-abu
kemerahan
Batupasir Lebih dewasa
felspatik dari arkose
Graywacke antara
subgraywacke graywacke dan
arenit
Lutit Umumnya Batulanau Antara
(1/16 – 1/256 mineral lempung, batupasir dan
mm) kuarsa, opal, serpih
kalsedon, klorit
dan bijih besi.
Serpih Mudah
Batulumpur membelah, tidak
Batulempung plastis, bila
dipanasi menjadi
plastis

Untuk batuan karbonat bertekstur klastika :


1. Kalsirudit, adalah breksi atau konglomerat dengan fragmen batugamping.
2. Kalkarenit, adalah batupasir yang tersusun oleh mineral karbonat.
3. Kalsilutit, adalah batugamping klastis berbutir halus (lanau – lempung).
Untuk batugamping bertekstur non klastika, cukup diberi nama batugamping non
klastika. Apabila di dalam batugamping banyak mengandung fosil maka dapat
disebut batugamping berfosil. Sedangkan batuan karbonat yang sudah tersusun
oleh kristal kalsit atau dolomit disebut batugamping kristalin. Napal adalah
terminologi untuk batuan sedimen berbutir lanau dan lempung, tersusun oleh bahan
silisiklastika dan karbonat.
Untuk batuan klastika gunungapi, tata namanya mengikuti batuan piroklastika
yang telah dijelaskan pada acara analisis batuan beku, yaitu terdiri dari tuf (halus
dan kasar), batulapili, breksi gunungapi dan aglomerat (Gambar 3.8). Dalam
beberapa hal, secara megaskopik, warna yang sangat khas dapat ditambahkan
untuk penamaan batuan, contoh tuf hijau, batupasir merah, batulempung hitam dsb.
Penamaan batuan sedimen non klastika secara megaskopis (Huang, 1965).

Tekstur/Struktur Komposisi Nama batuan Ciri-ciri khas


mineral/fragmen
Rapat, afanitik, Terutama kalsit Batugamping Breaksi dengan
berbutir kasar, HCl,
kristalin, porus, mengandung
oolit dan organik,
mosaik bioklastika,
Terutama Dolomit Tidak segera
dolomit bereaksi dengan
HCl, jarang
mengandung
fosil, berbutir
sedang
Berbutir halus Kristal halus Kapur Putih – abu-abu
dengan terang, sangat
mikroorganisme rapuh,
mengandung
fosil
Karbonat dan Napal Abu-abu terang,
lempung rapuh, pecahan
konkoidal
Rapat dan Campuran silika, Rijang Warna
berlapis opal dan beragam, keras,
kalsedon dll. kilap non logam,
konkoidal
Terutama gips Gips Evaporit, tidak
Anhidrit sendiri
Terutama malit melainkan
berasosiasi
dengan
mineral/batuan
lain.
Dijumpai kristal
yang
mengelompok
Masif atau Mineral fosfat Fosforit Diperlukan
berlapis dan fragmen penentuan
tulang kadar P2O3
Amorf, berlapis, Humus, Batubara, lignit Warna coklat,
tebal tumbuhan pecahan
prismatik
F. GENESIS
Berdasar data pemerian batuan sedimen tersebut di atas, maka secara genesa
dapat diinterpretasikan mengenai :
1. Asal-usul atau sumber batuan sedimen (provenance)
2. Energi pengangkut (angin, air, es, longsoran, letusan gunungapi atau kombinasi di
antaranya), jaraknya dengan sumber dan proses transportasinya.
3. Lingkungan pengendapan, di darat kering, darat berair tawar (danau, sungai), di
pantai atau di laut (dangkal atau dalam).
4. Diagenesa dan lain-lain.

G. MACAM-MACAM BATUAN SEDIMEN


1. Tufa
Merupakan suatu spongi, batuan karbonat yang porous, diendapkan sebagai
lapisan tipis di permukaan, di dekat mata air (Springs) dan sungai (rivers).
Ditemukan di kaligendig, Karangsambung, Kebumen.

2. Bentonit
Genesa Bentonit secara umum dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam yaitu,
Terjadi karena pengaruh pelapukan,Terjadi karena pengaruh hydrothermal,Terjadi
karena akibat devitrivikasi dari tufa gelas yang diendapkan di dalam air (lakustrin
sampai neritic). Terjadi karena proses pengendapan kimia dalam suasana basa
(alkali) dan sangat silikan. Ditemukan di patik, Sepat, Gunung kidul.

3. Lempung
Lempung kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang
berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika
dan/atau aluminium yang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum
adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari
proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari
aktivitas panas bumi. Ditemukan di Tontongan, karangsambung, kebumen.
4. Lempung Merah
Pada umumnya batuan keras basalt dan andesit akan menjadikan lempung
berwarna, sehingga disebut lempung merah. Ditemuukan di karangsambung,
kebumen.

5. Batupasir
Batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh
aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat.
Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya
bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari batuan,
misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Ditemukan di karang
sambung, Kebumen.
6. Batupasir Merah
Seperti halnya pasir, batu pasir dapat memiliki berbagai jenis warna, dengan warna
umum adalah coklat muda, coklat, kuning, merah, abu-abu dan putih. Karena
lapisan batu pasir sering kali membentuk karang atau bentukan topografis tinggi
lainnya, warna tertentu batu pasir dapat dapat diidentikkan dengan daerah tertentu.
Ditemukan di karang sambung, Kebumen.

7. Pasir Besi
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-
butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen,
biotit, dan tourmalin. mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit,
ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup
penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi
terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik. Ditemukan di sungai
luk ulo, Kebumen.

9. Pasir Hijau
Batu ini terbentuk dari aktivitas vulkani, batu ini merupakan kristal olivin yang
dihasilkan dari letusan gunung berapi kerucut yang letusan (erupsi) dan
longsorannya (erosi) menyebar di sekeliling gunung. Ditemukan di
sembaro,karangsambung, Kebumen.
11. Batugamping
Batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari
kalsit (CaCO3). Batuan karbonat yang hampir seluruhnya kalsium karbonat
(CaCO3), atau secara spesifik adalah batuan karbonat yang mengandung lebih dari
95% kalsit dan kurang dari 5% dolomit. Teksturnya bervariasi antara rapat, afanitis,
berbutir kasar, kristalin atau oolit. Batu gamping dapat terbentuk baik karena hasil
dari proses organisme atau karena proses anorganik. Ditemukan di wonogiri,
jogjakarta.

12. Gamping Merah


Gamping berwarna merah. Singkapan yang merupakan endapan laut dalam ini
berlapis hampir vertikal membentuk puncak-puncak punggungan yang sempit.
Ditemukan di karangsambung, Kebumen
13. Gamping Numulities
Bongkah batu gamping numuliites merupakan "olistolit" hasil suatu pelongsoran
besar didasar laut dari tepian menuju tengah cekungan yang dalam. Fosil yang
ada menunjukkan bahwa pada kala Eosen kawasan sekitar Karangsambung
merupakan laut dangkal di mana pada tepi-tepi cekungan diendapkan batu gamping
numulites.
14. Breksi Vulkanik
Breksi Vulkanik (Qb); Terdiri dari breksi yang bersifat andesitik, lava, batupasir
tufaan dan breksi lahar. Breksi andesit umumnya melapuk sedang berwarna kuning
kecoklatan, komponen batuan andesitik (4 – 45 cm) agak segar, menyudut
tanggung, tertanam pada masadasar pasir tufa berbutir kasar, agak padat sebagian
mudah hancur. Lava andesit umumnya melapuk ringan berwarna abu-abu tua,
padu, bertekstur kasar dan porfiritik, terkekarkan cukup intensif dan terisi oleh
mineral kuarsa. Breksi lahar umumnya melapuk sedang, berwarna coklat tua,
komponen tufa dan batuan agak segar yang berukuran pasir kasar hingga kerakal,
menyudut sampai membulat tanggung, agak padu. Ditemukan di kedung jati, Bantul.

15. Breksi Pumice


Breksi batuapung (Pumice) mempunyai kuat tekan 75,62 kg/cm2. kedap suara,
mudah dibentuk atau dipahat menjadi blok-blok yang berukuran besar, sehingga
dapat mengurangi pelesteran. Selain itu lain juga tahan terhadap api, kondensi,
jamur dan panas, serta cocok untuk akustik. Dalam sektor industri lain, batuini
digunakan sebagai bahan pengisi (filler), pemoles/penggosok (polishing), pembersih
(cleaner), stonewashing, abrasif, isolator temperatur tinggi dan lain-lain. Ditemukan
di semiilir, Jogjakarta.
KESIMPULAN

1. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses pelapukan ,


transportasi , sedimentasi dan litifikasi sehingga membentuk batuan.
2. Jenis batuan sedimen dibagi menjadi 2 yaitu batu sedimen klastik dan non
klastik.
3. Tekstur batuan sedimen mempengaruhi dalam pembentukan ukuran butir ,
kebundaran , porositas , tekstur permukaan dan kekompakan.
4. Struktur batuan sedimen mempengaruhi kenampakan batuan seperti
menunjukkan perlapisan , bekas tererosi dsb .
Daftar Pustaka

2012/.Bahan Kuliah kuliah http://laboseanografi .files. wordpress.


com/2012 /02/ bahan-kuliah-2-new.pdf. Di akses pada tanggal 26
September 2014.

2012. Partikel Sediment. http://tropica l- mcrm .blogspot .com /2012


/04/partikel-sedimen.html. Di akses pada tanggal 26 September 2014.

2010.Jurnal Geologi.http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/03/
struktur - sedimen.html. Di akses pada tanggal 26 September 2014

Вам также может понравиться