Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
59
60
Visi Ruang Tulip yaitu menjadi ruang ortopedi yang profesional dan
bermutu dalam pelayanan, sedangkan misi ruang Tulip antara lain:
4.1.5.1 Memberikan pelayanan terintegrasi sesuai standar
4.1.5.2 Meningkatkan sumber daya manusia melalui peningkatan
pendidikan dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan.
4.1.5.3 Meningkatkan dan melengkapi sarana dan pra sarana
penunjang dalam pelayanan.
Tabel 4.6 Analisa kekuatan otot pre test dan post test pada
kelompok Range Of Motion (ROM) aktif
Kekuatan otot pada
Range Of Motion Mean SD Signifikan n (2-tailed)
(ROM) aktif
Pre Test 1,86 0,690
Tabel 4.7 Analisa kekuatan otot pre test dan post test pada
kelompok Range Of Motion (ROM) pasif
Kekuatan otot pada
Range Of Motion Mean SD Signifikan n (2-tailed)
(ROM) pasif
Pre Test 1,28 0,75593
Tabel 4.8 Analisa kekuatan otot pre test dan post test pada
kelompok kontrol
Kekuatan otot kelompok
Mean SD Signifikan n (2-tailed)
kontrol
Pre Test 1,00 0,81650
1. 3 4 1 11,1 1. 1 1 0 0
2. 2 4 2 222 2. 1 1 0 0
3. 1 2 1 11,1 3. 1 1 0 0
4. 2 3 1 22,2 4. 1 1 0 0
5. 2 3 1 11,1 5. 0 0 0 0
6. 1 3 2 22,2 6. 2 2 0 0
7. 2 3 1 11,1 7. 1 2 1 100
Rata- Rata-
1,86 3,14 1,28 100 1,00 1,14 0,14 100
rata Rata
1. 2 2 0 0 1 1. 1 0 0
2. 1 2 1 33,3 1 2. 1 0 0
3. 0 1 1 33,3 1 3. 1 0 0
4. 1 1 0 0 1 4. 1 0 0
5. 1 1 0 0 0 5. 0 0 0
6. 2 2 0 0 2 6. 2 0 0
7. 2 3 1 33,3 1 7. 2 1 100
Rata- Rata-
1,28 1,71 0,42 100 1,00 1,14 0,14 100
rata rata
4.3 Pembahasan
4.3.1 Kekuatan otot pasien post operasi fraktur ekstremitas sebelum dan
sesudah latihan Range of Motion (ROM) aktif di RSUD Ulin
Banjarmasin
Berdasarkan pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 7
orang responden sebagai kelompok pemberian Range Of Motion
(ROM) aktif paling banyak responden dengan jenis kelamin laki –
laki (71,4%) dan berada pada rentang usia 29 - 37 tahun (57,1%).
71
Hal ini sesuai teori yang diungkapkan oleh Astrand (1986) kekuatan
otot setelah pubertas pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada
perempuan. Perbedaan ini disebabkan karena laki-laki ada
pertambahan sekresi horman testosteron, yang berhubungan dengan
bertambahnya massa otot (Pramesthi, 2011).
73
Berdasarkan pada tabel 4.6 dapat dilihat nilai rerata kekuatan otot
sebelum dan sesudah diberikan latihan Range Of Motion (ROM)
aktif mempunyai nilai signifikan ρ(0,000) <α(0,05) artinya dapat di
tarik kesimpulan bahwa HO ditolak, ini berarti ada perbedaan
kekuatan otot pasien post operasi fraktur ekstremitas sebelum dan
sesudah latihan Range Of Motion (ROM) aktif di RSUD Ulin
Banjarmasin.
Hal ini sesuai dengan teori-teori yang ada, salah satu diantaranya
yang diungkapkan oleh Potter dan Perry (2006) yaitu teori rentang
gerak sendi, yang mana teori ini menyatakan bahwa dengan adanya
latihan rentang gerak sendi, hematoma akan mengalami organisasi
terbentuk benang-benang fibrin dalam jendela darah sehingga
membentuk jaringan untuk invasi fibroblas dan osteoblas. Fibroblas
dan osteoklas (berkembang dari osteosit, sel endotel dan sel
periosteum) akan menghasilkan kolagen sebagai matriks kolagen
pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrosa dan tulang
rawan (osteoid). Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan
potensial elektronegatif, oleh karenanya kekuatan otot akan
meningkat atau bahkan menjadi normal.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Kun Ika Nur Rahayu
(2013) menunjukkan bahwa nilai rata-rata kekuatan otot sebelum
dan sesudah dilakukan latihan Range Of Motion (ROM) pada pasien
stroke menjadi berubah atau meningkat, karena latihan ini dapat
menimbulkan rangsangan sehingga meningkatkan aktivitas dari
kimiawi neuromuskuler dan muskuler. Rangsangan melalui
neuromuskuler akan meningkatkan rangsangan pada serat saraf otot
ekstremitas terutama saraf parasimpatis yang merangsang untuk
produksi asetilcholin, sehingga mengakibatkan kontraksi.
Mekanisme melalui muskulus terutama otot polos ekstremitas akan
meningkatkan metabolism pada metakonderia untuk menghasilkan
74
4.3.2 Kekuatan otot pasien post operasi fraktur ekstremitas sebelum dan
sesudah latihan Range Of Motion (ROM) pasif di RSUD Ulin
Banjarmasin
Berdasarkan pada tabel 4.4 dapat dilihat sebelum diberi latihan
Range Of Motion (ROM) pasif dengan skala kekuatan otot 0 yaitu
1 responden (14,3%), skala kekuatan otot 1 yaitu 3 responden
(42,9%), skala kekuatan otot 2 yaitu 3 responden (42,9%).
Kemudian sebagian besar responden sesudah diberi latihan Range
Of Motion (ROM) pasif dengan skala kekuatan otot 1 yaitu 3
responden (42,9%), skala kekuatan otot 2 yaitu 3 responden
(42,9%), skala kekuatan otot 3 yaitu 1 responden (14,3%).
hal ini dapat disebabkan oleh faktor umur semakin tua seseorang
maka semakin menurun kekuatan otot, dan jenis fraktur bisa juga
mempengaruhi kekuatan otot yang menetap hal ini disebakan fraktur
ekstremitas bawah gangguan mobilasi akan lebih berat
dibandingkan ekstremitas atas.
bagian ekstremitas atas dan lebih ringan dari pasien yang mengalami
fraktur multiple. dalam penelitiannya setelah pembedahan pasien
dengan fraktur akan mengalami penurunan kemampuan mobilisasi.
Berdasarkan pada tabel 4.9 dapat dilihat nilai rerata kekuatan otot
sebelum dan sesudah diberikan latihan Range Of Motion (ROM)
pasif mempunyai nilai signifikan ρ(0,078) >α(0,05) yang artinya
tidak terdapat perbedaan kekuatan otot pasien post operasi fraktur
ekstremitas sebelum dan sesudah latihan Range Of Motion (ROM)
pasif di RSUD Ulin Banjarmasin.
4.3.3 Kekuatan otot pasien post operasi fraktur ekstremitas sebelum dan
sesudah pada kelompok kontrol di RSUD Ulin Banjarmasin
Berdasarkan pada tabel 4.5 dapat dilihat yang tidak diberi latihan
Range Of Motion (ROM) dengan skala kekuatan otot 0 yaitu 1
responden (14,3%), skala kekuatan otot 1 yaitu 5 responden
(71,4%), skala kekuatan otot 2 yaitu 2 responden (28,6%).
Kemudian sebagian besar responden sesudah yang tidak diberikan
latihan Range Of Motion (ROM) dengan skala kekuatan otot 0 yaitu
1 responden (14,3%), skala kekuatan otot 1 yaitu 4 responden
(57,1%), skala kekuatan otot 2 yaitu 2 responden (28,6%).
Dari tabel tabel 4.8 dapat dilihat nilai rerata kekuatan otot sebelum
dan sesudah yang tidak diberikan latihan Range Of Motion (ROM)
mempunyai nilai signifikan ρ(0,0356) >α(0,05) yang artinya tidak
terdapat perbedaan kekuatan otot pasien post operasi fraktur
ekstremitas sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol di RSUD
Ulin Banjarmasin.
Hal ini sesuai dengan teori- teori yang ada diungkapkan oleh kneale
(2011) bahwa sendi yang tidak bergerak dalam interval yang reguler
akan kaku dan akhirnya terjadi kontraktur sendi karena ligamen dan
tendon tidak teregang, melainkan menjadi lebih keras, berkontraksi,
dan kurang elastis. Bila otot tidak digunakan maka otot tersebut akan
kehilangan kemampuan untuk berkontraksi dan berkurang
ukurannya.
Hal ini sesuai dengan teori- teori yang ada diungkapkan oleh Reese
(2009) yaitu tujuan dari Range Of Motion (ROM) pasif untuk
mempertahankan kelenturan sendi tetapi tidak meningkatkan
kekuatan otot dan mencegah demineralisasi tulang karena tidak
terjadi kontraksi volunter otot, tekanan pada tulang dan
pemanjangan masa otot, kekuatan otot 50% dan tujuan Range Of
80
Hal ini sesuai dengan teori yang ada yaitu Individu normal yang
mengalami tirah baring akan kehilangan kekuatan otot rata – rata 3%
per hari (atropi disuse). Imobilisasi juga dapat menurunkan kekuatan
otot 1% - 1,5% per hari dan 4% - 5% per minggu selama tirah baring,
82
4.4.3 Pemberian latihan Range of Motion (ROM) terbatas oleh lama hari
rawat pasien fraktur yang menjalani prosedur operatif yang
ditentukan oleh pihak BPJS.
4.5.2 Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan dasar bagi penelitian lain
mengenai tata laksana mobilisasi dini pasien post operasi, khususnya
pada pasien dengan fraktur ekstremitas.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka simpulan yang
dapat diambil adalah sebagai berikut :
5.1.1 Dilakukan perlakuan Range Of Motion (ROM) aktif didapatkan nilai
signifikan ρ(0,000) <α=0,05 yang artinya.ada perbedaan kekuatan
otot sebelum dan sesudah latihan Range Of Motion (ROM) aktif.
5.1.3 Skala kekuatan otot sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol
didapatkan nilai signifikan ρ(0,356) >α=0,05 yang artinya tidak
terdapat perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah pada
kelompok kontrol.
86
87
5.1 Saran
5.1.1 Bagi responden
Responden diharapan agar melakukan mobilisasi salah satunya
latihan rentang gerak (ROM) karena bisa menjadi salah satu cara
untuk meningkatkan kekuatan otot dan mempercepat proses
penyembuhan pasien, respondenpun tidak perlu lagi khawatir dan
merasa takut untuk bergerak setelah pembedahan melihat manfaat
dari penelitian ini.