Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
5) The Extended family. Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
6) “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian).
7) Commuter family. Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul
pada hari minggu atau libur saja.
8) Multigeneration family. Beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family. beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur
yang sama.
10) Blended family. Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) “Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang dewasa.
2.1.3.2 Tipe Keluarga Non Tradisional
1) The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa
terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup
serumah.
4) The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
5) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal
dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
6) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena alasan tertentu.
7) Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling
menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.
7
8) Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan
aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan
bertanggung jawab membesarkan anak.
9) Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara
untuk waktu sementara.
10) Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen
karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
11) Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.
2.1.4 Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Dalam buku Mubarak (2009), Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi :
2.1.4.1 Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning family)
Keluarga baru di mulai pada saat masing-masing individu yaitu suami dan
istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru.
Suami dan istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan
kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi
sehari-hari. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan keluarga orang
tuanya dan mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial
pasangan masing-masing. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi
dengan kebiasaan sendiri dengan pasangannya.
Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja, dan sebagainya. Hal
lain yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak
dan berapa jumblah anak yang diharapkan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama;
2) Menetapkan tujuan bersama;
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial;
4) Merencanakan anak (KB);
8
2.1.4.3 Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan
dan minat dari anak prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Kehidupan
keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada orang tua.
Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikaian rupa, sehingga kebutuhan
anak, suami istri, dan pekerjaan (purna waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Oaring
tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan
keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara
menguaatkan kerja sama antara suami istri.
Orang tua mempunyai peran unttuk menstimulasi perkembangan individual
anak, khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini
tercapai. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut.
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat tinggal,
privasi, dan rasa aman.
2) Membantu anak dalam bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi.
4) Merpertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (tahap paling repot).
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melakukan perawatan dan penyuluhan
kepada orang tua tentang penyakit serta kecelakaan yang biasanya terjadi pada anak-
anak. Sibling rivaly tumbuh kembang anak, keluarga berencana, peningkatan
kesehatan, dan mensosialisasikan anak.
Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school hildren)
2.1.4.4 Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6
tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai
10
jumlah anggota keluarga maksimal, senhingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas
di sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula
orang tua yang mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga
perlu kerja sama untuk mencapai tugas perkembangan. Pada tahap ini keluarga (orang
tua) perlu belajar brpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk
bersosialisasi, baik aktivitas di sekolah maupun di luar sekolah. Tugas perkenbangan
keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat
belajar.
2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan.
3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
4) Menyediakan aktivitas untuk anak.
5) Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.
Fungsi kelurga pada tahap ini adalah melakukan perawatan dan konsultasi, baik
dalam keluarga maupun di sekolah. Misalnya pada anak yang mengalami gangguan
kesehatan. Perawat bekerja sama dengan guru sekolah dan orang tua anak.
2.1.4.5Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini di mulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang
tuanya. Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab
serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tahap ini merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas
otoritas dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Anak harus mempunyai
otoritass sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya. Sering kali muncul
konflik antara orang tua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk
melakukan aktivitasnya, sementara orang tua perlu menciptakan komunikasi yang
terbuka, menghindari kecurigaan, dan permusuhan sehingga orang tua dan remaja
tetap harmonis.
11
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah bertambah dewasa dan mengingat otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari
perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Fungsi keluarga pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada
peningkatan dan pencegahan penyakit. Penyuluhan tentang penyakit katdiovaskuler
pada usia lanjut, penyuluhan tentang obat-obatan terlarang, miniman keras, seks,
pencegahan kecelakaan pada remaja, serta membantu terciptanya komunikasi yang
lebih efektif antara orang tua dengan anak remajanya.
2.1.4.6 Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center
families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahap ini bergantung pada jumblah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah
mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap membantu anak terakhir untuk lebih
mandiri.saat semua anak meninggalkan rumah,pasangan perlu menata ulang membina
hubungan suami istri seperti fase awal. Orang tua akan merasa kehilangan peran
dalam merawat anak dan merasa kosong karena anak-anaknya sudah tidak tinggal
serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua perlu melakukan aktifitas
kerjanya, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara hubungan
dengan anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini diantarnya adalah sebagai
berikut:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
12
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melaksanakan perawatan dan konsultasi
yang terkaiat dengan upaya peningkatan kesehatan ,seperti:kebutuhan istirahat yang
cukup,aktifitas yang ringan sesuai dengan kemampuan,nutrisi yang baik,berat badan
yang sesuai, dan sebagainya.
2.1.4.8 Tahap VIII keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah satu pasangan
pensiun,berlanjut salah satu pasangan meninggal,sampai keduanya meninggal,proses
usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena
berbagai proses stressor dan kehilanggan yang harys dialami keluarga.stresor tersebut
adalah berkurangnya pendapatan kehilangan berbagai hubungan social,kehilangan
pekerjaan,serta perasaan menurunkanya produktifitas dan fungsi
kesehatan.mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan.
Merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih
dapat beradaptasi tinggal di rumah sesndiri daripada tinggal bersama anaknya. Hasil
riset Day and Day (1993), wanita yang tinggal dengan pasangan-pasangannya
memperlihatkan adaptasi yang lebih positif dalam memasuki masa tuanya
dibandingkan wanita yang tinggal dengan teman-teman sebayanya. Orarng tua juga
perlu melakukan file review dengan mengenang pengalaman hidup dan keberhsilan di
masa lalu agar orang tua merasakan bahwa hidupnya berkualitas dan berarti. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan
pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan social masyarakat.
5) Melakukan file review.
6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian.
Fungsi perawat pada fase ini adalah melakukan perawatan pada orang tua,
terutama terhadap penyakit-penyakit kronis dari fase akut sampi rehbilitas.
14
(2) Fungsi sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini
adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat yang baik.
(3) Fungsi perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak
dari tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindungi
dan merasa aman.
(4) Fungsi perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara
instuitif, merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga sehingga
saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam
keluarga.
(5) Fungsi religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan
dan mengajak anak dan anggota keluarga lain dalam kehidupan beragama,
dan tugas kepala keluarga untuk menamankan keyakinan bahwa ada
kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan kehidupan lain setelah
didunia ini.
(6) Fungsi ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari
sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang
lain, kepala keluarga bekerja untuk memperoleh penghasilan, mengatur
penghasilan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan keluarga.
(7) Fungsi rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak selalu harus
pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai
keseimbangan kepribadian masing-masing anggotanya. Rekreasi dapat
dilakukan dirumah dengan nonton televisi bersama, bercerita tentang
pengalaman masing-masing dan sebagainya.
(8) Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk
meneruskan keturunan sebagai generasi.
18
Dari berbagai fungsi di atas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota
keluarganya :
1) Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan
kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
2) Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-
anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spritual.
3) Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
2.1.5.2 Tugas Kesehatan Keluarga
Adapun tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (2010) dalam buku
Widyanto (2014), yaitu:
1) Mengenal masalah atau gangguan kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang perlu mendapatkan perhatian.
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang dialami
anggota keluarganya terutama berkaitan dengan kesehatan. Alasannya adalah
ketika terjadi perubahan sekecil apapun yang dialami keluarga, maka secara tidak
langsung akan menjadi perhatian orang tua atau keluarga.
2) Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utamauntukmencaribantuan yang
tepat sesuai dengan masalah kesehatan yang menimpa keluarga. Suara sumber
daya internal keluarga yang dianggap mampu memutuskanakan menentukan
tindakan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami. Jika secara
internal keluarga memiliki keterbatasan sumber daya, maka keluarga akan
mencari bantuan dari luar.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
Tugas merawat anggota keluarga yang sakit sering kali harus dilakukan
keluarga untuk memberikan perawatan lanjutan dilakukan keluarga untuk
memberikan perawatan lanjutan setelah memperoleh pelayanan kesehatan di
19
dikatakan sebagai masa sulit bagi individu karena pada masa ini seseorang dituntut
untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan berusaha untuk bias
mandiri. Di bawah ini ada 10 ciri-ciri masa dewasa dini yaitu;
a. Masa Pengaturan (settle down)
Pada masa ini seseorang akan “mencoba-coba” sebelum ia menentukan mana
yang sesuai, cocok, dan memberi kepuasan permanen. Ketika ia sudah
menemukan pola hidup yang diyakini dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, ia
akan mengembangkan pola-pola prilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung
akan menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya.
b. Masa Usia Produktif
Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini adalah masa-
masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup, menikah, dan
berproduksi/menghasilkan anak. Pada masa ini organ reproduksi sangat produktif
dalam menghasilkan individu baru (anak)
c. Masa Bermasalah
Masa dewasa dini dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Hal ini
dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran barunya
(perkawinan VS pekerjaan). Jika ia tidak bias mengatasinya maka akan
menimbulkan masalah. Ada 3 faktor yang membuat masa ini begitu rumit yaitu;
Pertama, individu tersebut kurang siap dalam menghadapi babak baru bagi dirinya
dan tidak bisa menyesuaikan dengan babak/peran baru tersebut. Kedua, karena
kurang persiapan maka ia kaget dengan 2 peran/lebih yang harus diembannya
secara serempak. Ketiga, ia tidak memperoleh bantuan dari orang tua atau
siapapun dalam menyelesaikan masalah.
d. Masa Ketegangan Emosional
Ketika seseorang berumur duapuluhan (sebelum 30-an), kondisi emosionalnya
tidak terkendali. Ia cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa
ini juga emosi seseorang sangat bergelora dan mudah tegang. Ia juga khawatir
dengan status dalam pekerjaan yang belum tinggi dan posisinya yang baru
sebagai orang tua. Maka kebanyakan akan tidak terkendali dan berakhir pada
21
stress bahkan bunuh diri. Namun, ketika sudah berumur 30-an, seseorang akan
cenderung stabil dan tenang dalam emosi.
e. Masa Keterasingan Sosial
Masa dewasa dini adalah masa dimana seseorang mengalami “krisis isolas”, ia
terisolasi atau terasingkan dari kelompok sosial. Kegiatan social dibatasi karena
berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Hubungan dengan teman-teman sebaya
juga menjadi renggang. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat
bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarir.
f. Masa Komitmen
Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya sebuah
komitmen. Ia mulai membentuk pola hidup, tanggungjawab, dan komitmen baru.
g. Masa Ketergantungan
Pada awal masa dewasa dini sampai akhir usia 20-an, seseorang masih punya
ketergantungan pada orang tua atau organisasi/instnasi yang mengikatnya.
h. Masa Perubahan Nilai
Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada masa dewasa dini berubah
karena pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas. Nilai sudah mulai
dipandang dengan kaca mata orang dewasa. Nilai-nilai yang berubah ini dapat
meningkatkan kesadaran positif. Alasan kenapa seseorang berubah nilia-nilainya
dalam kehidupan karena agar dapat diterima oleh kelompoknya yaitu dengan cara
mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati. Pada masa ini juga seseorang akan
lebih menerima/berpedoman pada nilai konvensional dalam hal keyakinan.
Egosentrisme akan berubah menjadi social ketika ia sudah menikah.
i. Masa Penyesuaian Diri dengan Hidup Baru
Ketika seseorang sudah mencapai masa dewasa berarti ia harus lebih
bertanggungjawab karena pada masa ini ia sudah mempunyai peran ganda. (peran
sebagai orang tua dan sebagai pekerja.
22
j. Masa Kreatif
Dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas untuk
berbuat apa yang diinginkan. Namun kreatifitas tergantung pada minat, potensi,
dan kesempatan.
2.2.1.2 Tugas Perkembangan Masa Dewasa Dini
Pada masa dewasa dini, banyak sekali harapan-harapan yang ditujukan
masyarakat pada mereka yang memang berada pada masa ini. Banyak sekali tugas-
tugas yang harus dikembangkan, dan tingkat penguasaan tugas-tugas ini akan sangat
mempengaruhi tingkat keberhasilan mereka ketika sudah berusia setengah baya.
Tugas perkembangan masa dewasa dini meliputi:
a. Pekerjaan
Seorang individu diharapkan sudah mendapatkan suatu pekerjaan yang layak
ketika ia berada pada masa dewasa dini sehingga ia bisa dianggap mampu dan
mempunyai peran atau posisi dalam masyarakat.
b. Pengakuan Sosial
Masa ini adalah masa dimana seseorang ingin mendapatkan legalitas dan
pengakuan dari masyarakat/kelompok sekitarnya. Ia menerima tanggungjawab
sebagai warga Negara dan akan bergabung dengan komunitas social yang cocok
dengannya.
c. Keluarga
Pada masa ini seseorang mulai mencari dan memilih pasangan hidup yang
cocok, lalu menikah, mempunyai anak, kemudian membina rumah tangga. Ia
mempunyai peran baru yaitu sebagai orang tua.
2.2.1.3 Perkembangan Usia Dewasa Awal
a) Shifting gears.
Yang dimaksud dengan shifting gears adalah kemampuan mengaitkan
penalaran abstrak (abstracts reasoning) dengan hal-hal yang bersifat praktis.
Artinya, individu bukan hanya mampu melahirkan pemikiran abstrak, melain-kan
juga mampu menjelaskanymenjabarkan hal-hal abstrak (konsep ide) menjadi
sesuatu yang praktis yang dapat diterap-kan langsung. Dalam hal ini akan dikenal
dengan ungkap-an seperti, “This might work on paper but not in real life”.
b) Multiple causality, multiple solutions.
Seorang individu mampu memahami suatu masalah u’dak disebabkan satu
faktor, tetapi berbagai faktor (multiple factors). Karena itu, untuk dapat
menyelesaikannya, diperlukan kemampuan berpikir untuk mencari berbagai
alternatif solusi (divergent thinking). Dengan demikian, seorang individu tidak
berpikir kaku (rigid thinking] pada satu jenis penyelesaian saja. Oleh karena itu,
masa ini dikenal dengan istilah, “Let’s try it your way, if that doesn’t work, we
can try my way”.
c) Pragmatism.
Orang yang berpikir postformal biasanya ber-sikap pragmatis, artinya ia
mampu menyadari dan memilih beberapa solusi yang terbaik dalam memecahkan
suatu masalah. Pemikiran praktis yang dilahirkan dalam memecahkan suatu
masalah pada tahap ini harus benar-benar mengenai sasaran (goal oriented).
Namun, dalam hal ini, individu dapat menghargai pilihan solusi orang lain.
Sebab, cara penyelesai- an masalah bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung
cara orang itu berpikir. Ungkapan yang tepat untuk masa pragmatisme ini adalah,
28
“If you want the most practical solution, do this. If you want the quickest
solution, do that”.
d) Awareness of paradox.
Seorang yang memasuki masa postformal benar-benar menyadari bahwa
sering kali ia me-nemukan hal-hal yang bersifat paradoks (kontradiktif) dalam
mengambil suatu keputusan guna menyelesaikan suatu masalah. Yang dimaksud
paradoks (kontradiktif) adalah penyelesaian suatu masalah akan dihadapkan
suatu dilema yang saling bertentangan antara dua hal dari masalah tersebut Bila
ia mengambil suatu keputusan, keputusan tersebut akan memberi dampak positif
ataupun negatif bagi diri sendiri dan orang lain. Hal yang positif tentunya akan
memberi keuntungan diri-sendiri, tetapi mungkin akan merugikan orang lain.
Atau sebaliknya, hal yang negatif akan merugikan diri sendiri, tetapi akan
memberi keuntungan bagi orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian
(ketegasan) untuk menghadapi suatu konflik, tanpa harus melanggar prinsip
kebenaran ataupun keadilan. Dalam hal ini, dikenal ungkapan, “Doing this will
give him what he wants, but it will only make kirn unhappy in the end”.
2) Dimensi Mental Kuantltatif (Quantitative Mental Dimensions)
Biasanya, menurut Turner dan Helms (1995), untuk menge-tahui
kemampuan mental secara kuantitatif diperlukan suatu pengukuran yang
menggunakan skala angka secara eksak atau pasti. Dalam suatu penelitian
longitudinal yang dilakukan sekitar tahun 1930 dan 1940, ditemukan bahwa taraf
inteligensi cenderung menurun. Latar belakang proses penurunan ini
dikarenakan perbedaan faktor pendidikan ataupun status sosial ekonomi (status
of econo-sociafy. Individu yang memiliki latar belakang pendidikan ataupun
status sosio-ekonomi rendah karena jarang memperoleh tantangan tugas yang
mengasah kemampuan kecerdasan sehingga cenderung menurun kemampuan
intelektualnya secara kuann’tauf. Sebaliknya, individu yang memiliki taraf
pendidikan ataupun status sosio-ekonomi yang mapan, berarti ketika bekerja
banyak menuntut aspek pemikiran intelektual sehingga intelektualnya terasah.
Dengan demikian, kemampuan kecerdasannya makin baik.
29
d. Tipe-Tipe Intelektual
Sementara itu, setelah melakukan serangkaian penelitian jangka panjang, para
ahli (seperti Baltes dan Baltes, Baltes dan Schaie, Willis dan Baltes},
menyimpulkan ada beberapa tipe intelektual, yaitu inteligensi kristal (cristalized
intelligence), fleksibilitas kognitif (cognitive flexibility], fleksibilitas visuo-motor
(visuomotor flexibility], dan visualisasi (visualization) (Turner dan Helms, 1995).
1) Inteligensi kristal adalah fungsi keterampilan mental yang dapat
dipergunakan individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh
melalui proses belajar dalam dunia pendidikan. Misalnya, keterampilan
pemahaman bahasa (komprehensif verbal/verbal comprehensive), penalaran
berhitung angka (numerical skills), dan penalaran induktif (inductive
reasoning). Jadi, keterampilan kognitif merupakan akumulasi dari
pengalaman individu alcibat mengikuti ke-giatan pendidikan formal ataupun
nonformal. Dengan demikian, pola-pola pemikiran intelektualnya cenderung
bersifat teoretis-praktis (text book thinking).
2) Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan individu memasuki dan
menyesuaikan diri dari pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain. Misalnya,
kemampuan memahami melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan
hubung-an seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyarat-an
yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorong-an biologis
tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya
mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam
perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya.
Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku
bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang
mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
3) fleksibilitas Visualmotor adalah kemampuan untuk menghadapi suatu
masalah dari yang mudah ke hal yang lebih sulit,yang memerlukan aspek
kemampuan visual/motorik(penglihatan,pengamatan,dan keterampilan tangan)
30
makin maju, banyak di antara mereka yang bekerja, sambil terns melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi, misalnya pascasarjana. Hal ini mereka lakukan
sesuai tuntutan dan kemajuan perkembangan zaman yang ditandai dengan
masalah-masalah yang makin kompleks dalam pekerjaan di lingkungan sosialnya.
3. Transisi Peran Sosial
Pada masa ini, mereka akan menindaklanjuti hubungan dengan pacarnya
(dating), untuk segera menikah agar dapat membentuk dan memelihara kehidupan
rumah tangga yang bahagia, masing-masing pihak baik laki-laki maupun wanita
dewasa, memiliki peran ganda, yakni sebagai individu yang bekerja di lembaga
pekerjaan ataupun sebagai ayah atau ibu bagi anak-anaknyal Seorang laki-laki
sebagai kepala rumah tangga, sedangkan seorang wanita sebagai ibu rumah
tangga, tanpa meninggalkan tugas karier tempat mereka bekerja. Namun
demikian, tak sedikit seorang wanita mau meninggalkan kariernya untuk
menekuni tugas-tugas kehidupan sebagai ibu rumah tangga (domestic tasks), agar
dapat mengurus dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Sebagai anggota
masyarakat, mereka pun terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial, misalnya dalam
kegiatan pen-didikan kesejahteraan keluarga (PKK) dan pengurus RT/RW.
b. Aspek-aspek Perkembangan Fisik
Aspek-aspek perkembangan fisik meliputi:
1. Kekuatan dan Energi
Selepas dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha
menyalurkan seluruh potensinya untuk mengembang-kan diri melalui jalur karier.
Kehidupan karier, sering kali me-nyita perhatian dan energi bagi seorang individu.
Hal ini karena mereka sedang rnerintis dan membangun kehidupan ekonomi agar
benar-benar mandiri dari orang tua. Selain itu, mereka yang menikah hams
rnemikirkan kehidupan ekonomi keluarga. Oleh karena itu, mereka memiliki energi
yang tergolong luar biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila asyik
dengan pekerjaannya.
32
2. Ketekunan
Untuk dapat mencapai kemapanan ekonomis (economically established),
seseorang harus memiliki kemauan kerja keras yang disertai ketekunan. Ketika
menemukan posisi kerja yang sesuai dengan minat, bakat, dan latar belakang
pendidikannya, mereka umumnya akan tekun mengerjakan tanggung jawab pekerja-
annya dengan baik, Ketekunan merupakan salah satu kunci dari kesuksesan dalam
meraih suatu karier pekerjaan. Karier yang cemerlang akan mempengaruhi
kehidupan ekonomi keluarga yang baik pula; sebaliknya bila karier yang suram
(gagal), kehidupan ekonomi seseorang pun suram. Namun, tak sedikit seorang
individu yang belum cocok dengan pekerjaan dan penghasilan yang diperoleh, tak
segan-segan mereka segera pindah dan mencari pekerjaan lain yang dianggap
cocok. Hal ini biasanya dilakukan mereka yang masih membujang atau belum
menikah. Kalau mereka telah menikah, umumnya akan menekuni bidang kariernya
walaupun hasil gajinya masih pas-pasan, dengan alasan sulitnya mencari jenis
pekerjaan yang baru dan takut dibayangi kegagalan.
3. Motivasi
Maksud dari motivasi di sini ialah dorongan yang berasal dari kesadaran diri
sendiri untuk dapat meraih keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dengan kata lain,
motivasi yang dimaksudkan ialah motivasi internal. Orang yang merniliki motivasi
Internal, biasanya ditandai dengan usaha kerja keras tanpa dipengarahi lingkungan
eksternal, arSnya seseorang akan bekerja secara tekun sampai benar-benar mencapai
suatu tujuan yang diharapkan, tanpa putus asa walaupuri memperoleh hambatan
atau rintang-an dari lingkungan eksternal.
2.2.1.5 Perkembangan Emosi Dewasa Awal
Orang dewasa awal yang matang secara emosi dapat dilihat dari kemandirian
emosi. Dan orang ini tidak mudah terpanguruhi oleh emosi orang lain. Dan dapat
menampakan kontrol emosi yang tinggi seperti sabar. Dan dapat menampakkan
kontrol emosi yang tinggi seperti sabar, gembira. Usia dan tenang dalam menghadapi
masalah kesulitan apapun. Juga selalu berfikir positif. Baik dalam masalah ataupun
karir.
33
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesepian (Peplau dan
Perlman : 1982) adalah :
a) mengubah hubungan sosial yang telah ada
b) mengubah kainginan sosial dan kebutuhan
c) cobalah konsultasi kepada konselor untuk mengetahui cara-cara membina
hubungan sosial dan mengatasi kesepian.
dimaksud dengan sehat (healthy) adalah kondisi sehat sejahtera baik secara fisik,
mental maupirn sosial yang ditandai dengan u’dak adanya gangguan-gangguan atau
simtom-simtom penyakit, seperti keluh-an sakit fisik, keluhan emosional (Papalia,
Olds, dan Feldman, 1998; Sarafino, 1994).
Kondisi kesehatan seseorang berhubungan erat dengan beberapa kebiasaan
perilaku individu yang bersangkutan. Untuk mencapai kehidupan yang sehat,
diperlukan kebiasaan-kebiasaan perilaku yang sehat pula.
Ada beberapa perilaku sehat yang dapat menopang kesehatan seseorang, di
antaranya :
a) makan secara teratur (tiga kali: sarapan, makan siang, dan makan malam, tidak
termasuk snack)
b) perlu mengonsumsi makan-makanan yang sehat (mengandung gizi, nutrisi,
protein, vitamin, karbohidrat, mineral, zat besi), misalnya empat sehat lima
sempuma
c) melakukan aktivitas secara seimbang antara kegiatan bekerja/belajar dengan
kegiatan olahraga
d) pola tidur yang sehat dan normal selama 7-8 jam
e) membiasakan diri untuk tidak merokok
f) membiasakan diri untuk tidak mengonsumsi narkoba (narkotik, alkohol, dan
obat-obatan)
g) tidak mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi (daging
sapi/kambing, fast-food/sea food (udang, cumi).
teori evolusi), dan Francis Voltaire (filsuf dari Francis), umumnya menjalankan
rahasia hidup sehat dengan membiasakan diri untuk mengonsumsi makan sayur-
mayur (vegetarian) dan menghindari makan-makanan dari daging-dagingan.
b. Perilaku dan Status Kesehatan
Status kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan seberapa jauh pola
kebiasaan perilaku orang tersebut. Kebiasaan perilaku yang sehat akan memberi
pengaruh positif pada kesehatannya, sebaliknya kebiasaan yang salah cenderung
memberi dampak negatif. Akibatnya, individu mudah terserang penyakit. Kasl &
Cobb (dalam Sarafino, 1994) mengemukakan tiga jenis upaya individu untuk
mengatasi suatu penyakit dan menipertahankan taraf kesehatan, yakni :
c. Perkembangan psikosial
Perubahan psikososial pada masa dewasa tengah dapat meliputi kejadian yang
diharapkan, perpindahan anak dari rumah, atau peristiwa perpisahan dalam
38
pernikahan atau kematian teman. Perubahan ini mungkin mengakibatkan stress yang
dapat mempengaruhi seluruh tingkat kesehatan dewasa.
3. Masalah kesehatan
d. Masalah fisiologis
1) Stress
2) Adanya penyakit kronis
3) Tingkat kesejahteraan
4) Membentuk kebiasaan sehat yang positif
b. Masalah Psikososial
1) Ansietas
Ansietas adalah fenomena maturasi kritis yang berhubungan dengan
perubahan, konflik dan pengendalian lingkungan yang diterima (Haber et
al,1992)
2) Depresi
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang dimanifestasikan dalam
berbagai cara . (Habert at al,1992)
misalnya biasa seseorang menjabat kemudian tidak, rasanya ada perasaan down
sindrom.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan tugas perkembangan ini,
individu mengalami PPS. Misalnya adalah :
1) Tingkat perkembangan yang mundur
2) Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan
3) Tidak ada motivasi
4) Kesehatan yang buruk
5) Cacat tubuh
6) Tingkat kecerdasan yang rendah
7) Tingkat adaptasi yang jelek
2.3.2 Klasifikasi
Klasifikasi Gout dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Gout primer.
Gout primer dipengaruhi oleh faktor genetik atau herediter, terdapat produksi
atau sekresi asam urat yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat dan
tidak diketahui penyebabnya. Terutama mengenai pria usia lanjut, sepertiga penderita
menunjukkan peningkatan produksi asam urat yang disebabkan karena pemecahan
purin bertambah. Sepertiga lagi menunjukkan ekskresi asam urat oleh ginjal
berkurang, sedangkan sisanya menunjukkan gejala campuran, yaitu disamping
produksi asam urat meningkat, ekskresi asam urat juga berkurang. Beberapa faktor
42
yang menunjang terjadinya gout primer antara lain adalah peminum alkohol yang
berat, obesitas, dan obat-obatan misalnya tiazida.
2. Gout sekunder
Gout sekunder dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu :
1) Produksi asam urat yang berlebihan, misalnya pada :
a. Kelainan mieloproliferatif (polisitemia, leukemia, mieloma retikularis)
b. Sindrom Lesch-Nyhan yaitu suatu kelainan akibat defisiensi
hipoxantinguaninfosforibosiltransferase yang terjadi pada anak-anak dan
pada sebagian orang dewasa
c. Gangguan penyimpanan glikogen
d. Penatalaksanaan anemia pernisiosa karena maturasi sel megablastik
menstimulasi pengeluaran asam urat
2) Sekresi asam urat yang berkurang, misalnya pada gagal ginjal kronis,
pemakaian obat-obat salsilat, tiazid, beberapa macam diuretik dan
sulfonamid, atau keadaan alkoholik, asidosis laktat, hiperparatiroidisme, dan
pada miksedema.
2.3.3 Etiologi
Gejala arthritis akut disebabkan karena inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium uratmonohidrat. Dilihat dari penyebabnya
penyakitini termasuk dalam golongan kelainan metabolik. Kelainan ini berhubungan
dengan gangguan kinetic asam urat yaitu Hiperurisemia. Hiperurisemia pada penyakit
ini terjad ikarena:
1) Pembentukan asam urat yang berlebihan.
WOC Gout
46
2. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa yaitu cairan
berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
2 Pemeriksaan darah lengkap
3 Pemeriksaan ureum dan kratinin
a. kadar ureum darah normal : 5-20 ,mg/dl
b. kadar kreatinin darah normal :0,5-1 mg/dl
2.3.8 Penatalaksanaan
1. Melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali normal. Kadar
normalnya adl Wanita (2,4 – 6 mg/dl & Pria (3,0–7 mg/dl )
2. Diet rendah purin : Kontrol makanan yg dikonsumsi tdk byk mengandung purin
(hati, ginjal, ikan sarden, daging kambing,emping,bayam,lemak dll)
3. Banyak minum air putih 2-3 liter/hari, karena dpt membantu membuang purin
dalam tubuh/ melarutkan asam urat.
4. Hindari minum alkohol
5. Bed rest / tirah baring minimal 24 jam setelah serangan. Gout akan cepat kambuh
jika terlalu cepat bergerak
6. Pengobatan jangka panjang hingga sembuh tuntas, bukan minum obat ketika
sakit
7. Terapi dengan pengobatan:
a. Kolkisin →suatu agen anti radang yg biasanya dipakai utk mengobati
serangan gout akut&mencegah serangan gout akut kemudian hari. Diberikan
dg dosis 0,5 mg/jam.
b. Fenilbutazon →suatu agen anti radang yg digunakan utk mengobati artritis
gout.
c. Allopurinol →untuk mengurangi pembentukan asam urat. Dengan dosis
100-400 mg/hari.
d. Probenesid &sulfinpirazin →suatu agen yang dpt menghambat proses
reabsorpsi asam urat oleh tubulus ginjal&meningkatkan ekskresi asam urat.
e. Analgesik →bila nyeri bertambah berat.
8. Pembedahan dilakukan bila tofi besar &menganggu gerakan sendi.
48
komplikasi ke gijal berupa pielonefritis, batu asam urat ,dan GGK yang akan
menimbulka perubahan fungsi pada sistem ini
5. B5 (Bowel) : kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada
gangguan, tetapi perlu dikaji frekuensi, konsistensi,warna, serta nbau feses.
Selain itu perlu di kaji frekiensi, konstitensi, warna, bau, dan jumlah urine.
Klien biasanya mual,mengalami nyeri lambung,dan tidak ada nafsu makan,
terutama klien yang memakai obat analgesik dan anti hiperurisemia
6. B6 (Bone) : pada pengkajian ini ditemukan
>Look: keluhan nyeri sendi uyang merupakan keluhan utama yang
mendorong klien mencari pertolongan (meskipun sebelumnya sendi sudah
kaku dan berubah bentuknya). Nyrin biasaya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa ferakan tertentu kadang
menimbulkan nyeri yang lebuh dibandingkan dengan gerakan yag lain.
Deformitas sendi (temuan tofus) terjadi dengan temuan salah satu pergelangan
sendi secara perlahan membesar
>feel: ada nyeri tekan pada sendi yang membengkak
>Move: hambatan gerahan sendi biasanya semakin memberat
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri sendi berhubungan dengan peradangan sendi, penimbunan Kristal pada
membrane sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia
dan pembentukan panus.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelamahan otot pada rentang gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder
akibat erosi tulang rawan dan pembentukan panus.
3. Gangguan citra diri b/d perubahan bentuk kaki dan terbentuknya tofus.
4. Defisit pengetahuan berhubungan kurang pajanan informasi
50
Diagnosa 1
Diagnosa 2
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelamahan
otot pada rentang gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang
rawan dan pembentukan panus.
Tujuan Keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu
melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria Hasil :
- Klien ikut dalam program latihan
- Tidak mengalami kontraktur sendi
- Kekuatan otot bertambah
- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan
mempertahankan koordinasi optimal.
Intervensi :
1. Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan kerusakan.
2. Ajarkan klien melakukan latihan room dan perawatan diri sesuai toleransi.
3. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
Diagnosa 3
Gangguan citra diri b/d perubahan bentuk kaki dan terbentuknya tofus.
Tujuan keperawatan : Citra diri meningkat.
Kriteria hasil :
- Klien mampu mengatakan dan mengkomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang terjadi
- Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.
- Mengakui dan menggabungkan dalam konsep diri
Intervensi :
1. Kaji perubahan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan
2. Tingkatkan kembali realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit
dan belajar mengontrol sisi yang sehat
3. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan
52
Diagnosa 4
Defisit pengetahuan berhubungan kurang pajanan informasi
Kriteria Hasil:
- Pasien mampu mengkomunikasikan apa yang dirasakan dan yang diajarkan.
Intervensi:
1. Kaji kemampuan pasien dalam mengungkapkan intruksi yang diberikan
R/Mengetahui respond an kemampuan kognitif pasien dalam menerima
informasi
2. Berikan jadwal obat yang di gunakan meliputi nama obat, dosis, tujuan dan
efek samping
R/Tindakan ini dapat meningkatkan koordinasi dan kesadaran pasien terhadap
pengobatan yang teratur
3. Berikan informasi mengenai alat-alat bantu yang mungkin dibutuhkan
R/mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan
individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang
dibutuhkan
4. Jelaskan pada pasien menegenai penyakit yang dialami.
R/memberikan pengetahuan pasien sehingga dapat menghindari terjadinya
serangan berulang
5. Dorong pemasukan diet rendah purin dan cairan yang adekuat
R/meningkatkan penyembuhan.
53
2.4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan danpelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan
perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Evaluasi meliputi “SOAPIER”.
a) S : Data Subjektif
Masalah yang diutarakan pasien dan pandangannya terhadap masalah.
b) O : Data Objektif
Tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan diagnosa keperawatan
meliputidata fisiologis dan informasi dari pemeriksaan. Informasi berasal dari
keluarga /orang yang terdekat.
c) A : Analisa
Analisa data subjektif dan data objektif dalam menentukan perkembangan
statuskesehatan pasien. Jika data berubah, diagnosa akan berubah atau
kemungkinanbisa tetap.
d) P : Perencanaan
Pengembangan rencana segera atau untuk yang akan datang dari intervensi.
e) I : Implementasi
Data subjektif dan data objektif berubah atau tidak bergantung pada data yang
ada,sedangkan intervensi mengikuti diagnosa yang ada.
f) E : Evaluasi
Merupakan analisis respons pasien terhadap intervensi yang diberikan.
54
g) R : Reasessment
Evaluasi kembali data-data pasien yang mengalami perubahan respons dan
tindak lanjut dari evaluasi tersebut.