Вы находитесь на странице: 1из 13

http://journal.trunojoyo.ac.

id/jurnalkelautan Jurnal Kelautan


Volume 10, No. 1, 2017
ISSN: 1907-9931 (print), 2476-9991 (online)

DISTRIBUSI SEDIMEN DASAR SEBAGAI IDENTIFIKASI EROSI PANTAI DI


KECAMATAN BREBES MENGGUNAKAN ANALISIS GRANULOMETRI
BED SEDIMENT DISTRIBUTION FOR IDENTIFICATION OF THE COASTAL EROSION
IN BREBES SUBDISTRICT USING GRANULOMETRI ANALYSIS

Wisnu Arya Gemilang*, Ulung Jantama Wisha, Gunardi Kusumah

Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Kementerian Kaluatan dan Perikanan
Jl. Raya Padang-Painan km. 16, Bungus, Padang, Sumatera Barat – 65245
*
Corresponding author e-mail: wisnu.gemilang@yahoo.co.id

Submitted: 24 November 2016 / Revised: 27 Februaril 2017 / Accepted: 25 April 2017

http://doi.org/10.21107/jk.v10i1.2156

ABSTRACT

The dynamics of erosion and accretion in the coastal area of Brebes Subdistrict have many impacts
on mangrove destruction and coastal region. The erosion and accretion are influenced by
oceanography parameters that can affect the distribution of coastal sediments. The aims of this
research were to determine the characteristics of the phenomenon of erosion and accretion in
coastal Brebes Subdistrict and shape appropriate mitigation to reduce the erosion. This research is
done with the bed sediment sampling using grab sampler for 26 sampling point. Current and tide
measurement are conducted wih ADCP deployment for 15 days’ measurement. Sediment
characteristic analysis done with granulometri and statistic analysis. The average of sediment
sorting is 1.21, skewness is 0.088 and the kurtosis is 3.76. Generally, bed surface sediment
distribution pattern is dominated by clay to sand, the grand size distribution of sediments are sand,
silt, sandy silt and silty sand. Longshore current speed ranged between 0-0.12 m.s-1 at the spring
tide condition and ranged between 0-0.08 m.s-1at the neap tide condition, the domination of current
direction towards to the East and Northeast. The mitigation is very needed to rearrange the
mangrove areas, build the coastal protection and recover the main river line which is the sourceof
the sediment materials, so that can be provide the supply of sediment deposition in the coastal
area.

Keywords: Brebes, Erosion, Longshore Current, Mitigation, Sediment

ABSTRAK

Dinamika kawasan pesisir Kecamatan Brebes berupa bencana abrasi dan akresi yang terjadi
memiliki dampak besar terhadap kerusakan kawasan mangrove dan pesisir. Fenomena erosi dan
akresi yang terjadi dipengaruhi oleh parameter oseanografi yang dapat mempengaruhi sebaran
sedimen di pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik distribusi sedimen dasar
perairan sebagai upaya identifikasi bencana erosi yang terjadi di pesisir Kecamatan Brebes.
Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel sedimen dasar perairan menggunakan metode
grab sampler terhadap 26 titik pengambilan. Pengukuran kecepetan arus di lokasi penelitian
dilakukan dengan pemasangan ADCP selama 15 hari. Analisis karakteristik sedimen dilakukan
dengan metode analisis granulometri dan statistic sedimen. Nilai rata-rata sortasi 1.21, skewness
0.088 dan kurtosis 3.76. Secara umum, pola sebaran sedimen permukaan dasar laut Kec.Brebes
didominasi oleh sedimen berukuran lempung-pasir. Jenis sedimen berdasarkan ukuran butirnya
yaitu pasir, pasir lanauan, lanau pasiran dan lanau. Kecepatan arus sepanjang pantai hasil model
pada kondisi purnama berkisar 0-0,12 m.s-1 dan pada saat perbani berkisar antara 0-0,08 m.s-1,
dengan dominasi arah arus menuju ke Timur dan Timur laut. Perlu dilakukan penataan ulang
terhadap kawasan mangrove dan bangunan pelindung pantai serta melakukan pencodetan
terhadap sungai – sungai utama yang merupakan sumber pembawa material sedimen sehingga
dapat memberikan suplay endapan sedimen di bagian pesisir.

54
Jurnal Kelautan, 10(1), 55-66 (2017)

Kata Kunci: Brebes, erosi, arus sepanjang pantai, mitigasi, sedimen

PENDAHULUAN transportasi dan pengendapan (Blott dan


Kenneth, 2001). Analisis ukuran butir karena
Bencana erosi sangat berkaitan erat dengan itu memberikan petunjuk penting asal
proses akresi yaitu sedimentasi pantai yang sedimen, sejarah transportasi dan kondisi
terjadi bila jumlah sedimen yang diendapkan pengendapan (Folk dan Ward, 1957;
lebih besar daripada kemampuan laut untuk Friedman, 1979; Bui et al., 1990). Distribusi
mengangkut sedimen tersebut sehingga ukuran butir dipengaruhi oleh faktor lain
daratan pantai akan bertambah (Diposaptono seperti jarak dari garis pantai, jarak dari
dan Budiman, 2007). Upaya pengurangan sumber (sungai), sumber material sedimen,
area erosi secara alamiah dibutuhkan laju topografi dan mekanisme transportasi
sedimentasi yang cukup besar pada daerah sedimen (Abuodha, 2003). Analisis
muara – muara sungai yang diperoleh dari granulometri adalah analisis ukuran butir
aliran sungai yang membawa sedimen dari sedimen. Analisis ini umumnya dilakukan
hulu dan selanjutnya akan terdeposit di untuk menentukan tingkat resistensi
bagian pesisir pantai yang mengalami Erosi. terhadap proses eksogenik butir sedimen,
Erosi diperparah bila sedimen sungai yang Sebagai contoh yaitu proses pelapukan,
menjadi penyeimbang tidak cukup mengganti erosi, dan abrasi dari asalnya trasnportasi
sedimen yang tererosi (Helfinalis et al., dan proses deposisi sedimen (Yasin et al.,
2010). Di Kec. Brebes, wilayah yang paling 2016).
parah tingkat erosinya adalah Kaliwlingi dan
Randusanga Kulon Kecamatan Brebes dan Mekanisme transport sedimen di wilayah
sebagian wilayah Desa Sawojajar pantai sangat dipengaruhi oleh faktor
Kecamatan Wanasari. osenaografi, dinamika perairan yang sangat
fluktuatif menyebabkan tingkat turbulensi
Perairan pantai Brebes merupakan pantai yang sangat besar, bila asupan sedimen dari
dangkal tersusun dari dataran alluvial akibat sungai tidak seimbang dengan wilayah yang
beberapa aktivitas sungai besar dan kecil terjadi erosi dalam jangka panjang akan
yang bermuara di perairan tersebut. merubah keberadaan garis pantai.
Perubahan sifat sungai baik di hulu maupun Longshore current merupakan faktor utama
hilir mempengaruhi kondisi pantai termasuk yang berperan dalam mekanisme transport di
terjadinya abrasi dan akresi pantai. wilayah pantai, proses pengadukan oleh
Mangrove umumnya dijumpai di muara gerakan partikel arus menyebabkan sedimen
sungai berasosiasi dengan dataran lumpur dapat berpindah dari satu tempat ke tempat
dan pasir pantai (Dinas Kelautan dan lain (Wisha dan Aida, 2016b).
Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2012).
Wilayah pantai Kecamatan Brebes terbagi Upaya mitigasi yang telah dilakukan oleh
dalam tiga sedimen sel yaitu Sel I Pantai dinas terkait dan masyarakat dalam upaya
Randusanga sampai Tanjung (Delta Pemali) mengurangi dampak erosi yang ada di pesisir
transport sedimen pada jalur ini bergerak dari Kecamatan Brebes diantaranya,
barat ke timur, sel II Tanjung Brebes sampai pembangunan Hybrid Engineering (HE),
dengan Teluk Bangsari transport sedimen penanaman mangrove pada kawasan
bergerak dari arah timur ke barat dan sel III pesisir, dumping stone, pembuatan Alat
Teluk Bangsri sampai dengan Tanjung Losari Pemecah Ombak (APO), Penataan Kawasan
(Delta Cisanggarung) transport sedimen Pesisir (PKP) (DKP Kab. Brebes, 2015).
bergerak dari arah barat ke timur (DKP Kab. Dalam lingkungan pesisir, sedimen bersifat
Brebes, 2008). dinamis yang akan mengalami pengikisan,
transportasi dan pengendapan dalam skala
Sifat-sifat sedimen yang penting untuk spasial maupun temporal. Penyelidikan
diketahui antara lain ukuran partikel dan butir pemahaman tentang proses dinamis yang
sedimen, rapat massa, bentuk dan juga terjadi di lingkungan pesisir sangatlah
kecepatan sedimen (Bayhaqi dan Dungga, diperlukan untuk prediksi evolusi pesisir
2015). Ukuran butir adalah aspek yang paling dimasa datang (Winter, 2007).
fundamental dari partikel sedimen, yang
mempengaruhi proses sedimentasi,

55
Gemilang et al., Distribusi Sedimen Dasar

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk lanau dan lempung sebagian endapan
mengetahui karakteristik proses sedimentasi sungai dan pantai. Bagian Selatan
yang terjadi di kawasan pesisir Kecamatan Kecamatan Brebes tersusun atas Qls
Brebes serta mengetahui karakteristik hidro- (endapan lahar Gunung Slamet), Tptl
oseanografi yang terjadi. Berdasarkan hasil (Anggota Batugamping Fm. Tapak), Tmp
analisis grandulometri sedimen dasar (Fm. Pemali) tersusun atas napal bersisipan
perairan dan pengamatan faktor hidro- batugamping pasiran dan batupasir kasar.
oseanografi sehingga diharapkan dapat Penelitian ini berlokasi di perairan mulai dari
memberikan infromasi terkait pemilihan alat muara sungai hingga menuju ke arah laut
pelindung pantai yang tepat dalam upaya lepas yang ada di Kecamatan Brebes, Jawa
mengurangi bencana erosi pantai di Tengah dengan titik pengambilan sampel
Kecamatan Brebes. sebanyak 26 titik yang tersebar secara
merata dari bagian Timur hingga Barat
MATERI DAN METODE daerah penelitian (Gambar 1). Pengambilan
sampel berdasarkan pada pembagian
Kondisi geologi dan stratigrafi Kecamatan morfologi pesisir yaitu muara sungai, bagian
Brebes menurut Djuri et al. (1996) tersusun depan beting gisik dan laut lepas untuk
atas Qa (endapan alluvial) yang menyusun mengetahui masing-masing karakteristik
bagian pesisir dan dataran rendah di sedimen tiap lokasi pengambilan sampel.
Kecamatan Brebes terdiri dari kerikil, pasir,

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Pengambilan sampel sedimen dasar berdasarkan klasifikasi Diagram Segitiga


menggunakan alat eckman grab sampler Shepard tahun 1954 (Dyer, 1986),
sehingga memungkinkan sampel sedimen sedangkan untuk menafsirkan sebaran,
bagian dasar terperangkap pada alat mekanisme pengangkutan dan pengendapan
tersebut. Sedangkan metode analisis ukuran sedimen digunakan pendekatan statistik dari
butir dan jenis sedimen menggunakan masing-masing kelompok sedimen. Analisis
metode ayak kering pada saringan bertingkat statistik sedimen berupa sorting, skewnees
(sieve analysis) serta analisis granulometri. dan kurtosis menggunakan klasifikasi Flok
Distribusi ukuran butir diketahui dan Ward (1957), sedangkan perhitungannya
menggunakan metode granulometri menggunakan Software Microsoft Excel 2007
(Hubbard dan Pocock, 1972; Hsieh, 1995). untuk menghitung persentase ukuran butir
Penentuan jenis sedimen dilakukan dan statistik sedimen.

56
Jurnal Kelautan, 10(1), 55-66 (2017)

Pengukuran arus dan pasang-surut permodelan (Wisha dan Aida, 2016b).


menggunakan alat ADCP (Nortek) (Tabel 1) Permodelan arus pasang surut dilakukan
yang diletakkan pada satu titik di lokasi menggunakan modul Flow modelfm pada
penelitian selama 15 hari perekaman. MIKE21 dan disimulasikan selama 15 hari,
Instrumen tersebut mencatat arus, pasang sehingga terlihat pengaruh pasang surut
surut dan suhu perairan. Alat ADCP dipasang terhadap pembentukan dan pola arus di
dengan jarak blanking 0,5 m setelah sepanjang perairan Brebes. Set-up
transduser. Spesifikasi ADCP dapat dilihat permodelan hidrodinamika ditampilkan pada
pada Tabel 1. Data hasil perekaman ADCP Tabel 2.
tersebut digunakan untuk validasi hasil

Tabel 1. Spesifikasi alat ADCP

Acoustic frequency 0.6 MHz


Max profile range 30 - 40 m
Cell size 1-4m
Minimum blanking distance 0.50 m
Max cell 128
Velocity range ± 10 m.s-1
Accuracy 1 % of measured value ± 0.50 m.s-1
Max sampling range 1 Hz

Tabel 2.Set-up permodelan hidrodinamika


Parameter Diterapkan dalam simulasi

Time of simulation Number of time step = 2000


Time step interval = 900
Simulation start date = 1/5/2016 12.30 AM
Simulation end date = 15/5/2016 08.30 PM
Mesh boundary Bathymetry =DISHIDROS map digitation

Flood and dry Drying depth = 0.005 m


Flooding depth = 0.05 m
Wetting depth = 0.1 m
Boundary condition Type = Specified level
Format = Varying in time, constant along boundary
Time Series = Tide forecasting with coordinates below:
1. Longitude: 109.05297, Latitude: -6.7806
2. Longitude: 109.05010, Latitude: -6.7665
3. Longitude: 109.03086, Latitude: -6.7651
4. Longitude: 109.01559, Latitude: -6.7773
5. Longitude: 109.01882, Latitude: -6.7888

HASIL DAN PEMBAHASAN sedimen. Hasil analisis terhadap persentase


ukuran butir sedimen dapat dilihat pada
Jenis Sedimen Perairan Kec. Brebes Diagram Segitiga Shepard 1954 (Gambar 3),
sehingga dapat memudahkan untuk
Data ukuran butir berdasarkan 26 sampel menginterpretasikan pengelompokan jenis
yang diambil dari perairan Kecamatan sedimennya. Secara umum sedimen dasar
Brebes. Sampel sedimen yang telah laut yang ada di lokasi penelitian didominasi
dianalisis oleh dengan metode granulometri oleh ukuran lanau hingga pasir (Gambar 2).
(ukuran butir sedimen) memperlihatkan Penamaan jenis sedimen berdasarkan
variasi nilai dan persentase ukuran butir

57
Gemilang et al., Distribusi Sedimen Dasar

pengklasifikasian pada Diagram Segitiga laut yang berdekatan dengan muara sungai
Shepard 1954. utama yang ada di Kecamatan Brebes yaitu
Sungai Pemali dan Sungai Codetan.
Secara umum berdasarkan persentase Kelompok jenis sedimen pasir, pasir lanauan
ukuran butir sedimen dapat terlihat bahwa hingga pasir lumpuran tersebar pada bagian
jenis sedimen yang ada di perairan Barat dasar perairan daerah penelitian.
Kecamatan Brebes terbagi atas 4 jenis Bagian Barat daerah penelitian merupakan
sedimen berdasarkan persentase ukuran daerah yang memiliki morfologi beting gisik
butir sedimen clay, silt dan sand yaitu silt atau sering disebut sebagai Pulau Pasir oleh
(lanau), sand (pasir), sandy silt (lanau warga setempat yang berhadapan langsung
pasiran), silty sand (pasir lanauan). Dominasi dengan laut lepas, namun pada bagian
jenis sedimen lanau hingga lanau pasiran batasan Barat daerah penelitian juga
tersebar pada bagian Timur daerah terdapat Muara Sungai Nipon.
penelitian yang merupakan bagian perairan

Gambar 2. Peta sebaran tekstur sedimen di perairan Kecamatan Brebes

Perbedaan ukuran butir sedimen masing lokasi. Selain itu ukuran butir lebih
berhubungan dengan asal sumber sedimen. kasar diinterpretasikan merupakan hasil
Semakin kearah daratan atau dekat dengan penggerusan beting gisik oleh gelombang
muara sungai dan kawasan mangrove kemudian tertransport pada bagian depan
ukuran butir sedimen cenderung semakin dasar perairan Kecamatan Brebes. Menurut
halus, sedangkan ukuran butir yang Davis (1991) arus sungai yang memasuki air
berhadapan dengan laut lepas dan jauh dari laut akan mengalami perlambatan. Akibatnya
muara sungai ukuran butir lebih kasar. Hal ini kemampuan mengangkut material berkurang
menunjukkan bahwa sumber sedimen sehingga material tersebut mengendap pada
berasal dari laut yang kemudian mengalami bagian mulut muara dan depan muara
proses transportasi hingga akhirnya sungai.
terendapkan menjadi sedimen di masing-

58
Jurnal Kelautan, 10(1), 55-66 (2017)

Gambar 3. Persentase dan jenis sedimen berdasarkan Diagram Segitiga Shepard 1954

Interpretasi Statistik Ukuran Butir gelombang sangat tidak stabil, artinya


Sedimen kekuatannya tidak sama setiap saat
sehingga butiran sedimen yang diendapkan
Analisis statistik dalam parameter ukuran berbeda sangat mencolok (Rifardi, 2012).
butir sedimen (sortasi, kurtosis dan Selain kondisi tersebut proses pertemuan
skewness) merupakan salah satu metode antara arus sungai dengan arus laut
yang digunakan untuk identifikasi proses menyebabkan terjadinya gradasi energi arus
terangkut dan terendapkan sedimen. Untuk pengendapan sehingga menyebabkan
memperoleh parameter ukuran butir maka kondisi energi arus yang fluktuatif dan ukuran
dilakukan perhitungan statistika dengan hasil butir sedimen tidak terpilah dengan baik.
yang tercantum Tabel 3.
Nilai kemencengan (skewness) pada 26
Hasil analisis parameter ukuran butir sampel sedimen dasar perairan Kecamatan
menunjukkan bahwa perairan Kecamatan Brebes menunjukkan variasi nilai yang
Brebes didominasi oleh lanau – pasir lanuan. berbeda-beda dengan kisaran -0.82 – 0.89.
Hal ini menunjukkan bahwa sedimen Sehingga berdasarkan klasifikasi
mengalami proses deposisi. Proses deposisi kemencengan daerah penelitian memiliki 5
dicirikan dengan terendapkannya sedimen jenis klasifikasi tingkat kemencengan butiran
berukuran halus – kasar. Hasil perhitungan sedimen yaitu menceng halus, menceng
terhadap parameter statistik sedimen berupa simetris, menceng sangat halus, menceng
sortasi menunjukkan nilai 0.54 – 1.91 sangat kasar dan menceng kasar. Hal ini
sehingga masuk dalam klasifikasi tingkat menunjukkan bahwa sedimen telah
pemilahan buruk hingga terpilah sedang mengalami proses transportasi dan
(Folk dan Ward, 1977). mengendap pada kawasan perairan tersebut.
Nilai kemencengan (skewness) yang didapat
Nilai sortasi sedimen di lokasi penelitian dari hasil perhitungan menunjukkan
termasuk dalam pemilahan buruk hingga perbedaan tekstur sedimen antara stasiun.
sedang, Ingmanson dan Wallace (1989) Perbedaan nilai kemencengan
menjelaskan bahwa sedimen dengan menggambarkan kekuatan energi yang
granulometri terpilah buruk diakibatkan oleh bekerja di perairan tersebut tidak dominan
ukuran partikel yang terakumulasi secara sama, atau berubah ubah (Arjenggi et al.,
acak. Kondisi pemilahan butiran sedimen 2013).
buruk dipengaruhi oleh kekuatan arus dan

59
Gemilang et al., Distribusi Sedimen Dasar

Kondisi skewness/kemencengan secara sangat halus. Nilai statistik sedimen berupa


umum pada daerah penelitian masuk dalam kurtosis menurut Darlan (1996) adalah
kondisi positively skewed atau condong gambaran hubungan sortasi bagian tengah
positif yang mengindikasikan bahwa kondisi dan bagian bawah dan hanya menunjukkan
dilokasi berada pada substrat berukuran kriteria sedimen melalui grafik. Berdasarkan
halus yaitu lanau hingga lumpur dimana hal hasil perhitungan statistik sedimen nilai
tersebut ditemukan dalam Surbakti (2010), kurtosis daerah penelitian terdapat 2 jenis
bahwa skewness pada muara sungai berada grafik kurtosis yaitu sangat runcing sekali dan
pada kisaran rata-rata simetris, halus, hingga sangat runcing.

Tabel 3. Hasil perhitungan statistik untuk parameter ukuran butir


Kode
Sortasi Klasifikasi Skewness Klasifikasi Kurtosis Klasifikasi
Stasiun
Sangat runcing
BR-00 1.18 Terpilah buruk 0.2 Menceng halus 3.06
sekali
BR-01 1.32 Terpilah buruk 0.18 Menceng halus 2.72 Sangat runcing
Sangat runcing
BR-02 1.03 Terpilah buruk 0.13 Menceng halus 3.3
sekali
Menceng
BR-03 1.78 Terpilah buruk -0.07 2.48 Sangat runcing
simetris
Menceng sangat Sangat runcing
BR-05 1.03 Terpilah buruk 0.3 7.48
halus sekali
Menceng sangat Sangat runcing
BR-06 1.46 Terpilah buruk 0.43 3.84
halus sekali
Menceng sangat Sangat runcing
BR-07 1.38 Terpilah buruk 0.54 4.68
halus sekali
Terpilah Menceng Sangat runcing
BR-08 0.74 0.06 4.76
sedang simetris sekali
Menceng sangat Sangat runcing
BR-09 1.78 Terpilah buruk 0.56 3.09
halus sekali
Terpilah Menceng sangat Sangat runcing
BR-010 0.93 -0.38 3.31
sedang kasar sekali
BR-011 1.71 Terpilah buruk 0.18 Menceng halus 2.18 Sangat runcing
Terpilah Sangat runcing
BR-012 0.54 -0.17 Menceng kasar 6.53
sedang sekali
Terpilah Menceng sangat Sangat runcing
BR-014 0.66 -0.55 9.2
sedang kasar sekali
BR-015 1.5 Terpilah buruk 0.16 Menceng halus 2.7 Sangat runcing
Terpilah Sangat runcing
BR-016 0.54 -0.17 Menceng kasar 5
sedang sekali
Menceng sangat Sangat runcing
BRB-01 1.1 Terpilah buruk 0.89 3.51
halus sekali
Terpilah Menceng sangat Sangat runcing
BRB-02 0.99 -0.82 3.03
sedang kasar sekali
Menceng sangat
BRB-03 1.31 Terpilah buruk 0.32 2.6 Sangat runcing
halus
Menceng
BRB-04 1.31 Terpilah buruk -0.01 2.87 Sangat runcing
simetris
Menceng
BRB-05 1.66 Terpilah buruk -0.06 2.37 Sangat runcing
simetris
Terpilah Menceng sangat Sangat runcing
BRB-07 0.86 0.44 6.24
sedang halus sekali
BRB-08 1.33 Terpilah buruk 0.19 Menceng halus 2.62 Sangat runcing
BRB-09 1.17 Terpilah buruk -0.2 Menceng kasar 2.71 Sangat runcing
BRB-
1.23 Terpilah buruk 0.14 Menceng halus 2.49 Sangat runcing
010

60
Jurnal Kelautan, 10(1), 55-66 (2017)

BRB- Menceng
1.79 Terpilah buruk 0.01 2.18 Sangat runcing
011 simetris
BRB- Menceng
1.35 Terpilah buruk 0.01 2.81 Sangat runcing
012 simetris

Hidrodinamika Daerah Penelitian dan 2 kali surut dengan rentang yang


berbeda (Wisha et al., 2015), hal tersebut
Hasil validasi hasil permodelan didapatkan menyebabkan kecepatan arus pasut yang
nilai RMSE sebesar 9.58 %, menurut terjadi lebih variatif dan fluktuatif yang
Purwanto (2011) data hasil komputasi akan menyebabkan terjadinya perbedaan
mengalami sedikit perbedaan dengan data mekanisme pengangkutan dan pengendapan
lapangan, hal tersebut tidak menjadi masalah sedimen di setiap kondisi pasutnya (Hoekstra
apabila kesalahan relatifnya tidak melebihi et al., 2002).
50%.
Dominasi arah arus bergerak ke arah timur
Berdasarkan hasil permodelan hidrodinamika dan timur laut (Tabel 4) hal tersebut
didapatkan nilai kecepatan arus longshore sebanding dengan arah transpot dan
berkisar antara 0-0.12 m.s-1 pada kondisi pengendapan sedimen yang terjadi di
pasang purnama dan berkisar antara 0-0.08 Perairan Brebes, dominasi jenis sedimen
m.s-1 pada kondisipasang perbani (Gambar dasar cenderung lanau sehingga ukuran
4), simulasi model dilakukan pada lokasi sedimen sangat kecil dan mudah untuk
dekat pantai sehingga cukup mewakili teraduk dan terendapkan kembali,
pergerakan arus sepanjang pantai yang mengakibatkan peningkatan konsentrasi
meningkat kecepatannya pada kondisi pasut sedimen tersuspensi dan kekeruhan di
purnama (Wisha et al., 2015). Berbeda perairan, dan secara langsung akan
dengan hasil pengukuran kecepatan dan menghambat proses autotrofik yang ada di
arah arus di setiap stasiun pengambilan perairan (Wisha et al., 2016).
sampel, terlihat bahwa kecepatan arus
bervariasi di setiap stasiun berkisar antara Pola arus sepanjang pantai yang terjadi di
0.014-0.486 m.s-1 (Tabel 6), dengan Perairan Brebes merupakan faktor utama
kecepatan arus tertinggi berada pada stasiun penyebab abrasi, dengan kecepatan arus
BR 5, BR 7, BR 9, BR 11 dan BRB 2 yang yang fluktuatif berdasar pada kondisi pasut
berlokasi di wilayah yang jauh dari daratan, yang ada menyebabkan beberapa wilayah
pada kecepatan arus yang lebih tinggi mengalami abrasi dan wilayah lainnya
partikel sedimen yang telah mengalami mengalami akresi, hal tersebut realistis
resuspensi dan tertransport ke wilayah karena proses kesetimbangan pantai
tersebut akan sukar mengendap dan akan (continental drift) dimana terjadi
terdistribusi oleh arus ke wilayah lain hingga kesetimbangan jumlah sedimen yang
terendapkan (Wisha dan Aida, 2016a), di terangkut di wilayah abrasi dan di wilayah
stasiun lain kecepatan arus lebih rendah akresi (Walker et al., 2002). Proses pasang
salah satunya untuk stasiun BR 16, surut cukup berpengaruh dalam
kecepatan arus pada stasiun tersebut hanya pengangkutan sedimen di muara, muara
mencapai 0,06 m.s-1 dengan dominasi arah terbesar diwilayah kajian adalah Sungai
arus menuju ke Tenggara, kecepatan arus Pemali yang cukup tinggi dalam memberikan
yang lemah tersebut mengakibatkan masukan sedimen ke laut, pada saat pasang,
pengendapan sedimen semakin cepat level air laut lebih tinggi sehingga air laut
karena perairan cenderung lebih tenang cenderung mendominasi dan masuk
(Boer et al., 2005). kedalam sungai, dan sebaliknya, pada saat
surut level air laut lebih rendah daripada level
Di Perairan Brebes didominasi oleh arus air sungai sehingga partikel-partikel dari
pasang surut, terlihat pada Gambar 3 bahwa dasar sungai terangkut oleh arus surut
pasang surut yang terjadi di perairan Brebes menuju muara dan laut (Wisha dan Aida,
berpengaruh terhadap kecepatan arus, 2016a), muara sungai termasuk salah satu
antara data arus dan pasut memiliki korelasi wilayah yang cukup signifikan dalam
fasa yang sama, dengan tipe pasang surut memberikan asupan sedimen ke laut
adalah campuran condong harian ganda, (Hoekstra et al., 2002).
dalam 24 jam terjadi hampir 2 kali pasang

61
Gemilang et al., Distribusi Sedimen Dasar

Tabel 4. Kecepatan arus di setiap stasiun Pengambilan sampel


Kecepat Arah Kecepat Kecepat Arah
Kode Kode Arah arus Kode
an arus arus an arus an arus arus
Stasiun Stasiun (Derajat) Stasiun
(m.s-1) (Derajat) (m.s-1) (m.s-1) (Derajat)
Barat Timur
BR-00 0.225 BR-011 0.380 BRB-07 0.045 Timur
daya laut
BR-01 0.125 Timur BR-012 0.136 Barat laut BRB-08 0.094 Timur
BR-02 0.105 Timur BR-014 0.128 Barat laut BRB-09 0.032 Timur
BR-03 0.135 Timur BR-015 0.160 Timur BRB-010 0.016 Timur
Timur
BR-05 0.440 BR-016 0.060 Tenggara BRB-011 0.014 Timur
laut
BR-06 0.165 Timur BRB-01 0.013 Timur BRB-012 0.015 Timur
Timur Barat
BR-07 0.400 BRB-02 0.486
laut daya
Barat
BR-08 0.150 Timur BRB-03 0.453
daya
Timur
BR-09 0.380 BRB-04 0.080 Timur
laut
Barat
BR-010 0.132 BRB-05 0.081 Barat laut
laut

Gambar 4. Hasil permodelan hidrodinamika Perairan Brebes

Mekanisme Sistem Pengendapan besar/kuatnya kekuatan arus dan gelombang


Sedimen yang bekerja pada lingkungan pengendapan
tersebut (Rifardi et al., 1998). Nilai sortasi
Proses pengendapan sedimen di perairan mengindikasikan tipe pengendapan,
Kecamatan Brebes dapat diperkirakan karakteristik arus pengendapan dan
berdasarkan data hasil analisis granulometri kecepatan waktu pengendapan (Solahuddin
dan statistik sedimen. Karakteristik ukuran et al., 2006). Sedimen yang tersebar dan
butir sedimen digunakan untuk menafsirkan diendapkan di perairan daerah penelitian
sebaran dan mekanisme pengangkutan dan menunjukkan bahwa sedimen memiliki waktu
pengendapan sedimen di suatu kawasan yang pendek untuk mengendap ditunjukkan
(Korwa et al., 2013). Secara umum jenis dengan tingginya nilai sortasi (terpilah buruk
sedimen daerah penelitian di dominasi oleh hingga sedang) menunjukkan keseragaman
partikel ukuran butir halus yaitu lanau hingga butir sedimen yang kecil.
kasar (pasir). Berdasarkan ukuran butir
sedimen tersebut menggabarkan bahwa Ukuran butir sedimen daerah penelitian
kondisi perairan pada Kecamatan Brebes masuk dalam fraksi kasar hingga halus
saat sedimen tersebut mengendap di sehingga dapat diinterpretasikan bahwa jenis
pengaruhi oleh kecepatan arus kuat dicirikan mekanisme transportasi sedimen berupa
dengan ukuran partikel kasar, sedangkan bedload dan suspension (suspensi).
partikel ukuran halus dicirikan oleh arus yang Mekanisme transportasi bedload terjadi pada
lemah. Ukuran butir merupakan indikasi fraksi yang kasar melalui pergerakan

62
Jurnal Kelautan, 10(1), 55-66 (2017)

transportasi arus traksi dalam bentuk rolling laut terbuka juga berpotensi membawa
(menggelinding), sliding (terseret), creep dampak semakin terjadinya proses
(merayap) dan saltasi. Suspension load pengikisan di daerah pantai (Bayhaqi dan
bekerja mengangkut sedimen halus Dungga, 2015), dalam kasus ini terjadi
(lempung, lanau hingga pasir sangat halus) pengikisan pada daerah beting gisik (pulau
berbentuk suspensi yang terangkut cukup pasir) yang ada di daerah penelitian.
jauh dalam aliran, sebelum pada akhirnya
mengendap dengan kecepatan arus yang Adanya sedimen berukuran kasar
melemah (Nugroho dan Basit, 2014). Kondisi menunjukkan bahwa arus dan gelombang
perairan laut Kecamatan Brebes sangat pada daerah ini relatif kuat, fraksi kasar yang
dipengaruhi oleh keberadaan muara sungai, tersebar pada bagian Barat daerah penelitian
dimana muara sungai sangat dipengaruhi umumnya diendapkan pada daerah terbuka
oleh kondisi debit sungai dan pasang-surut yang berhubungan dengan laut lepas,
air laut. Disaat kondisi pasang energi arus sedangkan sedimen halus diendapkan pada
sungai yang bertemu dengan air laut akan arus dan gelombang dengan energi lemah
melemah dibagian muara sehingga dan tenang yaitu pada bagian dekat darat
tercampur endapan sungai dengan endapan dan muara sungai. Pada bagian Timur dan
laut dengan fraksi sedimen kasar. Namun bagian Barat yang berdekatan dengan muara
disaat kondisi surut dan arus sungai sungai didominasi oleh jenis sedimen lanau –
melemah di bagian muara sehingga hanya lanau pasiran. Hal ini disebabkan karena
fraksi halus berukuran lempung hingga lanau letaknya yang lebih jauh dari lautan lepas dan
yang akan terendapkan. Sehingga pada terlindung dari pengaruh arus yang kuat serta
bagian Timur daerah penelitian cenderung banyak bahan organik dan detritus yang
terendapkan sedimen halus lanau – lanau dibawa air sungai dan menumpuk di perairan
pasir (Gambar 5). Bagian Barat terendapkan ini, terutama pada saat arus melemah yang
material sedimen berukuran lebih kasar yaitu disebabkan oleh keberadaan kawasan
pasir hingga pasir lanauan. Kondisi mangrove.
tersebarnya ukuran butir lebih kasar menuju

Gambar 5. Peta sebaran jenis sedimen di perairan Kec. Brebes

Kawasan pesisir Kecamatan Brebes memiliki mengurangi kecepatan arus dan gelombang
kawasan mangrove yang sangat luas, kondisi sehingga dekat kawasan tersebut hanya
tersebut yang menjadi salah satu faktor terendapkan fraksi berukuran halus.

63
Gemilang et al., Distribusi Sedimen Dasar

Perbedaan tingkat kerapatan vegetasi pantai yang telah ada, dan melakukan sistem
mangrove akan menyebabkan perbedaan pembelokan/pengalihan sungai serta
kecepatan arus akibat kemampuan pengaturan sistem aliran sungai sehingga
perakaran mangrove yang mempu terjadi keseimbangan pengendapan sedimen
mengakumulasi atau merangkap sedimen pada bagian pesisir yang mengalami abrasi.
(Roza, 2016). Menurut Kennish (2000),
perakaran mangrove yang mampu UCAPAN TERIMAKASIH
mengakumulasi sedimen, merangkap
serasah dan berperan dalam pembentukan Penulis menyampaikan terima kasih kepada
formasi tanah. Selanjutnya Nontji (2002) Loka Penelitian Sumber Daya dan
menambahkan bahwa ekosistem mangrove Kerentanan Pesisir (LPSDKP) Balitbang KP
memiliki akar-akar yang kokoh dan dapat atas DIPA Anggaran Penelitian tahun 2016
meredam pengaruh gelombang serta terkait penelitian yang dilakukan di
menahan lumpur atau sedimen halus Kecamatan Brebes. Serta kepada DKP Kab.
sehingga lahan mangrove bisa menjadi Brebes dan Kelompok Mangrove Pandansari
semakin luas serta mempercepat yang telah membantu dalam proses
terbentuknya tanah atau endapan sedimen pengambilan data dilapangan. Ucapan
untuk ditumbuhi mangrove. terimakasih juga kami sampaikan kepada
pihak-pihak yang telah bersedia memberikan
KESIMPULAN koreksi, kritik, saran dan masukan sehingga
peneliti dan penulisan ini dapat terselesaikan.
Jenis sedimen berdasarkan hasil analisis
granulometri terhadap sampel sedimen dasar DAFTAR PUSTAKA
perairan di Kecamatan Brebes terdapat 4
jenis sedimen menurut ukuran butirnya yaitu Abuodha, J. O. Z. (2003). Grain size
pasir, pasir lanauan, lanau pasiran dan lanau. distribution and composition of
Sebaran sedimen bagian Timur daerah modern dune and beach sediments,
penelitian didominasi oleh fraksi halus Malindi Bay coast, Kenya. Journal of
berupa lanau hingga lanau pasiran, African Earth Sciences, 36(1), 41-54.
sedangkan bagian Barat daerah penelitian Doi: 10.1016/S0899-5362(03)00016-
didominasi oleh fraksi kasar, pasir hingga 2.
pasir lanauan. Kondisi hidro-oseanografi Arjenggi, E. K., Muzahar, M., Yandri, F.
daerah penelitian mencirikan bahwa arus dan (2013). Karakteristik Sedimen
gelombang sangat fluktuatif sehingga Permukaan Dasar di Perairan
terekam dalam klasifikasi sortasi butiran yang Kelurahan Tarempa Barat
masuk dalam kelas pemilahan buruk hingga Kecamatan Siantan Kabupaten
sedang. Mekanisme transportasi sedimen Anambas. Jurusan Ilmu
pada fraksi halus (lempung sampai lanau Kelautan. Universitas Maritim Raja
pasiran) pengangkutan secara suspension Ali Haji.
load dalam bentuk suspensi. Badan Pusat Statistik Kecamatan Brebes.
(2015). Kecamatan Brebes Dalam
Kecepatan arus bervariasi di setiap stasiun Angka. Kabupaten Brebes. 295p.
arus tertinggi berada pada stasiun yang Bayhaqi, A., & Dungga, C. M. (2015).
berlokasi di wilayah yang jauh dari daratan. Distribusi butiran sedimen di pantai
Kecepatan arus lebih rendah salah satunya Dalegan, Gresik, Jawa Timur.
untuk stasiun BR 16 hanya mencapai 0,06 DEPIK, 4(3).
m.s-1 dengan kecepatan arus yang lemah Doi:10.13170/depik.4.3.3054.
tersebut mengakibatkan pengendapan Blott, S. J., & Pye, K. (2001). GRADISTAT: a
sedimen semakin cepat karena perairan grain size distribution and statistics
cenderung lebih tenang dan mengendapkan package for the analysis of
partikel sedimen halus seperti lanau.Pola unconsolidated sediments. Earth
arus sepanjang pantai yang terjadi di surface processes and Landforms,
Perairan Brebes merupakan faktor utama 26(11), 1237-1248. Doi:
penyebab abrasi, dengan kecepatan arus 10.1002/esp.261.
yang fluktuatif berdasar pada kondisi. Upaya Boer, W., Bergh, G. D. V. D., Haas, H. D.,
mitigasi yang perlu dilakukan dengan kondisi Stigter, H. C. D., Gieles, R., &
tersebut dengan melakukan penilaian Weering, T. C. E. (2005). Validation
terhadap efektifitas bangunan pelindung of Acculutaion Rates in Teluk Banten

64
Jurnal Kelautan, 10(1), 55-66 (2017)

(Indonesia) from Commonly Applied particles among sands of various


210
Pb Models, Using the 1883 origins: addendum to IAS
Krakatau Tephra as Time Maker. J. Presidential Address.
Mar. Geo. Geochemist. Geophys., Sedimentology, 26(6), 859-862. Doi:
227, 263-277. 10.1111/j.1365-091.1979.tb00979.x.
Doi: 10.1016/J.margeo.2005.12.002. Helfinalis, Pramudji, & Hadikusumah (2010).
Bui, E. N., Mazzullo, J. M., & Wilding, L. P. Studi Kelayakan Pembangunan
(1989). Using quartz grain size and Dermaga di Lingkungan Perairan
shape analysis to distinguish Pantai Ujung Gebang Indramayu,
between aeolian and fluvial deposits Laporan Akhir Program Insentif
in the Dallol Bosso of Niger (West Peneliti dan Perekayasa LIPI tahun
Africa). Earth Surface Processes and 2010. Pusat Penelitian Oseanografi,
Landforms, 14(2), 157-166. Doi: Lembaga Ilmu Pengetahuan
10.1002/esp.3290140206. Indonesia. Jakarta. 44p.
Darlan, Y. (1996). Geomorfologi wilayah Hoekstra, P., Lindeboom, H., Bak, R., Bergh,
pesisir. Aplikasi untuk penelitian G. V. D., Tiwi, D. A., Douven, W., &
wilayah pantai. Pusat Meesters, E. (2002). Teluk Banten
Pengembangan Geologi Kelautan. Research Programme: an integrated
Bandung. 96p. coastal zone management Study.
Davis Jr. (1991). Oceanography: An Staple (Ed.) Scientific programme
Introduction to the Marine Indonesia-Netherlands Proceedings
Enviroment. Wm.C. Brown of a workshop held on February 12th
Publisher. Iowa.USA. 516p. 2002. Bandung. Indonesia. p, 59-70.
Dinas Kelautan dan Perikanan Brebes Hsieh, H. L. (1995). Spatial and temporal
(2008). Coastal Spatial Planning of patterns of polychaete communities
Brebes Regency. 56p. in a subtropical mangrove swamp:
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa influences of sediment and
Tengah (2012). Coastal Planning microhabitat. Marine Ecology
and Zoning Small Island Central Progress Series, 127, 157-167. Doi:
Java. 135p. 10.3354/meps127157.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Hubbard, J. A., & Pocock, Y. P. (1972).
Brebes (2015). Penyusunan Sediment rejection by recent
Rencana Tata Ruang Pesisir scleractinian corals: a key to palaeo-
Kabupaten Brebes. 67p. environmental reconstruction.
Diposaptono, S., & Budiman (2007). Hidup Geologische Rundschau, 61(2), 598-
Akrab dengan Gempa dan Tsunami. 626. Doi: 10.1007/BF01896337.
PT Sarana Komunikasi Utama. Ingmanson, D. E., & Wallace. W. J. (1989).
Bogor. 383 p. Oceanography an Introduction.
Djuri, M., Samodra, H., Amin, T. C., & Gafoer, Fouth Edition. Wadsworth Publishing
S. (1996). Peta Geologi Lembar Company. Belmont, California. 541p.
Purwokerto dan Tegal, Jawa. Junaidi & Wigati, R. (2011). Analisis
Pusat Penelitian dan parameter statistic butiran sedimen
Pengembangan Geologi. Bandung. dasar pada sungai alamiah
Dyer, K. (1986). Coastal and estuarine (studi kasus Sungai Krasak
sediment dynamics. Jhon Wiley and Yogyakarta). Wahana Teknik Sipil,
Sons. Chichester. 324p. 16(2), 46-57.
Folk, R. L., & Ward, P. B. (1977). Student Kennish, M. J. (2000).Practical handbook of
operator error in determination of marine science. CRC Press.
roundess, spherity and grain size. Korwa, J. I. S., Opa, E. T., & Djamaludin, R.
Sed Petrology, 25, 297-301p. (2013). Karakteristik sedimen litoral
Folk, R. L., & Ward, W. C. (1957). Brazos di pantai Sindulang Satu. J. Pesisir
River bar: a study in the significance dan Laut Tropis, 1(1), 48-54.
of grain size parameters. Journal of Mackay, P. (2012). The Brebes Mangrove
Sedimentary Research, 27(1). Doi: Restoration & Reforestation for
10.1306/74d70646-2b21-11d7- Climate Change Adaptation
8648000102c1865d. Project; Central Java Green Belt
Friedman, G. M. (1979). Differences in size Mangrove Corridor Program, Brebes
distributions of populations of

65
Gemilang et al., Distribusi Sedimen Dasar

Regency. Bappeda Kabupaten The Journal of Geology, 30(5), 377-


Brebes. 67p. 392. Doi: 10.1086/622910.
Nontji A. (2002). Laut Nusantara. Jakarta Winter, C. (2007). On the evaluation of
(ID): Djambatan Pr. sediment transport models in tidal
Nugroho, S. H., & Basit, A. (2014). Sebaran environments. Sedimentary
Sedimen Berdasarkan Analisis Geology, 202(3), 562-571.
Ukuran Butir di Teluk Weda, Maluku Doi:10.1016/j.sedgeo.2007.03.019.
Utara. Jurnal Ilmu dan Teknologi Wisha, U. J., & Aida, H. (2016a). Analysis of
Kelautan Tropis, 6(1), 229-240. Tidal Range and Its Effect on
Pettijohn, F. G., Potter, P. D., & Siever, R. Distribution of Total Suspended Solid
(1972). Sand and Sandstone. (TSS) in the Pare Bay Waters. Jurnal
Springer, New York. 618p. Kelautan, 9(1), 23-31.
Purwanto, P. (2011). Analisa Spektrum Doi: 10.21107/jk.v9i1.1066.
Gelombang Berarah di Perairan Wisha, U. J., & Aida, H. (2016b). Bathymetry
Pantai Kuta, Kabupaten Badung, and Hydrodynamics in Pare Bay
Bali. Buletin Oseanografi Marina, Waters During Transitional Seasons
1(1), 45-59. (September October). Omni-
Rifardi, Oki, K., & Tomiyasu, T. (1998). Akuatika, 12(2).
Sedimentary Environments Based Doi: 10.20884/1.oa.2016.12.2.98.
on Texture Surface Sediments and Wisha, U. J., Yusuf, M., & Maslukah, L.
Sedimentation Rates in the South (2016). Kelimpahan Fitoplankton
Yatsushiro (Sea), Soutwest Kyushu, Dan Konsentrasi TSS Sebagai
Japan. Jour. Sedimentol. Soc. Indikator Penentu Kondisi Perairan
Japan, 48, 67-84. Muara Sungai Porong. Jurnal
Rifardi. (2012). Geologi Sedimen Modern Kelautan, 9(2), 122-129.
(Edisi revisi). Universitas Riau Press. Doi: 10.21107/jk.v9i2.1298.
Shepard, F. P. (1954). Nomenclature based Wisha, U. J., Husrin, S., & Prihantono, J.
on sand-silt-clay ratios. Journal of (2015). Hydrodynamics Banten Bay
Sedimentary Research, 24(3). Doi: During Transitional Seasons
10.1306/d4269774-2b26-11d7- (August-September). Ilmu Kelautan,
8648000102c1865d. 20(2), 101-112.Doi:
Solahuddin, T., Triarso, E., & Troa, R. S. 10.14710/ik.ijms.20.2.101-112.
(2006). Sebaran dan Dinamika Yasin A. M., Sukiyah E, & Isnaniawardhani,
Sedimen Pantai Moutong Perairan V. (2016). Grain Size Analysis of
Teluk Tomini Sulawesi Tengah. Quartenary Sediment from Kendari
Jurnal Segara, 2(2), 42-48. Basin, Indonesia. International
Surbakti, H. (2010). Pemodelan sebaran Journal of Science and Research,
sedimen tersuspensi dan pola arus di 5(11), 1748-1751.
pesisir Banyuasin, Sumatera Selatan Doi: 10.21275/ART20163165.
(Thesis). Institut Pertanian Bogor. Yenica, R. S. (2016). Kontribusi Mangrove
Bogor. Dalam Memerangkap Sedimen Di
Suyono. (2015). Strategi Penanganan Wilayah Pesisir Kota Dumai Provinsi
Kerusakan Mangrove di Wilayah Riau (Thesis). Institut Pertanian
Pantai Kabupaten Brebes Propinsi Bogor. Bogor.
Jawa Tengah. (Disertasi).
Program Doktor Manajemen Sumber
Daya Pantai Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro.
Walker, L. J., Wilkinson, B. H., & Ivany, L. C.
(2002). Continental drift and
Phanerozoic carbonate
accumulation in shallow-shelf and
deep-marine settings. The Journal of
Geology, 110(1), 75-87. Doi:
10.1086/324318.
Wentworth, C. K. (1922). A scale of grade
and class terms for clastic sediments.

66

Вам также может понравиться